Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia.

Proses penuaan yang diikuti dengan menurunnya kemampuan fisik dan

pikiran adalah gambaran umum yang terjadi pada setiap lansia (Wardhana,

2020).

WHO memperkirakan  tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan

mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di

tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan  75% populasi lansia di dunia

pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Pada tahun 2010 jumlah lansia

di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas BPS 2012

menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia

(Wardhana, 2020).

Menurut WHO, populasi lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8%

atau sekitar 142 juta jiwa, pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia

meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar

5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan tahun 2010 jumlah lansia

24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah

lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Berdasarkan data

tersebut didapatkan bahwa setiap 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 2

%dari total populasi. Menurut Depkes jumlah lansia di Indonesia diperkirakan

1
sekitar 80 juta jiwa, data berdasarkan BPS (2010) sebesar 16,1 %, di DKI

Jakarta pada tahun 2012 mencapai 5,24% (KEMENKES RI, 2020).

Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan

merupakan salah satu faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam

masyarakat dapat dihindari dengan menerapkan perilaku pencegahan terhadap

masalah kesehatan tersebut. Salah satu masalah yang sering dialami oleh

lansia yang disebabkan oleh menurunnya fungsi tubuh yaitu asam urat.

Masalah asam urat atau biasa disebut dengan Gout Artritis merupakan salah

satu penyakit tertua yang dikenal manusia.Asam urat dianggap sebagai

penyakit para raja atau penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena

terlalu banyak makan dan minum minuman keras, seperti daging dan anggur,

atau dapat dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang tidak teratur

sangat berhubungan erat dengan kejadian asam urat.

Asam urat merupakan salah satu jenis peradangan sendi yang paling

sering terjadi dan menjadi penyebab kecacatan terutama pada usia lanjut

(Suhendriyo, 2014). Gout Artritis memang bukan penyakit berbahaya, tetapi

berdampak langsung pada kualitas hidup penderitanya, akibat memburuknya

rasa nyeri sehingga menimbulkan disabilitas. Gout Artritis memiliki efek

negatif yang besar pada aktivitas serta kesehatan mental dan fisik.Bahkan

pada 2020, Gout Artritis ditaksir menjadi penyebab utama keempat disabilitas

dunia. Juga diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia

menderita cacat karena Gout Artritis (Soeroso, 2018 dalam Suhendriyo, 2020).

2
Insiden Gout Artritis tertinggi didapatkan pada bangsa Maori, New

Zealand, pada tahun 1978 yaitu 10/100 orang Albar (2020) juga menyatakan

bahwa prevalensi hiperurisemia bervariasi dari 0,27 % di Amerika Serikat

sampai 10,3 % pada suku Maori di Selandia Baru, dan menunjukkan

kecenderungan meningkat. Angka kejadian asam urat atau Gout Artritis di

Indonesia pada tahun 1986 menduduki peringkat ke empat untuk penduduk

perkotaan Jawa yaitu 4,8 % dan peringkat lima untuk penduduk pedesaan

Jawa yaitu 1,7 % Darmawan (2019) dalam Kanis (2019). Sementara

Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar

32% dan kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2% (Buraerah

dalam Kodim, 2018 dalam Pratiwi, 2018).

Data kasus kejadian asam urat dari Dinas Kesehatan Sleman tahun

2019 menunjukan jumlah yang cukup tinggi, yaitu 3.188 kasus, yang terdiri

dari 2.046 kasus baru dan 1.142 kasus lama, dengan rentang usia penderita

asam urat terbanyak adalah di atas 40 tahun. Data kejadian asam urat juga

diperoleh dari Puskesmas Depok III, dimana pada tahun 2018 jumlah kasus

kejadian asam urat adalah 15 kasus atau 0,47 % dari total 3.188 kasus Kanis

(2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2019) yaitu

menunjukkan bahwa karakteristik penderita asam urat sebagian besar berada

pada umur 20-44 tahun (46,15%), berjenis kelamin perempuan (61,54%).

Asam urat memerlukan pengobatan salah satu pengobatannya yaitu

menggunakan pengobatan herbal.

Menurut KEMENKES (2022) pengobatan herbal adalah pengobatan

dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada

3
pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan

herbal untuk asam urat yaitu dengan menggunakan daun salam. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Muhtadi (2019) menunjukan bahwa daun

salam dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.

Melihat uraian diatas mengenai masalah asam urat yang terjadi pada

lansia, serta masih banyak yang belum mengetahui bahaya atau akibat dari

asam urat maupun perawatannya, mereka masih menganggap asam urat adalah

penyakit yang tidak membutuhkan penanganan serius. Dalam hal ini penting

bagi perawat agar menerapkan strategi untuk meningkatkan pengetahuan

lansia tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit Gout Artritis.

memotivasi lansia untuk mengambil keputusan yang tepat agar tidak terjadi

komplikasi, mengajarkan dan memotivasi lansia dan petugas di panti alhuda

syuhada khususnya untuk memodifikasi lingkungan serta memanfaatkan

fasilitas kesehatan sebagai upaya merawat diri sendiri yang menderita asam

urat. Penulis tertarik untuk membahas tentang Gout Artritis Pada Ny.M di

Panti Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaporkan asuhan keperawatan lansia dengan Gout Artritis di Panti

Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

4
2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan pengertian dari Gout Artritis, tanda dan gejala,

penyebab dan cara pencegahan tentang Gout Artritis di Panti Jompo

Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia dengan Gout

Artritis di Panti Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan lansia dengan Gout

Artritis di Panti Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

d. Mampu melakukan implementasi lansia dengan Gout Artritis di Panti

Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

e. Mampu melakukan evaluasi lansia dengan Gout Artritis di Panti

Jompo Alhuda Syuhada Syamtalira Bayu Tahun 2023.

C. Manfaat Penulisan.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan

yang berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

masukan data untuk pengembangan ilmu, khususnya keperawatan gerontik

tentang gout artritis artritis.

2. Bagi STIKes Yapeda Lhokseumawe

Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan

yang berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

masukan data untuk pengembangan ilmu pada petugas panti alhuda

syuhada dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia.

5
3. Bagi Lansia

untuk menambah wawasan, menambah informasi dan pengetahuan lansia

tentang penyakit gout artritis dalam mencegah dan menangani rasa nyeri

pada gout artritis artritis.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Lanjut Usia (Lansia)

1. Definisi Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik

dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang

pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Diamana seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap

(Ma’rifatul, 2020).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diterima. Proses menua merupakan

proses yang terus menerus secara alamiah (Nugroho, 2019). Menurut

WHO dalam Nugroho (2019), lanjut usia dikelompokan menjadi emat

kelompok yaitu :

a. Usia pertengahan (45 – 59 tahun)

b. Usia lanjut (60-74 tahun)

c. Usia tua (75-90 tahun)

7
d. Usia sangat tua (diatas 90 tahun)

Berdasarkan definisi diatas lanjut usia adalah usia diatas 60 tahun,

dimana orang tersebut mengalami penurunan kemampuan fisik dan

kognitif.

