Disusun oleh :
Abigail Widhiana Sukma
D03.019.009
I. LATAR BELAKANG
Watak dan karakter yang kuat adalah amanah dari Undang-Undang
(Sisdiknas). Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama. Individu yang berkarakter baik
juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk”
unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki
ada juga yang berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
karakter positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku
positif tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya (Nana Prasetyo,
2011).
Lickona (1992) juga menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yaitu
feeling) ,dan perbuatan bermoral (moral action). Dalam hal moral knowing, terdapat
enam hal sebagai tujuan diajarkannya pendidikan moral, yaitu kesadaran moral
striving system which underly bahavior, yaitu kumpulan tata nilai yang terwujud dalam
suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku
yang ditampilkan secara mantap. Manusia yang karakternya kuat akan tercermin dari
sikap dan perilakunya yang berprinsip dan tidak mudah berubah. Karena karakter
Pembentukan karakter manusia tidak dapat lepas dari masyarakat dan pendidikan.
Budaya merupakan hasil karya manusia yang dapat berupa nilai, aktivitas, dan benda
dimana ketiga hal tersebut mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku manusia.
Budaya ada dalam setiap masyarakat dan berkembang melalui proses pendidikan dan
pengalaman. Nilai budaya inilah yang disebut kearifan lokal Kearifan lokal
merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang
banyak kearifan lokal yang tertuang dalam petuah-petuah raja dan orang tua pada
Fenomena yang terjadi pada masa sekarang ini adalah masyarakat merasa bebas
dengan adanya demokrasi tanpa menyadari adanya tanggung jawab dalam setiap
sikap dan perilakunya. Budaya Jawa dari zaman dahulu terkenal sebagai budaya
adiluhung yang menyimpan banyak nilai yang sangat luhur mulai dari etika dan
sopan santun di dalam rumah sampai sopan santun di ranah publik. Bagaimana
memperlakukan orang lain dan sebagainya semuanya telah ada dalam budaya Jawa.
Bahasa dijadikan sebagai alat untuk memahami budaya, baik yang sekarang ada
maupun yang telah diawetkan dan yang akan datang (dengan cara mewariskannya).
Tanpa bahasa tidak akan ada budaya. Setiap masyarakat budaya mempertahankan
konsepnya melalui nilai budaya dan sistem budaya dengan mempertahankan fungsi,
pertukaran (Soeleman 1988). Oleh karena itu, tinggi rendahnya nilai budaya sangat
tersebut (Djajasudarma 2002). budaya lokal atau kearifan lokal tersebut mengandung
pedoman etika, pandangan hidup, tradisi, falsafah, dan sebagainya yang bisa
dijadikan sebagai salah satu keseimbangan hidup dalam negara yang heterogen ini.
Jawa dapat dijadikan embrio butir-butir nilai kebudayaan nasional bangsa kita.
Khususnya untuk Sekolah Dasar, kearifan lokal masih banyak difokuskan pada
juga memiliki keteladanan untuk pembangunan karakter anak usia 9tahun dengan
judul penelitian Asesment Pendidikan Karakter dan Moral Anak Sekolah Dasar
tengah untuk mengetahui keunggulan, dan hambatan pada strategi dan proses
yang sudah dilaksanakannya, menelaah nilai-nilai kearifan lokal Jawa yang berperan
dalam pembentukan karakter generasi muda. Kearifan lokal dapat membentuk karakter
karakter moral anak sd tetap pada konsep nilai budaya nonmateri agar tidak
semakin pudar karena pengaruh konsep kehidupan materi yang dianggap sebagai
BAB II
B. TINJAUAN PUSTAKA
Konsep nilai di dalam ungkapan berfungsi untuk menggambarkan budaya yang
pedoman untuk bertindak yang patut dipertahankan karena bermuatan positif dalam
menentukan sikap hidup. Di samping itu, ada pula makna ungkapan yang memudar
nilainya karena tidak baik dilakukan pada situasi tertentu. Malinowski (dalam Hymes
bentuk-bentuk linguistik dipengaruhi oleh aspek budaya, sosial, mental dan psikologis;
apa hakikat bentuk dan makna serta bagaimana hubungan keduanya. Penggunaan bahasa
dalam berkomunikasi cenderung dipandang sebagai fungsi kontrol atau suatu tindakan
Nilai adalah sesuatu yang menyangkut baik dan buruk. Pepper (dalam
Djajasudarma 1997:12) menyatakan bahwa batasan nilai mengacu pada minat, kesukaan,
perasaan, dan orientasi seleksinya. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang baik dan buruk
dapat disebut sebagai nilai. Sistem nilai termasuk nilai budaya dan merupakan pedoman
yang dianut oleh setiap anggota masyarakat terutama dalam bersikap dan berperilaku dan
juga menjadi patokan untuk menilai dan mencermati bagaimana individu dan kelompok
bertindak dan berperilaku. Jadi, sistem nilai dapat dikatakan sebagai norma standar dalam
nilai begitu kuat meresap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti
C. PANDUAN ASESMEN
Fokus penelitian ini adalah asesment model pendidikan karakter dan moral
anak usia dini dengan basis kearifan lokal yang mencakup: (1)
Bagaimanakah proses pendidikan karakter dan moral anakkelas 5? (2)
Bagaimanakah strategi dan proses integrasi kearifan lokal dengan model
pembelajaran anak kelas 5 di sekolah? (3) Bagaimanakah proses pendidikan
karakter dan moral dengan basis kearifan lokal anak kelas 5 di sekolah?
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang
bertujuan untuk memahami konteks alami dan memahami subjek penelitian
secara mendalam dan bersifat interpretatif, artinya mencari temukan fakta
(Putra, 1994:67). Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif naturalistik. Metode ini dipilih karena peneliti ingin melihat langsung
berbagai kenyataan dilapangan yang dilakukan subjek penelitian tanpa
menambah atau merubah peristiwa yang terjadi dilapangan atau berusaha
memahami perilaku subjek penelitian dari segi kerangka berpikir maupun
bertindak dari subjek penelitian itu sendiri (Moleong, 2010:31).
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
FGD, dan analisis dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan
model Miles & Huberman (Putra, 1994:67). Menurut Miles dan Huberman ada 4
(empat) macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu pengumpulan data,
reduksi data, model data dan penarikan/verifikasi kesimpulan,
BAB III
E. KESIMPULAN
F. LAMPIRAN – LAMPIRAN
Foto di SD Santo Aloysius Semarang