Anda di halaman 1dari 29

Mengintip Pengelolaan Sampah di Jerman

Sumber : Koran Jakarta - 3 April 2013


Kategori : Sampah Luar Jakarta
Meski terbilang sebagai negara paling sukses di zona euro, Jerman rupanya sempat terlilit pula
suatu masalah. Uniknya, problem yang dihadapi negara dengan ibu kota Berlin itu adalah
sampah. Pemerintah setempat sempat dibuat pusing dengan adanya gunungan sampah di
sejumlah tempat.

Permasalahan sampah itu tentu harus segera ditangani. Pasalnya, jika tidak, akan menimbulkan
persoalan lain yang lebih kompleks, bukan saja terkait kebersihan lingkungan, tetapi juga
problem sosial. Dari beberapa solusi yang tersedia, Pemerintah Jerman memilih sistem daur
ulang. Sebenarnya, sistem daur ulang sampah di negeri yang terkenal dengan penguasaan ilmu
dan teknologi maju di berbagai bidang itu telah berjalan lebih dari 20 tahun.

Karena itu, tidak heran jika saat ini, 14 persen dari bahan mentah yang digunakan industri-
industri di Jerman berasal dari sampah hasil daur ulang. Terkait aturan pengelolaan sampah di
Jerman, Andreas Jaron, dari Kementerian Lingkungan Hidup Jerman menjelaskan sebenarnya
persyaratan hukum pengelolaan sampah di seluruh negara bagian, sama, yakni berada di bawah
undang- undang federal. Meski demikian, masing-masing kota di Jerman yang jumlahnya
mencapai 402 kota, memiliki aturan sendiri mengenai bagaimana rumah tangga dan perusahaan
harus menggunakan infrastruktur kota dan bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan.

Salah satu contoh peraturan yang diterapkan ialah larangan penimbunan limbah biodegradable
atau recycable. Adapula aturan yang mengimbau masyarakat untuk melakukan pemisahan
limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. Di Jerman, sampah kering dan sampah basah
memang telah terbiasa dipisahkan.

Di rumah tangga, misalnya, pemisahan sampah bukan hanya berdasarkan sampah kering dan
basah, tetapi juga berdasarkan jenisjenis sampah yang dihasilkan, seperti bio-limbah, kertas,
kemasan, kaca, limbah besar, limbah berbahaya, tekstil, peralatan elektronik, dan binresidu.
Sementara itu, dalam industri perdagangan dan pertambangan, pemisahan limbah juga dilakukan
agar hasil pengolahan sampah bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku sekunder.

Perilaku masyarakat Jerman yang terbiasa membuang sampah berdasarkan jenisnya itu, diakui
pula oleh Norma Hermawan, mahasiswa asal Indonesia yang baru menyelesaikan studi master di
Hochschule Darmstadt, Darmstadt, Jerman.

Berdasarkan pengalamannya, Norma mengamati masyarakat Jerman cukup disiplin dalam


membuang sampah. Selain dibuang pada tempatnya, sampah juga dipisahkan berdasarkan
sampah basah dan sampah kering. Tidak hanya itu, masyarakat Jerman juga terbiasa memisahkan
sampah dari jenisnya, mulai dari sampah plastik, kertas, biomull atau sampah yang membusuk,
dan restmull (sampah yang tidak bisa didaur ulang).
"Di sejumlah tempat, tersedia pula tempat sampah untuk botol atau gelas bekas yang dipisahkan
berdasarkan warnanya. Bahkan, ada pula tempat sampah khusus untuk membuang pakaian
bekas," ujar dia. Norma menambahkan, sepekan sekali, petugas kebersihan sampah datang ke
rumah-rumah penduduk untuk mengambil sampah rumah tangga. Istimewanya, para petugas
kebersihan tersebut adalah pegawai pemerintahan yang bekerja secara profesional.

Ketika menjalankan tugas, mereka mengenakan seragam sembari membawa peralatan kebersihan
lengkap. Kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan juga begitu terasa dalam kehidupan
sehari-hari. Norma memberi contoh, di tempat tinggalnya yang merupakan apartemen bersama,
para penghuninya selalu berupaya menjaga kebersihan dapur.

"Dapur yang digunakan untuk memasak bersama harus selalu bersih, tidak boleh ada piring atau
gelas kotor yang tertinggal di wastafel. Begitu juga dengan kompor listrik. Bahkan, percikan
minyak pun harus dilap sampai benar-benar bersih. Hal itu telah menjadi peraturan bersama yang
disepakati oleh seluruh penghuni apartemen," tutur Norma.

Masyarakat Bertanggung Jawab

Menurut Jaron, kesadaran masyarakat Jerman yang cukup tinggi dalam membuang sampah tidak
terlepas dari penanaman rasa tanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Hal tersebut
memang terus dikampanyekan pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Jerman yang berada di Kota Bonn. Secara rutin, KLH Jerman mengedukasi masyarakat tentang
manfaat sampah jika dikelola dengan tepat.

Pihak KLH Jerman dengan menggandeng sejumlah ilmuwan meluangkan waktu untuk
berdiskusi mengenai alat atau teknologi baru dalam mengatasi masalah sampah atau cara baru
mendaur ulang sampah. Jaron memaparkan selama ini pengelolaan sampah di Jerman dilakukan
pemerintah kota dan perusahaan swasta. Sementara itu, dalam mengendalikan pelaksanaan
undang-undang sampah terdapat beberapa tingkatan administrasi.

"Dengan sistem pengelolaan sampah yang selama ini berjalan, pemanfaatan sampah daur ulang
di negaranya boleh dibilang berjalan mulus. Sebagai buktinya, 78 persen sampah kota dapat
didaur ulang, termasuk menjadi energi. Jika dirata-ratakan, 71 persen sampah di Jerman kini
sudah berhasil didaur ulang," papar Jaron melalui surat elektronik. Terkait pengelolaan sampah
organik, Jaron menjelaskan perlakuannya memang lebih khusus.

Pasalnya, untuk mengelola sampah organik diperlukan sebuah thermal dan tata cara teknis secara
biologi. Pada umumnya, sampah dari makhluk hidup itu akan diolah hingga hasil akhirnya
berupa pupuk. Untuk mendukung kelancaran penerapan sistem pengelolaan sampah organik,
Pemerintah Jerman menyediakan 70 municipal waste incinerators yang beroperasi di seluruh
daerah di Jerman.

Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa pengelolaan sampah dengan sistem daur ulang terus
membaik karena mendapat support penuh dari pemerintah, salah satunya dalam bentuk
pemberian fasilitas serta infrastruktur pendukung. Bentuk dukungan lain dari pemerintah adalah
meningkatkan kualitas sistem daur ulang sampah. Ke depan, KLH Jerman berencana
memperluas laju daur ulang sampah, salah satunya untuk logam bio-limbah sambil tetap menjaga
efi siensi pendanaannya. Pemerintah juga berkomitmen untuk membuat lebih banyak lagi wadah-
wadah pemisahan sampah yang wajib dilakukan masyarakat dan perusahaan. suci sekarwati

ARTIKEL PENANGANAN SAMPAH


20.02 4 comments

BAB 1

PENANGANAN SAMPAH DI INDONESIA


Setiap orang ingin sehat bukan? Ya tentu saja. Ada banyak cara untuk membuat dan
menjalani hidup sehat. Salah satunya adalah dengan menjaga lingkungan kita agar tetap bersih.
Lalu bagaimana cara untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih? Salah satunya dengan cara
JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN. Memang, hal ini merupakan hal yang
gampang diucap, tapi masyarakat susah untuk menerapkan langsung di lingkungan sekitarnya.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan,


atau pembuangan dari material sampah. Tapi apakah kalian tahu apa itu sampah? Sampah adalah
konsekuwensi dari adanya aktivitas manusia. Sampah merupakan masalah yang umum terjadi di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang.

Contohnya kota Jakarta, pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per
hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun,
maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (Bapedalda, 2000).
Sangat memprihatinkan bukan?

Para pemulung yang mengorek-ngorek sampah


tumpukan sampah yang seperti gunung

Kehadiran sampah sebagai buangan dari aktifitas domestik, komersil maupun industri tidak
bisa dihindari, bahkan semakin kompleks dan meningkat kuantitasnya sejalan dengan
perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu. Yang menyedihkan, pemerintah kita belum
mempunyai strategi jitu yang bersifat massal dalam menyelesaikan permasalah sampah ini.

Sampah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif
terhadap kegiatan perkotaan. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengatakan kondisi volume
timbulan sampah di DKI mencapai 6.594,72 ton per hari per Januari 2009. Dengan rumusan,
jumlah penduduk Jakarta 8,7 juta jiwa (malam hari) di tambah jumlah penduduk commuter 1,2
juta kali 2,97 liter per hari.

Adapun jenis-jenis sampah, antara lain:

1. Sampah organik, yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya.
2. Sampah anorganik, yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas, logam, kaca, keramik
dan sebagainya.

3. Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang memiliki karakteristik mudah
terbakar, korosif, reaktif, dan beracun. B3 kebanyakan merupakan buangan dari industri, namun
ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas masyarakat kota atau desa misalnya
baterai, aki, disinfektan dan sebagainya.
Sebagian besar sampah kota yang dihasilkan di Indonesia tergolong sampah hayati. Rata-
rata sampah yang tergolong hayati ini adalah di atas 65 % dari total sampah. Melihat komposisi
dari sumber asalnya maka sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur, maka
jenis sampah ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah
di alam ini, dan berpotensi pula sebagai sumberdaya penghasil kompos, metan dan energi.

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.

Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan
hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi
kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai
maupun air tanah. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran
drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar
memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan
manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan
dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah
dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.

Banyak sudah literatur yang mengupas masalah konsep pengelolaan sampah, tidak
terhitung sudah banyak ahli lingkungan yang mengerti tentang sampah di Indonesia. Tetapi
masalah sampah tidak pernah teratasi dengan tuntas. Pemerintah belum berhasil menciptakan
sistem pengelolaan sampah yang sesuai standar dan establish dalam praktek, artinya diterima
secara massal dan tidak akan dirusak oleh suksesi kepemerintahan.

Analisis pengelolaan sampah di atas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang


dilakukan sekarang hanya sekedar memindahkan sampah dari area pusat kota ke luar kota
dengan cara yang tidak memenuhi standar. Untuk kondisi pengelolaan sekarang, terminologi
tempat pengolahan akhir belum sesuai digunakan, yang sesuai adalah tempat pembuangan akhir
sampah. Jika memperhatikan analisis di atas, maka harus dilakukan perbaikan sistem aliran
sampah mulai dari hulu hingga hilir.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah


perkotaan, antara lain:

1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.

2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.

3) Karakteristik sampah.

4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.

5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA)

6) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.

7) Kesadaran masyarakat setempat.

8) Peraturan daerah setempat.

Bagaimana cara agar mengurangi penumpukan sampah yang ada di Indonesia ini?

1) Metode penghindaran dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk ,
atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa
diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ),
mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas
tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
2) Metoda Pembuangan

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah
yg tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin
berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping
lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di
Bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)

3) Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai daur ulang Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain adalah :

Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk keperluan
eksternal

Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan
berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll

Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam,


plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang dapat
digunakan kembali

Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau dan gelap) dan
dihancurkan

4) Pengolahan biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana
yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik
.

5) Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan
bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah
tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk
berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk
seperti karbon aktif. Gasifikasi danGasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk
mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

6) Pemilahan Sampah

Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan organik
maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara teliti untuk mendapatkan bahan
organik yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan.

7) Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

TPA tipe open dumping sudah tidak tepat untuk menuju Indonesia sehat. Oleh sebab itu, secara
bertahap semua Kota dan Kabupaten harus segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi
sanitary landfill. Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum, seperti
adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat, tempat pencucian alat berat,
penjaga, truk, pengolahan sampah, dan persyaratan lainnya.
8) Peranan Masyarakat dan Swasta

A. Peranan Masyarakat

Diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pengelolaan sampah.
Upaya yang dilakukan meliputi :

Masyarakat memiliki kesadaran untuk mengurangi jumlah sampah dari sumbernya.

Masyarakat memiliki kesadaran (willingness to pay) yang tinggi terhadap biaya


pengelolaan sampah.

Masyarakat merasa bangga dapat menjaga lingkungan tetap bersih.