2. Teori Teori Proses Penuaan

Teori pertama didasarkan pada usia abad ke-19 untuk menjelaskan

perbedaan antara sel-sel "plasma” yang mampu mereproduksi - dan sel-sel

"sNytik" yang mati. Pada akhir 1880-an, A Bad Weismann berteori bahwa

sel sNytik normal terbatas pada kemampuan mereka untuk meniru dan

berfungsi bahwa kematian terjadi karena jaringan yang seharusnya tidak

dapat selamanya mempengharui diri mereka sendiri. Faktor stres yang

berbahaya, seperti merokok, pola makan yang buruk, penyalahgunaan

alkohol, atau ketegangan otot dapat memperburuk proses pengosongan.

3. Teori Keterkaitan Silang

Teori silang ini yang struktur molekulernya biasanya dipisahkan

dapat digabungkan bersama melalui reaksi kimia. Menurut teori ini, agen

penghubung silang menempel pada satu untai molekul DNA..

Mekanisme pertahanan alami biasanya memperbaiki kerusakan, namun

bertambahnya usia melemahkan pertahanan ini Mekanisme, sehingga

proses cross-linkage berlanjut sampai terjadi kerusakan yang tidak dapat

diperbaiki. Hasilnya adalah akumulasi senyawa cross-linking yang

menyebabkan mutasi pada sel dan membuatnya tidak dapat

menghilangkan limbah dan ion transportasi. Kerusakan ireversibel pada

sel-sel yang membentuk zat kolagen ini pada akhirnya menyebabkan

8
kegagalan jaringan dan organ karena sistem protein menjadi tidak elastis

dan tidak efektif. 

4. Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas, yang pertama kali diajukan pada pertengahan

1950an, telah berkembang menjadi teori penuaan utama. Radikal bebas

sangat tidak stabil dan molekul reaktif yang dapat diproduksi dengan

metabolisme normal, reaksi radiasi, reaksi berantai dengan radikal bebas

lainnya, dan oksidasi polutan lingkungan tertentu, seperti ozon, pestisida,

dan polutan udara. Radikal bebas dan senyawa konjugasi mereka mampu

menyerang molekul lain karena mereka memiliki muatan listrik ekstra,

atau elektron bebas. Karena mereka sangat reaktif, radikal bebas cepat

berinteraksi dengan dan merusak komponen seluler seperti lipid, protein,

dan asam nukleat.

5. Teori Saraf dan Kekebalan Tubuh

Beberapa teori biologis penuaan fokus pada peran utama sistem

tubuh sebagai penyebab penuaan. Sebagai contoh, teori neuroendokrin

didasarkan pada pemahaman bahwa sistem neuroendokrin

mengintegrasikan fungsi tubuh dan memfasilitasi adaptasi terhadap

perubahan baik lingkungan internal maupun eksternal. Teori-teori ini

mengendalilkan bahwa banyak perubahan sistem endokrin adalah

penyebab utama perubahan fungsi organ yang terkait dengan usia. Salah

satu teori tersebut - teori neurotransmiter - mengusulkan bahwa

ketidakseimbangan bahan kimia pemancar impuls saraf di otak

mengganggu pembelahan sel ke seluruh tubuh. Teori kekebalan, yang

9
pertama kali diajukan selama tahun 1960 an, berfokus pada

imunomoduksi, yang merupakan fungsi sistem kekebalan tubuh yang

berkurang terkait usia yang meningkatkan kerentanan orang lanjut usia

terhadap penyakit. Teori imunitas juga mencoba menjelaskan hubungan

antara berkurangnya Fungsi imune dan peningkatan respons autoimun

tubuh. Ketika terjadi autoimmunity, tubuh bereaksi terhadap dirinya

sendiri dan menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap

konstituennya sendiri, yang meningkatkan kerentanan orang tua terhadap

penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis. Banyak

penelitian yang telah memvalidasi teori imunitas juga menggabungkan

teori penuaan biologis lainnya (Effros, 2018). 

6. Teori Genetik

Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh

kesalahan gen genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada

yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel), sehingga

mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada

terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan

kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak

menjadi tua”.

7. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan

sistem untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga

mengakibtakan kelainan pada sel karena dianggap sebagai yang membuat

hancurnya kekebalan tubuh.

10
8. Teori Penuaan akibat Metabolisme

Teori akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua terjadi.

a) Datang dengan sendirinya, merupakan “karunia” yang tidak bisa

dihindari/ditolak,

b) Usaha yang memperlambat menjadi awet muda.

9. Perubahan Fisiologi Lansia

a. Perubahan Sistem Sensori

Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau

membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan

menginterpretaskan masukan sensori dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori

akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran

dari fungsi-fungsi sensori yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti

penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan perabaan

merupakan kesatuan integrasi dan persepsi sensori.

b. Sistem Penglihatan

Perubahan fungsi penglihatan yang dianggap normal dalam

proses penuaan termasuk kemampuan dalam melakukan akomondasi

kontriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan

lensa mata, yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan

berakumulasi disekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna

putih atau kekuningan diantara iris dan sklera. Kejadian ini disebut

11
arkus sinilis biasanya ditemukan lansia. Berikut ini adalah perubahan

yang terjadi pada lansia :

a. Terjadi awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomdasi

a. Penurunan ukuran pupil atau miosis terjadi karena sfingter pupil

mengalami skerosis.

b. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang

terakumulasi dapat menimbulkan katarak

c. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata

berpotensi terjadi sindrom mata kering.

c. Sistem Pendengaran

Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis

dan mempengaruhi kualitas hidup kehilangan pendengaran pada

lansia disebut presbikusis. Berikut ini perubahan yang terjadi pada

pendengaran lansia:

a. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi

sensorineureal. Hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan

komponen saraf tidak berfungsi sehingga terjadi perubahan

kondisi.

b. Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap

membran timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan

ligamen menjadi lemah dan kaku implikasi dari hal ini adalah

gangguan konduksi suara.

c. Pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal kulit

menjadi tipis dan kering dan peningkatan kreatin. Implikasi dari

12
hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak

pada gangguan konduksi suara.

d. Sistem Perabaan

Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi

fungsional apabila terjadi gangguan pada englihatan dan pendengaran.

