Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP MALARIA PADA ANAK DI

KECAMATAN SUNGAI LIAT KABUPATEN BANGKA


TAHUN 2005

Yahya*, Aprioza Yenni*, Santoso*, Lasbudi.P.Ambarita*

ABSTRACT

The research on mother’s knowledge, attitude, and practise (KAP) regarding malaria
among children has been conducted in Sungailiat sub-district of Bangka district from April
to August 2005. The aim ofthis research was to know the level of mother’s knowledge,
attitude, andpractise regarding malaria among children. This sampel were 90respondents
drawn by Simple Random Sampling method. Results of this research show most of the
respondents age between 25-40 years. Most of the respondents only graduated from
elementary school and were unemployed (63,3%). Forty six respondents have good
knowledge (51,1%), 52 respondents have good attitude (57,8%), and 54 respondents have
good practise (60%). There is significant difference between mother’s education and
occupation with mother’s knowledge on malaria among children (p <0,005). And there is
significant difference between mother’s age with her attitude (p=0,009). Based on the
result, it is necessary to inform about malaria, the vention and the treatment of malaria
among children. And it is also important to improve patient’s registration system specially
for children’s malaria patient by complete the identity (name and address) of patient’s
parents which is necessary for finding case, and repeat data update of residents of
Sungailiat Sub-district.

