Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

TOL GEDEBAGE-TASIKMLAYA-CILACAP

Disusun guna melengkapi tugas Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan


Dosen pengampu : Sardjito Eko Windarso, SKM., M.Ph.

Disusun oleh :

1. Adinda Dwita C P07133218005


2. Melani Rizki Utami P07133218016
3. Yuanita Windy Patmawati P07133218025
4. Lia Mareta Anggraini P07133218036
5. Luqyana Laili Astuti Sari P07133218048

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang berjudul “ANALISIS
DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN TOL GEDEBAGE-TASIKMALAYA-CILACAP”.
Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kelancaran pembuatan Makalah ini terutama kepada Sardjito Eko Windarso,
SKM, MP. selaku dosen mata kuliah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang
telah memberikan bimbingannya.
Perlu diketahui bahwa makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ADKL
Tahun ajaran 2020/2021 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. Dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan sehingga penyusunan karya tulis yang sejenis pada masa yang mendatang akan lebih
baik.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyarakta, 09 April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup ialah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya,
sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan (UU
No.32 tahun 2009 Pasal 1).
Faktor-faktor pencemaran lingkungan hidup meliputi faktor geografik (iklim,
perubahan cuaca, kesuburan tanah, dan erosi), faktor sosial budaya (tingkat ilmu dan
pengetahuan masyarakat, tingkat teknologi yang dimiliki masyarakat, serta perilaku
manusia), dan ekosistem (lingkungan biotik, abiotik, dan proses ekosistem). Pencemaran
lingkungan hidup terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran udara.
Dalam pembangunan jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap menyebabkan
pencemaran lingkungan yaitu pencemaran udara. Menurut Peraturan Pemerintah RI
nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia.
Pembangunan di Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap dapat menimbulkan
pencemaran udara seperti kebisingan, CO dan debu. Karena mobilitas kendaraan yang
mengangkut peralatan dan bahan material pembangunan jalan tol, juga karena alat proses
pembangunan jalan tol.
Dalam pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap memiliki dampak
pencemaran udara yang cukup tinggi bagi warga yang tinggal disekitar lokasi
pembangunan, seperti pencemaran udara diantaranya kebisingan, CO dan debu. Proyek
pembangunan ini memberikan dampak negatif pada lingkungan. Dalam proses
pembangunannya, pohon-pohon yang berada di sekitar wilayah pembangunan diratakan
dengan tanah, dan lokasi didekat tempat tinggal warga digunakan untuk lokasi
penyimpangan peralatan/kendaraan berat dan juga digunakan sebagai lokasi Batching
plant (pencampuran bahan material seperti semen, pasir, batu split). Dengan dijadikannya
lokasi Batching plant, banyak warga yang sudah mulai merasakan dampak dari debu
tersebut seperti mata pedih/sakit mata, ISPA, batuk, diare, kulit gatal dan sesak nafas.
Selain debu, terdapat dampak lain seperti CO yang menimbulkan masyarakat merasa
pusing/sakit kepala, mual/muntah, dan dampak kebisingan seperti rasa terganggunya
masyarakat sekitar karna aktifitas pembangunan .
Berdasarkan penjabaran tersebut, pemahaman mengenai analisis dampak kesehatan
lingkungan terkait pemajanan kebisingan, CO, dan debu yang diakibatkan oleh mobilisasi
kendaraan dan peralatan pekerjaan jalan tol yang mempengaruhi lingkungan serta
keluhan masyarakat perlu diperhatikan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui keluhan masyarakat sekitar mengenai kadar atau pemajanan
pencemaran udara kebisingan, CO dan debu oleh kegiatan mobilitas peralatan,
material, penyiapan tanah dasar dan perkerasan jalan tol.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui analisis dampak lingkungan akibat pemajanan kebisingan, CO
dan debu oleh mobilitas peralatan di Tol Gedebage.
b. Mengetahui besar kebisingan dan kandungan CO dan debu di Tol Gedebage
yang terkena pemajanan kebisingan, CO dan debu akibat mobilitas peralatan.
C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu kesehatan lingkungan khususnya
bidang analisis dampak kesehatan lingkungan terutama dalam pengetahuan terkait
pemajanan kebisingan, CO dan debu.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemajanan kebisingan, CO dan
debu terutama yang diakibatkan oleh kegiatan mobilitas peralatan. Selain itu,
memberikan informasi mengenai bahaya dan dampak kebisingan, CO dan debu sebagai
polutan dan pencegahan serta penanggulangan terkait dampak kebisingan, CO dan debu
khususnya di Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.
3. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu sarana untuk menambah wawasan, informasi, serta ilmu
pengetahuan mengenai analisis dampak kesehatan lingkungan, khususnya pemajanan
kebisingan, CO dan debu yang diakibatkan oleh mobilitas peralatan di Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
1. Deskripsi Latar Belakang Riwayat
a) Diskripsi Lokasi

Tambahan dulunya lokasi ini seperti apa sebelum adanya pembangunan


tol, geografisnya kah atau yang lain, baru paragraf berikutnya deskripsi jalan tol
udah bener dibawah (ADIN)

Pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap bertujuan untuk


menghubungkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah serta mendukung pariwisata di
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jalan Tol Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap ini akan
sepanjang 184 km dan memiliki 10 simpang susun. Rencananya Jalan Tol
Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap ini akan memiliki 2 jalur dengan masing-masing 2
lajur. Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap memiliki investasi total Rp
34.035 Triliun. Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap direncanakan akan
mulai kontruksi pada 2022 dan rencana beroperasi pada 2024.

Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang melintasi tujuh


kabupaten/kota di Jawa Barat, yakni akan dilintasi dari Bandung menuju Garut,
Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, hingga Cilacap. Pembangunan fisik Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap akan dikerjakan pada 2022.
b) Data Vegetasi
Beberapa tumbuhan yang mampu menyerap polutan dan meredap kebisingan di
sepnajang jalan tol menurut data penghijauan di wilayah kecamatan Gedebage
adalah sebagai berikut :

No Jenis Tanaman Fungsi Gambar


1. Angsana Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
pintu keluar dan
sepanjang jalan tol
dengan jarak 6 meter
yang menjadi andalan
sebagai tumbuhan
protektor karena
mampu
mengakumulasi CO
yang dikeluarkan dari
emisi buangan
kendaraan dan
meredam kebisingan
2. Trembesi Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter dengan daunnya
yang tebal memiliki
fungsi untuk menyerap
CO dan memiliki
kemampuan menyedot
air tanah yang kuat
sehingga tajuknya
sering meneteskan air
untuk megurangi debu
3. Mahoni Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter untuk
mengurangi
kandungan CO

4. Akasia Penanaman untuk jenis


pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter untuk menyerap
kandungan CO dan
meredam kebisingan
disekitar pemabungan
jalan tol
5. Ketapang Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter selain untuk
peneduh juga
digunakan sebagai
peredam kebisingan di
sekitar pembangunan
jalan tol dan daun yang
lebar mampu
mengurangi debu
6. Nangka Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter untuk menyerap
kandungan CO dan
sebagai peneduh
7. Kersen Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter untuk
mengurangi
kandungan CO dan
meredam kebisingan

8. Lamtaro Penanaman untuk jenis


pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter untuk
mengurangi
kandungan CO dan
meredam kebisingan
9. Sukun Penanaman untuk jenis
pohon dilakukan dari
pintu masuk tol hingga
keluar dan sepanjang
jalan tol dengan jarak 6
meter selain untuk
peneduh juga
digunakan sebagai
peredam kebisingan di
sekitar pembangunan
jalan tol dan daun yang
lebar mampu
mengurangi debu

c) Kaitan Lokasi Dengan Wilayah Disekitar


Kota Gedebage memiliki luas wilayah Gedebage ± 2.809,39 Ha. Kota
Gedebage memiliki 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan
Margacinta dan Kecamatan Rancasari dengan 11 desa yaitu Kelurahan Wates,
Kelurahan Batununggal, Desa Mengger, Desa Kujangsari, Desa Margasenang,
Desa Margasari, Desa Sekejati, Desa Cisaranten Kidul, Desa Cipamokolan, Desa
Denvati, Desa Mekarmulya.

Batas wilayah Gedebage:


1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kiaracondong,
Kecamatan Cicadas,
2. Kecarnatan Arcamanik, dan Kecamatan Uiung Berung.
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Regol dan Bojongloa
Kidul
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi, Kabupaten
Bandung
5. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot dan
Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten DT II Bandung.

Pada kawasan-kawasan sepanjang jalan jalan utama di wilayah Gedebage


kepadatan penduduknya cukup tinggi, berdasarkan data 1990 sebesar 75 jiwa/Ha.
Sedangkan pada kawasan-kawasan terisolasi yang kurang tersedia prasarana
jaringan jalan kepadatan penduduknya relatif masih rendah, sebesar 17 jiwa/Ha.
Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 41 jiwa/Ha.

Letak geografis wilayah Gedebage berbatasan dengan wilayah Kabupaten


DT II Bandung. Terdapat jaringan jalan Arteri Primer dan jalan Kolektor Primer,
meliputi Terusan Buahbatu, Terusan Kiaracondong, Cipagalo, Margacinta, dan
Jalan Terusan gedebage. Wilayah Gedebage merupakan lokasi yang strategis,
sebab mempunyai tingkat aksesibilitas tinggi dicapai atau mencapai ke wilayah
wilayah lain baik di Kotamadya DT Bandung maupun Kabupaten Bandung.

Adapun selain terdapatnya jaringan jalan Arteri Primer, Kota Gedebage


juga memiliki akses ke jalan Tol Padaleunyi (Interchange Buahbatu) serta
rencana Interchange Jalan Terusan Gedebage.