Perubahan akan kebutuhan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia

telah kehilangan orang yang dicintai, penampilan lansia tidak

semenarik sewaktu muda dan tidak mengundang sentuhan dari orang

lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak

mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.

a. Sistem Pengecapan

Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada

saat seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebbagai kehilangan

salah satu kenikmatan dalam kehidupan.perubahan yag terjadi pada

pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan

kerusakan papila atau kuncup-kuncup peraa lidah. Implikasi dari hal

ini sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit berkurang.

e. Sistem Penciuman

Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius

oleh zat kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi akibat

proses menua adalah penurunan atau kehilangan sensansi penciuman

karena penuaan usia. Penyebab lain yang juga diaangap sebagai

pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman yaitu

13
pilek,influenza, merokok, obstruksi hidung,dan faktor lingkungan.

Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensivitas terhadap bau.

f. Sistem Integumen

Epidermis lansia tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas

tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan

dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena

tampak lebih menonjol.poliferasi abnormal pada terjadinya sisa

melanosit,lentigo, senil,bintil pigmentasi, pada area tubuh yang

terpajan sinar matahari biasanya permukaan dorsal dari tangan dan

lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penaan

dan terdapat penurunan jaringan elastis mengakibatkan penampilan

yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin

lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan kelnjar

sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung disertai

penurunan cairan tubuh total menimbulkan penurunan turgor kulit.

g. Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,

gangguan metabolik atau denervasi sarah. Dengan bertambahnya usia

perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena

penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin D dan beberapa

hormon lain. Tulang-tulang menjadi berongga, mikroarsiktektur

berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun

spontan.

14
i. Sistem Neurologis

Berat otak menurun 10-20%. Berat otak <350gram pada saat

kelahiran, kemudian meningkat 1,375 gram pada usia 20 tahun. Berat

otak menurun mulai usia 45-50 tahun, penurunan ini kurang lebih

11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-

rata5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million

sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan

implius listrik. Pada penuaan otak kehilangan 100.00 neuron/ tahun.

Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain,dengan kecepatan

200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral. Secara berangsur-

angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya

batang dendrit dan batang sel. Secara progesif terjadi fragmantasi dan

kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit limpofusin.yang

terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau

mitokondria. Berikut ini kondisi perubahan pada lasia:

a. Kondisi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal adalah

refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu

reaksi.

b. Peningkatan limpofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari

hal ini adalah vasokontriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna

c. Termogulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini

adalah bahaya kehilangan panas tubuh.

15
a. Sistem Kardiovaskuler

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural

maupun fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering

terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas yang

mengkaibatkan penurunan kebutuhan darah teroksigenisasi.

Berikut merupakan perubahan perubahan pada lansia:

a. Penebalan didnding ventrikel kiri karena peningkatan densitas

kolagen dan hilangnya fungsi serat- serat serat elastis. Implikasi

dari hal ini adalah ketidakmampuan jantung untuk distensi dan

penurunan kekuatan kontraktil.

b. Jumlah sel pacemaker mengalami penurunan dan berkas his

kehilangan serat konduksi yang membawa implus ke ventrikel.

Implikasi dari hal ini adalah terjadinya distermia.

c. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kakudan tidak lurus karena

peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan

medial arteri

d. Vena meregang dan mengalami dilatasi.implikasi dari hal ini

adalah vena menjadi tidak kompetenatau gagal dalam menutup

secara sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada

ekstermitas bawah dan penumpukan darah.

b. Sistem Genitouria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal

menurunhingga 50%, fungsi tubulus berkurang,otot kandung kemih

melemah,kapsitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan

16
frekuensi buang airkecilmeningkat, kandung kemih sulit

dikosongkan sehingga meningkatkan retensiurine. Pria dengan usia

65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaranprostat

hingga ± 75% dari besar normalnya.

Sistem Pulmonal

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan menjadi kaku,

menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru hilangan elastisitas

sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat,

kapasitas pernapasan maksimal menurun dan kedalaman bernapas

menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya

berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,

kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot

pernapasan.

10. Perubahan Psikososial


Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang

menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam

sering bingung panic dan depresif. Hal ini disebabkan antara lain karena

ketergantungan fisik dan sosioekonomi, pensiunan, kehilangan financial,

pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi, sadar akan

datangnya kematian, perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak

sempit, ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi, penyakit

kronis, kesepian, pengasingan dari lingkungan social, gangguan syaraf

panca indra, gizi, kehilangan teman dan keluarga, berkurangnya kekuatan

fisik.

17
Menurut Hernawati Ina MPH (2016) perubahan pada lansia ada 3

yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

Perubahan biologis meliputi :

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah

mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit

kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis

yang menetap

b. Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga

dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat,

sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan

kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan

indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel

syaraf pendengaran.

c. Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan

ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan

gizi pada usia lanjut.

d. Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran

pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu

makan usia lanjut.

e. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air

besar yang dapat menyebabkan wasir .

f. Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut

menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan

dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

18
g. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan

penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi,

kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan

melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun

rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang

mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang

disebut dimensia atau pikun.

h. Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam

jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran

nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa

lelah.

i. Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah

kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut

yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang

mengakibatkan dehidrasi.

j. Kemunduran psikologis

Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk

mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang

dihadapinya antara lain sindrNy lepas jabatan sedih yang

berkepanjangan.

k. Kemunduran sosiologi

Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan

pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang

sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan

19
status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan

dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi

perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia

lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik

mungkin.

11. Masalah-masalah keperawatan yang terjadi pada lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat

perubahan sistem, antara lain:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain:

Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan

Pneumonia.

b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara

lain :

Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.

c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti

Cerebro Vaskuler Accident.

d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara

lain :

Fraktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis,

Osteporosis.

e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.

f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :

Katarak, GlaukNy, Presbikusis.

20
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain :

Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.

h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan

perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.

i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :

Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus

Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.

j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian Asam Urat (Gout Artritis)

Artritis Gout Artritis merupakan penyakit heterogen sebagai akibat

deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam

urat didalam cairan ekstarseluler (Anastesya W, 2018).

Artritis Gout Artritis merupakan salah satu penyakit inflamasi

sendi yang paling sering ditemukan, yang ditandai dengan penumpukan

kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian.

Monosodium urat ini berasal dari metabolisme purin. Hal penting yang

mempengaruhi penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan saturasi

jaringan tubuh terhadap urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus

meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit

artritis Gout Artritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan

kristal monosodium urat secara mikroskopis maupun makroskopis berupa

tophi (Zahara, 2018).

21
Gout Artritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan

mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena

adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi

sebagai akibat dari tingginya kadar  asam urat di

dalam darah (hiperurisemia).

Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang

berasal dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang

terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk

hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin

ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin

tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-

buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan 9 10

sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu

(Hidayat, 2016).

2. Patofisiologi

Perjalanan penyakit Gout Artritis sangat khas dan mempunyai 3

tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis Gout Artritis akut. Pada tahap

ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan

tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena

cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau

kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit Gout Artritis dan

tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.

Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga

penderita terserang penyakit Gout Artritis. Karena serangan pertama kali ini

22
singkat waktunya dan sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang

urut dan waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan.

Padahal, tanpa diobati atau diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang

sendiri. Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada Gout Artritis

interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka

waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.

Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata

berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan

seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis Gout Artritis

atau  menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan

penyakit Gout Artritis.

Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis Gout Artritis akut

intermiten. Setelah melewati masa Gout Artritis interkritikal selama

bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai

dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering

mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan

serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin

lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis Gout Artritis kronik

bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10

tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar

sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa

benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari

kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada

23
sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan

banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi

(kumalasari, 2016).

Penyakit arthritis Gout Artritis merupakan salah satu penyakit

inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya

penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar

persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal putih tidak berbau

dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi dengan Kadar asam urat

dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi (10% pasien)

dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yang

disebut dengan hiperurisemia (Manampiring, 2015).

3. Pathway

Asam urat dalam serum


Diet tinggi purin Pemecahan sel

Tidak di eksresi dalam urin


Asam urat dalam sel keluar
Katabolisme purin

Asam urat dalam Kemampuan eksresi asam Glomerulonephritis


serum urat terganggu

Hipersaturasi asam urat Asam laktat


dalam plasma dan garam
di cairan tubuh

Dibungkus oleh berbagai Merangsang


Terbentuk Kristal protein (igg) neutrophil leukosit)
monosodium urat

Terjadi fagositosis Kristal oleh


Di ginjal Dijaringsn lunak dan leukosit
persendian

Penumpukan dan Terbentuk fagolisosom


pengendapan MSU Penumpukan dan
pengendapan MSU
24
Merusak selaput protein
Pembentukan batu ginjal Kristal
Pembentukan thopus
asam urat

Terjadi ikatan hydrogen antara


Proteurinaria, hipertensi Respon inflamasi permukaan kristal dengan
ringan membran lisiosom

Risti ketidak seimbangan Pembesaran dan penonjolan sendi Membrane lisosom robek dan
vol cairan terjadi pelepasan enzim (synovial)

kerusakan jaringan
Hipertermi Deformitas sendi

Kontraktur sendi Kekakuan sendi


Nyeri akut

Fibrosis / ankilosis
Kerusakan integritas jaringan Hambatan mobilias fisik
tulang

4. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala klinik hiperuresemia dibagi dalam 4 stadium,yaitu:

- Stadium I

Tidak ada gejala yang jelas.Keluhan umum, sukar berkonsentrasi.Pada

pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi.

- Stadium II

Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis yang akut dan

hebat, 90% lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi semua persendian

dapat diserang, kadang-kadang lebih dari satu sendi yang diserang

(migratory polyarthritis). Sendi tersebut menjadi bengkak dalam

beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat nyeri. Kemudian

pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi dan lebih

25
menyolok daripada arthritis yang lain. Kadang-kadang terjadi efusi di

sendi-sendi besar.Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4

sampai 10 hari.

Pembengkakan dan nyeri berkurang, dan kulit mengupas sampai normal

kembali.

- Stadium III

Pada stadium ini di antara serangan-serangan arthritis akut, hanya

terdapat waktu yang pendek, yang disebut fase interkritis.

- Stadium IV

Pada stadium ini penderita terus menderita arthritis yang kronis dan tophi

sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga.Akhirnya sendi-sendi

dapat rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi

(Syukri, 2019).

Arthritis Gout Artritis ditandai dengan serangan-serangan nyeri

hebat dan kemerahan pada bagian bawah sendi dari ibu jari kaki, yang

terjadi pada waktu tengah malam.Serangan berkurang dalam beberapa

hari tetapi berulang kembali. Lama kelamaan, sendi dirusak oleh

endapan kristal asam urat didalam sinovia dan tulang rawan. Asam urat

didalam serum meningkat. Penyakit ini dianggap sebagai suatu penyakit

orang berada yang memakan makanan yang kaya akan DNA, yang

memproduksi banyak asam urat (Sibuea, 2019).

26
5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout artritis antara

lain:

a. Foto Konvensional (X-Ray)

b. Asam Urat (Serum)

c. Asam Urat (Urine 24 jam)

d. Pemeriksaan cairan sendi

e. Tes kimia

f. Tes glukosa

g. Laktat Dehidrogenase

h. Tes mikrobiologi

6. Penatalaksanaan

a. Memberikan kompres hangat pada pasien yang mengalami serangan

arthritis Gout Artritis

b. Melaksanakan dan mengajarkan teknik managemen nyeri non

farmakologis dengan nafas dalam dan distraksi ( pengalihan )

c. Menjelaskan dan memantau pembatasan gerak dan aktivitas fisik berat

bagi pasien agar radang sendi tidak bertambah kronik.

27
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data Biografi

Nama : Ny M

JenisKelamin : Perempuan

Tempat & Tgl lahir : Lhokseumawe, 1 Januari 1943

Umur : 80 Tahun

Golongan darah : O+

Pendidikan terakhir : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

TB/BB : 145 cm /49 kg

Penampilan : Rapih dan bersih, jalan menggunakan alat bantu.

Ciri-ciri fisik : Badan pendek kurus, kulit kuning langsat., rambut

pendek dan hitam, ekstremitas bawah tidak

simetris.

Alamat : Geudong, Desa Meucak

Riwayat Keluarga

Genogram

28
Keterangan :

: laki laki : Ny

: meninggal : perempuan

Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini : Ny W tinggal di geudong, desa meucak

sehingga tidak bekerja.

Alamat Pekerjaan : tidak ada

Berapa Jarak Dari Rumah : - Km

Alat Transportasi : tidak

Pekerjaan sebelumnya : klien berkerja di konveksi

Sumber- sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: Ny M

mengatakan mendapat penghasilan dari hasil

berkerja penjahit di konveksi

Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe tempat tinggal : Panti Jompo

Kondisi Tempat Tinggal : Ny M mengatakan cukup nyaman

dengan teman sekamarnya,

walaupun kadang sering diganggu

dan Ny M merasa tidak nyaman

saat tidur karena di tempat

tidurnya ada binatang kutu kasur.

