Versi-2008-9/10
BAGIAN 9
PENGURUGAN (LANDFILLING) SAMPAH
Bagian ini menjelaskan metode yang selalu digunakan dalam pengelolaan sampah yaitu TPA.
Dijelaskan tentang peran TPA, jenis landfilling, aspek engineering yang perlu diperhatikan
khususnya dalam pengendalian lindi dan gasbio. Dijelaskan pula tentang kondisi TPA di
Indonesia yang sampai saat ini selalu bermasalah.
9.1 Pemerosesan Akhir Sampah secara Umum
Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah
yang biasa dijumpai di Indonesia adalah
dilaksanakan di Tempat Pemerosesan Akhir (TPA).
Pada umumnya pemerosesan akhir sampah yang
dilaksanakan di TPA adalah berupa proses
landfilling (pengurugan), dan di Indonesia sebagian
besar dilaksanakan dengan open-dumping, yang
mengakibatkan permasalahan lingkungan, seperti
timbulnya bau, tercemarnya air tanah, timbulnya
asap, dsb. Teknologi landfilling yang tradisional
membutuhkan lahan luas, karena memiliki
kemampuan reduksi volume sampah secara
terbatas. Kebutuhan luas lahan TPA dirasakan tiap
waktu meningkat sebanding dengan peningkatan
jumlah sampah. Sedangkan persoalan yang
dihadapi di kota-kota adalah keterbatasan lahan.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka
diperlukan suatu usaha optimalisasi TPA yang telah
ada sehingga diharapkan dapat memperbaiki
kinerja dan masa layan TPA [8].
TPA sampah merupakan langkah akhir dari
rangkaian proses penangan sampah. Dalam
pemusnahan ini dikenal berbagai metode, antara
lain adalah landfill. Sanitary landfill adalah metode
landfilling yang dianggap paling baik. Di Indonesia
dikenal terminologi Controlled Landfill atau lahan
urug terkendali yang merupakan perbaikan atau
peningkatan dari cara open dumping, tetapi belum
sebaik sanitary landfill. Perbaikan atau peningkatan
antara lain dengan kegiatan penutupan sampah
secara berkala. Bila dalam sanitary landfill
diinginkan adanya penutup harian, dan pada open
dumping urugan sampah samasekali tidak
dilkakukan, maka dalam controlled landfill
penutupan ditunda sampai 5-7 hari, sesuai dengan
siklus hidup lalat [8]. Namun terminologi controlled
landfill ini kerap disalah artikan, bila secara berkala
sebuah TPA sudah menerapkan penutupan, maka
itu dianggap sebagai controlled landfill.
Untuk memperpanjang umur pemakaian TPA, maka
salah satu solusi adalah pengolahan dan daurulang sampah sebelum diurug, melalui reduksi
volume sampah yang akan diurug, misalnya [9]:
Pendaurulangan sampah (Reuse, Recycling,
Recovery).
Pembuatan kompos (Composting)
Insinerasi.
Proses daur ulang berupa pemanfaatan kembali
bahan-bahan yang ada pada sampah biasanya
dilaksanakan oleh pemulung. Bila dibandingkan
dengan TPS, pemulungan sampah di TPA di
beberapa kota di Indonesia rata-rata memiliki
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-1
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-2
Versi-2008-9/10
Kekurangan
Open Dumping (sebetulnya bukan metode)
Teknis pelaksanaan mudah.
- Terjadi pencemaran udara oleh gas, bau, dan debu.
Personil lapangan relatif sedikit.
- Pencemaran terhadap air tanah oleh terbentuknya leachate.
Biaya operasi dan perawatan yang relatif rendah.
- Resiko kebakaran cukup besar.
- Mudah terjadi kabut asap.
- Mendorong tumbuhnya sarang vektor penyakit (tikus, lalat,
nyamuk)
- Mengurangi estetika lingkungan.
- Lahan tidak dapat digunakan kembali dalam waktu yang
cukup lama.