B. Peranan Swasta

Diperlukan peran serta swasta dalam pengelolaan sampah


(pengumpulan/pengangkutan, incinerator, daur ulang, landfill, dll) yang dilakukan dengan
professional, transparan danaccountable.

Diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sampah oleh swasta seperti


kemudahan dalam memenuhi ketentuan dan adanya intensif yang menarik dari pemerintah
terhadap swasta yang melakukan bisnis pengolahan sampah.

9) Peningkatan Kapasitas Peraturan


Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah yang berkaitan dengan ketentuan pengelolaan sampah
harus realistis, sistematis dan menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan sampah di lapangan
baik oleh pihak pengelola maupun masyarakat.Seperti Undang-Undang no 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan persampahan secara resmi sudah diundangkan, tercatat sebagai Lembaran Negara RI
Tahun 2008, Nomor 69.

Dengan begitu, undang-undang itu sudah efektif berlaku. Ada banyak hal yang perlu difahami
dari undang-undang dimaksud. Kali ini salah satu subyek yang akan dikupas adalah asas nilai
ekonomi sampah.
Pasal 3 UU 18/2008 berbunyi selengkapnya: Pengelolaan sampah diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Adapun Manfaat pengelolaan sampah yaitu :

1. Penghematan sumber daya alam

2. Penghematan energi

3. Penghematan lahan TPA

4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)

5. Mengurangi pencemaran

BAB 2
PENGELOLAAN SAMPAH DI NEGARA-NEGARA MAJU

Semua negara di dunia mengalami masalah sampah ini, mari kita tengok bagaimana pengelolaan
sampah di negara-negara maju? Pertama di Asia, contohnya: negara Jepang yang kita kenal
dengan budaya tachiyomi (membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli). Selain itu,
Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah sangat jauh berbeda dengan negara kita
(Indonesia).

JEPANG

Mereka (Jepang) telah membuat peraturan tentang pengelolaan sampah ini, yang diatur
oleh pemerintah kota. Mereka telah menyiapkan dua buah kantong plastik besar dengan warna
berbeda, hijau dan merah. Namun selain itu ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET,
botol beling, kaleng, batu betere, barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-
masing memiliki cara pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.
Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET dibuang di
keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel di
botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke
kantong sampah berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada
label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong
sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa.

Selain pengelolaan sampah di rumah, departemen store, convenient store, dan supermarket
juga menyediakan kotak-kotak sampah untuk tujuan recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut
disusun berderet berderet di dekat pintu masuk, kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET.
Bahkan di beberapa supermarket tersedia untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat dari kertas).
Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu atau jus (biasanya terpisah), terdapat ilustrasi tentang
cara menggunting dan melipat kemasan sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke dalam kotak.

Proses daur ulang itu pun sebagian besar dikelola perusahaan produk yang bersangkutan,
dan perusahaan lain atau semacam yayasan untuk menghasilkan produk baru. Hebatnya lagi,
informasi tentang siapa yang akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak
sampah.

Sementara, pengelolaan sampah di stasiun kereta bawah tanah, shinkansen, pada saat para
penumpang turun dari kereta adapetugas yang berdiri di depan pintu keluar dengan membawa
kantong plastik sampah besar siap untuk menampung kotak bento dan botol kopi penumpang
sambil tak lupa untuk membungkuk dan mengucapkan "otsukaresama deshita!."

Sebelum isu meningkatnya gerakan anti-terorisme (setidaknya mereka menyebut


demikian), pada awalnya, di tempat umum juga menyediakan menyediakan kotak-kotak sampah,
biasanya untuk kategori kaleng, beling, dan sampah biasa (ordinary).

Sementara itu di Eropa dalam mengatasi masalah sampah ini, Komisi Eropa telah membuat
panduan dasar pengelolaan sampah yang diperuntukkan untuk negara-negara anggotanya, seperti
Belanda, Swedia dan Jerman. Dalam penyusunan panduan itu melibatkan pemerintah,
pengusaha, dan rakyat masing-masing negara. Lalu, Kebijaksanaan Eropa itu kemudian
diterjemahkan oleh parlemen negara masing-masing ke dalam perundang-undangan domestik,
yang berlaku buat pemerintah pusat hingga daerah.
BELANDA

Sampai dengan abad ke-17 penduduk Belanda melempar sampah di mana saja sesuka hati.
Di abad berikutnya sampah mulai menimbulkan penyakit, sehingga pemerintah menyediakan
tempat-tempat pembuangan sampah. Di abad ke-19, sampah masih tetap dikumpulkan di tempat
tertentu, tapi bukan lagi penduduk yang membuangnya, melainkan petugas pemerintah daerah
yang datang mengambilnya dari rumah-rumah penduduk. Di abad ke-20 sampah yang terkumpul
tidak lagi dibiarkan tertimbun sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan
sampah di Negeri Kincir Angin (Belanda) saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia saat ini.

Kini di abad ke-21 teknologi pembakaran sampah yang modern mulai diterapkan.
Teknologi itu memungkinkan pembakaran tidak menimbulkan efek sampingan yang merugikan
kesehatan. Agar tujuan itu tercapai, sebelum dibakar sampah mesti dipilah-pilah, bahkan sejak
dari rumah. Hanya yang tidak membahayakan kesehatan yang boleh dibakar. Sampah yang
memproduksi gas beracun ketika dibakar harus diamankan dan tidak boleh dibakar. Yang lebih
menggembirakan, selain bisa memusnahkan sampah, ternyata pembakaran itu juga
membangkitkan listrik.

SWEDIA

Sementara, pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa sampah


merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar pengelolaan
sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi.
Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang sudah
sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam sampah
harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang
ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan.

Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan


volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun 2015.
Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002.
Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan
lokasi landfill harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi
tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.

JERMAN

Sedangkan di Jerman terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas,
botol, metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD dibiayai
oleh perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD bertanggung jawab
untuk memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas.

Berbeda dengan kondisi Jerman 30 tahun silam, terdapat 50.000 tempat sampah yang tidak
terkontrol, tapi kini hanya 400 TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 10-30 % dari sampah awal
berupa slag yang kemudian dibakar di insinerator dan setelah ionnya dikonversikan, dapat
digunakan untuk bahan konstruksi jalan.