1) Tol Padaleunyi
Jalan Tol Padaleunyi adalah adalah jalan tol di Indonesia yang
menghubungkan Purwakarta dan Cileunyi. Panjang jalan tol ini adalah 90
kilometer. Jalan tol ini melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Kota Bandung, dan
Kabupaten Bandung.
Pada awal mulanya, jalan tol ini hanya terdiri dari ruas Padalarang-
Cileunyi saja, yang merupakan jalan lingkar selatan Bandung (dibangun pada
tahun 1989-1992). Selanjutnya, pada tahun 2003-2005, pembangunan ruas
Cikampek-Padalarang dilaksanakan.
Peningkatan volume lalu lintas yang masuk ke ruas tol Purbaleunyi pada
tahun 2014 meningkat sekitar 2,78% (Jasa Marga 2015), atau sekitar
5.602.628 kendaraan yang melalui Tol Purbaleunyi dari bulan Januari s.d. Juni
2015.
d) Data Perusahaan dan Perusahaan Sejenis
Data kegiatan (ada contoh screenshootnya di whatsapp ya, tapi jangan sama
banget ya itu punya kelompok wanda wkwk, sebagai referensi aja) (ADIN)
e) Deskripsi Industri Pencemar
Menurut PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, pengertian jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar. Jalan tol sebagai bagian
dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, namun dalam
keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.
Penyelenggaraan jalan tol memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi
pelayanan jasa distribusi yang pada akhirnya mampu menunjang peningkatan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Jalan tol memiliki peran yang sangat
signifikan bagi perkembangan suatu daerah. Disamping dampak positif dalam
pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap terdapat juga dampak
negatif yaitu sebagai sumber pencemar yang ditimbulkan dari pembangunan jalan
tol Gedebage yang dapat berdampak pada masyarakat sekitar. Adapun sumber
pencemar yang ditimbulkan, yakni :
1) Kebisingan
Aktifitas pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalya-Cilacap dapat
menimbulkan gangguan kebisingan dan penurunan kualitas udara (CO, Debu).
Menurut data Studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol Pemalang-
Batang, perkiraan volume lalu lintas jalan tol sebesar 19.713 kendaraan/hari
atau 821 kendaraan/jam. Setelah melakukan perhitungan dihasilkan sebesar
124 – 128 dBA. Apabila dibandingkan dengan survey awal dengan angka
kebisingan 45,9 – 55,2 dBA, maka terjadinya peningkatan kebisingan. Hasil
perhitungan diatas merupakan pendekatan jenis kendaraan yang melalui jalan
tol. Faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan diantaranya yaitu
intensitas, frekuensi, dan waktu pemaparan.
Menurut Enviromental Protection Agency (1971) dan Corbisier (2006)
yang dikutip dalam Studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol
Pemalang-Batang, bahwa tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh masing-
masing kendaraan berbeda-beda.

No Jenis Kendaraan Tingkat Kebisingan Unit/jam


1 Sepeda motor 81 bBA 3 unit/jam
2 Roda empat 90 bBA 5 unit/jam
3 Truk 94 bBA 5 unit/jam

Kegiatan mobilitas peralatan, material, penyiapan tanah dasar, perkenrasan


jalan dan pembangunan fasilitas penunjnag jala tol juga menggunakan alat
berat yang berdampak pada peningkatan kebisingan. Alat berat yang
digunakan misalnya bulldozer, dump truck, soil compoctor, cranem concrete
mixer, excavator, generator dan lain-lainnya. Menurut EPA (1971)) yang
dikutip dalam Studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol Pemalang-
Batang, tingkat kebisingan untuk masing-masing alat berbeda-beda.

No Jenis Alat Berat Tingkat Kebisingan Unit/hari


1 bulldozer 80 bBA 2
2 dump truck 90 bBA 8
3 soil compoctor 80 bBA 1
4 cranem 85 bBA 1
5 concrete mixer 85 bBA 4
6 excavator 85 bBA 1
7 generator 82 bBA 1
Dampaknya bagaimana (secara umum), penyebarannya bagaimana, lama
pajanan berapa (misalnya, konsentrasi 100 ppm dengan lama waktu 8
jam/jarak menyebabkan pusing) (ini data sekunder aja jangan lupa cantumin
‘hasil penelitian blabla’), data sekundernya ga harus jalan tol, yang penting
mengenai kebisingan (MELA)
2) Karbon Monoksida (CO)

Para Loka Waktu Pengukuran Rata- NAB


Pagi Siang Sore
meter si rata (μg/Nm
3
)
I 3184,51 2555,67 1356,48 2365,54
II 4081,88 3063,95 660,03 2601.95
CO 30.000
III 2723,45 2296,90 4014,30 2581.02
IV 3173,65 2128,49 3715,85 3005.99
Menurut hasil pengukuran di Jalan A. P Pettarani Makassar diketahui
bahwa kadar karbon monoksida (CO) pada pengukuran pagi yang paling
tinggi terdapat di lokasi ke II yaitu sebanyak 4081,88 µg/Nm 3 dan yang paling
rendah terdapat di lokasi III yaitu, 2723,45 µg/Nm 3, pada pengukuran siang
CO paling tinggi terdapat di lokasi II yaitu 3063,95 µg/Nm3 dan yang paling
rendah terdapat pada lokasi IV yaitu 2128,49 µg/Nm 3, dan pada pengukuran
sore kadar CO paling tinggi terdapat di lokasi III yaitu 4014,30 µg/Nm 3 dan
yang paling rendah terdapat di lokasi paling rendah terdapat di titik II yaitu
660,03 µg/Nm3.
Setiap kendaraan bermotor mengeluarkan emisi kendaraan yang berbeda-
beda, Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 12 Tahun 2010
faktor emisi kendaraan bermotor yaitu :

Jenis Kendaraan Faktor Emisi CO (g/km)


Mobil Bensin 40
Mobil Solar 2,8
Motor 14
Dampaknya bagaimana (secara umum), penyebarannya bagaimana, lama
pajanan berapa (misalnya, konsentrasi 100 ppm dengan lama waktu 8
jam/jarak menyebabkan pusing) (ini data sekunder aja jangan lupa cantumin
‘hasil penelitian blabla’), data sekundernya ga harus jalan tol, yang penting
mengenai CO (YUAN)
3) Debu

