Anda di halaman 1dari 47

Seminar Proposal

IMPLEMENTASI KOMPRES HANGAT


TERHADAP PENURUNAN NYERI
SENDI PADA LANSIA DENGAN GOUT
ARTHRITIS DI PUSKESMAS KURANJI
SUSI LIDIYAWATI
NIM 21112353

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Defrima Oka Surya, M.Kep, Sp. Kep. Kom
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2024
BAB
1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Lanjut usia merupakan kelompok manusia yang sudah memasuki tahap akhir kehidupan.
Hal tersebut merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar
dialami oleh seseorang (Sitanggang, 2021). Menua merupakan proses sepanjang hidup yang sudah di
mulai dari suatu waktu tertentu, yang dimana proses itu sudah dimulai sejak seseorang lahir. Menjdi tua
berarti seseorang sudah melewati tiga tahap kehidupan yaitu masa anak-anak, dewasa dan tua
(Mawaddah 2020).

Berdasarkan data dari departemen Urusan Ekonomi dan Sosial perserikatan Bangsa-
Bangsa (United Nations Departement of Economic And Social Affairs).(2019). Di dunia ada 703 juta
lansia yang berusia 65 tahun ke atas di tahun 2019. Populasi terbesar di dunia adalah dari asia timur dan
asia tenggara 260 juta jiwa. Dan peningkatan terkecil yaitu di Australia dan selandia baru lebih dari
(84%) dan eropa, Amerika utara lebih dari 48%. Jumlah penduduk di 11 negara anggota World Health
Organization (WHO) kawasan asia tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 124 juta orang dan
di perkirakan terus meningkat hingga 3 kai lipat di tahun 2022 .
Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai (9,93%) atau 26,82 juta jiwa.
Berdasarkan data survei Sosial Ekonomi Nasional pada maret 2020, dan enam provinsi yang memasuki
fase sruktur penduduk tua yaitu presentase penduduk lansia yang berada di atas (10%) yaitu daerah
istimewa Yogyakarta (14,71%) jawa tengah (13,81%) jawa timur (13,38%), Bali (11,58%), Sulawesi
selatan persentase lansia sebesar (8,30%). (Badan Pusat Statistik,2020).
Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dan merupakan provinsi dengan jumlah
penduduk lansia terbesar di Indonesia, dengan jumlah 42.111 orang.(BPS Sumbar, 2019). Pada tahun
2020 jumlah lansia di kota padang sebanyak 33.618 jiwa (laki-laki) dan 37.781 jiwa (perempuan)
sehingga total lansia di kota padang tahun 2020 yaitu sebanyak 71.399 jiwa (BPS Sumbar, 2020).Dalam
peneletian Ahmad mudhofir (2022) di dapatkan data sementara jumlah lansia dipukesmas kuranji adalah
357 orang dan penderita Gout Arthritis sebanyak 68 orang.
Berdasarkan survei peneliti pada tanggal 8 januari 2024 di pukesmas kuranji, terhadap 10
orang lansia penderita gout arthritis, dengan hasil kadar asam urat 7,0-9,0 mg/dl, di dapatkan hasil
wawancara sebanyak 6-7 orang mengatakan nyeri, dan cemas dengan penyakitnya, karena penyakitnya
tidak sembuh, penyakitnya bertambah parah, perasaan tidak nyaman, dan aktivitas sehari-hari menjadi
terganggu seperti sholat, disebabkan penyakit yang dideritanya.1-5 orang mengatakan belum pernah
mendapatkan terapi kompres hangat, mereka hanya mendapatkan obat dari pukesmas.
Peran perawat pada pasien Gout Arthritis adalah sebagai care giver dengan melakukan terapi non-
farmakologis pada pasien , peran perawat sebagai konselor pada pasien Gout Arthritis dengan
mendengarkan keluhan , keinginan dan memberikan solusi untuk meminimalisir rasa cemas, takut
tentang penyakit yang di derita pasien . Peran perawat sebagai pelindung pada pasien Gout Arthritis
dengan memberikan rasa aman dan nyaman dalam pengambilan tindakan dan melindungi pasien dari
efek yang tidak di harapkan , peran perawat sebagai advokat pada pasien dengan melindungi hak
pasien sebagai manusia berdasarkan hukum, peran perawat sebagai edukator pada pasien Gout Arthritis
dengan memberikan edukasi tentang kesehatan pada lansia tentang makanan yang boleh dan tidak boleh
di konsumsi , olahraga secara teratur, bagaimana pola diet yang seimbang dengan mengurangi makanan
yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein.
BAB 2
01 02
KONSEP DASAR KONSEP PENYAKIT
LANJUT USIA GOUT ARTHRITIS
03
KONSEP DASAR 04
KONSEP DASAR
ASUHAN NYERI
KEPERAATAN
05
EVIDANCE BASED KOMPRESHANGAT UNTUK
MENURUNKAN NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
GOUT ARTHRITIS
A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. PengertianLansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua atau menjadi
tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2019).