Cerita menarik proses daur ulang ini datangnya dari Passau Hellersberg adalah sampah
organik yang dijadikan energi. Produksi kompos dan biogas ini memulai operasinya tahun 1996.
Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun selain menghasilkan pupuk kompos melalui
fermentasi, gas yang tercipta digunakan untuk pasokan listrik bagi 2.000 - 3.000 rumah.

Sejak 1972 pemerintah Jerman melarang sistem sanitary landfill karena terbukti selalu
merusak tanah dan air tanah. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala macam barang
(tidak terpakai) dan hasil reaksi campurannya seringkali tidak pernah bisa diduga akibatnya.
Pada beberapa TPA atau instalasi daur ulang selalu terdapat pemeriksaan dan pemilahan secara
manual. Hal ini untuk menghindari bahan berbahaya tercampur dalam proses, seperti misalnya
baterei dan kaleng bekas oli yang dapat mencemari air tanah. Sampah berbahaya ini harus
dibuang dan dimusnahkan dengan cara khusus.

INGGRIS
Di Inggris, ada City Council untuk kawasan perkotaan, ada juga Town Council untuk
kawasan kota dengan ukuran yang lebih kecil dan ada juga Village Councilatau Parish Council.

Di Inggris tiap-tiap rumah diwajibkan membayar pajak bumi dan bangunan juga, sama seperti di
Indonesia, yang disebut Council Tax. Yang berbeda mungkin hanya jumlahnya yang lebih mahal.

Council Tax ini digunakan oleh pemerintah lokal setempat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan lokal semacam perbaikan jalan, pemberian layanan dan fasilitas umum, dan juga
pengelolaan sampah.

Konsepnya cukup sederhana. Dalam hal pengelolaan sampah, dari uang pajak yang kita
bayar tiap bulan, oleh Council dibelanjakan. Salah satunya adalah untuk pengadaan wheelie bin,
atau tempat sampah beroda. Disebut demikian karena memang ada rodanya, hingga mudah
didorong ke mana-mana untuk memperingan pekerjaan.

Ukuran kotak sampah ini bermacam-macam, dari kecil untuk perumahan-perumahan yang
agak padat agar menghemat tempat, sampai ukuran raksasa untuk sampah industri. Warnanya
pun beragam, tergantung aturan tiap daerah atau kota yang memakainya.

Di setiap rumah, diberikan tiga buah wheelie bin ukuran sedang (seperti gambar pertama
yang berwarna hijau) oleh Town Council. Satu berwarna hijau, satu berwarna coklat dan satu lagi
biru tua. Di tutup masing-masing kotak sampah ini, tercetak tulisan dengan rapi apa-apa yang
harus dimasukkan ke dalam kotak sampah yang mana, dan apa-apa yang tidak boleh.
Gambar 2. Kotak sampah ukuran besar untuk industri

Di kotak sampah yang coklat, hanya diperbolehkan mengisi sampah kebun semacam daun,
akar, ranting, gulma, bunga, sampah organik dapur semacam kulit kupasan buah, sampah
sayuran dll, dan juga kertas karton atau kardus bekas. Tetapi abu sisa pembakaran sampah,
kebun, sisa barbeque atau bakar sate tidak boleh dimasukkan ke kotak coklat ini.

Di kotak sampah yang biru tua, hanya diperbolehkan mengisi botol-botol kemasan plastik
yang sudah tidak terpakai, semacam botol susu, minuman jus, botol selai, botol minyak sayur,
dll. Semua harus yang berupa plastik saja. Di sini juga bisa dimasukkan majalah-majalah bekas,
koran bekas dan brosur-brosur bekas yang tak terpakai. Dan semua yang berbahan kertas.

Di kotak sampah yang hijau, diperbolehkan mengisi apa saja selain yang harus masuk ke
biru dan coklat, kecuali botol kaca. Semua sampah rumah tangga yang tidak boleh masuk ke
coklat dan biru, harus masuk ke kotak hijau ini. Jadi isi sampah dari kamar mandi, sampah dari
meja rias, sampah dapur yang non-organik, semua masuk ke wheelie bin yang warna hijau.
Sementara botol-botol kaca bekas selai, sambal ABC, kecap Bango, dll harus dikumpulkan
terpisah untuk lalu dibawa ke tempat penampungan khusus yang biasa disediakan di jalan masuk
supermarket-supermarket besar.

Di dekat tempat penampungan botol bekas ini juga sering tersedia kotak raksasa untuk
pembuangan sepatu bekas dan baju bekas. Hebat kan? Orang-orang di sini kadang aneh-aneh.
Seringnya mereka membeli sesuatu tapi lupa memakainya, dan ketika ingat, sudah tidak
berminat lagi. Lebih banyak baju-baju yang masih berlabel masuk ke tempat pembuangan ini,
karena pemiliknya kehilangan minat untuk memakainya (meskipun masih baru)

Demikian juga dengan sepatu, sering bernasib serupa. Tapi jangan pikir kalian bisa
mengambilnya begitu saja, karena pembuangan sepatu dan baju ini didesain sedemikian rupa
sehingga menjadi semacam kotak surat. Kalau kalian sudah memasukkan surat ke kotak surat,
susah kan mengambilnya lagi? Sama halnya dengan kotak sepatu dan baju bekas ini. Yang sudah
masuk, tidak bisa keluar lagi, kecuali si petugasnya membuka gembok raksasa dan mengeluarkan
isinya.
Gambar 3. Kotak sepatu dan baju bekas

Lalu diapakan baju dan sepatu ini nantinya? Di Inggris, ada yang namanya charity atau
badan amal, mereka ada di mana-mana dan banyak sekali. Badan-badan amal ini resmi, terdaftar
dan kegiatannya dipantau oleh pemerintah, jadi bukan main-main. Mereka inilah yang
mengumpulkan sepatu dan baju bekas untuk akhirnya dijual lagi dengan harga super murah, dan
uangnya digunakan untuk kegiatan amal.

Toko-toko milik charity ini bertebaran hampir di tiap desa dan kota. Yang dijual adalah
barang-barang bekas seperti sepatu, baju, mainan, alat dapur dan buku. Uniknya, di tiap buku
yang dijual, ditempeli stiker berisi himbauan agar jika selesai membaca, mohon dikembalikan ke
toko itu untuk dijual lagi. Jadi uang yang kita bayarkan sewaktu membeli buku itu jadi semacam
uang sewa buku. Kalau aku sih seringnya buku dari tokocharity kumasukkan ke rak buku untuk
nambah koleksi.