Para Loka Waktu Pengukuran NAB


Pagi Siang Sore
meter si (μg/Nm
3
)
I 230,5 265 205
II 232 270,5 212
Debu 230
III 229 278,5 208
IV 236 272 214
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kadar debu pada
pengukuran pagi yang paling tinggi terdapat di lokasi ke IV yaitu sebanyak
236 µg/m³ dan yang paling rendah terdapat di lokasi III yaitu, 229 µg/m³, pada
pengukuran siang kadar debu paling tinggi terdapat di lokasi III yaitu 278,5
µg/m³ dan yang paling rendah terdapat pada lokasi I yaitu 265 µg/m³ dan pada
pengukuran sore kadar debu paling tinggi terdapat di lokasi IV yaitu 214
µg/m³ dan yang paling rendah terdapat di lokasi paling rendah terdapat di titik
I yaitu 205 µg/m³. Hasil pengukuran parameter debu berkisar antara 210-
275μg/m3 dengan rincian pada pagi hari rata-rata 235,5 μg/m 3, siang hari 275
μg/m3 dan malam hari 210 μg/m3.
Dampaknya bagaimana (secara umum), penyebarannya bagaimana, lama
pajanan berapa (misalnya, konsentrasi 100 ppm dengan lama waktu 8
jam/jarak menyebabkan pusing) (ini data sekunder aja jangan lupa cantumin
‘hasil penelitian blabla’), data sekundernya ga harus jalan tol, yang penting
mengenai debu (LIA)
2. Kujungan Lapangan
a. Kunjungan Hari I
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2021
Waktu : 15.00 - 15.30 WIB
Pengunjung : Semua anggota kelompok
Materi : Survey lokasi
b. Kunjungan Hari II
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2021
Waktu : 13.00 - 16.00 WIB
Pengunjung : Semua anggota kelompok
Materi : Pengambilan sampel komponen lingkungan
c. Kunjungan Hari III
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Maret 2021
Waktu : 13.00 - 17.00 WIB
Pengunjung : Semua anggota kelompok
Materi :Wawancara masyarakat sekitar
d. Demografi Penggunaan Lahan dan Sumber Daya Alam
Tol Gedebage-Cilacap secara administrasi terletak perbatasan dengan
wilayah Kabupaten DT II Bandung. Pembangunan jalan tol ini bertujuan untuk
menghubungkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah serta mendukung pariwisata di
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jalan tol ini akan sepanjang 184 km dan memiliki
10 simpang susun. Rencananya jalan tol ini akan memiliki 2 jalur dengan
masing-masing 2 lajur yang akan mulai dikerjakan secara fisik pada 2022. Jalan
tol ini direncanakan akan beroperasi pada 2024.
Jalan tol yang akan melintasi Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,
Pangandaran, hingga Cilacap, Jawa Tengah ini dari total panjang jakan tol
sekitar 206,6 kilometer, sekitar 169+650 kilometer akan berada di wilayah Jabar.
Pengerjaan proyek jalan tol Gedebage-Cilacap akan dilakukan dalam dua
segmen. Segmen pertama dari Gedebage hingga Tasikmalaya akan dikerjakan
lebih dulu, yang targetnya dapat dioperasikan pada 2024. Sementara segmen
kedua, Tasikmalaya-Cilacap, akan dilaksakan selanjutnya.
e. Data Outcome Kesehatan

Menurut data diatas estimasi penduduk tahun 2016, Jawa Barat adalah
provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia 47.379.389 jiwa dengan
jumlah penduduk Kota Bandung sebesar 2.490.479 jiwa terdiri dari penduduk
laki-laki sebesar 1.257.823 jiwa (50,51%) dan penduduk perempuan sebesar
1.232.656 jiwa (49,49%).

Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung adalah 14.855 jiwa per


km2 atau 148 jiwa per Ha. Standar sehat keapadatan penduduk yang ditetapkan
oleh World Health Organization (WHO) adalah sebesar 97 jiwa per Ha,
sehingga berdasarkan data tersebut Kecamatan Gedebage termasuk pada standar
sehat WHO karena kecamatan dengan kepadatan penduduk < 97 jiwa per Ha.
Karakteristik wilayah perkotaan di Indonesia yang memiliki banyak
wilayah permukiman padat dan kumuh sering terjadi peningkatan jumlah kasus
penyakit menular. Dalam profil kesehatan Kota Bandung tahun 2016 kondisi
penyakit menular Kota Bandung yang telah diamati, antara lain Penyakit Acute
Flaccid Paralysis (AFP), Tubercolosis, Pneumonia, HIV/AIDS, Infeksi
Menular Seksual (IMS), Diare, Kusta, Demam Berdarah Dengue (DBD),
Malaria dan Filaris.
f. Kepedulian Masyarakat
1. Kepedulian Masyarakat Terhadap Dampak Positif Jalan Tol Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap
a) Dampak Ekonomi
Pembebasan lahan yang dilakukan guna pembangunan Jalan Tol
Gedebage membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar yang
lahannya dibebaskan. Uang ganti rugi yang diterima masyarakat dapat
menambah pendapatan dan berguna untuk modal pembeli tanah maupun
huni ditempat lain, selain itu masyarakat juga memaksimalkan lahan
disepanjang tol dijadikan sebagai tempat rest area mobil yang dikelola
oleh masyakarat setempat.
b) Dampak sosial
Pembangunan Jalan Tol Gedebage membawa dampak positif
terhadap kondisi sosial masyarakat. Dampak positifnya adalah
masyarakat sebelum adanya pembebasan lahan tidak ada akses jalan.
Namun setelah adanya pembangunan jalan tol pihak proyek
membuatkan jalan agar memudahkan mobilitas masyarakat sekitar.
2. Kepedulian Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Jalan Tol Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap
Dampak negatif terhadap manusia pada Jalan Tol Gedebage yakni
meningkat atau menurunnya kualitas hidup manusia, sedangkan dampak bagi
lingkungan yakni meningkat atau menurunnya daya dukung alam yang akan
mendukung kelangsungan hidup manusia.
Beberapa dampak negatif yang dihasilkan dari pembangunan Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yaitu
a) Dampak Ekonomi
Secara umum tidak ada dampak negatif pembangunan Jalan Tol
Gedebage terhadap kondisi ekonomi masyarakat disekitar proyek yang
akan dibangun. Sebagian besar masyarakat yang lahannya dibebaskan
memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta yang tempat
bekerjanya jauh dari lokasi pembangunan jalan tol.
b) Dampak Sosial
Dari aspek sosial, dampak yang timbul akibat pembangunan jalan
tol ini antara lain berupa :
a. Ketidakpuasan masyarakat terhadap proses pembebasan tanah,
terutama menyangkut harga ganti rugi kepada masyarakat yang
tanahnya dijadikan lahan pembangunan jalan tol
b. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra
di masyarakat terhadap rencana pembangunan
c. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila
kegiatan proyek menimbulkan dampak negatif terhadap aspek
ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi
negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi
menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.
d. Akibat pembangunan jalan tol Gedebage lahan sawah dan
pemukiman juga hilang. Ada sekitar 180 hektare lahan di Jawa
Barat dibebaskan dalam proyek Tol Gedebage-Cilacap. Dalam
hubungan ini masih terdapat faktor sosial dan budaya yang
menghambat kaum perempuan petani dan kelompok rentan
lainnya (lansia, janda, difabel, dan anak-anak) untuk
berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan.
c) Dampak Kesehatan
Pada saat proses pembangunan proyek jalan tol Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap akan menimbulkan dampak kesehatan yang cukup
serius karena pada pembangun tersebut akan menurunkan kualitas udara
dan kebisingan disekitar proyek jalan tol tersebut. Salah satu dampak
kesehatan yang ditimbulkan yaitu kulitas kebisingan, debu dan CO.

