TOL GEDEBAGE-TASIKMLAYA-CILACAP
Disusun oleh :
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang berjudul “ANALISIS
DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN TOL GEDEBAGE-TASIKMALAYA-CILACAP”.
Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kelancaran pembuatan Makalah ini terutama kepada Sardjito Eko Windarso,
SKM, MP. selaku dosen mata kuliah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang
telah memberikan bimbingannya.
Perlu diketahui bahwa makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ADKL
Tahun ajaran 2020/2021 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. Dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan sehingga penyusunan karya tulis yang sejenis pada masa yang mendatang akan lebih
baik.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup ialah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya,
sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan (UU
No.32 tahun 2009 Pasal 1).
Faktor-faktor pencemaran lingkungan hidup meliputi faktor geografik (iklim,
perubahan cuaca, kesuburan tanah, dan erosi), faktor sosial budaya (tingkat ilmu dan
pengetahuan masyarakat, tingkat teknologi yang dimiliki masyarakat, serta perilaku
manusia), dan ekosistem (lingkungan biotik, abiotik, dan proses ekosistem). Pencemaran
lingkungan hidup terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran udara.
Dalam pembangunan jalan tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap menyebabkan
pencemaran lingkungan yaitu pencemaran udara. Menurut Peraturan Pemerintah RI
nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia.
Pembangunan di Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap dapat menimbulkan
pencemaran udara seperti kebisingan, CO dan debu. Karena mobilitas kendaraan yang
mengangkut peralatan dan bahan material pembangunan jalan tol, juga karena alat proses
pembangunan jalan tol.
Dalam pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap memiliki dampak
pencemaran udara yang cukup tinggi bagi warga yang tinggal disekitar lokasi
pembangunan, seperti pencemaran udara diantaranya kebisingan, CO dan debu. Proyek
pembangunan ini memberikan dampak negatif pada lingkungan. Dalam proses
pembangunannya, pohon-pohon yang berada di sekitar wilayah pembangunan diratakan
dengan tanah, dan lokasi didekat tempat tinggal warga digunakan untuk lokasi
penyimpangan peralatan/kendaraan berat dan juga digunakan sebagai lokasi Batching
plant (pencampuran bahan material seperti semen, pasir, batu split). Dengan dijadikannya
lokasi Batching plant, banyak warga yang sudah mulai merasakan dampak dari debu
tersebut seperti mata pedih/sakit mata, ISPA, batuk, diare, kulit gatal dan sesak nafas.
Selain debu, terdapat dampak lain seperti CO yang menimbulkan masyarakat merasa
pusing/sakit kepala, mual/muntah, dan dampak kebisingan seperti rasa terganggunya
masyarakat sekitar karna aktifitas pembangunan .
Berdasarkan penjabaran tersebut, pemahaman mengenai analisis dampak kesehatan
lingkungan terkait pemajanan kebisingan, CO, dan debu yang diakibatkan oleh mobilisasi
kendaraan dan peralatan pekerjaan jalan tol yang mempengaruhi lingkungan serta
keluhan masyarakat perlu diperhatikan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui keluhan masyarakat sekitar mengenai kadar atau pemajanan
pencemaran udara kebisingan, CO dan debu oleh kegiatan mobilitas peralatan,
material, penyiapan tanah dasar dan perkerasan jalan tol.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui analisis dampak lingkungan akibat pemajanan kebisingan, CO
dan debu oleh mobilitas peralatan di Tol Gedebage.
b. Mengetahui besar kebisingan dan kandungan CO dan debu di Tol Gedebage
yang terkena pemajanan kebisingan, CO dan debu akibat mobilitas peralatan.
C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu kesehatan lingkungan khususnya
bidang analisis dampak kesehatan lingkungan terutama dalam pengetahuan terkait
pemajanan kebisingan, CO dan debu.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemajanan kebisingan, CO dan
debu terutama yang diakibatkan oleh kegiatan mobilitas peralatan. Selain itu,
memberikan informasi mengenai bahaya dan dampak kebisingan, CO dan debu sebagai
polutan dan pencegahan serta penanggulangan terkait dampak kebisingan, CO dan debu
khususnya di Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.
3. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu sarana untuk menambah wawasan, informasi, serta ilmu
pengetahuan mengenai analisis dampak kesehatan lingkungan, khususnya pemajanan
kebisingan, CO dan debu yang diakibatkan oleh mobilitas peralatan di Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
1. Deskripsi Latar Belakang Riwayat
a) Diskripsi Lokasi
1) Tol Padaleunyi
Jalan Tol Padaleunyi adalah adalah jalan tol di Indonesia yang
menghubungkan Purwakarta dan Cileunyi. Panjang jalan tol ini adalah 90
kilometer. Jalan tol ini melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Kota Bandung, dan
Kabupaten Bandung.