Bagaimana kalau kotak sampah kita sudah penuh? Ke mana sampah-sampah rumah tangga
tadi dibawa pergi? Siapa yang mengambilnya? Di sini lagi-lagi peran Council sangat dibutuhkan.
Dari uang pajak rumah yang kita bayarkan tiap bulan tadi, masing-masing Council di tiap
wilayah masing-masing akan menyediakan mobil-mobil sampah yang berkeliling dari rumah ke
rumah setiap satu minggu sekali untuk mengumpulkan sampah-sampah kita.

Sampah dari kotak warna coklat dan biru akan dikirimkan ke perusahaan daur ulang.
Sampah organik dari kotak coklat akan diproses menjadi kompos, produk untuk berkebun dan
semacamnya, sedangkan sampah dari kotak biru yang berisi kertas dan plastik akan diolah lagi
menjadi produk-produk daur ulang yang berbahan kertas dan plastik.
Gambar 4. Pasukan pengelola sampah

Karena isinya tidak memenuhi persyaratan daur ulang, sampah dari kotak yang berwarna
hijau akan dikirimkan ke tempat pembuangan sampah atau disebut landfill setempat yang
dikelola dengan cukup baik agar proses pembusukan sampahnya tidak mencemari air tanah dan
udara sekitar. Sebagian lagi dikirimkan ke sebuah tempat bernama incinerator atau tempat
pembakaran sampah untuk dimusnahkan dengan cara dibakar.

Incinerator ini diperlukan untuk membantu mengurangi volume sampah yang terus
menggunung di landfill. Karena proses pembusukan sampah juga memerlukan waktu cukup
lama, kadang-kadang keterbatasan lahan landfill mengharuskan sebagian volume sampah harus
dibakar.

Incinerator dikelola sedemikian rupa agar panas dari pembakaran bisa dimanfaatkan dan
didaur ulang untuk sumber energi atau pemanas, sedangkan gas buang dari cerobongnya diolah
terlebih dahulu agar kandungan bahan-bahan berbahaya yang bisa mencemari udara bisa ditekan
sekecil-kecilnya atau dihilangkan sama sekali. Hal ini juga sudah diatur dengan ketat oleh Uni
Eropa dan semua negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa wajib mematuhinya
.
Gambar 5. Incinerator atau tempat pembakaran sampah

Bagaimana kalau kita harus membersihkan rumah dan ingin membuang beberapa perkakas
rumah tangga seperti meja, kursi, sepeda atau daun pintu? Bagaimana kalau kita membersihkan
kebun dan menebang pohon? Ke mana sampah-sampah yang ukurannya besar ini harus
dibuang karena tentu saja tidak akan muat dimasukkan ke dalam kotak sampah yang kita punya
di rumah?

Sampah-sampah berukuran besar tersebut harus dibuang ke tempat pembuangan sampah


terdekat. Tempat pembuangan sampah (TPS) ini bukan tanah luas seperti di daerah Bekasi yang
baunya bisa tercium dari jarak puluhan kilometer, dan di mana kehidupan para pemulung barang
bekas terpusatkan.

Tempat pembuangan sampah di sini (atau biasa disebut recycling centre atau the tip),
ukurannya tidak terlalu besar. Biasanya tempat ini punya gerbang yang bisa dibuka tutup dan
dikunci di malam hari, dan jalan masuknya teraspal rapi supaya bisa diakses oleh mobil yang
keluar masuk membawa barang-barang buangan.

Apa perbedaannya dengan landfill tadi? Tentu saja berbeda. Kalau landfill digunakan
sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) untuk sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang
lagi, TPS yang dimaksudkan di sini dipakai untuk mengumpulkan sampah-sampah berukuran
besar yang tidak bisa diambil oleh mobil pengangkut sampah biasa.

Itulah perbedaannya. Untuk ke sini, orang yang ingin membuang sampah harus membawa
mobil sendiri. Di dalam recycling centre ini ada beberapa petugas yang kerjanya memberi
petunjuk ke mana para pengendara mobil yang penuh barang-barang buangan ini harus memarkir
mobilnya dan jenis sampah apa harus masuk ke kotak yang mana.

Gambar 6. Recycling Centre atau tip

Tiap-tiap jenis sampah yang berbeda-beda harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak besi
raksasa (Skip), yang masing-masing sudah dilabeli untuk diisi jenis sampah tertentu. Contohnya,
sampah dari kebun seperti tebangan pohon, atau kotak yang lain ditujukan sebagai tempat
buangan sampah mesin seperti sepeda bekas, mesin cuci rusak, dsb.

Dengan sistem pengelolaan sampah seperti ini, semua rumah dan industri berkewajiban
untuk melakukan pemisahan sampah sejak kita memakai produk-produk yang kita konsumsi
sehari-hari. Pemisahan sampah oleh konsumen pemakai produk di tahap awal, sangat membantu
mengurangi biaya sortir. Bayangkan jika seluruh sampah tersebut dicampur aduk menjadi satu
dan dibuang bersama-sama. Alangkah sayangnya. Sampah yang harusnya bisa didaur ulang
bercampur dengan sampah lain, berakhir di TPA dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Jikalau
hendak didaur ulang, proses pemisahannya juga akan membutuhkan tenaga dan waktu yang
cukup lama.

Di Inggris, tidak diperbolehkan untuk membuang sampah dengan cara menimbunnya di


dalam tanah, atau membakarnya di kebun belakang rumah. Selain untuk menghindari
pencemaran tanah dan air tanah, juga asap pembakaran akan mencemari udara. Seluruh
pengelolaan sampah di negara Inggris dilakukan oleh pemerintah, dan pemisahan sampah sejak
di rumah menjadi kewajiban setiap warga.

Hal ini mudah dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dan menjadi
tradisi. Kita akan otomatis memisahkan sampah menurut jenisnya setiap hari dan setiap saat,
tanpa menyadarinya. Selanjutnya adalah tugas pemerintah untuk mengambil, mengolah dan
melakukan pembuangan sampah dengan pertanggungjawaban yang tinggi terhadap kesehatan,
lingkungan dan alam sekitar. Undang-undang kesehatan dan lingkungan yang sudah diregulasi
oleh negara dan Uni Eropa juga harus dipatuhi.

