A. LATAR BELAKANG
1. DASAR HUKUM
UU no 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
UU no 35 tahun 2014 tentang perubahan UUno 23 tahun2012 tentang
perlindungan anak
PP no 16 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi
Permenkes no 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan , masa setelah melahirkan, penyelenggaraan
pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan sexual.
2. GAMBARAN UMUM
Puskesmas Kota Pangkajene membawahi 5 kelurahan dengan Luas
wilayah ± 12,92 Km. Kondisi geografis berupa dataran rendah dengaan
ketinggian 200 m² dari permukaan laut yang merupakan wilayah perkotaan
sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan mobil ataupun motor sampai
kelurahan (wilayah kerja). Dalam melakukan pelayanan Puskesmas Kota
Pangkajene dibantu oleh jejaring terdiri dari 1 Pustu, 5 BPM, dan Klinik serta
UKBM yang terdiri dari 2 poskesdes ( Posyandu Prima ), 17 Posyandu Balita,
dan 4 Posyandu Remaja. Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Kota
Pangkajene sebanyak 30.788 Jiwa dengan jumlah rumah sebanyak 5.522,
jumlah Rw 27 dan jumlah Kepala Keluarga 12.346 KKdengan kepadatan
Penduduk 2. 386 Km²
Angka kematian ibu dan angka kematian bay idan stunting masi menjadi
issu nasional, untuk itu dibutuhkan beberapa upaya untuk mendukung penurunan
tersebut, kerja sama lintas sector dan lintas program serta pelayanan terhadap
masyarakat secara menyeluruh dan komprenhensip merupakan strategis yang
sangat diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka pemenuhan hak – hak
reproduksi bagi calon pengantin dan PUS di perlukan perencanaan yang baik
dan pemantauan secara berkesinambungan , ketersediaan data yang akurat
merupakan hal yang sangat penting.
Salah satu masalah terjadi di puskesmas kota pangkajene adalah masi
tingginya angka putus pake alat kontrasepsi, kehamilan multi paritas, dengan
jarak hamil yang dekat kurang dari 2 tahun, serta kehamilan usia remaja, dari
cakupan akseptor KB masi tergolong rendah , akseptor baru sebanyak 276 {58,8
%}, dan KB paska salin sebanyak 111 {23,6 %} disemua pelayanan fasyankes
dan jaringanx pada tahun 2021. sedangkan pada tahun 2022 sampai bulan
agustus terdapat akseptor baru sebanyak 270 {83 %} dan KB paska salin
sebanyak 106 {32, 6%} sedangkan pelayanan catin di puskesmas sangat kurang
jika dibandingkan dengan pernikahan yang mendaftar di KUA, hal ini di akibatkan
belum pahamnya perangkat pernikahan tentang pentingnya edukasi calon
pengantin dalam upaya penurunan AKI/AKB dan stunting.
Pemecahan permasalahan tersebut di atas diperlukan beberapa kegiatan
diantaranya pelayanan usia sekolah, pelayanan pada remaja, pelayanan
sebelum hamil, catin wanita usia subur dan pasangan usia subur. Komponen
kelompok umur tersebut merupakan kelompok riskan penyumbang kematian ibu
dan bayi jika itdak tertangani dengan baik, melalu asuhan sejak usia sekolah
melalui skrining pemantauan kesehatan, pemberian edukasi perilaku hidup sehat.
Disamping skrining kesehatan sejak usia sekolah, juga diperlukan pemberian
informasi tentang kesehatan reproduksi, pengturan jarak kehamilan melalui
pelayanan keluarga berencana, baik di saranah kesehatan UKBM maupun
dirumah penduduk untuk menghindari akseptor yang putus pake alat kontrasepsi,
hal ini sesuai peraturan pemerintah no 16 tahun 2014, dalam pemenuhan hak
reproduksi.
Pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan {P2GP} merupakan
masalah global yang sangat ditentang karena termasuk masalah perusakan alat
kelamin perempuan yang melanggar HAM dan dianggap sebagai kekerasan
terhadap perempuan. Demikian juga terhadap perkawinan anak, perkawinan
paksa pada usia muda, hal tersebut tertuang didalam target sdg’s no 5.3 tentang
kesetaraan gender yaitu menghilangkan semua praktek berbahaya, seperti
perkawinan anak, perkawinan paksa di usia muda serta praktek P2GP.
Edukasi terhadap remaja dan ibu remaja yang dikemas dalam kelas remaja
adalah kegiatan memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, bahaya
menikah usia remaja, bahaya praktek P2GP, bahaya narkoba penyakit menular
sexual, bahaya melakukan sex sebelum menikah serta resiko administrasi dalam
pernikahan usia muda.
Untuk mengetahui keberhasilan program di butuhkan system pencatan dan
pemantauan secara berkesinambungan di semua sarana pelayanan, namun
beberapa lini system pencatatan belum maksimal sehingga di butuhkan
monitoring dan bimbingan terhadap fasyankes dan jaringanx untuk menghindari
data bias yang tersaji dalam penyusunan kegiatan berikutnya serta sejauh mana
keberhasilan proram yang telah dilaksanakan.
Penurunan aki dan AKB dan percepetan perbaikan gizi masyarakat :
A. PENERIMA MANFAAT
PENERIMA
NO NAMA KEGIATAN JUMLAH
MANFAAT
Penurunan aki dan AKB dan percepetan
perbaikan gizi masyarakat
1 20 Remaja dan ibu remaja
Pelaksanaan penyuluhan dan P2GP dan
pencegahan kekerasan pada perempuan
Rapat kodinasi /sosialisasi program bagi
2 4 Lintas sector
kantor urusan agama{KUA} di kecamatan
Pelaksanaan edukasi bimbingan perkawinan
3 di kua atau lembaga agama dan skrining 4 Catin
calon pengantin
Posyandu dan kunjungan
4 Pelayanan keluarga berencana 122
rumah
Kunjungan pembinaan PN/KB bagi posyandu Posyandu prima,BPM, dan
5 prima posyandu balita, dan bidan praktek 120 posyandu balita dan
mandiri posyandu remajal
6 Skrining kesehatan usia sekolah dan remaja SD, SMP, SMA
B. SRATEGI PENCAPAIAN KELURAHAN