Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DI PANTI BINA LANJUT USIA

(LANSIA) KAMPUNG SEREH

KABUPATEN JAYAPURA

Disusun oleh :

Kelompok II

Siti Marlah,S.Kep 2020086026015


Montaviana Gale Jamura,S.Kep 2020086026024
Regina Jomilena,S.Kep 2020086026001
Kristin Natalia Bonai,S.Kep 2020086026009
Ratna Wijayaputri Rumandan,S.Kep 2020086026071
Siska Swita Alemina,S.Kep 2020086026037
Kepira Tabuni,S.Kep 2020086026068
Rogerio Yulianus Molo,S.Kep 2020086026047
Putri Prima Bitasari,S.Kep 2020086026004
Agnes Lisca C Yapen,S.Kep 2020086026021
Viera P sapakoly,S.Kep 2020086026017
Nova Warimilena,S.Kep 2020086026070
Martina Ugipa,S.Kep 2020086026023
Bonny Walam,S.Kep 2020086026048
Rita Evalina Butar-Butar,S.Kep 2020086026012
Helena Petronela Nasendi,S.Kep 2020086026011
Pithein Tanawani,S.Kep 2020086026039
Rolia N M. Simanjuntak,S.Kep 2020086026060
Zakarias Agapa,S.Kep 2020086026028
Anugrah F Palloan,S.Kep 2020086026030
Reski Putra Mambala,S.Kep 2020086026014
Matheis Efrat Rum,S.Kep 2020086026059

PROGRAM PENDIDIDKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan
judul ‘’Asuhan keperawatan gerontik di panti bina lanjut usia kampung sereh
kabupaten jayapura ’ ini selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari bahwa selesainya
makalah ini tidak lepas dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen
Pembimbing Stase gerontik.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa tentunya
dalam menyusun makalah ini penulis tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca, dengan harapan agar suatu saat nanti penulis dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca semuanya. Amin.

Jayapura, 27 agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lansia merupakan penduduk dengan usia di atas 60 tahun,

keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan telah

mampu meningkatkan usia harapan hidup manusia di Indonesia.

Meningkatnya harapan hidup di Indonesia terjadi karena peningkatan

taraf hidup dan pelayanan kesehatan yang mengakibatkan populasi

lansia di Indonesia semakin tinggi. Meningkatnya jumlah lansia

menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan

kesejahteraan lansia. Keberadaan penyakit mempengaruhi kondisi

kesehatan fisik seseorang yang merupakan salah satu aspek yang

menentukan kualitas hidup seseorang. Laju perkembangan penduduk

lanjut usia di dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses

penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi

penduduk lanjut usia. Besarnya jumlah penduduk lansia menjadi

beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang

berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan. Penduduk

lanjut usia akan mengalami proses penuaan secara terus menerus

dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan

terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian

(Badan Pusat Statistik,2015). Indonesia termasuk dalam lima besar

negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan


sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia

yaitu 18,1 juta jiwa. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia

di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun

2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa (Kementerian

Kesehatan RI, 2013). Beberapa penyakit yang sering diderita lansia

adalah Gout Arthritis dan Hipertensi (Wahyu dkk, dalam Paulina

2016). Gout Artritis merupakan penyakit dimana terjadi

penumpukan Gout (asam urat) dalam tubuh secara berlebih, baik

akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal

yang menurun atau akibat peningkatan asupan makanan tinggi purin.

Penyakit Gout ini muncul karena orang terlalu banyak

mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung purin,

antara lain teh, kopi, jeroan (babat, limpa, usus dan sebagainya). Jika

melebihi mengkonsumsi makanan yang mengandung purin maka

kadar gout dalam tubuh akan tinggi. Gejala dari Gout berupa

serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu

sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan diikuti masa

tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis.

Hampir 90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya

mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas

tulang telapak kaki dengan jari kaki (Yatim, dalam Ridhyalla 2019).

Penyakit Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, prevalensi Gout di

Amerika serikat (2,6%) dalam 1000 kasus. Peningkatan prevalensi

diikuti dengan meningkatnya usia, khususnya pada laki- laki, Sekitar


(90%) pasien gout primer adalah laki-laki yang umumnya yang

berusia lebih dari 30 tahun, sementara Gout pada wanita umumnya

terjadi setelah monopause. Di Indonesia diperkirakan bahwa Gout

terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang, Gout Arthritis terjadi

pada usia yang lebih muda, sekitar (32%) pada pria berusia kurang

dari 34 tahun. Pada wanita, kadar Gout umumnya rendah dan

meningkat setelah usia menopause (Krisnatuti,dalam Ridhyalla

2019).

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien

lansia secara komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosio,

spiritual.

2. Tujuan khusus

a) Mendeskripsikan karakteristik responden di Panti bina lanjut

usia pos tujuh Sentani.

b) Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien lansia

c) Mampu menegakkan diagnosis keperawatan sesuai dengan

perioritas masalah.

d) Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek

nyata sesuai dengan masalah yang diperioritaskan.

e) Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai

dengan masalah yang telah diperioritaskan.


f) Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah

dilaksanakan.

g) Mampu mendokumentasikan rancana tindakan asuhan

keperawatan yang telah dilakukan.

C. Manfaat

1) Manfaat teoritis

Laporan ini bermanfaat untuk menambah wawasan serta

memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pada lansia

di Panti bina lanjut usia pos tujuh Sentani.

2) Manfaat praktis

Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dan saran untuk

melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia di Panti bina lanjut

usia pos tujuh Sentani.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,

karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik

secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).

Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65

tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2. Batasan Umur Lansia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal

1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria yaitu : usia pertengahan (middle age) ialah


45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90

tahun.