Apakah hal ini bisa juga dilakukan di Indonesia? Jawabnya tentu saja bisa (merdeka!).
Asalkan pemerintah dan masyarakat berperan aktif untuk membangun kebiasaan ini bersama-
sama, dan ini bukanlah hal yang mudah. Di satu sisi karena pengelolaan sampah akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, di sini lain masyarakat masih perlu bimbingan dan
penyuluhan terus menerus mengenai kesadaran hidup bersih dan cara mengelola sampah yang
benar dan ramah lingkungan.

Tapi kita tak harus menunggu. Tentunya kita tidak perlu pula mencontoh persis apa yang
dilakukan negara lain di luar negeri. Karena pastinya ada beberapa hal yang bisa mulai dilakukan
di Indonesia untuk saat ini, yang bisa kita mulai dari diri sendiri. Beberapa di antaranya adalah

1. Pilihkan produk-produk yang tidak terlalu banyak atau besar kemasannya, ini akan mengurangi
volume sampah rumah tangga kita sendiri.

2. Pisahkan sampah plastik yang bisa didaur ulang dengan sampah organik yang ujung-ujungnya
akan dibuang ke TPA. Berikan sampah plastik ini ke pemulung yang sering singgah di
perumahan-perumahan, atau letakkan sampah plastik ini terpisah sehingga para pemulung tidak
perlu mengorek-ngorek bak sampah kalian untuk mencari plastik-plastik bekas. Selain
memudahkan kerja si pemulung, kalian juga sudah menyelamatkan beberapa bahan plastik yang
jika tercampur dengan sampah lainnya akan dibuang begitu saja ke TPA.

3. Pisahkan produk-produk kertas seperti majalah bekas, koran bekas, buku bekas, dan bawa ke
tempat pengumpulan kertas di dekat rumah kalian. Atau biasanya sering ada yang berkeliling
mencari koran bekas untuk dibeli. Selain membantu lingkungan, kalian juga bisa menambah
uang saku atau uang belanja dapur dari menjual kertas atau karton bekas ini.

4. Pisahkan sampah organik dari kebun dan dapur yang bisa terurai. Buat tempat penampungan
kompos di belakang rumah dan sering-seringlah mengaduk-aduk kompos kalian. Jika
pemilahannya benar dan seluruhnya adalah sampah organik, tidak akan tercium bau tak sedap
dari kotak kompos.

5. Pisahkan sampah botol kaca. Lakukan hal yang sama dengan sampah kertas di atas. Bisa
menambah uang saku atau uang belanja.

6. Lipat dan bawa kantong belanja sendiri ke mana-mana. Jadi tidak perlu mengkonsumsi
kantong plastik setiap kali membeli sesuatu. Pastikan kantong belanja kalian penuh sebelum
memakai kantong berikutnya. Manfaatkan kantong belanja seefisien mungkin. Ini akan
mengurangi sampah plastik yang bertebaran di TPA.

7. Jangan terlalu konsumtif. Manfaatkan barang-barang lama untuk dipakai ulang. Selain
menghemat uang, juga membantu mengurangi konsumsi. Wujudkan kreasimu sendiri untuk
mendaur ulang barang-barang bekas di rumah kalian agar bisa dimanfaatkan lagi.

8. Jangan buang sampah sembarangan. Simpan sampah-sampah yang kalian hasilkan dari
konsumsi diri kalian sendiri, masukkan ke dalam kantung celana atau tas jika perlu, hingga
kalian sampai di rumah dan bisa memilah sampah tersebut. Ingat, membuang satu sampah botol
plastik minuman kemasan di kotak sampah pinggir jalan, hanya akan menambah satu sampah
botol plastik yang sulit terurai di TPA!

9. Jangan pernah berhenti berbagi ilmu dengan teman, keluarga dan tetangga sekitar. Jadikan
Indonesia, di mana rumah kalian berdiri dan di mana kalian hirup udaranya setiap hari, menjadi
lebih bersih.

BAB 3

HARAPAN-HARAPAN UNTUK MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM


PENANGANAN MASALAH SAMPAH DI INDONESIA

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari
dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol
sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus
dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan
karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan. Undang-Undang ini akan


mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-masing pihak. UU juga akan
mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam penanganan sampah.

Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah budaya masyarakat soal
sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi pengetahuan, pemahaman, kampanye yang
kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh pejabat setingkat Kepala Dinas seperti terjadi sekarang. Itu
harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, departemen agama, dan mungkin
Depkominfo. Di beberapa negara, seperti Filipina, Kanada, Amerika Serikat, dan Singapura yang
mengalami persoalan serupa dengan Indonesia, sedikitnya 14 departemen dilibatkan di bawah
koordinasi langsung presiden atau perdana menteri.

Harapan-harapan saya dalam pengelolaan sampah di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Mulailah kebiasaan hidup sehat dan bersih dengan hal-hal kecil dari diri sendiri, contohnya
membuang sampah di tempatnya.

2. Berpartisipasi dalam pengolahan sampah dalam masyarakat. Contohnya dengan mengikuti


kerja bakti bagi masyarakat, tugas piket bagi siswa, dan juga ikut serta dalam organisasi daur
ulang.

3. Menyadarkan orang lain dalam melakukan hal-hal baik dalam pengelolaan sampah, seperti
menulis artikel atau menjalankan kampanye. Ketika tindakan kita sudah nyata dalam masyarakat,
orang lain juga akan tergerak.

4. Diperlukan manajemen data yang lebih rapi agar memudahkan pencarian data terkait penelitian
di bidang persampahan.

5. Diperlukan peng-update-an data secara terus menerus agar diperoleh informasi lengkap terkait
teknologi pengolahan dan pengelolaan sampah.

6. Diperketatnya Undang-Undang yang mengatur tentang persampahan maupun tentang


pengelolaan sampah.
7. Masyarakat bisa melakukan kebiasaan memilah sampah yang bisa didaur ulang dengan sampah
yang susah untuk didaur ulang (sampah organic dengan sampah non-organik)

8. Indonesia bisa meniru cara pengelolaan sampah di negara-negara maju seperti Jerman, Inggris
dan Jepang.

9. Masyarakat membayar pajak dengan tekun dan rutin. Dengan demikian, uang pajak tersebut
bisa dipakai untuk melengkapi sarana-sarana yang lengkap dalam pengelolaan sampah tersebut.