29
Riwayat Rekreasi

Hobi/minat : Ny M mempunyai hobi menjahit

Keangotaan organisasi : Ny M mengikuti pengajian, senam, ikut

kerajinan tangan membuat keset dan

panggung gembira di panti

Liburan/perjalanan : Ny M mengatakan hanya di dalam panti

tidak pernah berlibur.

Sistem Pendukung

Perawat/ bidan/ dokter/ fisioterapi :-

Jarak dari panti :-

Rumah sakit :

jarak dari panti :

puskesmas :

klinik :

pelayanan kesehatan di panti :-

makanan yang dihantarkan :-

perawatan sehari-hari yang dilakukan di panti :

lain-lain:-

Status Kesehatan

Status kesehatan umum selama setahun lalu : Ny M mengatakan pernah

memiliki riwayat hipertensi

Ny M mengatakan yang dirasakan sekarang nyeri di kaki dan di jari jari

tangan

kesehatan umum selama 10 tahun lalu :

30
Ny M mengatakan menderita asam urat sejak 6 bulan yang lalu, Ny M

mengatakan pernah jatuh 2 tahun yang lalu

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:

Obat-obatan :

1. Piroxikam 2x1

Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)

Makanan : tidak ada

Lingkungan :tidak ada

Penyakit yang diderita : asam urat, Ny M mengeluh kaki dan tangannya

linu dan nyeri, nyeri dirasakan saat beraktifitas seperti mencuci baju.

Aktivitas Hidup Sehari-hari

Indeks Katz : Ny M , Kemandirian dalam hal makan, berpindah ke

kamar kecil, berpakaian dan mandi. (A)

Oksigenasi : Pergerakan Dinding dada simetris, pengembangan paru

kanan dan kiri baik, Frekuensi 20x/menit

Nutrisi : Ny M mengatakan makan 3x/sehari pada pukul 07.00,

11.30, dan 16.00

Eliminasi : BAK 3x sehari, BAB frekuensi 2 hari sekali.

Aktivitas : aktifitas selama di panti Ny M rutin mengikuti

keterampilan kerjinan tangan dengan membuat keset dan

mengikuti pengajian yang di rumah .

Istirahat & tidur : Ny M mengatakan tidur mulai pukul 20:00 wib

Personal hygiene : Ny M mengatakan mandi 2x sehari pada pagi dan sore

hari

31
Sexual :-

Rekreasi : Ny M mengatakan tidak pernah rekreasi sejak tinggal

dipanti.

Psikologis : Ny M mengatakan hanya menikmati masa tua dengan

teman-teman di rumah

Persepsi klien

 Konsep diri : Ny M mengatakan suka dengan tubuhnya

kecuali dengan kaki nya yang membuat dirinya

malu.

 Emosi : Ny M mengatakan selalu menerima apapun

yang sudah terjadi dalam hidupnya.

 Adaptasi : Ny M mengatakan senang berbincang bincang

dengan oranglain dan sangat senang.

 Mekanisme pertahanan diri : -

J. Tinjauan Sistem

Keadaan umum : Baik

Tingkat Kesadaran : compos mentis

Skala kNy glascow : 15 (E4 V5 M6 )

Tanda-tanda Vital : tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi : 81

kali/menit pernapasan : 20 kali/menit, suhu :

36,5oC hasil asam urat tgl 10 Mei 9.6mg/dl

Kepala :

 Inspeksi : distribusi rambut merata dan pendek, warna rambut putih,

bersih dan tidak berminyak

32
 Palpasi : tidak teraba benjolan pada kepala

Mata, hidung : Kedua Mata simetris, sclera anikterik,

conjungtiva tidak pucat hidung bersih tidak ada

polip, fungsi penglihatan kabur

Telinga : tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tampak

kotor

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis

Dada

 Bentuk dada simetris

 retraksi dada tidak ada

 suara nafas tambahan tidak ada.

Abdomen :

 Inspeksi : simetris

 Auskultasi : bising usus 18x/menit

 Perkusi : thympani

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar

Kulit : turgor kulit tidak elastis

Ekstremitas atas dan bawah: Ny M mengatakan jari dan kaki pegal-

pegal,nyeri jika berjalan skala nyeri 5, edema (-),

Lesi (-)

Ekstremitas bawah tidak simetris

Genitalia : kebersihan tidak terkaji , tidak ada riwayat

hemoroid

Keluhan tidak ada.

33
Sistem Reproduksi : Ny M megatakan mengalami masa menopose

pada usia 43 tahun.

Sistem pengecapan : Ny M mengatakan masih bisa merasakan asam

manis dan pahit

Sistem penciuman :tidak ada kelainan

taktil respon : tidak ada kelainan

K. Status Kognitif/afektif/social

1. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ): fungsi

intelektual utuh

2. Mini Mental State Exam (MMSE) : tidak ada gangguan kognitif

3. Inventaris Depresi Beck : depresi tidak ada atau minimal

4. Penilaian fungsi keseimbangan berg: mampu melakukan bantuan

maksimal

5. indeks bartel (IB): score 20 (mandiri)

Pengkajian MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Nama pasien : Ny M

Tanggal wawancara : 24 Januari 2023

Item Pertanyaan Keterangan Skor Nilai


Max
1 Sekarang (hari), (tgl), (bulan), (tahun) siang /malam Orientasi 5 5
2 Sekarang kita berada dimana ? (nama panti) Orientasi 5 5
(kelurahan) (kecamatan) (kota) (provinsi)
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda; Registrasi 3 2
almari, sepatu, buku, satu detik untuk setiap benda.
Lansia mengulang ke 3 nama benda tersebut.
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
4 Hitunglah mundur dari serial 7 point dan berhenti Atensi dan 5 2
setelah lima hitungan atau disuruh mengeja terbalik kalkulasi
kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)

34
5 Tanyakan kembali nama 3 benda yang telah disebutkan Mengingat 3 2
di atas. Berilah nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
6 Apakah nama benda ini ? Perlihatkan pensil dan jam Bahasa 2 2
tangan (nilai 2). Jika jawaban benar
7 Ulangi kalimat berikut : “tanpa kalau, dan, atau, tetapi” Bahasa 1 1
8 Laksanakan 3 buah perintah ini:” Peganglah selembar Bahasa 3 3
kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkan di lantai!
9 Bacalah dan laksanakan perintah berikut : Bahasa 1 1
“Angkat tangan kiri anda! (nilai 1)
10 Tulislah sebuah kalimat : “Senyum sehat jiwa” (nilai 1) Bahasa 1 1
11 Tirulah gambar ini : Bahasa 1 1
Skor total 30 25
Kesimpulan: Skor yang didapat 25 yang menggambarkan klien tidak

mengalami gangguan kognitif

Pengkajian Inventaris Depresi Beck :

Score Uraian
Kesedihan

3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat


menghadapinya.