Keywords:Knowledge, Attitude, Practice (KAP), Malaria, Sungailiat


*LokaLitbangP2B2Baturaja

PENDAHULUAN ini adalah aspek sosial budaya penduduk terhadap


Puskesmas Sungailiat dan Puskesmas penyakit malaria, sementara selama ini belum pernah
Kenanga merupakan Puskesmas yang ada di wilayah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Padahal
Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. AMI aspek sosial budaya mempunyai peranan yang penting
(Annual Malaria Insidence) di wilayah kerja dalam peningkatan kasus malaria. Penelitian ini ingin
Puskesmas Sungailiat tersebut cukup tinggi meskipun membuktikan apakah umur ibu, pendidikan dan
terjadi penurunan dari tahun 2001 (89,99 %o), tahun pekerjaan ibu berhubungan bermakna terhadap
2002 (65,00%o) dan tahun 2003 (59,60 %o). pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap malaria
Sedangkan di Puskesmas Kenanga, AMI tahun2001 pada anak. Yang dikatakan anak adalah kelompok
sebesar 46,49 o/oo, tahun 2002 sebesar 40 o/oo, dan usia non produktif yang secara ekonomi masih
tahun 2003sebesar 47,4 o/oo. menjadi tanggungan orang tua yaitu usia 0-14
Penduduk wilayah Kecamatan Sungailiat tahun.Disamping itu apakah pengetahuan dan sikap
sebagian besar bermata pencarian sebagai petani dan ibu berhubungan bermakna dengan tindakan terhadap
sebagian kecil sebagai nelayan sesuai dengan keadaan anaknya apabila menderita malaria. Selanjutnya dilihat
geografis yang berada pada dataran rendah berupa juga bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap, dan
daerah perkebunan dan pantai. Mobilitas penduduk di perilaku ibu terhadap malaria pada anak, dengan
wilayah ini relative tinggi karena didukung lancarnya peningkatan kasus malaria pada anak. Dengan
sarana transportasi. Salah satu komponen yang erat didapatkannnya informasi tersebut, selanjutnya dapat
kaitannya dengan tingginya kasus malaria di wilayah dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi intervensi program penanggulangan malaria Sungailiat.
di Kecamatan
BAHAN DAN CARA sebagian besar dari suami responden tingkat
pendidikannya hanya tamat SD (32,2%), dan tamat
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja SMA (32,2%). Sebagian besar responden tidak
Puskesmas Sungailiat dan Puskesmas Kenanga yang bekerja (63,3%), sedangkan sebagian besar dari suami
berada di kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka, responden, bekerja sebagai buruh harian/tukang
pada bulan April - Agustus 2005. Penentuan (43,3%). Distribusi responden berdasarkan
lokasi/desa berdasarkan data alamat penderita malaria karakteristik dapat dilihat pada tabel 1.
anak yang berobat ke Puskemas Sungailiat, Puskesmas Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa
Kenanga, dan RSUD Sungailiat, yang diambil dari sebagian besar (65,6%) responden mengetahui tentang
buku registrasi pasien, pada periode waktu mulai gejala penyakit malaria. Sedangkan untuk memastikan
Januari 2004 hingga Juni 2005. Populasi penelitian ini gejala penyakit tersebut sebanyak 95,6% pergi ke
adalah seluruh ibu yang anaknya positif malaria di dokter.
wilayah Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Hampir seluruh responden pernah mendengar
Data Populasi ini diperoleh dari buku catatan pelaporan tentang malaria (96,7%). Gejala penyakit malaria yang
Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di Sungailiat, paling banyak diketahui oleh responden adalah
dengan jumlah sampel minimal sebanyak 92 menggigil (75,6%) dan tidak satupun responden yang
responden, yang dipilih berdasarkan metode Simple menjawab kejang dan gangguan kesadaran
random sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan merupakan gejala malaria. Responden yang
setelah diperoleh sampel dari populasi yang ada. mengatakan bahwa malaria merupakan penyakit
Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan menular sebanyak 65,6% sedangkan yang tidak
mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu memberikan jawaban sebanyak 2,2%. Sebanyak 60%
terhadap malaria pada anak. Pengetahuan ibu adalah responden menjawab bahwa malaria dapat menyerang
kemampuan ibu menjawab dengan benar pertanyaan semua orang dan 1 orang (1,1%) mengatakan bahwa
yang ada (dibuat skala interval berdasarkan jumlah malaria dapat menular pada orang dengan golongan
skor jawaban: skor 1 untuk jawaban benar, dan 0 untuk darah yang sama. Berdasarkan cara penularan penyakit
jawaban yang salah). Sebelum dilakukan analisa malaria, didapatkan bahwa masih banyak yang belum
dilakukan editing data untuk mengoreksi data yang mengetahui cara penularan malaria dan hanya 47,8%
hilang atau rusak,kemudian data yang diperoleh yang mengatakan bahwa malaria ditularkan melalui
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, setelah itu gigitan nyamuk. Responden yang mengatakan bahwa
dianalisa hubungan antar variabel dengan pendekatan malaria dapat dicegah sebanyak 83,3%, sementara cara
deskriptif. Analisa dilakukan secara dekriptif kuantitatif pencegahan terbanyak yaitu dengan menggunakan
dan kualitatif. Uji statistik yang dipilih adalah uji chi- obat nyamuk (62,2%). Hampir seluruh responden
square (X2) dan Independent T-test dengan (90%) mengetahui bahwa malaria merupakan
menggunakan bantuan program SPSS. penyakit yang berbahaya tetapi dapat diobati (92,2%)
dan cara pemberian obat dengan diminum (92,2%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sementara responden yang menginginkan jenis
Dari hasil wawancara terhadap 90 responden obat malaria untuk anak paling banyak (36,7%) adalah
diketahui bahwa sebagian besar responden berumur berbentuk puyer dengan alasan
antara 25-40 tahun (82,2%), dengan umur terendah 20 mudah diminum dan diberikan. Distribusi responden
tahun dan tertinggi 56 tahun serta median umur berdasarkan kategori tingkat pengetahuannya, setelah
responden adalah 32 tahun. Pendidikan ibu sebagian dilakukan scoring diperoleh hasil seperti pada tabel 2.
besar (36,7%) adalah tamat SD dengan kategori
tingkat pendidikan tinggi sebesar 35,6% dan tingkat
pendidikan rendah sebesar 64,4%. Sedangkan
distribusi responden berdasarkan pendidikan suami:
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristiknya di Kabupaten Bangka Tahun 2005
No Karakteristik Responden n Frekuensi Persentase (%))