10. Kesadaran masyarakat setempat untuk tidak melakukan korupsi dan hal hal yang merugikan
Negara. Karena hal tersebut akan menghambat perkembangan Negara dalam pengelolaan
sampah.

Ananda dewi, http://vorzentravaless.blogspot.com/2012/08/artikel-penanganan-sampah.html

Canggihnya Mesin Sampah di Korea

HL | 09 July 2013 | 17:58 Dibaca: 2686 Komentar: 58 33

Buang sampah di China kebanyakan tak pernah dipisahkan karena tong sampah yang tersedia
didekat apartemen cuma ada satu jenis mau sampah anorganik atupun organik tumplek jadi satu.
Namun untuk dijalan-jalan kotak sampah selalu ada 2 jenis yaitu sampah anorganik dan organik.

Cuma nih orang China punya kebiasaan mengumpulkan sampah berupa kertas ataupun plastik
dan juga botol-botol dari kaca kedalam gudangnya. Karena mereka tahu sampah-sampah tersebut
punya nilai jual. lebih banyak orang China yang menyimpan sampah-sampah tersebut kedalam
gudangnya kalau sudah banyak baru deh ia jual kepada penampung barang-barang tersebut.

Siapa sih yang gak mau uang kalau bisa dimanfaatin dan menghasilkan uang kenapa harus
dibiarkan sia-sia mungkin itulah sebabnya kotak sampah hannya satu jenis saja. Sistem
pengambilan sampah di China kebanyakan saat pagi hari dan itu berlaku untuk setiap hari.

Saat di Korea kebetulan pemukiman tempat tinggal saya tak ada kotak sampahnya namun tak ada
sampah yang berceceran dijalan-jalan. Pengambilan sampah pun dilakukan saat malam hari
karenanya sampah boleh dikeluarin diatas jam 7 malam didepan pintu gerbang pemukiman.

Untuk membuang sampah di Korea harus mengunakan plastik yang banyak dijual di
supermarket, artinya kita tak perlu lagi membayar iyuran perbulan untuk sampah yang kita buang
karena beli plastik sama halnya sebagai pembayaran kita.

Warna plastik sampah yang dipakai sesuai dengan jenis sampahnya, dulu waktu saya tinggal di
Sungnam-Si yang dipakai plastik warna gandaria adalah sampah kertas, warna kuning untuk
sampah organik dan warna biru untuk sampah plastik dan juga botol kaca. Harga plastik tersebut
tergantung besar ukuran dan berapa banyak yang dibeli. Ukuran dari plastik tersebut mulai dari
3 L, 5 L, 10 L sampai 20 L dan harganya juga tergolong mahal.

Makanya kalau mau irit pengeluaran jangan banyak sampah yang dibuang heheheh. Jika pun
kita membuang sampah tidak memakai plastik tersebut siap-siap kena denda yang juga gak
murah sekitar 1 juta Won. Kantong plastik untuk membuang sampah diwilayah lain bisa jadi
warnanya berbeda dengan tempat saya dulu. Tata aturan dan cara membuang sampah tertera pada
plastik-plastik tersebut.

Kebiasaan saya dulu saya memisahkan botol-botol plastik dan juga kaca ataupun kotak-kotak
dari kertas dengan plastik biasa. Untuk mensiasati agar tidak banyak plastik sampah yang saya
pakai hehehe. Karena jika saya memisahkan sampah tersebut biasanya para lansia akan
memungutnya dan menjualnya di tempat penampung sampah-sampah tersebut.

mesin sampah di Korea, doc.pribadi

Beberapa hari ini suami sedang berada di Korea karena suatu pekerjaan, tadi malam ia sempat
bercerita dan mengirimkan saya beberapa foto tentang sistem pembuangan sampah di Korea.
Sungguh baru beberapa tahun ditinggalkan ternyata sistem pembuangan sampah di Korea
semakin canggih saja. Dibebarapa wilayah sekarang sampah yang dibuang wajib di masukkan
kedalam mesin sampah memakai cips. Mesin sampah ini otomatis akan terbuka jika kita
menempelkan cip dimesin kemudian tertutup kembali setelah kita pencet tombol tutup.

Sampah akan terseret kedalam dan diproses oleh sebuah mesin kemudian dibawa oleh kontener
menuju ke pengolahan sampah berikutnya. Wow canggih juga ya, bisa jadi kotak sampah berupa
mesin seperti ini malah gak bikin kucing atau tikus ngacak-ngacak sampah. Bau sampah juga
tak tercium lagi hehehhe. Penyakit yang disebabakan oleh sampah juga bisa diatasi. Mesin
sampah ini ada 2 jenis yaitu sampah organik dan juga sampah anorganik dan tabung yang
ditengah berupa minyak goreng bekas pakai.

sumber gbr. naver.com

Mungkin karena Korea sebagai negara yang masyarakatnya tau dan faham betul bahwa sampah
yang berserakan akan menimbulkan penyakit dan hal lain yang merugikan, makanya sampah
sangat diperhatikan di negara ini. Bagaimana dengan Indonesia? kapan saatnya kita sadar dengan
bahaya sampah. Setidaknya jika kita belum bisa mengatasi sampah dengan benar bagusnya
adalah kita mau mengurangi sampah yang kita pakai. Semoga Indonesia suatu hari mampu
memiliki pengolahan sampah yang canggih dan masyarakatnya sadar betul untuk tak membuang
sampah sembarangan.

Salam Sya, Shandong (RRC) 2013.07.09

http://green.kompasiana.com/polusi/2013/07/09/canggihnya-mesin-sampah-di-korea-
575665.html
PERBEDAAN PROSES PENGOLAHAN SAMPAH DI JEPANG & AMERIKA
November 19, 2010

Pagi ini tgl 19 Nov 2010 dalam discovery channel ditayangkan proses pengolahan sampah RT di
Amerika. Melalui tayangan singkat tersebut ada sedikit perbedaan dalam memproses sampahnya,
terutama pada pengolahan sampah organiknya.