2. Batasan Lansia a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut: 1). Usia lanjut
(elderly) antara usia 60-74 tahun, 2). Usia tua (old): 75-90 tahun, dan 3). Usia sangat tua (very
old) adalah usia > 90 tahun. b. Kemenkes RI (2019) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu: 1). Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun, 2). Usia lanjut
yaitu usia 60 tahun ke atas, 3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
B. Konsep Penyakit Gout Arthritis
1. Definisi Gout Arthritis Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di
dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan
penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah
yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Haryani and Misniarti 2020)
2. Etiologi Gout Arthritis. Penyebab dari gout artritis meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi,
obesitas, konsumsi purin dan alkohol.
3. Manifestasi Klinik Tanda dan Gejala Menurut (Sapti, 2019), tanda dan gejala yang biasa dialami oleh
penderita penyakit arthritis gout adalah:
a. Kesemutan dan linu.
b. Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
c. Sendi yang terkena arthritis gout bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa,
d. Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, gejalanya menghilang secara bertahap
dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
e. Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki (padogra), sendi tarsal kaki,
pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
F. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang pagi.
G. Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan berwarna merah atau
kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat digerakkan serta muncul benjolan pada sendi (tofus).
H. Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung berdenyut dengan cepat.

4. Klasifikasi Gout Arthritis


a. Gout Arthritis Primer Gout Arthritis primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal.
b. Gout Arthritis Sekunder disebabkan karena : Obat-obatan, Penyakit Lain,

5. Patofisiologi Gout Arthritis terjadi kerena adanya gangguan metabolisme Purin dalam
tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi Asam urat yang tidak
adekuat akan mengasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
7. Penatalaksanaan
• Mengatasi serangan akut
• Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada jaringan, terutama
persendian.
• Terapi pencegahan menggkunakan terapi hipourisemik

8. Komplikasi
• Gout kronik berthopus
• Nefropatik gout kronik
• Netrolitiasis asam urat (batu ginjal)
• Persendian menjadi rusak sehingga menyebabkan pincang (Dianati, 2015)
c. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
● Identitas
Meliputi nama, umur, no. MR, jenis kelamin, agama, tanggal masuk, status perkawinan, pendidikan
terakhir, pekerjaan alamat, keluarga yang dapat dihubungi, no.telepon

● Alasan masuk
Keluhan paing utama sering diderita asam urat gout arthritis atau klien dengan gangguan muskuloskeletal
adalah pasien mengeluh nyeri diare persendianyang terkena, adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan keterbatasan mobilitas

● Riwayat kesehatan
o Riwayat kesehatan dahulu
Biasdanya penderita gout arthiritis dahulu sering mengkonsumsi makanan tinggi purin, alkohol, dan
biasanya disertai dengan penyakit hipertensi. (Widyanto, 2014)
• Riwayat Kesehatan Sekarang
● Biasanya pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
Didapatkan adanya keluhan nyeri pada otot sendi. Umumnya, sifat nyeri tersebut seperti pegal atau
tertusuk, dirasakan terus-menerus saat beraktifitas, terjadi juga kekakuan sendi, keluhan biasanya
sudah lama dirasakan. Pada gout arthtritis kronis didapatkan adanya benjolan atau tofi pada sendi
atau jaringan sekitar. (Widyanto, 2014).
• Riwayat Kesehatan Keluarga
● Gout Arthtritis merupakan penyakit yang tidak menular baik dalam faktor keturunan/genetik,
kecuali penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain.