3. Kepedulian Masyarakat Terhadap Dampak Negatif Jalan Tol Gedebage


Adanya proses pembangunan infrastruktur Jalan Tol Gedebage-Tasikmlaya-
Cilacap mengalami perubahan lingkungan, yang mana menimbulkan berbagai macam
tanggapan atau respon dari kalangan masyarakat akibat pembangunan Jalan Tol. Menurut
penelitian Hermanto (2019) menyebutkan pembangunan Jalan Tol berdampak pada
kondisi dan lingkungan sepanjang jalan, seperti penebangan pohon-pohon tinggi yang
sekarang berubah menjadi jalan yang gersang tanpa ada tanaman hijau, berhamburannya
material bangunan dijalan sekitar yang berakibat dapat menghasilkan debu yang sangat
menganggu aktivitas para pengguna jalan, penutupan badan jalan yang berakibat jalan
semakin macet dan ketika hujan terkadang menyebabkan genangan, adanya bekas galian
yang menjadikan jalan berlubang dan pengoperasian alat-alat berat yang berpengaruh
menjadi padat kendaraan sebab lahan jalan yang semkain sempit.

4. Kontaminasi dan Bahaya Lain


a. Kontaminasi di Dalam Kompleks
Dampak negatif yang sangat terasa adalah kebisingan, debu dan karbon
monoksida (CO). Sumber dampak berasal dari pengoperasian alat berat yang
mengangkut bahan material dan peralatan proyek. Lalu lintas darat yang meningkat
menyebabkan bertambahnya polusi udara dan meningkatnya kebisingan.
Pengoperasian dan penyelenggaraan bandar udara dan segala aktifitasnya dapat
menimbulkan dampak terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan sekitar bandar
udara.
Kebisingan dapat mempengaruhi nilai ambang pendengaran baik bersifat
sementara (fisiologis) atau menetap (Patofisiologis). Dalam berbagai penyelidikan
ditemukan bahwa pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi
fisiologis seperti denyut nadi, tekanan darah metabolisme, ganguan tidur dan
penyempitan pembuluh darah.
Zat yang dapat mengganggu kualitas udara serta berdampak terhadap kesehatan
dan kenyamanan manusia antara lain, mengurangi kandungan Oksigen dalam darah,
sehingga menyebabkan sakit kepala, nafas pendek, pusing, serta melemahnya daya
penglihatan dan pendengaran. Seseorang yang terpapar debu secara terus
menerus berisiko mengalami gangguan fungsi paru.
b. Kontaminasi di Luar Kompleks
Kontaminasi dan bahaya lain yang terdapat disekitar wilayah pembangunan
Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap selain dari lokasi tersebut juga berasal
dari laju kendaraan yang melalui Tol Padaleunyi.

5. Gugus Kendali Mutu


a. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
b. Menurut PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Bising. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 kawasan
I 70 (tujuh puluh) dan lebih kecil dari 75 (tujuh puluh lima). Kawasan II lebih
besar atau sama dengan 75 (tujuh puluh lima) dan lebih kecil dari 80 (delapan
puluh).
d. Menururt peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pnecemaraan Udara terhadap baku mutu parameter debu
untuk pengukuran selama 24 jam yaitu 230 μg/Nm3 dan untuk baku mutu
parameter CO untuk pengukuran selama 24 jam yaitu 10.000 μg/Nm3.