1 Kelompok Umur 90 100


a. < 25 Tahun 6 6,7
b. 25-40 Tahun 74 82,2
c. > 40 Tahun 10 11,1
2 Pendidikan Ibu 90 100
a. Tidak Sekolah 3 3,3
b. Tidak tamat SD 5 5,6
c. Tamat SD/Sederajat 33 36,7
d. Tidak tamat SMP/Sederajat 2 2,2
e. Tamat SMP/ Sederajat 15 16,7
f. Tamat SMA/Sederajat 29 32,2
g. Akademi/Perguruan tinggi 3 3,3
3 Pendidikan Suami 90 100
a. Tidak Sekolah 2 2,2
b. Tidak tamat SD 7 7,8
c. Tamat SD/Sederajat 29 32,2
d. Tidak tamat SMP/Sederajat 2 2,2
e. Tamat SMP/ Sederajat 9 10
f. Tidak tamat SMA/Sederajat 1 1,1
g. Tamat SMA/Sederajat 28 31,1
h. Akademi/Perguruan tinggi 12 13,3
4 Pekerjaan Ibu 90 100
a. Tidak Bekerja 57 63,3
b. Pedagang /wiraswasta 12 13,3
c. Jasa (Jahit,Salon) 2 2,2
d. PNS 10 11,1
e. Lainnya ;
1). Swasta 2 2,2
2). Tenaga Honor 3 3,3
3). Buruh 4 4,4
5 Pekerjaan Suami 90 100
a. Petani 1 1,1
b. Buruh/Tukang 39 43,3
c. Pedagang 7 7,8
d. Nelayan 14 15,6
e. PNS 17 18,9
f. BUMN 1 1,1
g. Pegawai Swasta 5 5,6
h. TNI/POLRI 1 1,2
i. Lainnya :
1). Tenaga Honor 3 3,3
2). Sopir 2 2,2
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan Tentang Malaria
di Kabupaten Bangka Tahun 2005