● d. Pemeriksaan Fisik
● 1). Data Klinik
● a).Keadaan umum
● klien yang mengalami gangguan musculoskeletal biasanya mengalami lemah.
● b).Kesadaran
● Biasanya kesadaran composmentis dan apatis.
● c). TTV
● Tinggi badan, Berat badan, biasanya suhu meningkat >370C, nadi meningkat 70-82
x/menit, tekanan darah meningkat atau dalam batas normal, pernafasaan biasanya meningkat
atau dalam batas normal.
● 2). Kepala
• Rambut
● Biasanya kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu efek berlebihan
produksi asam urat didalam tubuh lebih banyak (Tamtomo, 2016).
• Mata
● Biasanya perubahan mata pada lansia umumnya adalah kekendoran kelopak mata, kulit pada
palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan
lipatan kulit yang berlebihan. Mata terasa kabur, perubahan kornea terjadi acus senilis yaitu
kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna keputihan berbentuk cincin dibagian tepi kornea, selain
itu pada lansia terjadi prespobia, terjadi kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan
kemampuan membedaan warna antara biru dan ungu. Perubahan pada iris mengalami depigmentasi,
tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih tebal.
Perubahan pada pupil yaitu terjadi penurunan kemampuan akomodasi ( Tamtomo, 2016 ).
• Hidung
● Biasanya keadaan hidung pada lansia simetris kiri dan kanan, kebersihan hidung kurang, tidak ada
kelainan pada hidung, terjadinya penurunan penciuman. Pernapasan cuping hidung, sianosis
(Udjianti, 2011)
• Mulut dan Tenggorokan
● Pada Lansia biasanya ditemukan banyak gigi yang tunggal dan sensitifitas indra pengecap menurun.
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofil papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan
dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering
mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi
lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan Sebagian besar gigi,lidah bersentuhan dengan pipi
waktu menguyah, menelan dan berbicara (Tamtomo, 2016).
● 3. Leher
● Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada gangguan pada
pergerakan leher.

● 4. Dada/Thorak
● Inspeksi : Biasanya dada simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal, irama pernapasan biasanya
normal,frekuensi napas normal (16-24 kali/menit)
● Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan dan gerakan diantara paru-paru kiri dan kanan sama
● Perkusi : Biasaya bunti pernapasan klien normal yaitu sonor.
● Auskultasi : Biasanya suara napas terdengar normal, tidak ada bunyi suara tambahan
● 5. Jantung
● Inspeksi : Biasanya iktus cordis tidak terlihat
● Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba
● Perkusi : Biasanya batas jantung dalam batas normal
● Auskultasi : Biasanya irama jantung terdengar normal
● 6. Abdomen
● Inspeksi : Biasanya tidak ada pembengkakan pada abdomen
● Palpasi : Keadaan kulit normal, tidak ada nyeri tekan
● Perkusi : Biasanya abdomen tidak ada gangguan, bunyinya terdengar tympani
● Auskultasi : Biasanya bunyi bising usus normal(5-35 kali/menit)