2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat


keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak merasa sedih

Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan


sesuatu tidak dapat membaik.
2 Saya merasa saya tidak mempuyai apa-apa untuk
memandang ke depan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa
depan
Rasa kegagalan

3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang


(orang tua, suami, istri).

35
2 Bila melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat
saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal

Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.

0 Saya tidak merasa tidak puas

Rasa bersalah
3 saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak
berharga.
.
2 Saya merasa sangat bersalah

1 saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian


dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

Tidak menyukai
diri sendiri
3 saya benci diri saya sendiri.

2 Saya muak dengan diri saya sendiri.


1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
Membahayakan
diri sendiri
3 saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh
diri.
1 Saya merasa lebih mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk membahayakan


diri sendiri
Menarik diri
dari sosial

36
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan tidak peduli pada mereka semua.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada oranglain.

Keraguan

3 saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.

1 Saya berusaha mengambil keputusan.

0 Saya membuat keputusan yang baik.

Perubahan
gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.

2 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen


dalam penampilan saya, dan ini membuat saya tidak
menarik.
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
Kesulitan kerja

3 saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras


untuk melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai
melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
Keletihan
3 saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
.

2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu


1 Saya lelah lebih dari yang biasanya.

37
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian
0-4 Depresi minimal
5–7 Derpresi ringan

8 – 15 Depresi sedang

16+ Depresi berat

Kesimpulan : dari beberapa pertanyaan diatas tentang depresi didapatkan

nilai 8 yang artinya klien mengalami depresi sedang

6. Penilaian fungsi keseimbangan berg:

No. Tes Score


1 Berdiri dari posisi duduk 3

2 Berdiri tanpa bantuan 4

3 Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu 2


ke lantai
4 Duduk dari posisi berdiri 2

5 Berpindah tempat 4

6 Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup 4

7 Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan 4

8 Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan 3


lurus ke depan pada posisi berdiri
9 Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri 2

38
10 Menengok kebelakang melewati bahu kiri dan 3
kanan ketika berdiri
11 Berputar 360 derajat 2

12 Menempatkan kaki bergantian pada bangku 2


kecil ketika berdiri
13 Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain 3

14 Berdiri dengan satu kaki 3

Total 38

Kesimpulan : skor yang didapat pada Ny M adalah 38 yang

berarti mampu memiliki sedikit bantuan.

L. Data Penunjang

Asam Urat : 12 mg/dl

GDS : 95 mg/dl

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Proses menua Nyeri akut
- Ny M mengatakan nyeri
pada jari jari dan kakinya Erosi tulang rawan
- Ny M mengatakan nyeri poliferasi synovial dan
dirasakan saat mencuci pembentukan panus
pakaian
- Ny M mengatakan nyeri Mekanisme inflamasi
sudah dirasakan semenjak
3 minggu yang lalu Rangsang saraf nyeri
Do :
- Hasil cek asam urat 9.6
mg/dl Nyeri Akut
- P : nyeri dirasaka apabila
mencuci pakaian
Q : nyeri terasa linu dan
cenut cenut
R : nyeri menjalar dari
lutut sampai ujung jari
kaki
S : skala 6 (1-10)
T : nyeri dirasakan hilang
timbul
2. Ds : Proses menua Risiko jatuh

39
- Ny M mengatakan pernah
jatuh saat mau ke kamar Tendon dan ligament
mandi melemah
- Ny M mengatakan untuk
berjalan harus Hilangnya kekuatan
menggunakan alat bantu otot
- Ny M mengatakan
menggunakan alat Risiko jatuh
semenjak 7 bulan yang
lalu
Do :
- Riwayat jatuh
- Penggunaan alat bantu
jalan
- Ekstremitas bawah tidak
simetris
3. Ds : Kurang terpapar Defisit
- Ny M mengatakan tidak informasi pengetahuan
tau tentang pantangan/
makanan apa yang harus
dihindari untuk
pencegahan asam urat
- Ny M mengatakan sangat
menyukai makanan
kacang kacangan
- Ny M mengatakan tidak
mengerti tentang asam
urat
Do :
- Ny M tampak bingung
dan bertanya tentang asam
urat
- Ny M bertanya tentang
makanan apa yang boleh
dimakan untuk
mengurangi linu serta cara
untuk mengurangi linu

- Klien bertanya mengenai


pencegahan agar linu tidak
kambuh lagi
- Kadar asam urat 4,5

Diagnosis keperawatan

40
1. Nyeri akut

2. Risiko jatuh

3. Defisit pengetahuan

Intervensi Keperawatan

Tujuan &
Dx Intervensi
No Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan (Siki)
(Noc)
1. Nyeri akut Setelah diberikan - Kaji tipe/ Berguna dalam
intervensi lokasi nyeri. membedakan
keperawatan Perhatikan ketidaknyamanan
selama 3x24 intensitas
jam,diharapkan pada skala Berguna dalam
Memperlihatkan nyeri (1-10) memantau tanda-
tingkat nyeri, yang - Kaji tanda- tanda terjadinya
dibuktikan oleh tanda vital infeksi, dan
indicator nyeri hubungan antara
hilang atau tingkat
berkurang (skala keparahan nyeri
nyeri 0) dengan pasien
kriteria hasil:
- Ekspresi - Ajarkan kompres air
wajah rileks kompres air dingin digunakan
- Skala nyeri hangat untuk
berkurang dengan jahe merileksasikan
- mampu pada daerah otot-otot
mengontrol yang nyeri sehingga
nyeri nya mengurangi rasa
nyeri

2. Risiko cedera/ Setelah diberikan - Identifikasi Berguna untuk


jatuh intervensi prilaku dan mengurangi
keperawatan faktor yeng risiko jatuh
selama 3x24 mempengaru
jam,diharapkan hi risiko jatuh
risiko jatuh akan - Ajarkan dan
menurun atau bantu pasien
terbatas, dengan dalam proses
kriteria hasil: berpindah
- gerakan (misalnya,
terkoordinasi dari tempat Alas kaki yang
- tidak ada tidur ke pas dapat
kejadian jatuh kursi). mempermudah

41
- mengetahui - Ajarkan klien mobilitas
pencegahan memakai alas
jatuh kaki yang pas Lingkungan yang
aman dapat
mengurangi
- Memastikan risiko jatuh
lantai tidak
licin atau
tidak basah
3. Deficit Setelah diberikan - Jelaskan apa Dengan
pengetahuan intervensi arti asam urat mengetahui
tentang asam keperawatan definisi bisa
urat selama 3x24 menambah
jam,diharapkan pengetahuan
risiko jatuh akan tentang penyakit
menurun atau asam urat
terbatas, dengan Untuk
kriteria hasil: mengetahui atau
- Ny M dapat deteksi dini
menjelaskan penanganannya
secara singkat - Jelaskan Dengan
arti dari asam tanda & menghindari
urat gejala asam makanan yg bisa
- Ny M dapat urat menyebabkan
menyebutkan asam urat tinggi
-makanan yang dapat
dapat mengurangi
menyebabkan terjadinya Gout
asam urat Artritis
menjadi tinggi
- Jelaskan
makanan
yang harus
dihindari agar
nilai asam
urat tidak
tinggi