3. Menurut Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama

(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55

tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 hingga tutup usia.


3. Teori Proses Penuaan

Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat

beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:

1. Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan

seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang

terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat

patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur

dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih

menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk

pengaruh agen patologis.

2. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon

perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan

walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri

dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy

of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari

tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa

aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi

(aktualisasi diri).

Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu

sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver.

Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori

delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of


life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai

seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang

mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi

orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup

penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan

kehidupannya berhasil).

3. Teori cultural

dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang

menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada

budaya yang dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai

dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh

kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu

dipertahankan sampai tua.

4. Teori Sosial

Teori sosial dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori

aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial),

teori pembebasan (perubahan usia seseorang mengakibatkan

seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori

kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan

lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam

proses penuaan).

5. Teori Genetika

Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses

penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan

bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang


sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa

mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.

6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk

mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel,

perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965).

7. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak,

kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut dengan

“budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono,

2006).

8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan

bahwa lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan

social. Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia

dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan

disengagemen theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang

mereka mulai menarik diri dari pergaulan.


4. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik,
2011 dalam Jazmi, 2016).
1. Perubahan fisik
a. Sistem indra
Pada sistem pendengaran terjadi prebiakusis (gangguan
pada pendengaran) disebabkan karena hilangnya
kemampuan (daya) pendegaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata- kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot
dan sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian
menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
d. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa

jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga

perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena

perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan

llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah

menjadi jaringan ikat.

e. Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas

total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

perenggangan torak berkurang.

f. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan

gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa

lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

g. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,

ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.


h. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari.

i. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif

a) Memory (daya ingat, Ingatan).

b) IQ (Intellegent Quotient).

c) Kemampuan Belajar (Learning).

d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).

e) Pemecahan Masalah (Problem Solving).

f) Pengambilan Keputusan (Decision Making).

g) Kebijaksanaan (Wisdom).

h) Kinerja (Performance)

i) Motivasi.

j) Perubahan Mental

3. Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

a) Kesehatan umum.
b) Tingkat pendidikan.

c) Keturunan (hereditas).

d) Lingkungan.

e) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7)Gangguan

konsep diri akibat kehilangan jabatan.

f) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

family.

g) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan kensep diri.


4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam

kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-

lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi

makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti

gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia

menjadi kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut,

lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang

berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

6. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu.

Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :

1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan

fisik

2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya

pendapatan
3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang

terdekat lainnya.

4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai

denganya

5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan

6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

B. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari

orang dewasa, yang menurut Kane & Ouslander (2010) sering disebut dengan

istilah 14 I, yaitu :

1) Immobility (Kurang bergerak)


Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang

bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,

gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2) Instability (Mudah jatuh)

Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang

berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua,

penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh)

seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering

dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang

mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar

karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu,

terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.

Walaupun sebagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian

atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan
merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan

gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan

terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut

berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.


3) Incontinence (Beser BAK dan BAB)

Beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati

pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan

yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan

masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun

sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun

keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun

sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut.

Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk

mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan

cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula

disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat

keluhan beser bak tadi.


4) Intelectual impairment (Gangguan intelektual atau demensia)

Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan

ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan

sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau

lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia

(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat

mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah

depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

5) Infection (Infeksi)

Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering

didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di

dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa

faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena

kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ

tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya

tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan

keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

6) Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin

integrity (gangguan pancaindra, komunikasi, penyembuhan dan luka)

Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan

pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn

terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak

dengan trauma yang minimal.


7) Impaction (Sulit BAK dan BAB)

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan

fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian

obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi

atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan

kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa

penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.


8) Isolasion (Depresi)

Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta

perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi

pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan

penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan

sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu

bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat

berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu,

pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera

makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan

perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan

orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah

dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik

lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol

hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,

gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

9) Inanition (Kurang gizi)

Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi

kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang

bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,

kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru

kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik,

mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.


10) Impecunity (Tidak punya uang)

Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang

secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan

atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.

Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga

syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di

dalam menjalani masa tuanya.

11) Iatrogenesis (Penyakit akibat obat – obatan)

Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis

sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering

menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat

menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

12) Insomnia (Sulit tidur)

Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan

tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering

melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut

maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat)

maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai

keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk

dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun tidurnya banyak mimpi,

jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13) Immune deficiency (Penurunan daya tahan tubuh)

Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang

terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini

disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit

yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan

berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-

lain.

14) Impotence (Gangguan seksual)

Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama

disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah

dan juga depresi.


B. Status Kesehatan Lansia Di Indonesia

Angka kesakitan merupakan salah satu indicator yang digunakan untuk mengukur derajat

kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan

penduduk yang semakin baik. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2014 sebesar

25,05%, artinya dari 100 orang lansia terdapat 25 lansia yang mengalami sakit. Derajat

kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya

angka kesakitan pada lansia dari tahun 2005 – 2014 sebesar 4,81% (Infodatin, 2016).

Penyakit yang terbanyak pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain ;

hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit

jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare, dan pneumonia.

Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kasus

penyakit tidak menular. Terdapat juga Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan lansia

yang tergantung ringan 22% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun 2018, sudah

terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas dari 9.993 Puskesmas) yang telah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Santun Lansia dan sudah mempunyai

100.470 Posyandu Lansia. Selain itu, sudah terdapat 88 Rumah Sakit yang

menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim terpadu.

Tujuan umum kebijaakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat

kesehatan lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif, dan berdaya guna

bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah meningkatkan

cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia; meningkatkan peran serta dan

pemberdayaan keluarga,masyarakat dan lansia dalam upaya peningkatan kesehatan lansia


; meningkatkan peran serta lansia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan

masyarakat (Kemenkes, 2015).


Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan tahun 2018, sudah

terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas dari 9.993 Puskesmas) yang telah

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang Santun Lansia dan sudah mempunyai

100.470 Posyandu Lansia. Selain itu, sudah terdapat 88 Rumah Sakit yang

menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim terpadu.

Tujuan umum kebijaakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat

kesehatan lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif, dan berdaya

guna bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah meningkatkan

cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia; meningkatkan peran serta dan

pemberdayaan keluarga,masyarakat dan lansia dalam upaya peningkatan kesehatan

lansia ; meningkatkan peran serta lansia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga

dan masyarakat (Kemenkes, 2015).

C. Peran Perawat Komunitas

1. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung

Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakan

keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis

sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

2. Sebagai Pendidik Klien Lansia

Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya malalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic

yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap

hal-hal yang diketahuinya. Perawat dapat mengajarkan teknik non farmakologi

maupun pengobatan tradisional sebagai penatalaksanaan.


3. Sebagai Motivator

Sebagai motivator, perawat memberikan motivasi kepada lansia bahwa beberapa

penyakit dapat dicegah dengan menghindari factor pencetus.

4. Sebagai Advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien

dan membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan

oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi

sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam

tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.

Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan

memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

5. Sebagai Konselor

Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan

masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah

perilaku hidup sehat.


BAB III

HASIL
3.1 Data Demografi Panti Bina Lanjut Usia
3.1.1 Sejarah
Pada tahun 1982 didirikan sebuah Panti Jompo oleh Menteri Sosial
RI yaitu Nani Sudarsono dengan nama Sasana Tresna Werdha.
Kemudian diganti menjadi Panti Sosial Tresna Werdha “Tat Twam
Asi” yang bertempat di Sentani Jayapura sebagai UPT (Unit
Pelaksana Teknis) Kanwil Depsos Provinsi Irian Jaya berdasarkan
SK Menteri Sosial RI Nomor. 23/HUK/1995 tanggal 24 April 1995
tentang Pembakuanan Penamaan Unit Pelaksana Teknis Pusat/
Sasana di lingkungan Departemen Sosial RI. Waktu itu jumlah
lansia 80 orang dengan kapasitas tamping 100 orang.Seiring
berlakunya Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Otonomi
Daerah dan Undang-undang No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Papua, pengelolaan Panti diserahkan kepada
Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Dinas Kesejahteraan
Sosial dan Masyarakat Terisolir dengan jumlah 70 orang.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Irian Jaya No.
141 tahun 2001 tanggal 28 Desember 2001 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
pada Dinas-dinas Daerah Provinsi Papua diadakan penggabungan
dari 3 (tiga) Panti yaitu Panti Bina Karya Wanita, Panti Bina Lanjut
Usia dan Panti Bina Remaja dengan nama UPTD Panti Sosial
Jayapura berkedudukan Eselon III dan membawahi satu Kasubag
Tata Usaha. Sedangkan Panti Bina Lanjut Usia berkedudukan
eselon IV dengan Seksi Bina Lanjut Usia. Pada tahun 2018 Seksi
Bina Lanjut Usia berubah kedudukan menjadi Eselon III dengan
nama Panti Bina Usia Lanjut Jayapura yang membawahi satu
Kasubag Tata Usaha dengan jumlah lanjut usia 55 orang.
3.1.2 Tugas pokok

a) Memberikan penyantunan, bimbingan dan pelayanan kepada


lanjut usia terlantar yang meliputi:
 Pelayanan makan dan minum.
 Bimbingan Psikososial.
 Bimbingan Sosial.
 Bimbingan Ketrampilan.
 Bimbingan mental spiritual keagamaan. Pelayanan
hiburan dan rekreasi
b) Menyelenggarakan kegiatan penerimaan sampai dengan
terminasi.
c) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait sesuai
Undang-undang yang berlaku.
3.1.3 Aspek strategis

Berdasarkan hasil kajian evaluasi bahwa Panti Bina Usia Lanjut


Jayapura diperoleh pemahaman sebagai berikut :
a. Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
telah memberikan implikasi yang cukup besar di masa depan
yaitu meningkatnya angka harapan hidup, maka berimplikasi
terhadap peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara
signifikan sehingga menimbulkan berbagai permasalahan
social.
b. Penanganan lanjut usia merupakan isu penting yang perlu
mendapat perhatian semua pihak yang harus ditangani secara
efektif, efesien dan berkelanjutan dengan memerlukan dana
yang cukup, tenaga professional yang memiliki kompetensi
dan komitmen di bidang kesejahteraan social maupun di
bidang kesehatan.

c. Sesuai UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia, Pemerintah Papua telah melakukan upaya penganan
dalam Panti salah satunya Panti Bina Usia Lanjut Jayapura
yang merupakan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) di
bawah naungan Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan
Sipil adalah lembaga pelayanan lanjut usia berbasis Institusi
pemerintah berupaya memberikan pelayanan lanjut usia
terlantar.
d. Panti Bina Usia Lanjut Jayapura mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan penyantunan, pelayanan, bimbingan dan
perlindungan bagi lanjut usia diharapkan mampu menangani
masalah lanjut usia terlantar sesuai standar Panti
Percontohan.
3.1.4 Sarana dan prasarana
a) Luas tanah : 14.518m
b) Denah
c) Bangunan