● 7. Genitourinaria
● Bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin setelah selesai
berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur sering
terjadi keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin.
● 8. Ekstremitas
● a). Ekstremitas atas : Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan
tangan kurang aktif tidak ada luka dan tidak ada udem.
● b). Ekstremitas bawah : Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan kaki kurang
aktif tidak ada luka,terdapat pembengkakan pada daerah sendi.
● 9. Sistem Integumen
● Pada Lansia mengalami perubahan umumnya pada kulit mengalami atropi,kendur tidak
elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan c airan hingga menjadi menipis dan
berbecak. Kekeringan kulit di sebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul
pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot ( Kemenkes,2016).
● 9) Sistem Integumen
● Pada Lansia mengalami perubahan umumnya pada kulit mengalami atropi,kendur tidak elastis,
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan hingga menjadi menipis dan berbecak.
Kekeringan kulit di sebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot ( Kemenkes,2016).
● 10) Sistem Neurologi
● Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada otak yang mengakibatkan penurunan reflex dan
penurunan kognitif.
Aktivitas Sehari-hari
● 1) Biologi
● a)Nutrisi
● b)Istirahat dan Tidur
● c) Pemeriksaan psikologis
● d)Pemeriksaan sosial ekonomi
● 1) Darimana sumber keuangan lansia,
● 2) Apa saja kesibukan lansia untuk mengisi waktu luang,
● 3) Bersama siapa dia tinggal,
● 4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
● 5)Bagaimana pendapat lansia tentang lingkungannya,
● 6) Seberapa banyak lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,
● 7) Siapa saja yang sering berkunjung,
● 8) Seberapa besar ketergantungan lansia,
● 9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan fasilitas yang ada.
● e) Pemeriksaan spiritual
● 1) Apakah secara teratur lansia melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
● 2) Apakah lansia teratur mengikuti atau aktif dalam kegiatan keagamaan.
● 3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
● 4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal. (Kholifah, 2016)
Skor Kriteria
o f)Pengkajian Khusus lansia
1) Pengkajian index katz A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-


hari,kecualimandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan.

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


berpakaian,kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C,D dan E.
1) SPMSQ (Short Portable Mental Status

Tabel 2.2 Short Portable Mental Status Questionnare(SPMSQ)

No. Pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini?

2 Hari apa sekarang?


Keterangan:
3 Apa nama tempat ini?

4 Dimana alamat anda? Skor salah 0-2: fungsi intelektual utuh


5 Berapa umur anda?
Skor salah 3-4: kerusakan intelektual ringan
6 Kapan anda lahir? (minimal tahun)
Skor salah 5-7: kerusakan intelektual sedang
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

8 Siapa nama presiden sebelumnya? Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat

9 Siapa nama ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan

pengurangan 3 dari setiap angka

baru, semua secara menurun?

Jumlah kesalahan total


Tabel 2.3 MMSE (Mini Mental State Exam)

Nilai Pasien Pertanyaan


Pilihlah kata dengan 7 huruf, misal kata

Maksimum “panduan”, berhentisetelah 5 huruf, beri 1


Orientasi
5 point tiap jawaban benar, kemudian
(Tahun) (musim) ( tanggal) (Hari)

5 (Bulan apa sekarang) ? dilanjutkan, apakah lansia masih


Dimana kita: (negara bagian) (wilayah)
ingat huruf lanjutannya
5 (Kota) ?

Registrasi Mengingat
3 Nama 3 objek :1 detik untuk mengatakan
Minta untuk mengulangi ke 3 obyek di
masing-masing. Kemudian tanyakan pada

lansia ke 3 objek setelah anda 3 atas, beri 1 point untuk


mengatakannya. Beri 1 point untuk
tiap jawaban benar
jawaban yang benar, Kemudian ulangi

sampai lansia mempelajari ke 3 nya dan


Bahasa
jumlahkan skor yang telah dicapai dan
9 Nama pensil dan melihat (2 point)
catat
Nilai Total
Perhatian dan kalkulasi
Diagnosa keperawatan
■ Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis (D.0078)
■ Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekauan sendi (D.0054)
■ Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074)
■ Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun (D.0143)
■ Implementasi Keperawatan
● Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang memilihara
kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan.
Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosa keperawatan yang
telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan. Pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan pada diagnosa nyeri yaitu dengan melakukan indentifikasi dari kualitas nyeri yang
dirasakan klien dan mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dengan
mengajarkan teknik kompres hangat. Diagnosa gangguan mobilitas fisik penulis dapat mengkaji
kekuatan otot dan mengajarkan teknik ROM untuk mengurangi kekakuan pada sendi pasien yang
mengalami artritis gout serta dapat meningkatkan pengetahuan pada pasien lansia tentang gout
artritis serta diit untuk penderita gout artritis.
■ Evaluasi Keperawatan
● Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien terhadap pencapaian
hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
● Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien, membandingkan respons,
klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
● Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan
● Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah satu dari
keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk
melakukan evluasi:
○ Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih
relevan
○ Direvisi: diagnosis masih berlaku tetapi tujuan dan tindakan keperawatan
memerlukan perbaikan
○ Teratasi: tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana keperawatan
tidak dilanjutkan
○ Dipakai lagi: diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi Evaluasi juga dapat
disusun dengan menggunakan SOAP atau SOAPIER. Format ini
digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi
didokumentasikan dalam satu catatan kemajuan. Hasil evaluasi yang
diharapkan penulis setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien
lansia yaitu klien mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan intervensi
keperawatan, pada diagnosa yang kedua yaitu gangguan mobilitas fisik
kekuatan otot klien meningkat 4/5 dan tingkat pengetahuan klien
meningkat ditandai dengan klien mampu memahami materi yang telah
disampaikan oleh perawat.
○ Konsep Dasar Nyeri
■ Pengertian Nyeri
● Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) adalah sebagai suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau stimulus yang potensial
menimbulkan kerusakan jaringan dimana fenomena ini mencakup respon fisik, mental dan emosional
dari individu (Amris et al., 2019). Nyeri adalah ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan yang terdapat pada area tertentu (Cholifah & Azizah, 2020) Nyeri merupakan suatu
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan
jaringan yang aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya (Utami, 2016). Nyeri
merupakan suatu pengalaman sensorik multidimensi pada intensitas ringan sedang dan berat dengan
kualitas tumpul, terbakar dan tajam, dengan penyebaran dangkal, dalam atau lokal dan durasi.
sementara, intermiten dan persisten yang beragam tergantung penyebabnya (Ayudita, 2023).