Di awali dengan datangnya dua unit mobil pengangkut sampah ke sebuah kompleks perumahan.
Di mana di depan rumah-rumah tersebut telah ada dua unit tempat sampah besar, yang tertulis
sampah organik dan sampah bukan organik. Satu unit mobil pengangkut sampah untuk
mengangkut sampah2 basah. Sedang satu unit mobil sampah untuk mengangkut sampah-sampah
non organik.

Perbedaannya dengan Jepang yaitu, jadwal pengangkutan sampah organik dan non organik tidak
dilakukan pada hari yang sama. Dan juga sampah di Jepang terbagi atas 3 jenis, yaitu

1. Sampah-sampah yang basah yang hanya berisi sampah sisa-sisa makanan, sisa-sisa potongan
sayur-mayur dan sampah organik (seperti kertas-kertas, tissue dan bekas dos-dos kecil bekas
sabun cuci dsb)

2. Sampah-sampah dari plastik, spt kantong-kantong yang terbuat dari plastik, dan pet botol
plastik

3. Sampah-sampah yang terbuat dari kaca dan besi

Di Amerika usai pengangkutan dari rumah penduduk dilakukanke-dua unit mobil pengangkut
sampah tersebut langsung menuju pabrik pengolahan sampah. Sampah organik menuju gerbang
pengolahan sampah organik sedang sampah non organik di bawa ke bagian gedung yang lain
tetapi masih di dalam area yang sama.

Sedang di Jepang, pabrik pengolahan sampah rumah tangga, sampah yang terbuat dari plastik
dan sampah yang terbuat dari kaca dan besi semua berada di tempat yang berbeda-beda.
Pengangkutan pengambilan sampah sperti yang telah dijelaskan sebelumnya pun berbeda-beda.
Masyarakat telah diberikan pengarahan oleh pemerintahan daerah masing-masing untuk memilah
sampah-sampah tersebut dari rumah, sebelum di serahkan pada petugas sampah dengan kantong
plastik sampah khusus yang berbeda-beda jenis pula.

Sesampainya unit mobil pengangkut sampah di pabrik, maka sampah masuk ke dalam sebuah
gudang besar dan sampah2 tersebut di bongkar di sana, sehingga kita dapat melihat sampah
bertumpuk-tumpuk di dalam gudang tersebut. Kondisi ini berbeda dengan di Jepangtruk
pengangkut sampah tersebut membongkar muatannya di dalam gudang, tetapi sampah tersebut
langsung di cemplungkan ke dalam sebuah bak yang supeeeeerrrr besar dan kedalamannya bisa
puluhan meter dari permukaan tanah.
Proses berikutnya, bila di Amrik, sampah yang bertumpuk itu dengan alat berat lalu di bawa
untuk ditumpahkan ke roller rel (spt biasa kita lihat di resto-resto Jepang yang menyediakan
sushi). Di sana telah berdiri tenaga manusia untuk memilah-milah sampah tersebut. Sampah
organik di biarkan lewat, tetapi sampah yang terbuat dari plastik atau benda yang tidak sengaja
terbawa akan dipisahkan secara manual. Sementara di Jepang, sampah yang telah masuk ke
dalam bak besar tersebut, akan diaduk-aduk dengan mesin pengaduk yang super besar banget.
Sambil diaduk-aduk itulah..mesin-mesin sensor akan memilah sampah-sampah yang tak sengaja
terbawa keluar dari bak besar itu. Bisa terlihat dengan jelas mesin sensor akan menarik keluar
sampah spt plastik, kaca bahkan besi yang masih tercampur dengan sampah organik sebelumnya.

SelanjutnyaSampah-sampah organik akan diproses dengan sebuah mesin menjadi butiran-


butiran sampah..mirip dengan pasir. Hasil sampah ini akan di bawa dengan giant truck ke sebuah
tempat padang pasir luas di Amrik sana. Sampah2 organik ini akan dikubur, diberikan suatu zat
sehingga sampah-sampah tersebut tidak akan dibongkar oleh binatang-binatang liar yang
mungkin melintasi daerah tersebut, setelah itu baru di tutup dengan tanah. Sampah2 yang
terkubur di tanah itu tetap akan mengeluarkan energi panas. Sehingga di tempat tersebut sering
ada sebuah pabrik yang tugasnya mengolah energi panas yang dihasilkan oleh penimbunan
sampah dapat dimanfaatkan.

Sementara di Jepang, sampah-sampah organik langsung menuju sebuah proses pembakaran


sampah dengan suhu yang amat tinggi yang berada ratusan meter di bawah tanah di dalam pabrik
tersebut. Hasil dari proses pembakaran sampah tersebut adalah berupa butiran-butiran yang mirip
dengan pasir. Nah, butiran-butiran yang mirip pasir inilah yang akan di bawa ke sebuah pabrik
untuk proses pembuatan paving block untuk walking area, rest area dan bahu-bahu jalan di
Jepang. Butiran-butiran pasir ini jualah yang dimanfaatkan utnuk memperluas dataran Jepang,
dengan sebuah tehnologi canggih, di mana tehnologi tersebut dapat membuat daratan baru di
tengah-tengah laut. Contohnya: seperti lapangan udara yang ada di Osaka. Di mana bandara
tersebut berada di tengah laut dengan daratan buatan. Juga bisa di lihat di banyak tepi laut di
Jepang kegiatan proses pelebaran daratan ini. Sedang energi panas yang dihasilkan oleh
pembakaran sampah jauh di dalam perut bumi itu langsung dijadikan sumber tenaga listrik untuk
kebutuhan pabrik itu sendiri dan masyarakat di sekitar pabrik.

Sedang untuk pengolahan sampah non organiknya kurang lebih sama.

Di mana sampah non organik tersebut setelah pembongkaran muatan, penyortiran maka sampah
non organik dipisahkan berdasarkan jenisnya (Kertas-kertas, kayu-kayu (spt sumpit), plastik-
plastik, kaca-kaca dan besi-besi). Setelah itu sampah-sampah yang telah tersortir berdasarkan
kategorinya akan dipress dengan sebuah mesin khusu untuk bisa di bawa dengan mobil-mobil
container besar untuk di bawa ke pabrik lanjutan untuk proses daur ulang.

https://ayakamariko.wordpress.com/2010/11/19/perbedaan-proses-pengolahan-sampah-di-
jepang-amerika/

Anda mungkin juga menyukai