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase


1 Tinggi 46 51,1 %
2 Rendah 44 48,9%
JUMLAH 90 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase sikap responden terhadap malaria pada anak, maka
tingkat pengetahuan responden tentang malaria hampir diperoleh hasil seperti table 3.
sama. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
tinggi sebanyak 46 (51,1%) dari 90 orang responden. Kategori Sikap Tentang Malaria
Untuk sikap responden terhadap malaria pada anak di Kabupaten Bangka Tahun 2005
dapat dilihat bahwa sebanyak 66,7% responden setuju
bahwa malaria pada anak dapat menyebabkan N Kategori Frekuensi Persentase
kematian; 93,3% responden setuju bahwa memasang o Sikap
kelambu merupakan salah satu cara untuk 1 Positif 38 42,2 %
menghindari gigitan nyamuk; 67,8% responden setuju 2 Negatif 52 57,8%
bahwa berada di rumah pada malam hari akan
JUMLAH 90 100%
mengurangi tertular malaria; 86,7% responden setuju
malaria merupakan penyakit yang dapat dicegah.
Responden yang setuju bahwa memberikan obat Responden yang memiliki sikap positif terhadap
anti malaria pada anak dapat mencegah anak tertular malaria pada anak sebanyak 52 orang (57,8%) dari 90
malaria sebanyak 63,3% responden; sebanyak 82,2% responden yang diwawancarai. Sedangkan pada
responden setuju bahwa kegiatan menaburkan ikan kebiasaan/perilaku responden yang berhubungan
pemakan jentik di kobakan dan saluran air merupakan dengan penyakit malaria pada anak dapat dilihat
upaya pencegahan malaria. bahwa tindakan yang paling banyak dilakukan
Hampir seluruh responden (94,5%) responden responden bila anaknya panas adalah dengan
setuju bahwa mengolesi badan dengan obat anti dikompres dan diberi obat turun panas (41,1%) dan
nyamuk dan memakai pakaian panjang dapat hanya 1,1% yang memberi obat tradisional.
menghidarkan dari gigitan nyamuk. Sedangkan bila anak menderita malaria, tindakan yang
Sebagian besar responden (94,5%) juga setuju paling sering dilakukan adalah dengan membawa ke
bahwa untuk memastikan anak menderita malaria atau petugas kesehatan (81,1%).
tidak harus diambil darahnya untuk diperiksa. Sementara hampir seluruh responden (93,3%)
Sementara responden yang setuju untuk membawa mengatakan bahwa anak yang menderita malaria
anaknya berobat ke Unit Pelayanan Kesehatan bila diambil darahnya untuk kepentingan pemeriksaan
menunjukkan gejala malaria sebanyak 93,4%. kesehatan. Hampir seluruh responden juga
Sedangkan sikap responden terhadap anjuran mengatakan bahwa anak yang menderita malaria
minum obat sampai habis sebagian besar (94,5%) diberi obat oleh petugas kesehatan (94,4%).
menunjukkan sikap positif. Sebagian besar responden Responden yang mengatakan bahwa anaknya sering
(55,6%) tidak setuju bila anak panas boleh di suntik. diajak ke luar malam sebanyak 30,0% (27 anak).
Setelah dilakukan skoring untuk melakukan kategori Hanya 12 anak (13,3%) dari anak yang sering ke luar
malam pada saat ke luar malam menggunakan nyamuk adalah dengan memakai obat nyamuk bakar
pakaian panjang atau mengolesi badan dengan obat (94,5%).
anti nyamuk (repellent). Tindakan yang paling banyak
dilakukan responden untuk menghindari dari gigitan
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik dengan
Kategori Perilaku Tentang Malaria Chi-square didapatkan perbedaan yang bermakna
di Kabupaten Bangka Tahun 2005 secara statistik antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengetahuan responden tentang malaria pada anak (p <
No Kategori Frekuensi Persentase 0,005) dengan nilai OR sebesar 15,56. Artinya
Perilaku semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki
1 Baik 54 60 %
seorang ibu, maka ada kecenderungan tingkat
2 Buruk 36 40% pengetahuannya mengenai malaria pada anak juga
JUMLAH 90 100% semakin tinggi. Hal ini bisa terjadi karena informasi
yang diterima oleh kelompok ibu yang termasuk
Responden yang menunjukkan perilaku baik dalam kategori tingkat pendidikan tinggi yang
terhadap malaria pada anak sebanyak 54 (60%) dari 90 diperolehnya melalui pendidikan formal, lebih banyak
orang responden yang diwawancarai. Hubungan antar dibandingkan dengan informasi yang diterima oleh
varibel dapat dilihat pada pembahasan berikut ini: kelompok ibu dengan kategori pendidikan rendah.
Hubungan antara umur ibu dengan tingkat Yang didukung pula oleh interaksi mereka dengan
pengetahuan diperoleh dengan melakukan uji T berbagai lapisan masyarakat pada saat mereka