Pada awal mulanya, jalan tol ini hanya terdiri dari ruas Padalarang-
Cileunyi saja, yang merupakan jalan lingkar selatan Bandung (dibangun pada
tahun 1989-1992). Selanjutnya, pada tahun 2003-2005, pembangunan ruas
Cikampek-Padalarang dilaksanakan.
Peningkatan volume lalu lintas yang masuk ke ruas tol Purbaleunyi pada
tahun 2014 meningkat sekitar 2,78% (Jasa Marga 2015), atau sekitar
5.602.628 kendaraan yang melalui Tol Purbaleunyi dari bulan Januari s.d. Juni
2015.
d) Data Perusahaan dan Perusahaan Sejenis
Data kegiatan (ada contoh screenshootnya di whatsapp ya, tapi jangan sama
banget ya itu punya kelompok wanda wkwk, sebagai referensi aja) (ADIN)
e) Deskripsi Industri Pencemar
Menurut PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, pengertian jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar. Jalan tol sebagai bagian
dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, namun dalam
keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.
Penyelenggaraan jalan tol memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi
pelayanan jasa distribusi yang pada akhirnya mampu menunjang peningkatan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Jalan tol memiliki peran yang sangat
signifikan bagi perkembangan suatu daerah. Disamping dampak positif dalam
pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap terdapat juga dampak
negatif yaitu sebagai sumber pencemar yang ditimbulkan dari pembangunan jalan
tol Gedebage yang dapat berdampak pada masyarakat sekitar. Adapun sumber
pencemar yang ditimbulkan, yakni :
1) Kebisingan
Aktifitas pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalya-Cilacap dapat
menimbulkan gangguan kebisingan dan penurunan kualitas udara (CO, Debu).
Menurut data Studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol Pemalang-
Batang, perkiraan volume lalu lintas jalan tol sebesar 19.713 kendaraan/hari
atau 821 kendaraan/jam. Setelah melakukan perhitungan dihasilkan sebesar
124 – 128 dBA. Apabila dibandingkan dengan survey awal dengan angka
kebisingan 45,9 – 55,2 dBA, maka terjadinya peningkatan kebisingan. Hasil
perhitungan diatas merupakan pendekatan jenis kendaraan yang melalui jalan
tol. Faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan diantaranya yaitu
intensitas, frekuensi, dan waktu pemaparan.
Menurut Enviromental Protection Agency (1971) dan Corbisier (2006)
yang dikutip dalam Studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol
Pemalang-Batang, bahwa tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh masing-
masing kendaraan berbeda-beda.
Menurut data diatas estimasi penduduk tahun 2016, Jawa Barat adalah
provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia 47.379.389 jiwa dengan
jumlah penduduk Kota Bandung sebesar 2.490.479 jiwa terdiri dari penduduk
laki-laki sebesar 1.257.823 jiwa (50,51%) dan penduduk perempuan sebesar
1.232.656 jiwa (49,49%).
6. Bahaya Fisik, Kimia, dan lainnya (dilengkapi ada contohnya di whatsapp ya, tapi jangan
sama banget ya itu punya kelompok wanda wkwk, sebagai referensi aja) (LUQI)
a. Bahaya fisik, dapat berupa masalah tempat yang terlalu panas, bising, kurang
penerangan, getaran yang berlebihan pada mesin yang digunakan.
b. Bahaya kimia, dapat berupa CO dan debu
Kebisingan, CO, dan debu bersumber dari aktivitas Pembangunan Jalan Tol
Gedebage-Tasikmlaya-Cilacap ke media lingkungan yang dilihat dari rona awal daerah
sekitar pembangunan awal tol menunjukan tingkat kebisingan, kadar CO, dan debu dalam
media lingkungan lebih tinggi dari rona standar. Rona awal dari kebisingan dilihat dari
keluhan masyarakat mengenai kebisingan, hal itu mempengaruhi kesehatan masyarakat
sekitar. Efek interaktif yang dirasakan masyarakat adalah kurangnya kenyaman
masyarakat yang berada dilingkungan sekitar awal Pembangunan jalan tol Gedebage.
Oleh karena itu kebisingan, CO, dan debu dapat dikatakan sebagai sasaran yang perlu
dilakukan pengolahan.
Jalur pemajanan diatas merupakan jalur pemajanan riil, hal ini dapat dilihat dari
kelima elemen jalur pemajanan yang menghubungkan sumber pencemar dengan
masyarakat yang terpajan. Melihat dampak yang ditimbulkan akibat kebisingan,kadar
CO, dan debu sebaiknya pihak penyelenggara Jalan Tol Gedebage mulai
memperhitungkan untuk melakukan tindakan pencegahan seperti tataguna lahan dalam
area kontur, pembuatan zona hijau, dan ruang penyekat pada sumber pencemar. Dengan
demikian tingkat kebisingan, kadar CO, dan debu diatas perlu dilakukan pembahasan
lebih lanjut. Apabila pencemar tersebut dibiarkan berlama-lama tanpa tindakan
pencegahan akan membuat degradasi fisik lingkungan, pencemaran yang dirasakan
masyarakat akan lebih mengganggu sehingga penyakit akan menyebar dan menyebabkan
efek samping yang berkepanjangan.
1. Mengidentifikasi Elemen Jalur Pemajanan
a. Identifikasi Elemen 1 – Sumber Pencemar
Sumber kebisingan dari Bertambahnya arus lalu lintas
Media lingkungan yang berperan sebagai pembawa pencemar dari sumber menuju
titik pemajanan dan akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat adalah udara yang
berupa kebisingan, CO dan debu. Pencemaran udara (kebisingan, CO dan debu) yang
bersumber dari kegiatan mobilitas peralatan, material, penyiapan tanah dasar,
pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang menggunakan alat berat. Alat berat yang digunakan
misalnya bulldozer, dump truck, soil compoctor, cranem concrete mixer, excavator,
generator dan lain-lainnya. Selain alat berat terdapat juga kendaraan bermotor sumber
pencemar seperti Sepeda motor, kendaraan roda empat, dan truk. Sedangkan material
yang dimobilisasi adalah material untuk pembangunan jalan tol, antara lain batu kali,
semen, aspalt, pasir dan lain-lainnya.
Luas persebaran tingkat pencemaran udara khususnya CO dan Debu yang
diperoleh dari data sekunder hasil studi AMDAL Rencana Pembangunan Jalan Tol
Pemalang-Batang pada tahap kontruksi menyebutkan bahwa pada jarak 5 meter dari
sumber emisi debu sebesar 585,74 mg/m 3 yang mana sudah melebihi baku mutu yaitu
230 mg/m3 dan sumber emisi CO sebesar 26.830,18 mg/m 3 yang mana masih dibawah
baku mutu yaitu 30 mg/m3. Sedangkan untuk kebisingan menyebutkan bahwa pada jarak
100 meter sudah melebihi ambang batas sebesar 55 dBA.
Penyebaran pencemaran udara (Kebisingan, CO, Debu) dari sumber pencemar
dipengaruhi oleh kecepatan angin dan suhu. Pencemaran udara menyebar mengikuti arah
angin yang kemudian mencemari kualitas udara berupa intensitas kebisingan, CO, dan
debu hingga menyebabkan gangguan kesehatan ke masyarakat sekitar.
Udara memiliki peranan yang sangat penting dalam model transport pencemaran
udara. Komponen udara memiliki perbandingan yang tidak selalu tetap, dapat
dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, arah angin dan lingkungan sekitar.
Adanya zat asing dalam udara menyebabkan perubahan komposisi udara dalam keadaan
normal. Perubahan komposisi dalam udara dapat berupa fisik maupun kimiawi. Keadaan
itulah biasa disebut pencemaran udara.
F. Titik Pemajanan
Titik pemajanan adalah titik dimana seseorang kontak dengan media tercemar.
Dalam konteks ini, media tercemar adalah kawasan yang berada di sekitar pembangunan
jalan tol yang dipengrauhi oleh proses pembangunan jalan tol dari kegiatan mobilitas
peralatan, material, penyiapan tanah dasar, pengkerasan jalan, kendaraan bermotor dan
pembangunan fasilitas penunjang Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang
menggunakan alat berat, kemudian akan terbawa oleh kecepatan angin dan suhu hingga
menimbulkan dampak masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2016. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.
Hikmiyah. Amanda F. 2018. Analisis Kadar Debu dan NO2 Di Udara Ambien Serta
Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Penyapu di Terminal Purbaya Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol 10. No 2.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2021. Profil Proyek Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap.
Maman, Hilman. Tinjauan Umum Kota Bandung dan Wilayah Gedebage. Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur. Universitas Pendidikan Indonesia.
Muzayyid. 2014. Studi Konsentrasu Kadar Karbon Monoksida (CO) di Jalan A.P
Pettrani Kota Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.