Controlled Landfill
Dampak terhadap lingkungan dapat diperkecil.
- Operasi lapangan relative lebih sulit.
Lahan dapat digunakan kembali setelah selesai dipakai.
- Biaya investasi, operasi, perawatan cukup besar.
Estetika lingkungan cukup baik.
- Memerlukan personalia lapangan yang cukup terlatih
Sanitary Landfill
Biaya investasi lebih rendah dibanding metode pengolahan - Pada daerah dengan populasi yang tinggi, ketersediaan
lain
lahan menjadi sulit.
Merupakan metode pembuangan akhir yang lengkap, tanpa - Jika operasi tidak berjalan semestinya dapat menghasilkan
memerlukan pengolahan dibandingkan insinerasi dan
akibat seperti metode open dumping.
komposting
Dapat menerima berbagai tipe sampah.
Metode yang fleksibel terhadap fluktuasi kuantitas sampah.
Setelah selesai pemakaiannya, dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seperti areal parkir , lapangan golf, dan
kebutuhan lain.
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-3
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-4
Metode slope/ramp:
Sebagian tanah digali
Sampah kemudian diurug pada tanah
Tanah penutup diambil dari tanah galian
Setelah lapisan pertama selesai, operasi
berikutnya seperti metode area
Metode parit (trench):
Site yang ada digali, sampah ditebarkan dalam
galian, dipadatkan dan ditutup harian
Digunakan bila airtanah cukup rendah
sehingga zone non-aerasi di bawah landfill
cukup tinggi ( 1,5 m)
Digunakan untuk daerah datar atau sedikit
bergelombang
Operasi selanjutnya seperti metode area
Versi-2008-9/10
Metode pit/canyon/quarry:
Memanfaatkan cekungan tanah yang ada
(misalnya bekas tambang)
Pengurugan sampah dimulai dari dasar
Penyebaran dan pemadatan sampah seperti
metode area
Kenyataan di lapangan, cara tersebut dapat
berkembang lebih jauh sesuai dengan kondisi
c. Berdasarkan proses biodegradasi sampah:
Seperti halnya pengomposan, maka pada dasarnya
landfilling adalah pengomposan dalam reaktor yang
luas. Oleh karenanya terdapat kemungkinan
pembusukan sampah secara aerobik maupun
secara anaerobik.
Landfill anaerobik:
Landfill yang banyak dikenal saat ini,
khususnya di Indonesia. Timbunan sampah
dilakukan lapis perlapis tanpa memperhatikan
ketersediaan oksigen di dalam timbunan.
Kondisi anaerob menghasilkan gas metan (gas
bakar). Dihasilkan pula uap-uap asam-asam
organik, dan H2S yang menyebabkan jenis
landfill ini berbau bila tidak ditutup tanah.
Karena kondisinya anaerob, stabilitas sampah
tidak cepat tercapai, dan dihasilkan leachate
dengan konsentrasi tinggi
Landfill semi-aerobik (lihat Gambar 9.5):
Dikenal pula sebagai metode Fukuoka, karena
universitas inilah yang memperkenalkan pada
awal tahun 1980-an
Dihindari tergenangnya leachate dalam
timbunan, melalui sistem pengumpul leachate
dengan pipa yang berdiameter besar, sehingga
2/3 luas panampang pipa terisi udara
Sistem drainase leachate ini berhubungan
dengan sistem penangkap gas vertikal
Tanah penutup tidak perlu terlalu kedap
Landfill aerobik:
Mengupayakan agar timbunan sampah tetap
mendapat oksigen. Dengan demikian proses
pembusukan lebih cepat, seperti halnya
pengomposan biasa.
Leachate yang dihasilkan relatif lebih baik
dibanding landfill anaerob. Juga bau akan
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-5
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-6
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-7
Presipitasi (P)
Evapotranspirasi
(ET)
Run Off (RO)
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-8
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-9
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-10
Versi-2008-9/10
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB
9-11