Tabel 3.1.4

Bangunan Panti Werdha Lanjut Pos VII sentani

Wisma/asrama 12 unit

Ruang isolasi 1 unit


Kantor 1 unit
Rumah Dinas 6 unit
Ruang Kesehatan 1 unit
Aula 1 unit

Ruang serbaguna 1 unit


Dapur 1 unit

Garasi mobil 2 unit


Bak air 1 unit
Sumur 3 unit
Pagar keliling 325

d) Prasarana
Mobil ambulance 2 unit ( 1 unit rusak berada di bengkel ) dan bus 1
unit ( kondisi rusak berada di PSBR )

3.2 Sumber daya manusia

Tabel 3.2
Tingkat Pendidikan Petugas Pantai Werdha Lanjut Usia Pos VII
Sentani

No Pendidik Laki – Perempu Juml


an laki an ah
1. S1 2 5 7
2. SMA 7 5 12
3. SMP 1 - 1

Jumlah 10 10 20
Berdasarkan hasil tabel 3.2, tingkat pendidikan sumberdaya manusia

yang bekerja di panti Werdha Lanjut Usia Pos VII Sentani dimana

tingkat pendidikan S1 berjumlah 7 (laki-laki 2 sedangkan perempuan 5).

Tingkat pendidikan SMA berjumlah 12 (laki-laki 7, perempuan 5).

Sedangkan tingkat pendidikan SMP berjumlah 1 orang. Dari hasil tabel

ini, rata-rata pekerja panti tingkat pendidikan yang terbanyak adalah

tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 12 orang.

3.1.5 Distribusi Hasil Pengkajian Lansia


Tabel 3.3
Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Umur Lansia

Usia Cumulative
Frekuensi Persentase Valid Percent Percent
60-70 12 54.5 54.5 54.5
71-80 8 36.4 36.4 90.9
>80 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.3 hasil penelitian dari 22 lansia, dimana umur responden rata-

rata berusia 60-70 tahun dimana lansia pada usia tersebut sebanyak 12 orang

(54,5%), lansia berusia >80 tahun sebanyak 2 orang (9,1%), sedangkan lansia

berusia 71-80 tahun sebanyak 8 orang (36.4%)

3.3 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Agama Responden


Tabel 3.4
Distribusi Lansia Berdasarkan Agama

Agama Cumulative
Frekuensi Persentase Valid Percent Percent
kristen protestan 15 68.2 68.2 68.2
katolik 2 9.1 9.1 77.3
islam 4 18.2 18.2 95.5
Hindu 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.4 hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata lansia

beragama kristen protestan berjumlah 15 orang (68,2%). beragama katolik 2

orang (9.1%), islam 4 orang (18.2%), hindu 1 orang ( 4.5%).

3.4 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Jenis Penyakit Yang


Diderita Lansia
Tabel 3.5
Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Diderita Lansia

Penyakit Persentas Valid Cumulative


Frekuensi e Percent Percent
Gout Arthritis 4 18.2 18.2 18.2
Hipertensi 6 27.3 27.3 45.5
Rematik 2 9.1 9.1 54.5
Gangguan
4 18.2 18.2 72.7
Penglihatan
Diabetes Mellitus 2 9.1 9.1 81.8
Konstipasi 1 4.5 4.5 86.4
HNP 1 4.5 4.5 90.9
Insomnia 1 4.5 4.5 95.5
Nyeri Bokong 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.5 hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, penyakit

terbanyak yang diderita oleh lansia adalah hipertensi yang berjumlah 6 orang

(27,3%). Sedangkan gout arthritis 4 orang (18.2%), rematik 2 orang (9.1%),

gangguan penglihatan 4 orang (18.2%), diabetes melitus 2 prang (9.1%),

konstipasi 1 orang (4.5%), HNP 1 orang ( 4.5%), insomnia 1 orang (4,5%), nyeri

bokong 1 orang (4.5%)


3.5 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin Lansia
Tabel 3.6
Distribusi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia

Jenis Persentas Valid Cumulative


Kelamin Frekuensi e Percent Percent
laki-laki 9 40.9 40.9 40.9
perempuan 13 59.1 59.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.6 hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata lansia

adalah perempuan yaitu 13 orang (59,1%)

3.6 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Bartel Index Lansia


Tabel 3.7
Distribusi Berdsarkan Bartel Index Lansia

Bartel Index Persentas Valid Cumulative


Frekuensi e Percent Percent
Mandiri
19 86.4 86.4
86.4
Sebagian 1 4.5 4.5 90.9
Total 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.7 hasil penelitian menunjukkan, dari 22 lansia bartel index

lansia rata-rata mandiri dimana berjumlah 19 orang (86,4%).

3.7 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Status Mental Lansia


Tabel 3.8

Distribusi Lansia Berdasarkan Status Mental

Status Mental Persentas Valid Cumulative


Frekuensi e Percent Percent
Fungsi Intelektual Utuh 21 95.5 95.5 95.5
Kerusakan Intelektual
1 4.5 4.5 100.0
Berat
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.8 hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata status
mental lansia adalah fungsi intelektual utuh berjumlah 21 orang (95,5%).
Sedangkan kerusakan intelektual berat 1 orang (4.5%)
3.8 Distribusi Berdasarkan Aspek Kognitif Lansia
Tabel 3.9

Distribusi Lansia Berdasarkan Aspek Kognitif Lansia

Aspek Kognitif Persentas Valid Cumulative


Frekuensi e Percent Percent
Aspek Kognitif Dari
20 90.9 90.9 90.9
Fungsi Mental Baik
Kerusakan Aspek
2 9.1 9.1 100.0
Fungsi Mental Berat
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.9, hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata aspek

kognitif lansia yang fungsi mental baik berjumlah 20 orang (90,9%). Kerusakan

aspek fungsi mental berat 2 orang (9.1%)


3.9 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Pengkajian
Keseimbagan Lansia

Tabel 3.10

Distribusi Lansia Berdasarkan Pengkajian Keseimbangan 1

Pengkajian Persentas Valid Cumulative


Keseimbangan 1 Frekuensi e Percent Percent
RESIKO JATUH
21 95.5 95.5 95.5
RENDAH
SIKO JATUH TINGGI 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.10, hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata

keseimbangan lansia resiko jatuh rendah berjumlah 21 orang (95,5%).