Independent. Hasil analisis mengenai umur ibu dengan menempuh jenjang pendidikan formal, tentunya akan
tingkat pengetahuan ibu tentang malaria pada anak. . menambah informasi dan pengalaman mereka,
Diperoleh 3 (50%) dari 6 responden yang berumur < sehingga mereka lebih paham dan mengerti (7).
25 tahun memiliki tingkat pengetahuan tinggi, Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
sedangkan dari 74 responden yang berumur 25-40 yang dilakukan oleh Supratman dkk (1999) di
tahun diperoleh 34 (51,4%) responden yang memiliki Lombok Timur, dan hasil penelitian Amrullah (2004)
tingkat pengetahuan tinggi, dan dari 10 responden yang di OKU Selatan. Berdasarkan analisis hubungan
berumur > 40 tahun, diperoleh 5 (50%) responden antara status pekerjaan dan pengetahuan responden
yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Hasil uji mengenai malaria diperoleh 26 (78,8%) dari 33
statistik mendapatkan nilai p=0,995, berarti pada á responden yang tingkat pendidikannya tinggi adalah
=5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan ibu yang bekerja. Sedangkan responden yang tidak
antara bekerja diperoleh 20 orang (35,1%) yang memiliki
umur ibu dengan tingkat pengetahuan mengenai tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji statistik dengan
malaria. Chi-square didapatkan perbedaan yang bermakna
Dari hasil tersebut menunjukkan kecenderungan secara statistik antara status pekerjaan dengan tingkat
semakin tinggi umur seseorang, belum tentu akan pengetahuan responden tentang malaria pada anak
semakin baik pula pengetahuannya. Hal ini bisa terjadi (p<0,005) dan nilai OR 6,87.
karena adanya proses perkembangan responden mulai Ini menunjukkan bahwa kelompok ibu dengan
dari pendidikan yang diperolehnya serta pengalaman kategori bekerja cenderung memiliki pengetahuan
hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan mengenai malaria pada anak lebih tinggi dibandingkan
sosialnya (6). dengan kelompok ibu dengan kategori tidak bekerja.
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan Jika dihubungkan dengan sumber daya ekonomi
pengetahuan responden mengenai malaria pada anak (uang), maka ada kecenderungan bahwa kelompok
diperoleh 28 (87,5%) dari 32 responden yang tingkat ibu yang bekerja, memiliki kemudahan dalam
pendidikannya tinggi memiliki pengetahuan yang ketersediaan fasilitas yang dapat menjadi sumber
tinggi pula. Sedangkan responden yang berpendidikan informasi, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah,
rendah diperoleh 18 orang (31,0%) yang memiliki buku-buku.
Menurut Lawrence Green seperti yang dikutip interaksi kelompok ibu dengan kategori bekerja
dalam Notoatmodjo, bahwa ketersediaan fasilitas dengan lingkungan sosial yang ada di tempatnya
merupakan faktor yang memudahkan untuk bekerja, memungkinkannya untuk memperoleh
memperoleh informasi yang akan mempengaruhi informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
tingkat pengetahuan seseorang (8). Selain itu, adanya kelompok ibu dengan kategori tidak bekerja
Seperti yang dikatakan Saparinah Saldi yang statistik dengan Chi-square tidak didapatkan perbedaan
dikutip dalam Zulkifli bahwa setiap individu dalam yang bermakna secara statistik antara tingkat
keterkaitannya dalam satu kelompok, akan pendidikan dengan sikap responden tentang malaria
memungkinkannya untuk memperoleh informasi dari pada anak (p=0,370) dengan nilai OR sebesar 1,663.
anggota kelompok lain (4). Ini berarti bahwa walaupun seorang responden
Hasil analisis mengenai umur ibu dengan sikap termasuk dalam kategori tingkat pendidikan rendah,
ibu terhadap malaria pada anak, tidak didapatkan belum tentu mereka juga memiliki sikap yang negative
satupun dari 6 responden yang berumur < 25 tahun terhadap penyakit malaria pada anak. Seperti yang
yang memiliki sikap yang positif,sedangkan dari 74 dikatakan Allport yang dikutip dalam Zulkifli, bahwa
responden yang berumur 25-40 tahun diperoleh 47 salah satu komponen sikap adalah kepercayaan
(63,5%) responden yang memiliki sikap positif, dan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
dari 10 responden yang berumur Yang merupakan salah satu komponen dalam
> 40 tahun, diperoleh 5 (50%) responden yang pembentukan sikap yang utuh (total attitude). Dalam
memiliki sikap positif.Hasil uji statistik mendapatkan penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan bukan