6. Bahaya Fisik, Kimia, dan lainnya (dilengkapi ada contohnya di whatsapp ya, tapi jangan
sama banget ya itu punya kelompok wanda wkwk, sebagai referensi aja) (LUQI)
a. Bahaya fisik, dapat berupa masalah tempat yang terlalu panas, bising, kurang
penerangan, getaran yang berlebihan pada mesin yang digunakan.
b. Bahaya kimia, dapat berupa CO dan debu

B. Analisis Jalur Pemajanan


Analisa jalur yang dilakukan adalah analisa pada jalur pemajanan riil (jalur yang
benar-benar dilewati sumber pencemar) yang akan diuraikan pada uraian berikut:
1) Jalur 1 : Sumber Pencemar
Hasil dari data sekunder, sumber pencemar pembangunan Jalan Tol Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap bersumber dari kegiatan mobilitas peralatan, material,
penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan pembangunan
fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang menggunakan alat
berat.
2) Jalur 2 : Media Lingkungan
Penyebaran pencemaran udara (Kebisingan, CO, Debu) yang tercipta dari
pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap dipengaruhi oleh kecepatan
angin dan suhu. Pencemaran udara menyebar mengikuti arah angin yang kemudian
mencemari kualitas udara berupa intensitas kebisingan, CO, dan debu.
3) Jalur 3 : Titik Pemajanan
Titik pemajanan adalah titik dimana seseorang kontak dengan media tercemar.
Dalam konteks ini, media tercemar adalah kawasan yang berada di sekitar
pembangunan jalan tol yang dipengrauhi oleh proses pembangunan dari kegiatan
mobilitas peralatan, material, penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan
bermotor dan pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-
Cilacap yang menggunakan alat berat, kemudian akan terbawa oleh kecepatan angin
dan suhu hingga menimbulkan dampak masyarakat sekitar.
4) Jalur 4 : Cara Pemajanan
Pencemaran udara (Kebisingan, CO, debu) bersumber dari kegiatan mobilitas
peralatan, material, penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan bermotor
dan pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang
menggunakan alat berat. Besarnya intensitas kebisingan, partikel CO dan debu yang
dikeluarkan tergantung pada jenis alat berat dan material yang digunakan. Besarnya
intensitas kebisingan, partikel CO dan debu sampai pada objek tergantung pada jarak
sumber, kecepatan angin dan suhu.
5) Jalur 5 : Penduduk Beresiko
Penduduk yang beresiko adalah penduduk yang tinggal dengan radius 5-100
meter disekitar pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.

C. Identifikasi dan Evaluasi Pemajanan

Kebisingan, CO, dan debu bersumber dari aktivitas Pembangunan Jalan Tol
Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap ke media lingkungan yang dilihat dari rona awal daerah
sekitar pembangunan awal tol menunjukan tingkat kebisingan, kadar CO, dan debu dalam
media lingkungan lebih tinggi dari rona standar. Rona awal dari kebisingan dilihat dari
keluhan masyarakat mengenai kebisingan, hal itu mempengaruhi kesehatan masyarakat
sekitar. Efek interaktif yang dirasakan masyarakat adalah kurangnya kenyaman
masyarakat yang berada dilingkungan sekitar awal Pembangunan jalan tol Gedebage.
Oleh karena itu kebisingan, CO, dan debu dapat dikatakan sebagai sasaran yang perlu
dilakukan pengolahan.
Jalur pemajanan diatas merupakan jalur pemajanan riil, hal ini dapat dilihat dari
kelima elemen jalur pemajanan yang menghubungkan sumber pencemar dengan
masyarakat yang terpajan. Melihat dampak yang ditimbulkan akibat kebisingan,kadar
CO, dan debu sebaiknya pihak penyelenggara Jalan Tol Gedebage mulai
memperhitungkan untuk melakukan tindakan pencegahan seperti tataguna lahan dalam
area kontur, pembuatan zona hijau, dan ruang penyekat pada sumber pencemar. Dengan
demikian tingkat kebisingan, kadar CO, dan debu diatas perlu dilakukan pembahasan
lebih lanjut. Apabila pencemar tersebut dibiarkan berlama-lama tanpa tindakan
pencegahan akan membuat degradasi fisik lingkungan, pencemaran yang dirasakan
masyarakat akan lebih mengganggu sehingga penyakit akan menyebar dan menyebabkan
efek samping yang berkepanjangan.
1. Mengidentifikasi Elemen Jalur Pemajanan
a. Identifikasi Elemen 1 – Sumber Pencemar
Sumber kebisingan dari Bertambahnya arus lalu lintas

 Kegiatan pembersihan tanah menggunakan alat-alat yang bising


 Pekerjaan galian dan tumbunan
 Pengangkutan material, mobilitas peralatan berat serta pengoperasian
alat berat yang melalui jalan arteri atau jalan lokal (desa)