3.10 Distribusi Hasil Penelitian Berdasarkan Pengkajian


Keseimbangan 2 Lansia
Tabel 3. 11
Distribusi Lansia Berdasarkan Pengkajian Keseimbangan

Pengkajian Persentas Valid Cumulative


Keseimbangan 2 Frekuensi e Percent Percent
DEPRESI
21 95.5 95.5 95.5
RINGAN
DEPRESI
1 4.5 4.5 100.0
BERAT
Total 22 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 3.11 hasil penelitian menunjukkan dari 22 lansia, rata-rata

lansia mengalami depresi ringan berjumlah 21 orang (95,5


BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1. Analisadata
Kategori data Ringkasan laporan Kesimpulan
Karakteristik demografi
Karakteristiklansia

- Jeniskelamin - P : 59,1% Lansia dengan jenis


L :40,9% kelamin perempuan
lebih banyak dari lansia
dengan jenis kelamin
laki-laki

- Usia
- 60-70 th :54,5% Sebagianbesar
Lansia yang berada
- 71-80 th: 36,4% dipanti werdah
- >80 thn: 9,1% sentani berusia 60-
70 thn sebanyak
54,5%.

- Agama
- Islam : 18,2% Lansia yang beragama
Kristen protestan lebih
- K. Protestan : 68,2 % banyak disbanding
Lansia beragama islam,
-Katolik : 9,1 katolik dan Hindu
- Hindu : 4,5%
Mandiri : 86,4% Lansia dengan tingkat
Status kesehatan Lansia kemandirian total lebih
Mandiri sebagian :
- FungsionalKlien 4,5 % banyak dibanding
Dibantu total : 9,1 % Lansia dengan
kemandirian sebagian
● Kategori dan dibantu total
Barthel
Indeks

Lansia dengan status


- Status Sosial - Disfungsi keluarga
sosial tidak ada
berat : 4,54% masalah dibanding
Ringan : 9,09%% dengan disfungsi
Tidak ada masalah : keluarga dan ringan.
86,36%

- Fungsi intelektual Angka lansia dengan


- Status mental fungsi intelektual utuh
utuh : 95,5%
dan kerusakan
- Kerusakan intelektual intelektual ringan lebih
berat : 4,5 % tinggi dibanding lansia
dengan kerusakan
intelektual sedang dan
berat
- Kategorikognitif - Aspek kogntitif dan Angka aspek kognitif
fungsi mental baik : dan fungsi mental baik
90,9% lebih banyak dibanding
dengan kerusakan aspek
- Kerusakan aspek
fungsi mental berat.
fungsi mental berat :
9,1%

- Kategori
Keseimbangan - Resiko jatuh rendah
: 95,5% Angka lansia dengan
- Resiko jatuh tinggi: 4,5 resiko jatuh rendah
% lebih tinggi disbanding
lansia dengan resiko
jatuh tinggi
- Depresi Ringan:95,5%
- Status psikologis
- Depresi Berat : 4,5% Angka lansia dengan
status Psikologis
depresi ringan lebih
banyak dibanding
dengan Lansia yang
depresi berat
Managemen Panti Werdah Analisis SWOT :
- Pembiayaan
S : STRENGTH
Sumber - Sumber Pendanaan panti bina
pembiayanaan berasal pembiayaan lansia ditanggung
pemerintah
dari departemen berasal dari
sosial departemensocial Tenaga kerja yang
kompeten
- Jumlah karyawan
- Fasilitas
panti berjumlah 20
Panti bina lansia
orang
memiliki beberapa
berlatarbelakang
program : ibadah
pendidikansarjana Fasilitas yang cukup
setiap hari senin dan
kamis, kebersihan
pada hari selasa dan - panti bina lansia
jumat, pemberdayaan Jayapura memiliki
lansia hari selasa dan 12 wisma dengan
hari rabu dan fungsi masing-masing
sosial, dan wisma terdiri dari
pemberdayaan setiap 4-7 kamar, dalam
hari selasa dan rabu setiap kamar
tersedia 1 lemari
ketersediaan kamar : dan 1 tempat tidur.
panti bina lansia setiap wisma Pemberdayaan lansia
Jayapura memiliki 12 dilengkapi dua lewat program spiritual
wisma dengan dan kreativitas
kamarmandi
masing-masing
wisma terdiri dari 4-7 - Panti werdah
kamar, dalam setiap Jayapura memiliki
kamar tersedia 1 beberapa program
lemari dan 1 tempat : ibadah setiap hari
tidur. senin dan kamis,
kebersihan pada
MCK : setiap wisma hari selasa dan
dilengkapi dua kamar Ketersediaan kamar
jumat, mandi dan toilet cukup
mandi pemberdayaan
lansia hariselasa
dan hari rabu dan
panti werdah Lansia fungsi sosial, dan
memiliki 1 instalasi pemberdayaan
dapur umum. setiap hari selasa Ketersediaan
transportasi
dan rabu