Fisiologi Nyeri
Menurut Mubarak dan Chayatin (2012) proses fisiologis terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses tersebut
terdiri atas empat fase yakni :
● Transduksi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (misalnya, bahan kimia, suhu,
listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misal. prostaglandin, bradikini, histamin,
substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.

● Tranmisi
Proses transmisi merupakan proses perpindahan impuls melalui saraf dan sensoris menyusul proses
transduksi yang disalurkan melalui serabut A-delta dan serabut C ke medulla spinalis

● Modulasi
Fase ini disebut juga "sistem desenden". Pada fase ini, neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal
kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin,
dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula
spinalis

● Persepsi
Pada fase ini, individu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya persepsi nyeri tersebut terjadi di
struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya berbagai strategi perilaku-kognitif untuk
mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri (Purwoto et al., 2023).
○ Evidance Based Kompres hangat untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia dengan Gout
Arthritis
■ Defenisi kompres hangat
Menurut (Meinawati dan Malatuzzulfa, 2021) kompres hangat adalah suatu tindakan yang
dilakukan dengan cara menggunakan kain / handuk atau waslap yang telah di rendam pada air
hangat yang selanjutnya akan ditempelkan pada bagian area tertentu, atau bisa menggunakan
botol yang diisi air hangat. Kompres hangat dapat memberikan sensasi hangat kepda pasien
untuk mengurang rasa nyeri selain itu kompres hangat juga dapat melebarkan sirkulasi
pembuluh darah sehingga bisa meredakan nyeri.
■ Tujuan kompres hangat
● Tujuan kompres hangat ini yaitu untuk mengurangi intensitas skala nyeri dan kompres hangat secara
fisiologis dapat menyebabkan pembuluh darah kapiler melebar, yang dapat meningkat aliran darah.
■ Indikasi kompres hangat
● Klien dengan hipertermi (suhu tubuh yang tinggi)
● Klien dengan perut kembung
● Klien yang mempunyai penyakit peradangan sendi , seperti radang persendian
● Spasme otot
● Adanya abses
■ Kontaindikasi kompres hangat
● Trauma 12-24 jam pertama
● pendarahan / edema
● Gannguan vascular
● Pleuritis
■ Faktor-faktor Keberhasilan Kompres Hangat
● Vasodilatasi (Pelebaran pembuluh darah)
● Relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi
● Menambah pemasukan oksigen serta nutrisi ke jaringan otak
● Mengurangi kekakuan
■ Prosedur Kompres Hangat Langkah-langkah melakukan kompres hangat
● adalah sebagai berikut :
● Persiapan alat dan bahan:
● Air panas
● waslap
● Sarung tangan / handscone
● Handuk kering
● Persiapan pasien
● Beri salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi pasien dengan memerikasa identitas pasien secara
cermat
● Jelaskan prosedur tindakan yang aan dilakuan . Beikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan pasien
● Atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan nyaman
■ Cara kerja
● Beri tahupasien bahwa tindakan akan dimulai
● Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
● Cek alat-alat yang digunakan
● Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
● Posisikan pasien senyaman mungkin
● Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
● Periksa TTV pasien sebelum meulai backrup (terutama nadi dan tekanan darah)
● Kerbersihan alat diperhatikan
● Kompres hangat diletakan dibagian tubuh yang memerlukan
● Minta pasien untuk mengungkapkan ketidaknyamanan saat dilakun kompres
● Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang telah ditentukan
● Kaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan, hentikan jika di temukan tanda-tanda kemerahan
● Rapikan pasien keposisi semula
● Beritahu tindakan sudah selesai
● Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepaskan sarung tangan
● Kaji respon pasien (respon subjektif dan objekti)
● Berikan reinforcemen posistif pada pasien
● Buat kontak pertemuan selanjutnya
● Akhiri kegiatan dengan salam
● HASIL:
● Dokumentasikan nama tindakan / tanggal / jam tindakan, hasil yang diperoleh dari respon pasien
selama tindakan, nama dan paraf perawat. (Dewi, 2016)
BAB
3
Metodologi penulisan studi kasus
Jenis dan rancangan studi
○ Subjek Studi Kasus
■ Kriteria inklusi
● Kriteria inklusi populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria
inklusi dari penelitian ini adalah:
○ Pasien penyakit Gout arthritis
○ Pasien dengan umur ≥ 60 tahun
○ Pasien yang sudah dilakukan cek asam urat yang hasilnya dia
atas
■ Kriteria ekslusi
● Kriteria ekslusi adalah menghilang atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
studi kasus karena berbagai sebab (Nursalam, 2019). Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah:
○ Pasien penyakit Gout arthritis dengan komplikasi
○ Pasien yang tidak bersedia menjadi responden Pengambilan
data atau pengumpulan data merupakan suatu proses
pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah pengumpulan data bergantung rancangan
penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam,
2019).
Fokus studi kasus