Sumber yang mengakibatkan turunnya kualitas udara (kadar CO dan Debu


tinggi) pada proyek pembangunan jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap
yaitu pada proses pengangkutan material konstruksi seperti pasir, batu split,
bahan agregat, beton dan lain-lain dengan menggunakan truk melalui jalan
umum.
b. Elemen 2 – Media Lingkungan dan Transport (Udara)
Media lingkungan yang berperan sebagai pembawa pencemar dari sumber
menuju titik pemajanan dan akhirnya berdampak pada masyarakat adalah udara
yang berupa kebisingan, CO, dan debu. Pencemar tersebut bersumber dari
kegiatan operasional pembangunan Jalan tol Gedebage menggunakan alat-alat
yang bising, pengangkutan material konstruksi seperti pasir; batu split; bahan
agregat; beton; dan lain-lain dengan menggunakan truk melalui jalan umum lalu
terbawa udara melalui gelombang suara ke lingkungan jalan tol dan permukiman
masyarakat sekitar jalan tol yang akan dibangun.
Luas persebaran tingkat pencemaran udara khususnya CO dan Debu
yang diperoleh dari data sekunder hasil studi AMDAL Rencana Pembangunan
Jalan Tol Pemalang-Batang pada tahap kontruksi menyebutkan bahwa pada
jarak 5 meter dari sumber emisi debu sebesar 585,74 mg/m 3 yang mana sudah
melebihi baku mutu yaitu 230 mg/m 3 dan sumber emisi CO sebesar 26.830,18
mg/m3 yang mana baku mutunya 30 mg/m3. Sedangkan untuk kebisingan
menyebutkan bahwa pada jarak 100 meter sudah melebihi ambang batas sebesar
55 dBA.
Penyebaran pencemaran udara (Kebisingan, CO, Debu) dari sumber
pencemar dipengaruhi oleh kecepatan angin dan suhu. Pencemaran udara
menyebar mengikuti arah angin yang kemudian mencemari kualitas udara
berupa kebisingan, CO, dan Debu hingga menyebabkan gangguan kesehatan ke
masyarakat sekitar.penelitian.
c. Elemen 3 – Titik Pemajanan
Udara, melibatkan pencemar yang mudah menguap atau terabsorbsi oleh
partikel “airbone” dan bisa terjadi secara “indoor” atau “outdoor”. Wilayah di
bagian hilir aliran angin merupakan titik pemajanan udara ambien. Kebisingan,
CO, dan debu yang berasal dari kegiatan oprasional pembangunan Jalan tol
Gedebage berupa penggunaan alat-alat berat konstruksi, pengangkutan material
konstruksi menggunakan truk yang mencemari udara sekitar. udara yang telah
tercemar berupa pencemaran udara (Kebisingan, CO, dan debu) kemudian
terbawa angin, mencemari hewan dan masyarakat sekitar jalan tol yang
dibangun.
d. Elemen 4 – Lintas Pemajanan
Cara pemajanan kontak dengan manusia yaitu melalui udara yang telah
terkontaminasi kebisingan, CO, dan debu yang berasal dari kegiatan operasional
pembangunan Jalan tol Gedebage berupa penggunaan alat-alat berat konstruksi,
pengangkutan material konstruksi menggunakan truk yang mencemari udara
sekitar terbawa angin sampai ke perumahan warga sekitar dan mengganggu
aktifitas warga karena kebisingan yang terdengar oleh indra pendengaran
manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti darah tinggi, stress,
saraf, dan lain-lain. CO dapat mengganggu kualitas udara serta berdampak
terhadap kesehatan dan kenyamanan manusia antara lain, mengurangi
kandungan Oksigen dalam darah, sehingga menyebabkan sakit kepala, nafas
pendek, pusing, serta melemahnya daya penglihatan dan pendengaran. Dampak
yang disebabkan oleh partikel debu tergantung ukurannya. Ukuran partikulat
debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1μm sampai
dengan 10μm. Ukuran debu kurang dari 1μm dapat mencapai alveolus. Ukuran
partikulat debu sekitar 1–5 μm merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk ke dalam paru dan mengendap di trakea. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran yang lebih besar dari 5μm tidak berbahaya, karena partikulat yang
lebih besar dapat mengganggu saluran pernapasan bagian atas yang bisa
menyebabkan iritasi dan penyakit kanker.
e. Elemen 5 – Populasi Reseptor
Pencemaran ditentukan oleh perbedaan suhu dan kecepatan angin, serta
jenis alat berat dan kendaraan yang beroperasi sehingga berpengaruh terhadap
lingkungan jalan tol Gedebage dan lingkungan masyarakat sekitar. Media
pemajanan kebisingan, CO, debu adalah melalui udara. Kebisingan tersebut
mencemari udara menuju lingkungan jalan dan lingkungan masyakarat sekitar
jalan. Sehingga populasi terpajan adalah masyarakat yang berada di wilayah
jalan tol Gedebage.
2. Menentukan Apakah Elemen-Elemen Tersebut Saling Berhubungan dan Membentuk
Jalur Pemajanan
a. Elemen 1 – Sumber Pencemaran
b. Elemen 2 – Media Lingkungan dan Transport
c. Elemen 3 – Titik Pemajanan
d. Elemen 4 – Lintas Pemajanan
e. Elemen 5 – Populasi Reseptor
Lima elemen diatas saling berhubungan apabila dari pihak
penyelenggara/pengelola jalan tol Gedebage belum dapat melakukan pengelolaan
pada sumber pencemar yang ada. Jika belum ada pengelolaan maka media
lingkungan seperti udara sangat memudahkan sumber pencemar meluas ke
lingkungan sekitar.
3. Mengkategorikan Suatu Jalur Pemajanan Sebagai Jalur Pemajanan Riil atau Jalur
Pemajanan Potensial
Dari keseluruhan analisa diatas maka dapat disimbulkan bahwa jalur
pemajanan dalam pencemaraan lingkungan ini adalah jalur pemajanan riil. Hal ini
disebabkan karena kelima elemen jalur pemajanan dari sumber pencemar ke
populasi reseptor telah terpenuhi sehingga populasi dianggap terpajan. Kelima
elemen tersebut diantaranya:
a. Elemen 1: sumber pencemar yang berasal dari kebisingan hasil kegiatan
operasional pembangunan Jalan tol Gedebage berupa penggunaan alat-alat berat
konstruksi, pengangkutan material konstruksi menggunakan truk yang mencemari
udara sekitar.
b. Elemen 2: media lingkungan dan mekanisme penyebaran melalui udara yang
dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan angin.
c. Elemen 3: titik pemajanan atau area terjadinya kontak antara manusia dengan
lingkungan pencemar yaitu udara berupa kebisingan, CO, dan kebisingan.
d. Elemen 4: cara pemajanan kebisingan, CO, dan kebisingan tersebut melalui udara
sehingga terasa efeknya oleh manusia
e. Elemen 5: masyarakat yang berisiko terpajan kebisingan, CO, debu adalah
Pekerja jalan tol Gedebage dan masyarakat yang berada di lingkungan jalan tol
Gedebage.
4. Menentukan Apakah Jalur Pemajanan Bisa Diabaikan atau Perlu Dibahas Lebih
Lanjut
a. Evaluasi Toksikologi
1) Memperkirakan potensi pemajanan
2) Membandingkan perkiraan pemajanan dengan baku mutu lingkungan
3) Mencatat dampak kesehatan yang berkaitan dengan pemajanan
4) Mengevaluasi faktor yang mempengaruhi dampak kesehatan
5) memperkirakan dampak kesehatan oleh bahaya fisik dan bahaya lain