Panti werdah lansia - MCK : setiap


tidak memiliki wisma dilengkapi
petugas keamanan dua kamarmandi
Sumber air bersih di
panti werdah
- Fasilitas kesehatan
Jayapura merupakan Aspek keamanan
yang dimiliki panti
air sumur dan air kurang
bina lansia
hujan.
Jayapura berupa 1
unit mobil
Tidak tersedia tempat
Ambulance yang Sumber air bersih tidak
sampah umum, setiap
digunakan untuk higienis
wisma tidak memiliki
transportasi ke
tempat sampah, tidak
saranakesehatan.
terjamah petugas
kebersihan kota,
Sarana kesehatan tidak
metode pengelolaan W :WEAKNESS menunjang
sampah dilakukan - Panti werdah lansia
dengan cara di bakar tidak memiliki
dan ditumpuk petugaskeamanan Kurangnya intervensi
didaerah sekitar tenagaahli
wisma. - Sumber air bersih
di panti werdah
Jayapura Pengabaian terhadap
lansia
merupakan air
- Fasilitaskesehatan sumur dan air
hujan
Fasilitas kesehatan Pengelolaan sampah
yang dimiliki panti - Panti werdah lansia buruk
bina lansia Jayapura tidak memiliki
berupa 1 unit mobil tenagamedis
Ambulance yang
digunakan untuk - Panti werdah lansia
transportasi ke sarana tidak memiliki ahli
kesehatan. gizi
Panti werdah lansia - Petugas panti
tidak memiliki tenaga kurang aktiv dalam
medis melaksanakan
tugas pokok dan Fasilitas dan program
Panti werdah lansia fungsinya memadai
tidak memiliki ahli
gizi - Tidak tersedia
tempat sampah
umum, setiap
- Ketenagaan kerja wisma tidak
panti memiliki tempat
sampah, tidak
Jumlah karyawan terjamah petugas
panti berjumlah 20 kebersihan kota,
orang metode Ancaman kesehatan dan
pengelolaan masalah keamanan
berlatarbelakang
petugas panti sampah dilakukan
dengan cara di
Petugas panti kurang bakar dan
aktiv dalam ditumpuk didaerah
melaksanakan tugas sekitarwisma.
pokok dan fungsinya
O ; OPPORTUNITY
- Kecukupan kamar
bagi paralansia
- Keaktivan panti
dari segi
pemberdayaan
lansia dalam aspek
spiritual.
- Ketercukupan dari
segipendanaan
- Adanya akses
transportasi.
- Peningkatan
kreativitaslansia

T : THREATS
- Ancaman
keamanan
- Pengabaianlansia
- Ancaman
kesehatan

Vital Statistik
- Angka kematian
Lansia Angka kematian pada
Laki-laki - (8.8%) laki-laki dan perempuan
Perempuan - (8,8%) sama dengan penyebab
komplikasi hipertensi

Penyebab kematian Komplikasi hipertensi


TB

Angka kesakitan lansia


terhitung bulanJuli-
September 12,3%
- Angkakesakitan berjumlah 14orang

Pelayanan kesehatan dan - Pelayanan Pelayanan kesehatan


sosial kesehatan utama Panti werdah bekerja
- Puskesmas sentani Puskesmas sama denganpuskesmas
sentani dengan program
kesehatan posyandu
- Posyandulansia lansia yang dilakukan
setiap bulan setiap bulan dan
rujukan ke rumah sakit
daripuskesmas.
- Rujukandari
- Pemeriksaan pada
lansia puskesmas ke
rumah sakit Yowari

Masalah kesehatan - Hipertensi( 27,3%) Masalah kesehatan


- Hipertensi - Gout A(18,2%) terbanyak di Panti
- GoutA - Rematik (9,1%) werdah Jayapura adalah
- ISPA Hipertensi
- Gangguan
- Hiperkolesterol Pengelihatan
(18,2%)
- Rematoidarthtritis - Diabetes Mellitus
- Hipotensi (9,1%)
- Skizofrenia - Konstipasi (4,5%)
- Asma - HNP (4,5%)
- Kardiomegali - Imsomnia (4,5%)
- Anemia - Nyeri Bokong (4,5%)

- Penyebab tingginya Rendahnya kesadaran


angka penderita lansia dalam
hipertensi karena managemen perilaku
kesehatan.
perilaku kesehatan
lansia yang
cenderung beresiko
dimana lansia tidak
bisa mengontrol
diet.
Beberapa klien
melaporkan sering
menambahkan
garam pada dietnya
Tidak adanyadiet
khusus yang
disesuaikan dengan
masalah kesehatan
lansia
Berapa lansia
berperilaku Rendahnya kesadaran
merokok lansia dalam
Konsumsi pinang managemen perilaku
kesehatan.
- Penyebabtingginya
angka penderita
Gout A karena
pengaturan diet
yang tidak tepat

Ditandai dengan
lansia mengatakan
sering merasa nyeri
pada persendian
Serta hasil
pemeriksaan asam
urat didapatkan
29,1% lansia
memiliki kadar
asam urat tinggi
yaitu berkisar
antara 7,2 – 10,9
mg/dl
- Penyebab
terjadinya ISPA
adalaha Beberapa
lansia mengatakan
wisma mereka
tidak terjama oleh
dinas kebersihan
kota, pengolahan
sampah dengan
cara dibakar dan
ditumpuk di bagian
belakang wisma,
serta lansia masih
memasak
menggunakan kayu
bakar.

-
Status kesehatan
- Masalahpsikologis - Masalah psikologis Angka kejadian
- Kerusakanintelektual (89,2%) masalah psikologis pada
- Masalahkognitif - Kerusakan intelektual lansiatertinggi
- Masalahfungsional (54,1%)
- Masalahsosial - Masalah kognitif(73%)
- Gangguankeseimbangan - Masalah fungsional
(8,1%)
- Masalah sosial(10,8)
- Gangguan
keseimbangan(5,4%)
Penyebab utama
penurunan status
Penyebab terjadinya kesehatan lansia adalah
penurunan statuskesehatan penurunan fungsi tubuh
pada lansia diakibatkan
oleh proses penuaan yang
di ikuti penurunan fungsi
tubuh sehingga lansia
mengalami kemundura
dalam berbagaiaspek

4.1. DiagnosaKeperawatan

1. Domain 11
Keamanan/perlindungan
Kelas: perilakukesehatan
Perilaku kesehatan cenderung berisko (NANDA, 2018-
2020), hal: 145

2. Domain1
Promosi kesehatan
kelas 2 : Menejemen kesehatanKetidakefektifan
pemeliharaan kesehatan

3. Domain11
Keamanan/ Perlindungan
Kelas 2 : Cedera fisik (NANDA, 2018-2020), hal. 393

4. Domain 11
Keamanan/perlindungan
Kelas: perilakukesehatan
Perilaku kesehatan cenderung berisko (NANDA, 2018-
2020), hal: 145
5. Domain 1 : fungsikesehatan
kelas D : level 2 perawatan diri

6. Domain 1 : Promosi kesehatan


Kelas 2 : managemenkesehatan
Resiko Sindrom lansia Lemah ( NANDA 2018-2020) Hal.
143
Intervensi

DIAGNOSISKEPER
DATA NOC
AWATAN
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendudkung masalah kesehatan:kelompok lansia:hipertensi

Hasil 00138 Domain11Keamanan/per Prevensi


pemeriksaan lindungan 1805 primerPengetahua 6610 Identifikasirisi
Pada tanggal 27 Kelas:perilaku n perilaku : ko(hal115)
agustus 2021 kesehatan kesehatan (
didapatkan lansia Perilaku kesehatan
yang menderita HPT cenderung berisko hal421)
sebanyak 6 orang (NANDA, 2018-
(27.3%) 2020),hal:145
Hasil wawancara
pada beberapa lansia
diperoleh: beberapa
lansia menambahkan
garam didalam
makanannya
 Belum ada

dieit khusus
hipertensi
 Terdapat
lansia yang
merokok dan
konsumsi
pinang.

1823 Pengetahuanprom 5510 Pendidikankese


osikesehatan( 422) hatan(hal281)

1855 Pengetahuangayahi 8880 Perlindunganli


dup(358) ngkunganyang
beresiko(hal39
9)

1600 Perilaku 8700 Pengembangan


patuh[ bersifat program(hal31
aktif](hal472) 4)
1602 Perilakupromosike 5602 Prosespenyakit
sehatan(hal484)
(hal300 )

1704 Kepercayaanmeng 7970 Monitoringkeb


enaikesehatan:anca ijakankesehata
man n(hal234)

yangdirasakan(hal
164)
Prevensiseku 6610 Prevensise
1902 nderKontrolr kunderIde
esiko ntifikasirisi
ko

2701 StatusKesehatan 8100 Konsultasi

2701 StatusKesehatan 8100 Konsultasi


4310 Terapiaktifitas

2700 Komunitas 4340 Latihanase


Kompetensi rtifnerss
komunitas

1700 Healthbeliefs 4350 Manajemen


perilaku

1705 Healthoriemtation 4360 Modifikasi


perilaku

2012 Prevensi 5020 Prevensi


tersierStatusken tersier
yamanan;sosialk
ultur Mediasi
konflik
2000 Kualitas 5900 Distraksi
hidupKesehatanspi
2001 ritual

2005 Status 5440 Peningkatan


sistemduku
kesehatanlansia ngan

Data pendukung kesehatan lansia: Asam Urat

Hasil pemeriksaan 00099 Domain1Promosi PrevensiPrimer Prevensi


tgl 27 agustus 2021 kesehatankelas 2 primer
didapatkan : Menejemenkesehatan 1602 Perilaku
lansia yang menderita 5510 Pendidikankese
Reumathoitartritis 2 Ketidakefektifanpe 1603 promosikesehatan( hatan(hal281)
orang (9.1%) lansia meliharaankesehata hal479)Perilakupe
mengatakan sering n ncariankesehatan
mengonsumsi bubur (hal
kacang hijau, 1844 484Pengetahuanm
makanan instan,tahu anejemenpenyakita
tempe dan sayur kut(hal389)
bayam.29,7%lansia 1803 Pengetahuanproses
memililiki nilai 1823
kadar asam urat penyakit(hal
dalam darah diatas 422)Pengetahuanpr
batas normal omosi
6ml/mgdl 1805 kesehatan(hal
menggunakan alat 424)Pengetahuan:p
deteksi asam urat erilaku sehat
digital (hal421)
Semua lansia yang 1806 Pengetahuan:sumb
memiliiki riwayat er kesehatan
Asam urat (hal425 )

PrevensiSekun
2006 derStatus
kesehatanperson
1704 al(535)
Kepercayaankese
hatan:merasamam
pumengatasi(166)
1613 Self-Direction
ofcare(hal166)
Prevensitersier

deteksiresiko(hal8 5515 Peningkatankes


1908
2) adarankesehata
kontrolrisiko(hal2 n(hal330)
1902 48)
5520 Fasilitaspem
belajaran(hal
106)

6619 PrevensiSeku
nderIdentivika
siresiko

(hal115)

5250 Dukunganpenga
mbilankeputusa
n(hal93)

Prevensi
6520 tersierSk
riningkes
ehatan(42
2)
6484 ManajemenLin
gkungan :
komunitas

Domain Prevensiprimer PrevensiPrim


11Keamanan/Pe erPencegahan
rlindungan 1909 Perilakupencegaha 6490 jatuh(hal.274)
n jatuhKontrol
Kelas 1902
2Cederafisik 1910
(NANDA, 2018- risikoKeamananlin 6610 Identifikasirisik
2020),hal.393 gkunganrumah o(115)

6480 Manajemenlin
gkungan
PrevensiSekund
1913 erKeparahan PrevensiSeku
cederafisik 6486 nder
1912 Kejadianjatuh :Manajemenlin
gkungan :
Keselamatan