Fokus studi kasus yang akan dijadikan titik acuan studi


kasus ini adala penerapan prosedur kompres hangat
untuk mengurangi tingkat nyeri sendi pada pasien
dengan indikasi Gout Arthritis.
Defenisi operasi dari fokus studi

Asuhan keperawatan adalah Gout arthritis merupakan salah satu penyakit


proses keperawatan yang dimana terjadinya penumpukkan purin yang dapat
digunakan oleh perawat untuk menyebebkan peradangan pada sendi bahkan
membantu melakukan praktik sampai mengalami pembengkakan , Sehingga
keperawatan secara sistematis. seseorang yang mengalami asam urat pasti akan
merasakan nyeri tak tertahankan yang dapat
menganggu aktivitas sehari-hari menurut Smeltzer
(2014) dalam (Radharani ,2020).
○ Instrumen kasus
● Instrmen pengumpulan data yang digunaan dalam karya tulis ilmiah ini yaitu formulir pengkajian
asuhan keperawatan serta status medical record pasien.
○ Metode pengumpulan data
● Pengumpulan data pada studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan metode berikut:
● Wawancara
● Pemeriksaan fisik
● Studi dokumentasi
○ Lokasi dan waktu pelaksanaan
● Penelitian dilksanakan di Pukesmas kuranji kota padang. Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan
penelitian adalah selama pasien diberikan asuhan keperawatan lalu mengobservasi pasien selama 3
hari
● Langkah- langkah pelaksanaan studi kasus
■ Pelaksanaan Pengkajian
● Merumuskan Diagnose
● Membuat Rencana Tindakan
● Melakukan Implementasi
● Melakukan Evaluasi
■ Etika pengambilan kasus
● Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yang terdiri dari:
● Inform Consent (persetujuan menjadi klien) Merupakan bentuk peretujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar pesetujuan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan
inform consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani hak responden.
● Anonymity (tanpa nama) Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencatumkan nama responden melainkan hanya mengunakan
kode atau inisial pada lembar pengumupulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
● Confidentially (kerahasiaan)
● Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai