Anda di halaman 1dari 5

SUKSES NEGARA MAJU MENGELOLAH SAMPAH

1. Jepang
Sebagai negara maju, Jepang sudah terkenal bagus dibidang teknologi, pendidikan,
dan kesehatannya. Dari segi teknologi mereka telah menghasilkan barang-barang
elektronik canggih yang sudah dipasarkan di Jepang hingga di luar Jepang. Dari segi
pendidikan mereka telah melakukan penanaman karakter sejak dini. Anak-anak diajarkan
untuk hidup disiplin dan punya rasa malu untuk melakukan kesalahan. Dari segi
kesehatan, mereka juga sudah bisa menciptakan lingkungan yang bersih, sekalipun di
sana tidak ada semboyan “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Hal ini hingga
sekarang bahkan sudah menjadi budaya bagi di Jepang.
Masyarakat Jepang memiliki kepercayaan asli yang dikenal dengan kepercayaan
Shinto. Mayoritas dari mereka menganutnya. Shinto menghimbau masyarakat untuk
menjaga kesucian. Diajarkan bahwa kesucian merupakan salah satu cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga masyarakat Jepang berlomba- lomba dalam
hal menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Mereka (Jepang) telah membuat peraturan tentang pengelolaan sampah yang
diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah menyiapkan dua buah kantong plastik besar
dengan warna berbeda, hijau dan merah. Selain kedua kantong plastik tersebut, ada
beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu betere, barang
pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-masing memiliki cara
pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.
Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET
dibuang di keranjang kuning. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel di botol
itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk
ke kantong sampah berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label
tersebut ada label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan
masukkan ke kantong sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.
Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient store, dan
supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan recycle (daur ulang).
Kotak-kotak tersebut disusun di dekat pintu masuk, kotak untuk botol beling, kaleng,
botol PET. Bahkan di beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang
terbuat dari kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya terpisah),
terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan sedemikian rupa
sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Proses daur ulang tersebut pun sebagian besar
dikelola perusahaan produk yang bersangkutan. Hebatnya lagi, informasi tentang siapa
yang akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak sampah.
Di tempat umum juga menyediakan menyediakan kotak-kotak sampah, biasanya untuk
kategori kaleng, beling, dan sampah biasa, seperti di stasiun kereta bawah tanah,
shinkansen, pada saat para penumpang turun dari kereta ada petugas yang berdiri di
depan pintu keluar dengan membawa kantong plastik sampah besar siap untuk
menampung kotak bento dan botol kopi penumpang.
Di tahun 60 dan 70-an kasus polusi, pencemaraan lingkungan, keracunan, menjadi
bagian dari tumbuhnya industry Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah
sumah tangga saat itu menjadi masalah besar bagi linkungan dan menganggu kehidupan
warga Tokyo. Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat
peduli lingkungan atau “ Chonakai “ di berbagai kota di Jepang. Masyarakat
menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah dan memilah-milah
sampah, sehungga memudahkan falam pengolahannya. Gerakan mereka menganut tema
3R atau Reduce,Reuse,Recycle. Mengurangi pembuangan sampah, menggunakan
kembali dan daur ulang.
Gerakan tersebut terus berkembang dna didukung oleh berbagai lapisan
marsyarakat di Jepang. Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang
pesat pemerintah Jepang belum memiliki undang-undang yang mengatur pengolahan
sampah. Bagi pemerintah saat itu urusan lingkungan belum menjaid prioritas. Baru
sekitar 20 tahun kemudian setelah melihat perkembangan yang positif dan dukungan
besar dari seluruh masyarakat Jepang. Undang-undang mengenai pengolahan sampah
diloloskan. Berdasarkan aturan perundangan, terdapat kewajiban pengelolaan sampah
bagi tiap tingkatan pemerintahan di Jepang.
Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap :
(a) perkiraan jumlah sampah yang diolah
(b) menyediakan kebijakan untuk pengurangan sampah dan pengelolaannya
(c) memastikan management pengelolaan sampah yang baik
(d) meningkatkan fasilitas pengolahan limbah industri.
Sedangkan pemerintah kota bertanggung jawab terhadap :
(a) perkiraan jumlah sampah yang diolah
(b) mengukur sampah yang dihasilkan
(c) pemilahan sampah
(d) perlakuan sampah dengan benar
(e)meningkatkan fasilitas pengelolaan sampah.
Selain itu dalam mendukung program 3R, pemerintah bekerjasama dan juga
mendukung tumbuhnya industri daur ulang serta pasar bagi produk daur ulang. Dalam
hubungannya dengan sektor industri, Pemerintah berperan terhadap terselenggaranya
mekaniseme pengangkutan dan manajemen sampah untuk didaur ulang, pelaksanaan
kebijakan oleh pemerintah daerah, serta membuat kebijakan yang jelas kaitannya dengan
support pendanaan.
Industri daur ulang berperan terhadapinivasi teknologi dan infrastruktur yang
berwawasan lingkungan. Pasar Produk Daur Ulang berperan dalam melakukan evaluasi
secara ekonomi dan mengembangkan daur ulang yang murah dan berwawasan
lingkungan, memperbaiki permintaan dan penawaran untuk meningkatkan pasar bagi
produk daur ulang.

3. Jerman
Jerman adalah negara dengan tingkat daur ulang sampah terbaik di dunia berdasar
data dari Eunomia, yang dikutip oleh World Economic Forum. Di Jerman, persentase
sampah yang diolah kembali sudah di atas 50%. Sistem pengolahan dan pemilahan yang
dilakukan Jerman sebenarnya sederhana namun mendetail. Kotak pembuangan sampah
‘warna-warni’ yang ada di sekitar daerah tempat tinggal, mendorong pemilahan
dilakukan oleh tiap-tiap individu atau setidaknya dari rumah masing-masing.
Di Jerman terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas,
botol, metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD
dibiayai oleh perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD
bertanggung jawab untuk memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas.
Berbeda dengan kondisi Jerman 30 tahun silam, terdapat 50.000 tempat sampah
yang tidak terkontrol, tapi kini hanya 400 TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 10-30 %
dari sampah awal berupa ‘slag’ yang kemudian dibakar di insinerator dan setelah itu
ionnya dikonversikan, dan dapat digunakan untuk bahan konstruksi jalan.
Cerita dari proses daur ulang ini datangnya dari Passau Hellersberg adalah sampah
organik yang dijadikan energi. Produksi kompos dan biogas ini memulai operasinya
tahun 1996. Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun selain menghasilkan pupuk
kompos melalui fermentasi, gas yang tercipta digunakan untuk pasokan listrik bagi 2.000
– 3.000 rumah.
Sejak 1972 pemerintah Jerman melarang sistem ‘sanitary landfill’ karena terbukti
selalu merusak tanah dan air tanah. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala
macam barang (tidak terpakai) dan hasil reaksi campurannya seringkali tidak pernah bisa
diduga akibatnya. Pada beberapa TPA atau instalasi daur ulang selalu terdapat
pemeriksaan dan pemilahan secara ‘manual’. Hal ini untuk menghindari bahan berbahaya
tercampur dalam proses, seperti misalnya baterai dan kaleng bekas oli yang dapat
mencemari air tanah. Sampah berbahaya ini harus dibuang dan dimusnahkan dengan cara
khusus.
Synergy Solusi sebagai perusahaan pelatihan dan konsultasi siap membantu
perusahaan dan masyarakat untuk mengurangi sampah di tempat kerja maupun
lingkungan sekitar melalui program Interactive live distance learning.
          Pengolahan sampah dan pembuangan limbah di Jerman dimulai sedari rumah, juga
di perkantoran, perusahaan dan pertokoan. Dari titik awal produksi sampah, sampah
diklasifikasikan menurut jenisnya. Setiap bangunan tempat tinggal, toko, kantor, restoran,
supermarket dan industri di Jerman harus memiliki setidaknya dua jenis tempat sampah
yang disediakan oleh dinas kesehatan pemerintah kota setempat. Ada 4 jenis sampah
yang dipilah di Jerman. Mereka membuang sampah ke dalam 4 tong sampah yang
memiliki 4 warna yaitu biru, hitam, kuning dan coklat. Selain itu terdapat 3 jenis limbah
lainnya yaitu limbah pakaian bekas, limbah gelas dan limbah botol plastik.
1. Tong Sampah Berwarna Cokelat Atau braune Mülltonne.
Tempat sampah coklat dikhususkan untuk sampah organik. Jenis sampah yang termasuk
sampah organik antara lain: sisa sayuran, kulit, daun, ampas kopi atau teh, dll. Namun
limbah makanan yang tidak terpakai tidak termasuk dalam kategori ini, melainkan tong
sampah berwarna hitam.
2. Tong Sampah Berwarna Biru atau blaue Mülltonne.
Tempat sampah berwarna biru ini khusus digunakan untuk sampah kertas, seperti buku
bekas, kertas, koran, majalah, karton, dll.
3. Tong Sampah Berwarna Hitam atau schwarze Mülltonne.
Tempat sampah berwarna hitam dikhususkan bagi sampah-sampah yang susah untuk
dipilah, seperti pembalut, popok bayi, tissue, mainan rusak, perabot rumah tangga yang
rusak, dan sisa makanan yang tidak habis.
4. Tempat Sampah Berwarna Kuning atau gelbe Sacke.
Tempat sampah berwarna kuning dikhususkan bagi sampah-sampah kemasan makanan
atau minuman, seperti kemasan susu, kemasan minuman kaleng, kemasan sabun atau
shampoo,dll.  Gambar di samping adalah gambar gelber Sack.
5. Tempat Sampah Untuk Membuang Gelas atau Altglas
Tidak setiap rumah tangga menyediakan tempat sampah seperti ini, tetapi terdapat lokasi
khusus di setiap Landkreis atau kawasan pusat. Biasanya, orang Jerman pertama kali
mengumpulkan botol bekas di rumah mereka dan membuangnya ke tempat pembuangan
sampah jika sudah penuh. Sebelum dituangkan ke tengah, mereka akan memisahkan
sampah kaca sesuai warnanya (putih, hijau dan coklat). Jenis sampah tersebut antara lain
botol minuman, botol selai dan limbah kaca lainnya. Gambar di samping adalah gambar
pusat pengolahan limbah kaca.
6. Sampah Pakaian Bekas atau Alte Kleider
Orang Jerman pun membuang pakaian bekas mereka tidak sembarangan. Ada suatu box
khusus yang disediakan untuk membuang baju bekas. Baju-baju yang masih layak pakai,
biasanya akan disumbangkan bagi para pengemis, terutama jaket tebal agar mereka tidak
kedinginan pada saat musim dingin atau Winter.
7. Sampah Botol
Sistem pengambilan sampah oleh pusatnya tergantung jadwal yang sudah dibuat.
Misalnya minggu ini (biasanya penjemputan diadakan hari jum’at atau sabtu) akan
diambil tong sampah berwarna cokelat maka pemilik rumah harus mgeluarkan tong
sampahnya ke pinggir jalan.

Anda mungkin juga menyukai