1908 Prevensi 6520 PrevensiT


1911 TersierDeteksi ersier
risikoPerilakukeam :SkriningK
ananpribadi esehatan

Pengetahuangayahi 8880 Perlindungan


dup(358) lingkunganya
ng
beresiko(hal3
99)
1600 Perilaku 8700 Pengembangan
patuh[ bersifat program( hal3
aktif](hal472) 14)

1602 Perilakupromosike 3602 Prosespenya


sehatan(hal484) kit (hal300 )

1704 Kepercayaanmeng 7970 Monitoringke


enaikesehtan:anca bijakankeseha
manyangdirasakan tan (hal234)
(hal164)
1902 Prevensi 6610 Prevensise
SekunderKontrolres kunderident
iko ifikasirisiko

2701 Statuskesehatan 8100 Konsultasi

4310 TerapiA
ktivitas
2700 Komunitas 4340 Terapiaser
Kompetensi tifness
komunitas

5020 Prevensi
2012 Prevensi Tersier
TersierStatus Mediasi
2000 Kenyamanan;S konflik
osiokultur
5900
Distraksi
2001 Kualitas

HidupKesehatanSp
iritual

2005 StatusKesehatan 5440 Peningkatan


SistemDuku
ngan

Data pendukung masalah kesehatan kelompok:statusfungsionallansia

Domain 1 0313 Status 1610 Memandikan


:fungsikesehatan keperawatandiri(ha (hal222)
l0313)
kelasD:level2pera 6462 Manajemendi
watandiri 0300 Perawatandiri:akti mensia:meman
vitassehari- dikan
hari(ADL)(hal435) V(hal163)
Perawatan diri
0301 :mand 1630 Pemberianmakan
i (hal D(hal250)
0302 441)Perawatan diri
:berpa Berpakaian
kaian 1640 (hal85)
0303
(hal435) Perawatantelin
0305 Perawatan diri ga
:maka 1650
n (hsl (hal392)
0306 440)Perawatan
diri: Perawatanmat
kebersihan 1050 a(hal377)

(hal438) Perawatankaki
Perawatan diri 1660 (hal367)
:aktivi
tasinstrumental 1670
sehari-hari(IADL)
(hal Perawatanperin
437)Perawatan 1680 eum(hal383)
diri Bantuanperaw
0307 :peng 1710 atandiri(hal
obatan non- 79)Bantuanper
parenteral(hal443) awatandiri:ber
Perawatan diri pakaian /
0308 :keber 1750 berdandan(hal
sihan 80)
Bantuanperaw
0309 mulut(hal 1800 atandiri:pembe
439)Perawatan rianmakanD(h
diri 1801 al82)
:peng Bantuanperaw
0310
obatanparenteral(h atandiri:ADL
al442)Perawatan 1803 (hal
diri 81)Bantuanper
:elimi awatandiri:Eli
1805
nasi(hal436) minasi

B(hal
1804
80)Bantuanper
awatandiri:Tra
nsfer B (hal83)
Pengajaran:pera
1806 watan kakiS
(hal295)
5603
00069 Domain Prevalensiprimer PrevalensiPri
1 :Promosikesehatan merManageme
Pengaturanpsikos 4350 nperilaku(201)
Kelas 2 : 1305 osial :
managemenkesehatan Perubahankehidup Managemenpe
an ( 4352 rilaku :
Resiko Sindrom overaktivitas
lansiaLemah(NANDA201 hal.351) (terlaluaktiv/ti
8-2020)Hal.143 dakdiperhatika
n)(hal203)
Prevensi
sekunder Prevensi
sekunder
1216 Tingkat
kecemasansosial(h 4470 Bantuanm
al.573) odifikasidi
ri(hal73)

1208 Tingkat

depresi(hal570)
4362 Modifikasiperi
laku :
ketrampilan-
ketrampilansos
ial (

hal227)
4310
Terapiaktivitas

(hal.431)
4400
Terapi
musik(hal443)

Prevensitersier 4330 Terapike


senian(h
1300 Penerimaanstatusk al.437)
esehatan(hal349)

Harapan (100) 4680 Blibioterapi(ha


1201 l86)

Kontrol Prevensi
1402 kecemasandiri(244 tersier
)
5100 Peningkatan
sosialisasi(3
48)
BAB V

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan

hasil  akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu

salah satu  komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.   

Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan  dijumpai pada semua

makanan dari sel hidup, yakni  makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-

kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan  sarden). (indriawan,2009).

1.2. SARAN

1.2.1. Bagi Perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan

memperhatikan aspek bio-psiko-sosial dan spiritual serta mampu menjadi

motivator dan edeucator bagi pasien agar pasien dapat mengatahui asuhan

keperawatan yang diberikan sehingga intervensi yang diberikan dapat

berjalan dengan maksimal.

1.2.2. Bagi kesehatan

Untuk mencegah kasus gout yang minimal penganan di wisma harus

Lebih meningkatkan kualitas dalam menerapkan asuhan keperawatan

melalui pendidikan yang lebih bermutu melalui praktek profesional

mahasiswa agar mahasiswa mampu mengaplikasikan dan menerapkan

asuhan keperawatan yang telah dikuasainya dan mahasiswa dapat berpikir


kreatif, dinamis, inovatif, dan memiliki kepribadian yang tinggi dalam

menegakan asuhan keperawatan dan tanggap terhadap masalah kesehatan

yang ada di masyarakat.

1.2.3. Bagi klien lansia

Dapat memandirikan klien jika terdapat gejala yang muncul agar

dapat mengurangi nyeri yang dirasakan dengan menggunakan kompres

hangat melakukan teknik masase ringan agar klien dapat mengurangi

nyerinya.

Anda mungkin juga menyukai