nilai p=0,009, berarti pada á =5% terlihat ada merupakan satu-satunya komponen, tetapi masih ada
perbedaan yang bermakna antara umur ibu dengan omponen lainnya seperti kemampuan berpikir,
sikap ibu terhadap malaria pada anak. Ini keyakinan, dan emosi.
menunjukkan bahwa semakin dewasa usia responden Pengalaman menghadapi suatu objek yang
maka ada kecenderungan untuk memiliki sikap yang dijumpai dalam waktu berulang-ulang, dapat menjadi
positif terhadap penyakit malaria pada anak. Hal ini stimulus dalam membentuk keyakinan seseorang
bisa disebabkan karena sikap seseorang merupakan terhadap suatu objek (4). Sikap merupakan penafsiran
hasil dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi pengalaman dan bukan sekedar penginderaan(9).
karena pengalamannya sendiri dalam terhadap objek Berdasarkan analisis hubungan antara status pekerjaan
sikapnya (9). dan sikap responden mengenai malaria diperoleh 21
Semakin dewasa usia seseorang,tentunya ada (63,6%) dari 33 responden yang sikapnya positif
kecenderungan untuk memiliki pengalaman hidup adalah ibu yang bekerja. Sedangkan responden yang
yang lebih banyak lagi. Proses belajar dari pengalaman tidak bekerja diperoleh
inilah yang akan menjadi stimulus bagi responden 31 orang (54,4%) dari 57 responden yang memiliki
dalam menentukan sikapnya. Karena itulah ada sikap positif. Hasil uji statistik dengan Chi-square tidak
kecenderungan bahwa semakin dewasa usia didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik
responden maka akan memiliki sikap yang positif antara status pekerjaan dengan sikap responden tentang
terhadap penyakit malaria pada anak. Hal ini tidak jauh malaria pada anak (p=0,526) dan nilai OR 1,468. Ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kecenderungan bahwa walaupun
Amrullah Alwi, dkk (2004), mengenai Studi responden tidak bekerja, namun belum tentu mereka
Dinamika Penularan Malaria di Puskesmas Tenang memiliki sikap yang negatif terhadap malaria pada
Kabupaten OKU Selatan. anak.
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan Jenis pekerjaan utama tidak berhubungan
sikap responden mengenai malaria diperoleh 21 orang terhadap sikap responden terhadap penyakit malaria
(65,5%) dari 32 responden yang tingkat pendidikannya pada anak. Ini dapat dilihat dari jawaban responden
tinggi memiliki sikap yang positif pula. Sedangkan atas beberapa pertanyaan yang diajukan, yang
responden yang berpendidikan rendah diperoleh 27 berhubungan dengan sikap mereka terhadap penyakit
orang (46,6%) yang memiliki sikap negatif. Hasil uji malaria pada anak. Jawaban mereka tidak
menunjukkan variasi antara beberapa jenis pekerjaan Pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai
utama atau antara reponden yang bekerja dan tidak dalam waktu berulang-ulang, dapat menjadi stimulus
bekerja. Seperti pada sikap terhadap pencarian dalam membentuk perilaku seseorang terhadap suatu
pengobatan, seandainya ada anak yang menunjukkan objek (4).
gejala malaria, hampir seluruh responden (94,5%) Suatu contoh, jika responden telah sering
menyatakan setuju agar anak tersebut dibawa berobat menjumpai suatu objek, dalam hal ini penyakit
ke Unit Pelayanan Kesehatan dan tidak mengobatinya malaria, walaupun yang dijumpai bukan hanya
sendiri. Newcomb, seperti yang dikutip dalam Zulkifli penyakit malaria pada anak, melainkan juga anggota
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk keluarga yang lain, tetapi karena gejala penyakit yang
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai dijumpai sama, maka akan membentuk keyakinan
suatu penghayatan terhadap objek (4). Untuk kasus responden untuk menentukan tindakan yang dianggap
yang menjadi bahasan (hubungan pekerjaan ibu tepat dalam mengatasi penyakit tersebut berdasarkan
terhadap sikap mengenai penyakit malaria pada anak), pengalamannya setelah sering menjumpai kejadian
menunjukkan kecenderungan bahwa lingkungan yang sama. Hubungan antara sikap dengan perilaku
sosial dalam arti lingkungan masyarakat di mana ibu tentang malaria pada anak
responden bertempat tinggal (faktor sosio-budaya), diperoleh dengan melakukan uji statistik Chi-square.
lebih berperan dalam pembentukan sikap responden Berdasarkan analisis hubungan antara sikap dan
terhadap penyakit malaria pada anak, dibandingkan perilaku responden mengenai malaria diperoleh 32
dengan lingkungan pekerjaan yang lebih bersifat (61,5%) dari 52 responden yang perilakunya baik