Catatan Perkembangan Hari ke 1

42
No
Waktu Implementasi Evaluasi
Dx.
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi nyeri. S : Ny M mengatakan nyeri
WIB Perhatikan intensitas pada sedikit berkurang
skala nyeri (1-10) O : TD : 120/80mmhg
2. Mengkaji tanda-tanda vital Ny N : 90x/menit
M RR : 20x/menit
3. Mengajarkan cara penggunaan skala nyeri 4
terapi non farmakologi kadar asam urat :
(kompres hangat dengan jahe) 7.2mg/dl
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2
dan 3
2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku dan S : Ny M mengatakan takut
WIB faktor yeng mempengaruhi untuk berjalan jika lantai
risiko jatuh basah
2. mengajarkan dan bantu pasien O : Ny M memakai sandal
dalam proses berpindah yang tidak sesuai dengan
(misalnya, dari tempat tidur ke kakinya
kursi). A : masalah belum teratasi
3. mengajarkan klien memakai P : lanjutkan intervensi
alas kaki yang pas 1,2,3 dan 4
4. Memastikan lantai tidak licin
atau tidak basah
3. 10:15 1. Jelaskan apa arti asam urat S : Ny M mengatakan tidak
WIB tau apa itu asam urat dan
2. Jelaskan tanda & gejala asam makanan yang harus
urat dihindari
O : Ny M hanya diam saat
3. Jelaskan makanan yang harus ditanya tentang asam urat
dihindari agar nilai asam urat A : masalah belum teratasi
tidak tinggi P : lanjutkan intervensi 1,2
dan 3

Catatan Perkembangan Hari Ke 2

No
Waktu Implementasi Evaluasi
Dx.
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi S : Ny M mengatakan nyeri
WIB nyeri. Perhatikan berkurang
intensitas pada skala O : TD : 120/80mmhg
nyeri (1-10) N : 90x/menit
2. Mengkaji tanda- RR : 20x/menit
tanda vital Ny M skala nyeri 3 (ringan)
3. Mengajarkan cara kadar asam urat :
penggunaan terapi 4.2mg/dl
non farmakologi A : masalah belum teratasi

43
(kompres hangat P : lanjutkan intervensi 1,2
dengan jahe) dan 3
2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku S : Ny M mengatakan
WIB dan faktor yeng nyaman
mempengaruhi risiko mamakai sandal yangs
jatuh sesuai
2. mengajarkan dan bantu dengan ukuran kakinya
pasien dalam proses O:
berpindah (misalnya, - Ny M memakai sandal
dari tempat tidur ke sesuai dengan kakinya
kursi). - Lantai kamar tidur Ny
3. mengajarkan klien tampak bersih dan tidak
memakai alas kaki yang licin
pas A : masalah belum teratasi
4. Memastikan lantai tidak P : lanjutkan intervensi 4
licin atau tidak basah
3. 10:15 1. Jelaskan apa arti asam S : Ny M mengatakan
WIB urat sudah
2. Jelaskan tanda & gejala mengerti arti asam urat
asam urat dan makanan apa saja yang
3. Jelaskan makanan yang harus dihindari
harus dihindari agar O:
nilai asam urat tidak - Ny M hanya mampu
tinggi menyebutkan makanan
yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1
dan 2

Catatan Perkembangan Hari Ke 3

No
Waktu Implementasi Evaluasi
Dx.
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi S : Ny M mengatakan
WIB nyeri. Perhatikan nyeri berkurang
intensitas pada skala O : TD : 130/70mmhg
nyeri (1-10) N : 90x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda RR : 20x/menit
vital Ny M skala nyeri 2 (ringan)
3. Mengajarkan cara kadar asam urat :
penggunaan terapi non 4.5mg/dl
farmakologi (kompres A : masalah teratasi
hangat dengan jahe) P : lanjutkan intervensi 3

2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku S : Ny M mengatakan


WIB dan faktor yeng nyaman mamakai sandal

44
mempengaruhi risiko yang sesuai
jatuh dengan ukuran kakinya
2. mengajarkan dan bantu O:
pasien dalam proses - Ny M memakai sandal
berpindah (misalnya, sesuai dengan kakinya
dari tempat tidur ke - Lantai kamar tidur Ny
kursi). tampak bersih dan tidak
3. mengajarkan klien licin
memakai alas kaki yang A : masalah belum teratasi
pas P : lanjutkan intervensi 4
4. Memastikan lantai tidak
licin atau tidak basah
3. 10:15 1. Menjelaskan apa arti S : Ny M mengatakan
WIB asam urat sudah
2. Menjelaskan tanda & mengerti arti asam urat dan
gejala asam urat makanan apa saja yang
3. Menjlaskan makanan harus
yang harus dihindari dihindari
agar nilai asam urat O:
tidak tinggi - Ny mampu
menyebutkan
- definisi asam urat dan
makanan
- yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 3

BAB IV

45
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Asam Urat (GOUT ARTRITIS)

Artritis Gout Artritis merupakan penyakit heterogen sebagai akibat

deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat

didalam cairan ekstarseluler (Anastesya W, 2020).

Penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada Ny M dengan asam urat di panti jompo alhuda syuhada

syamtalira bayu dengan cara membandingkan antara tinjauan teoritis dengan

aplikasi langsung kelapangan dengan menggunakan proses keperawatam

1. Pengkajian

Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak

ditemukan kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan

gejala yang ada dalam teoritis. Pada pengkajian secara teoritis dikatakan

pada klien dengan gout artritis mengalami tanda dan gejala seperti

kekakuan sendi pada pagi hari yang cukup lama, lemah, lesu dan tidak

nafsu makan. Pada Ny M juga ditemukan kekakuan sendi/gemetar pada

saat selesai mencuci pakaian .

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah keperawatan aktual

adalah masalah yang diperoleh saat pengkajian, sedangkan masalah

potensial adalah masalah yang timbul kemudian. Diagnosa keperawatan

adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status masalah

46
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa

keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa

keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi

(potensial) (Mubarak, 2017).