Permasalahan pada Pembangunan Jalan Tol terjadi dan ada keluhan


masyarakat terhadap pencemaran kebisingan akibat beroperasinya pembangunan
jalan tol ini sehingga jalur pemajanan kebisingan, CO, debu perlu dibahas lebih
lanjut dan perlu dilakukan pengendalian dan pengelolaan pada sumber
pencemarnya.

D. Media Lingkungan dan Transport

Media lingkungan yang berperan sebagai pembawa pencemar dari sumber menuju
titik pemajanan dan akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat adalah udara yang
berupa kebisingan, CO dan debu. Pencemaran udara (kebisingan, CO dan debu) yang
bersumber dari kegiatan mobilitas peralatan, material, penyiapan tanah dasar,
pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang menggunakan alat berat. Alat berat yang digunakan
misalnya bulldozer, dump truck, soil compoctor, cranem concrete mixer, excavator,
generator dan lain-lainnya. Selain alat berat terdapat juga kendaraan bermotor sumber
pencemar seperti Sepeda motor, kendaraan roda empat, dan truk. Sedangkan material
yang dimobilisasi adalah material untuk pembangunan jalan tol, antara lain batu kali,
semen, aspalt, pasir dan lain-lainnya.
Luas persebaran tingkat pencemaran udara khususnya CO dan Debu yang
diperoleh dari data sekunder hasil studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol
Pemalang-Batang pada tahap kontruksi menyebutkan bahwa pada jarak 5 meter dari
sumber emisi debu sebesar 585,74 mg/m 3 yang mana sudah melebihi baku mutu yaitu
230 mg/m3 dan sumber emisi CO sebesar 26.830,18 mg/m 3 yang mana masih dibawah
baku mutu yaitu 30 mg/m3. Sedangkan untuk kebisingan menyebutkan bahwa pada jarak
100 meter sudah melebihi ambang batas sebesar 55 dBA.
Penyebaran pencemaran udara (Kebisingan, CO, Debu) dari sumber pencemar
dipengaruhi oleh kecepatan angin dan suhu. Pencemaran udara menyebar mengikuti arah
angin yang kemudian mencemari kualitas udara berupa intensitas kebisingan, CO, dan
debu hingga menyebabkan gangguan kesehatan ke masyarakat sekitar.

E. Model Transport Lingkungan

Udara memiliki peranan yang sangat penting dalam model transport pencemaran
udara. Komponen udara memiliki perbandingan yang tidak selalu tetap, dapat
dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, arah angin dan lingkungan sekitar.
Adanya zat asing dalam udara menyebabkan perubahan komposisi udara dalam keadaan
normal. Perubahan komposisi dalam udara dapat berupa fisik maupun kimiawi. Keadaan
itulah biasa disebut pencemaran udara.

Komponen bahan pencemar udara berasal dari kegiatan mobilitas peralatan,


material, penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan
pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang
menghasilkan emisi kebisingan, CO dan debu, pada umumnya udara yang tercemar akan
melayang-layang diudara dan dapat menganggu kesehatan secara langsung, terhirup
maupun terpapar. Partikel pencemar melayang-layang diudara difaktori oleh keadaan
suhu udara, tekanan udara, arah angin dan lingkungan sekitar.

F. Titik Pemajanan
Titik pemajanan adalah titik dimana seseorang kontak dengan media tercemar.
Dalam konteks ini, media tercemar adalah kawasan yang berada di sekitar pembangunan
jalan tol yang dipengrauhi oleh proses pembangunan jalan tol dari kegiatan mobilitas
peralatan, material, penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan
pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang
menggunakan alat berat, kemudian akan terbawa oleh kecepatan angin dan suhu hingga
menimbulkan dampak masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2016. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

G. Gunawan. 2015. Tingkat Pencemaran Udara Debu dan Timbal di Lingkungan


Gerbang Tol. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Hal 115-124.

Ghazy, Raden Mochammad Kharis. 2017. Pengendalian Udara Terkait Pembangunan


Jalan Tol Bekasi-Kampung Melayu. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya.

Hermanto. 2019. Presepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan


Tol Layang A.P Pettarani di Kecamatan Pankkukang Kota Makasar. Thesis. Jurusan Pendidikan
Sosiologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Univeritas Muhammadiyah Makasar.

Hikmiyah. Amanda F. 2018. Analisis Kadar Debu dan NO2 Di Udara Ambien Serta
Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Penyapu di Terminal Purbaya Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol 10. No 2.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2021. Profil Proyek Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.

Maman, Hilman. Tinjauan Umum Kota Bandung dan Wilayah Gedebage. Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur. Universitas Pendidikan Indonesia.

Muzayyid. 2014. Studi Konsentrasu Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan A.P
Pettrani Kota Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.

Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai