Anda di halaman 1dari 14

PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH - B

“Teknik Minimasi Sampah“

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

Kavana Vicky Atthariq P21335118029


Nadya Marcheline P21335118042
Salsabila Faradini P21335118058
Vivi Astuti Dwi Wahyuni P21335118070

KELAS 2 D IV A

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
A. PENGERTIAN MINIMASI SAMPAH
Minimisasi limbah/sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi
dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah.
Kegiatan minimasi limbah didukung melalui penerapan beberapa
kebijakan dan praktik tertentu, yaitu sebagai berikut:
 Pengurangan Sumber: tindakan seperti pembatasan jumlah pembelian untuk
memastikan terpilihnya metode atau persediaan yang tidak banyak terbuang
percuma atau yang menghasilkan limbah yang lebih rendah tingkat bahayanya.
 Produk yang dapat di daur ulang: gunakan materi yang dapat didaur ulang baik di
tempatnya langsung maupun di luar tempat itu.
 Praktik pengelolaan dan pengendalian yang baik: berlaku terutama pada saat
pembelian dan penggunaan bahan yang berpotensi menjadi limbah.
 Pemilihan limbah : pemilihan (segregasi) yang cermat pada materi limbah
menjadi beberapa kategori. Hal ini dapat membantu meminimalkan kuantitas
limbah berbahaya.
Pada dasarnya minimisasi limbah/sampah merupakan bagian dari pengelolaan limbah
dan dapat mengurangi penyebaran limbah di lingkungan, meningkatkan efsiensi produksi
dan dapat memberikan keuntungan ekonomi, antara lain:
a. Mengurangi biaya pengangkutan ke pembuangan akhir
b. Mengurangi biaya pembuangan akhir
c. Meningkatkan pendapatan karena penjualan dan pemanfaatan limbah

B. KONSEP MINIMASI SAMPAH


Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan akibat adanya limbah, yaitu:
1) Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam proses penggunaan bahan akan
dihasilkan limbah seminimal mungkin, dengan tingkat bahaya serendah mungkin.
2) Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah yang dilakukan setelah limbah
tersebut terbentuk
Pendekatan proakatif merupakan strategi yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an
dalam dunia industri, dikenal sebagai teknologi bersih yang bersasaran pada
pengendalian atau reduksi terjadinya limbah melalui penggunaan teknologi yang lebih
bersih dan akrab lingkungan.
Konsep ini secara sederhana meliputi:
 Pengaturan yang lebih baik dalam manajemen penggunaan bahan dan enersi serta
limbahnya melalui good house keeping
 Penghematan bahan baku, fluida dan enersi yang digunakan
 Pemakaian kembali bahan baku tercecer yang masih bisa dimanfaatkan
 Penggantian bahan baku, fluida dan enesi
 Pemodivikasian proses bahkan kalau perlu penggantian proses dan teknologi yang
digunakan agar emisi atau limbah yang dihasilkan seminimal mungkin dan
dengan tingkat bahaya yang serendah mungkin
 Pemisahan limbah yang terbentuk berdasarkan jenisnya agar lebih mudah
Penanganannya

Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap perlu diperbaiki, adalah konsep
dengan upaya pengendalian yang dilakukan setelah limbah terbentuk, dikenal sebagai
pendekatan end-of-pipe. Konsep ini mengandalkan teknologi pengolahan daan
pengurugan limbah, agar emisi dan residu yang dihasilkan aman dilepas kembali ke
lingkungan. Konsep pengendalian limbah secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki
melalui kegiatan pemanfaatan kembali limbah secara langsung (reuse), dan/atau melalui
proses terlebih dahulu sebelum dilakukan pemanfaatan (recycle) terhadap limbah
tersebut.

Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih tersebut dikembangkan menjadi konsep
hierarki urutan prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu :

a. Langkah 1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit


mungkin

b. Langkah 2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan


memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
c. Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan,
baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi

d. Langkah 4 Treatment (olah): residu yang dihasilkan atau yang tidak dapat
dimanfaatkan kemudian diolah, agar memudahkan penanganan berikutnya, atau agar
dapat secara aman dilepas ke lingkungan

e. Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke
lingkungan secara aman, yaitu melalui rekayasa yang baik dan aman seperti
menyingkirkan pada sebuah lahan-urug (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara
baik

f. Langkah 6 Remediasi: media lingkungan (khusunya media air dan tanah) yang sudah
tercemar akibat limbah yang tidak terkelola secara baik, perlu direhabilitasi atau
diperbaiki melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti bioremediasi dan sebagainya.
Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan lebih spesifik dalam pengelolaan
sampah, dengan penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang dikenal sebagai
pendekatan 3R. Upaya R1, R2 dan R3 adalah upaya minimasi atau pengurangan sampah
yang perlu ditanganii. Selanjutnya, usaha pengolahan atau pemusnahan sampah bertujuan
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan bila residu tersebut dilepas ke
lingkungan. Sebagian besar pengolahan dan/atau pemusnahan sampah bersifat
transformasi materi yang dianggap berbahaya sehingga dihasilkan materi lain yang tidak
mengganggu lingkungan. Sedangkan penyingkiran limbah bertujuan mengurangi volume
dan bahayanya.
C. TEKNIK MINIMASI SAMPAH
1. PENANGANAN SAMPAH 3R
UU RI No 18 tahun 2008 menekankan bahwa prioritas yang harus dilakukan oleh
semua pihak adalah agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian
sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa
selanjutnya dilakukan pengolahan (treatment) maupun pengurugan (landfilling).

Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:


a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah dihasilkan sesedikit
mungkin.
b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan
memanfaatkan limbah tersebut secara langsung.
c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi.

Penanganan sampah 3-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka


pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif sehingga diharapkan
dapat mengurangi biaya pengelolaan. Penanganan sampah 3-R akan lebih baik
lagi bila dipadukan dengan siklus produksi dari suatu barang yang akan
dikonsumsi.

Daur-ulang menggunakan prinsip 2-R dan 3-R yang ada yaitu :


 Menggunakan Kembali
Barang yang habis dipakai dan tidak bermanfaat lagi disebut sampah.
Anggapan ini berbeda bila benda-benda yang dianggap sampah karena
sifat dan karakteristiknya dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui
proses produksi.
Sebagai contoh: berbagai jenis botol, perabotan rumah tangga, dan lainnya
yang sudah tidak terpakai lagi. Melalui proses pencucian, perbaikan,
maupun sedikit penggantian, benda tersebut dapat digunakan kembali
seperti semula. Dengan demikian fungsi benda tersebut sebagai sampah
menjadi tertunda. Sehingga pada saat itu jumlah sampah akan berkurang
sebesar jumlah benda yang dapat dimanfaatkan kembali.
 Mendaur-ulang
Sampah didaur-ulang untuk dijadikan bahan baku industri (raw material)
dalam proses produksi. Dalam proses ini, sampah sudah mengalami
perubahan baik bentuk maupun fungsinya.
Sebagai contoh sampah plastik, karet, kertas, besi, tembaga, alumunium,
dengan melalui proses mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi
produk akhir yang dapat digunakan kembali.

2. WASTE HANDLING

Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:

 Pemilahan: pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,


jumlah, dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan: pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah
ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
 Pengangkutan: membawa sampah dari sumber dan/atau dari TPS atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
 Pengolahan: mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
 Pemrosesan akhir sampah: pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

D. PEMILAHAN SAMPAH
Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan
sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara
efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga
pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan,
sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan
bebas sampah.
Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang
sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan
yang sifatnya homogen. Manajemen Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu
proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan
penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan,
pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan
organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat
digunakan dan dimamfaatkan. Pemilahan sampah dilakukan di TPA, karena ini akan
memerlukan sarana dan prasarana yang lengkap. Oleh sebab itu, pemilahan harus
dilakukan di sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit,
pasar, terminal dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas.
Upaya pemilahan sangat dianjurkan dan hendaknya diprioritaskan sehingga
termasuk yang paling penting didahulukan. Persoalannya adalah bagaimana
meningkatkan keterlibatan masyarakat. Pemilahan yang dianjurkan adalah pola
pemilahan yang dilakukan mulai dari level sumber atau asal sampah itu muncul, karena
sampah tersebut masih murni dalam pengertian masih memiliki sifat awal yaitu belum
tercampur atau terkontaminasi dengan sampah lainnya.
 Pemilahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu

Pemilahan sampah sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya, termasuk sampah rumah
tangga. Di bawah ini adalah contoh bagan pemilahan sampah rumah tangga.

Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah


yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan
masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi
sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal
dalam pengelolaan sampah.
Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini
merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi pengomposan, teknologi
penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang. “Teknologi Pengolahan
Sampah Terpadu menuju Zero Waste” harus merupakan teknologi yang ramah
lingkungan.

Produksi bersih (Zero waste) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk
samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan
produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip
ini juga dapat diterapkan pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah
tangga.

Pengertian Zero Waste (produksi bersih) adalah bahwa mulai dari produksi sampai
berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau
diminimalisir terjadinya “sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan
menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-
R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah
replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas
ditambah lagi dengan replant (menanam kembali).
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk
melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi
volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang
dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.

Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi :

1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu.

2. Teknologi pengomposan, biogas, briket , pakan ternak dll.

3. Teknologi daur ulang sampah plastik, kertas dan yang lainnya.

4. Teknologi pembakaran sampah dan insinerator.

5. Teknologi pengolahan limbah cair (IPAL).

6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah.

8. Pengolahan sampah kota.

Untuk mencapai hal tersebut di atas harus dilakukan beberapa usaha, diantaranya:

1. Perlu perubahan paradigma dari tujuan membuang menjadi memanfaatkan


kembali untuk mendapatkan keuntungan;

2. Perlu perbaikan dalam sistem manajemen pengelolaan sampah secara


keseluruhan; Untuk mencapai keberhasilan, maka perlu didukung oleh faktor-
faktor input berupa sarana, prasarana dan kelembagaan produksi, distribusi,
pemasaran, pengolahan dan lainnya.

3. Pemanfaatan bahan kompos untuk taman kota dalam bentuk kampanye


penghijauan dengan contoh-contoh hasil nyata sebagai upaya promosi pada
masyarakat luas;

4. Upaya pemasaran bahan kompos bagi taman hiburan yang memerlukannya.


Misalnya kebun binatang, kebun raya, taman buah dan sebagainya.
5. Sampah anorganik sebagai bahan baku industri. Budaya daur ulang sampah di
Indonesia sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, namun masih harus terus
dikembangkan, baik dari segi infrastruktur, teknologi maupun dari segi sistem
organisasinya. Hal ini penting untuk dapat meningkatkan harkat dan martabat dari
para pemulung.

6. Perlu dibuat aturan hukum yang bersifat mengikat yang berlaku bagi
masyarakat agar dapat mengikuti aturan-aturan bagi terlaksananya pengelolaan
sampah terpadu.

E. TEKNIK MINIMASI 3R ( REDUCE, REUSE, RECYCLE )


3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali
sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang
bermanfaat.

REUSE
Reuse yaitu menggunakan kembali barang atau bahan yang telah digunakan
namun masih bisa digunakan kembali. Proses memilih dan memilah serta
mengoptimalkan fungsi sampah yang masih bisa dimanfaatkan.
Contoh kegiatan REUSE sehari-hari:
 Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan
tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
 Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali
menjadi tempat minyak goreng.
 Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
 Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
 Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
 Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

REDUCE

Reduce adalah mengurangi semaksimal mungkin kegiatan yang akan


menghasilkan banyak sampah, seperti mengurangi konsumsi barang yang dikemas secara
berlebihan.

Kegiatan mereduksi sampah tidak mungkin bisa menghilangkan sampah secara


keseluruhan, tetapi secara teoritis aktifitas ini akan mampu mengurangi sampah dalam
jumlah yang nyata. (Kemeneg LH, 2006)

Contoh kegiatan REDUCE sehari-hari:


 Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
 Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar.
 Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi
ulang kembali).
 Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus
dan ditulis kembali.
 Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
 Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
 Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

RECYCLE

Recyle adalah proses mengolah kembali sampah yang masih diproses ulang
menjadi barang lain yang bermanfaat, layak pakai, serta layak jual. Recyle yaitu
memanfaatkan kembali suatu barang namun masih perlu proses tambahan, misalnya
pemanfaatan kertas daur ulang yang berasal dari kertas bekas.

Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya


untuk barang yang tdak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas,
aluminium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang adsalah memisahkan
sampah yang sejenis dalam suatu kelompok.

Daur ulang merupakan faktor penting dalam membantu mengurangi permintaan


terhadap sumber daya dan sekaligus mengurangi jumlah sampah yang haru sdibuang ke
tempat pembuangan akhir ((landfiil).

Daur ulang memiliki potensi yang besar untuk mengurangi timbunan sampah
secara berarti dan dengan demikian juga mengurangi biaya untuk transportasi,
pengolahan, dan pembuangan akhir. Keuntungan daur ulang juga diperoleh dan nilai
produk hasil daur ulang sendiri.

Daur ulang merupakan cara pengolaan yang paling optimal sekaligus menjadi
usaha yang layak secara ekonomis di tingkat informal. Daur ulang ini akan berjalan
secara maksimal jika ditunjang oleh pemilahan sampah di sumber (source separation)
yang baik dan benar, sekaligus dimantapkan dengan sistem pengelolaan sampah formal
yang mendukung, termasuk dari segi dasar hukumnya.

Contoh kegiatan RECYCLE sehari-hari:


 Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
 Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
 Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
 Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
F. MANFAAT MINIMASI SAMPAH
 Mengurangi sampah dari sumbernya
 Mengurangi dampak lingkungan
 Mengurangi biaya operasional
 Mengurangi biaya pengolahan selanjutnya
 Menjadi Usaha Sampingan
 Pembukaan lapangan kerja
 Memperkuat kepedulian terhadap lingkungan
 Memperkuat peran serta masyarakat
 Mengurangi subsidi pemerintah dalam biaya penanganan sampah
 Menghemat sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA
Moerdjoko S, Widyatmoko. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah.
Cet.1. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.

Damanhur. Enri, 2010, Diktat Pengelolaan Sampah FTSL Prodi Teknik Lingkungan,
Bandung : ITB Press

http://beritakesling.blogspot.com/2009/04/teknik-minimasi-sampah.html ( Diakses 28
Maret 2020 )

https://jujubandung.wordpress.com/2012/05/28/konsep-minimasi-limbah/ ( Diakses 28
Maret 2020 )

Anda mungkin juga menyukai