sementara (hanya selama responden bekerja). adalah ibu yang sikapnya positif. Sedangkan
Jika dilihat dari distribusi responden berdasarkan responden yang sikapnya negatif diperoleh 22 orang
pekerjaannya, menunjukkan bahwa sebagian besar (57,9%) dari 38 responden yang memiliki perilaku
responden tidak bekerja (63.34%), maka dapat baik.
dikatakan bahwa responden lebih sering berinteraksi Hasil uji statistik dengan Chi-square tidak
pada lingkungan tempat tinggal mereka, di lingkungan didapatkan hubungan yang bermakna secara statistic
inilah mereka lebih sering berhadapan dengan kejadian antara status pekerjaan dengan sikap responden tentang
malaria, mengingat Kecamatan Sungailiat merupakan malaria pada anak (p=0,896) dan nilai OR 1,164. Ini
daerah endemis malaria. menunjukkan kecenderungan walaupun responden
Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku memiliki sikap yang negatif terhadap penyakit malaria
ibu tentang malaria pada anak diperoleh dengan pada anak, namum belum tentu mereka juga memiliki
melakukan uji statistik Chi-square. Analisis hubungan perilaku yang buruk terhadap malaria pada anak. Sikap
antara pengetahuan dan perilaku responden mengenai merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
malaria diperoleh 32 (69,6%) dari 46 responden yang seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
perilakunya baik adalah ibu yang tingkat belum merupakan suatu tindakan atau perilaku. Seperti
pengetahuannya tinggi. Sedangkan responden yang pada pernyataan “malaria yang menyerang anak
tingkat pengetahuannya rendah diperoleh 22 orang merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
(50,0%) dari 44 responden yang memiliki perilaku kematian” walaupun ada responden yang tidak setuju
baik. dengan pernyataan tersebut, tetapi mereka memiliki
Hasil uji statistik dengan Chi-square tidak perilaku yang baik untuk menghindarkan agar anak
didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik dan anggota keluarganya yang lainnya terhindar dari
antara pengetahuan ibu mengenai malaria pada anak gigitan nyamuk, seperti dengan cara tidur
terhadap sikap responden tentang malaria pada anak menggunakan kelambu, memakai obat nyamuk bakar,
(p=0,093) dan nilai OR 2,286. Ini menunjukkan menyemprot dengan insektisida, dan tidak membawa
kecenderungan bahwa walaupun responden memiliki anak ke luar rumah pada hari. Selain itu upaya mencari
pengetahuan yang rendah mengenai penyakit malaria pengobatan juga baik, umumnya responden memilih
pada anak, tetapi belum tentu mereka memilliki untuk membawa anaknya berobat ke petugas
perilaku yang buruk terhadap malaria pada anak. kesehatan.
Hal ini disebabkan karena Kecamatan Sungailiat 2. Santoso, Siti.S, Kasnodihardjo, Suatu Tinjauan
merupakan daerah endemis malaria, dan umumnya Aspek Sosial Budaya dalam Kaitannya dengan
responden sudah mempunyai pengalaman dalam Penularan Malaria, Buletin Penelitian Kesehatan,
mengatasi jenis penyakit dengan gejala yang sama, No.1Vol.4tahun1991.
karenanya responden sudah dapat menetukan tindakan 3. Budiono, B., Masalah Perilaku Penduduk
apa yang perlu dilakukan jika ada anaknya menderita terhadap Malaria, Buletin penelitian Kesehatan,
penyakit dengan gejala seperti yang sering mereka No.19 Vol. 4 tahun 1991.
jumpai. 4. Zulkifli, Eddy Syahrial, Dasar-Dasar Ilmu
UCAPAN TERIMA KASIH Pendidikan Perilaku Kesehatan, Fakultas
Disampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Loka Litbang P2B2 Baturaja, Kepala Dinas Kesehatan Utara, Medan, 1997.
kabupaten Bangka, Kepala Balitbangda Kabupaten 5. Departemen Kesehatan RI, Data Informasi
Bangka, Direktur RSUD Sungailiat, Kepala Seksi P2P Kependudukan, Pusat data
Pemberantasan Kepala Puskesmas Sungailiat, Kepala Kesehatan.Jakarta,1998.
Puskesmas Kenanga, Para Pengelola Program 6. Sarwono, S.W, Psikologi Remaja, Raja Grafindo
pemberantasan malaria di Puskesmas Kenanga, dan Persada, Jakarta, 1997
Puskesmas Sungailiat, serta berbagai pihak yang telah 7. Kar, Snehandu B, A Psycological Of Health
banyak membantu sehingga penelitian ini dapat Behavior, Health Values: Achieving High Level
terlaksana dengan baik Wellness, Volume 7 No. 2 March/April, 1984.
8. Soekidjo Notoatmodjo, Pengantar Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Hasil AndiOffset,Yogyakarta,1993.
Kegiatan Program P2 Malaria Kabupten Bangka, 9. Irwanto,dkk. Psikologi Umum, Gramedia Pustaka
2004. Utama, Jakarta 1994.

Anda mungkin juga menyukai