Anda di halaman 1dari 2

Dalam video ini memperlihatkan bagaimana proses pengelolaan sampah plastik di

Jerman. Jerman menghasilkan 38 kilogram sampah plastik per kapita tahun 2016. Jumlahnya
lebih banyak dari rata-rata Uni Eropa yang hanya 24 kilogram, lebih tinggi dari dari sampah
plastik yang dibuang di India dan Indonesia.

Di stasiun pertama sistem daur ulang di Jerman, sampah dipilah. Sampah sisa
makanan, gelas/beling, sampah kertas, dan sampah plastik. Dalam video lebih menekankan
proses recycle sampah plastik. Para pekerja di bidang ini mengangkut sampah plastik dari
rumah-rumah penduduk dengan truk sampah. Setiap hari bisa mengumpulkan sekitar 8 ton
sampah. Pekerja hanya mengangkut sampah plastik yang telah dimasukkan ke kantong-
kantong plastik atau tong sampah. Dari habbit masyarakatnya pun sudah dituntut untuk
memilah sampah, walaupun masih banyak yang memasukkan ke dalam kantong atau tong
sampah yang salah. Salah pilah ini terjadi pada 40-60 % tong dan kantong sampah. Sampah
yang tidak dimasukkan ke dalam kantong atau berserakan akan dibiarkan dan tidak diangkut.

Setelah mengumpulkan sampah plastik dari rumah-rumah penduduk, sampah dibawa


ke tempat pengelolaan. Pemilahan sampah dilakukan di sebuah instalasi besar. Tanah sekitar
7000m2 digunakan untuk proses pemilahan plastik. Sekitar 400 ton sampah per hari diolah di
instalasi ini. Akibat pandemi ini, sampah yang diolah menjadi lebih banyak karena perubahan
tingkah laku konsumen. Ada sekitar 20% tambahan materi yang harus diolah. Sebagian besar
proses di instalasi ini sudah bekerja secara otomatis. Sampah dipilah berdasarkan ukuran,
magnet besar menarik logam dari sampah, dan pemindai infra merah menyortir plastik
berdasarkan bobotnya. Material yang berbeda dari sampah akan menyulitkan proses daur
ulang. Misalnnya kemasan yoghurt yang wadahnya terbuat dari plastik dan tutupnya terbuat
dari alumunium, alangkah baiknya tutup dan wadahnya dipisahkan terlebih dahulu sebelum
dibuang agar memudahkan proses pendaur ulangan sampah. Sampah yang berlapis-lapis
tidak bisa dipisahkan materialnya akan dipotong-potong dan dibakar, hal ini menyebabkan
terjadinya proses pelepasan zat beracun ke lingkungan akibat dari proses pembakaran. Jadi,
sebenarnya sekitar 60% limbah plastik dibakar dan hanya sekitar 38% sampah plastik yang
benar-benar di daur ulang.

Bongkahan-bongkahan sampah hasil daur ulang ini banyak yang diekspor ke negara
lain. Jerman mengekspor lebih dari satu juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Salah satu
negara pengimpor sampah daur ulang dari Jerman ini adalah Filipina. Untuk mencegah hal ini
terus terjadi sejumlah perusahaan membuat produk-produk baru dari plastik hasil daur ulang
misalnya ada perusahaan yang membuat sampah plastik daur ulang ini menjadi pot bunga.
Hanya sekitar 15% dari seluruh limbah plastik di Jerman yang di daur ulang menjadi produk
baru. Jumlahnya yang sedikit disebabkan karena harga plastik daur ulang ini cukup mahal
dibanding harga plastik baru. Walaupun sudah melewati berbagai macam proses pemurnian,
plastik daur ulang tidak bisa 100% murni kembali.

Menurut sang konten kreator, Jerman belum layak mendapat gelar “juara daur ulang
sedunia” karena hanya sekitar 16% sampah plastik yang di daur ulang. Produsen plastik harus
membuat kemasan yang mudah di daur ulang. Sedangkan kita sebagai konsumen harus
mencari alternaif dari penggunaan plastik, jika terpaksa menggunakan plastik, jangan hanya
menggunakan satu kali lalu dibuang.

Anda mungkin juga menyukai