Setelah dilakukan pengkajian di panti jompo alhuda syuhada

syamtalira bayu penulis menemukan tiga masalah keperawatan yang

terdapat pada Ny M sesuai yang ada pada teori yaitu Nyeri dan Resiko

jatuh/ cedera dan defisit pengetahuan.

3. Rencana Keperawatan

Pada tahap perencanaan, rencana yang terdapat dalam teori belum

disusun sesuai prioritas masalah yang ada, namun pada asuhan

keperawatan yang nyata, penulis membuat rencana sesuai prioritas

diagnosa yang muncul berdasarkan yang penulis dapatkan dan dari hasil

pengakajian keperawatan. Tidak semua rencana tindakan penulis masukan

kedalam rencana tindakan pada asuhan keperawatan secara nyata, hal ini

karena penulis ingin merencanakan rencana tindakan dengan keadaan

klien saat itu.

Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh

kesepakatan dengan Ny M yang dikelola yang meliputi waktu, tempat,

dan penanggung jawab kegiatan yang akan dilaksanakan. kegiatan yang

akan direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul antara lain :

upaya peningkatan pengetahuan Ny M melalui pendidikan kesehatan

(penyuluhan) , dan intervensi mandiri yang diberikan.

47
4. Implementasi Keperawatan.

Tahap implementasi merupakan tahap realita dari rencana tindakan yang

telah dibuat sebelumnya, tidak semua implementasi dapat dilakukan

dengan baik, dikarenakan ada keterbatasan waktu dan masalah- masalah

tekhnis lainnya.

Hasil Implementasi Terapi Modalitas Pemberian Rebusan Daun

Salam Pada Ny M dengan Asam Urat ( GOUT ARTRITIS)

Daun salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari

batang, kulit batang, daun salam dan buah salam.daun salam merupakan

bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Selain sebagai

penyedap masakan daun salam juga dapat diguanakan sebagi terapi non

farmakologi untuk berbagai penyakit seperti : Stroke, hipertensi, diabetes

mellitus dan asam urat (Agoes, 2019).

Daun salam merupakan tanaman herbal yang berfungsi untuk

menurunkan kadar asam urat dalam darah, selain dari daun salam bagian

lain dari daun salam pun dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat meliputi

akar, buah, kulit batamg dan batang serta buah salam, namun yang paling

48
banyak digunakan adalah daun salam. Daun salam oleh badan POM telah

ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan tanaman yang digunakan

sebagai tanaman herbal yang di uji secara klinis untuk mengatas masalah

kesehatan tertentu (Putra, 2018).

Menurut Mardiana (2015) beberapa sifat kimia dan farmakologis yang

dimiliki oleh daun salam meliputi :

a. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuia dengan struktur

kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, ketekin,

antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretic sehingga

memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi

sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan pada tulang

b. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan

kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas tubuh.

c. Kandungan zat tannin pada daun salam menurunkan tekanna darah

tinggi.

d. Minyak atsiri sebagai analgetik sehingga mampu mneghilangkan ras

nyeri ketika berjalan.

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisne yang dimiliki oleh

semua orang. Asam urat dalam tubuh kadar nya tidak boleh berlebihan

(Ode, 2019). Penyembuhan asam urat dapat menggunakan terapi non

farmakologi dengan cara merebus 10-15 lembar daun salam dengan air

700cc dengan gelas biarkan mendidih sampai tersisa 200cc, setelah itu

saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari, daun salam mengandung

flovanoid sehingga dapoat digunakan sebagi peluruh kencing (diuretic).

49
Sebagai diuretic salam juga mampu memperbanyak produksi pada tubuh

sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah melalui urine.

(Ode, 2019).

Hasil implementasi dari pemberian terapi modalitas pemberian

rebusan daun salam pada Ny M dengan Asam urat terjadi penurunan

kadar asam urat dalam darah hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

tentang pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

dalam darah di panti jompo alhuda syuhada syamtalira bayu.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai perkembangan pada lansia khususnya pada

Ny M yang menderita gout artritis, untuk mengetahui apakah masalah

klien teratasi atau tidak jika masalah belum teratasi berarti intervensi

dilanjutkan atau perlu rencana tindakan yang baru jika masalah teratasi

maka intervensi dihentikan.

Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny M selama 3

hari pemberian terapi modalitas pada Ny M berkurang dan adanya

peningkatan kekuatan otot hal ini menunjukan bahwa masalah Nyeri

teratasi dan intervensi dihentikan, sedangan pada diagnosa resiko jatuh dan

gangguan istirahat teratasi sebagian dikarenakan lingkungan yang

terkadang kurang kondusif sehingga harus selalu pertahankan intervensi

yang telah di lakukan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

50
A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny M di panti jompo alhuda

syuhada syamtalira saya menemukan beberapa masalah kesehatan, antara lain:

asam urat. implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut antara lain adalah penkes gout artritis, diit, Kompres hangat dengan

jahe. Pada dasarnya tindakan yang telah dilakukan pada Ny M telah disetujui

oleh Ny M . Setelah dilakukan kompres hangat dan pemberian rebusan daun

salam pada Ny M selama 3 hari terdapat perubahan dan Ny M sudah tidak

mengeluh nyeri dan kadar asam urat Ny M mulai menurun.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :

1. Lansia

Lansia dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam

bergerak, dan setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan lansia tetap

dapat mengurangi nyeri secara mandiri tanpa harus menggunakan obat

analgetik.

2. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah

bekal tentang konsep keperawatan lansia, sehingga terdapat optimalisasi

kinerja dalam melakukan praktek klinik keperawatan lansia. Mahasiswa

diharapkan mempunyai konsep yang lebih tentang pengorganisasian

dengan berbagai alternatif pendekatan sehingga akan lebih mempermudah

pelaksanaan praktek klinik di masyarakat.

51
DAFTAR PUSTAKA

52
Doengus dkk. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan. Diterjemahkan oleh : Kariasa

I Made, Asih Y. EGC. Jakarta

Fakultas Kedokteran UI. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:

Media Aesculapius, 2016.

Naga S. S. 2018. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Prss.

Jogjakarta

Reeves, Gayle Roux, dan Robin L. Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1.

Diterjemahkan oleh : Joko S. Salemba Medika. Jakarta

Suratun dkk. 2018. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal:Seri Asuhan

Keperawatan. EGC. Jakarta

Kemenkes RI, (2018). Pusat Data dan Informasi, Analisis Data Lansia Indonesia.

file:///C:/Users/USER/Downloads/Analisis%20Lansia%20Indonesia

%202017.pdf

Wurangian Mellynda. 2018. Pengaruh Kompres Hangat Penurunan Skala

Nyeri Pada Penderita Gout Artritis Artritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Bahu Manado. Volume 4 No 2.

53

Anda mungkin juga menyukai