Anda di halaman 1dari 31

1.

HIV – done
Tangal pelaksanaan: 12 Agustus 2020
Tanggal selesai: 12 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  isi piringku, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20, lurah, ibu bidan wilayah
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan HIV/AIDS
Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus
penyebab dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS). Penyakit ini merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV. Infeksi HIV merupakan kejadian
pandemik. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987
sampai dengan Juni 2012, kasus HIV-AIDS tersebar di 378 dari
498 (76%) kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Penyakit ini menyerang imunitas seseorang
sehingga tidak mampu melawan infeksi dan penyakit dalam
tubuh.
Permasalahan Semua kelompok usia berisiko terinfeksi oleh HIV, oleh karena
HIV dapat ditularkan melalui darah, cairan dari kemaluan dan
ibu dengan HIV yang mengandung dan menyusui anaknya.
Perlu ditekankan bahwa HIV tidak menular dari air ludah, air
mata dan keringat, sehingga aman untuk bercakap-cakap,
berjabat tangan dan berbagi kamar mandi dengan pasien HIV.
Hal-hal yang dapat masyarakat lakukan untuk mencegah HIV
yaitu menghindari perilaku berisiko seperti perilaku seks yang
aman, bersikap setia hanya kepada pasangan, apabila tidak
bisa setia dapat menggunakan kondom, hindari penggunaan
NAPZA. Masyarakat juga dapat mendukung pasien HIV untuk
melakukan pengobatan. Berdasarkan studi HIV prevention trial
network (HPTN) 052 membuktikan bahwa pemberian ARV
lebih dini dapat menurunkan penularan HIV sebesar 93% pada
pasangan seksual non-HIV (pasangan serodiskordan) sehingga
upaya pencegahan dengan menggunakan ARV merupakan
upaya dari Treatment as prevention. Masyarakat dianjurkan
untuk mengetahui status HIV, terutama pada ibu hamil guna
mencegah penularan HIV ibu kepada anak melalui kehamilan,
persalinan dan proses menyusui.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga
dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi
mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit,
transmisi penularan, gejala, pencegahan, dan anjuran untuk
tidak menjauhi penderita. Sesi tanya jawab berlangsung untuk
menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami atau bagian-
bagian maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa
yang disisipkan pada beberapa kegiatan tertentu sepeti kelas
ibu hamil seperti yang telah terlaksana pada tanggal 12
Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2
sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab.
Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik melalui tokoh masyarakat,
eval orang penting, ataupun ibu-ibu yang ada di masyarakat adalah
agar mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait
HIV/AIDS ke masyarakat luas. Selain itu, terdapat penambahan
ilmu pengetahuan, perubahan mindset dan perilaku
masyarakat terhadap HIV/AIDS.
2. OA - done
Tangal pelaksanaan: 29 Juli 2020
Tanggal selesai: 29 Juli 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  isi piringku, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan Penyuluhan Oasteoarthritis pada Lutut
Latar belakang Osteoartritis (OA) atau pengapuran sendi merupakan penyakit
sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi. Osteoartritis yang juga disebut sebagai penyakit
degeneratif merupakan salah satu masalah kedokteran yang
paling sering terjadi terutama pada orang usia lanjut. WHO
melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita
OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak
sendi. Prevalensi osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu
5% pada usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65%
pada usia > 61 tahun. Degenerasi sendi yang menyebabkan
sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi
tangan, panggul, kaki, dan spine meskipun bisa terjadi pada
sendi sinovial mana pun. Gejala yang dtunjukkan oleh pasien
adalah persendian terasa kaku terutama saat bangun pagi atau
setelah beraktivitas yang membebani sendi tersebut. Nyeri
pada sendi yang terus menerus, nyeri muncul baik saat
istirahat maupun dibuat aktivitas. Terkadang keluhan juga
disertai dengan bengkak pada sendi.
Permasalahan Osteoarthritis dapat terjadi pada semua orang, namun
penyakit ini berkembang dengan pengaruh dari interaksi
beberapa faktor risiko dalam tubuh dengan lingkungan. Faktor
risiko tersebut diantaranya yaitu usia lanjut diatas 50 tahun
terutama pada wanita. Oleh karena pada wanita usia lanjut
telah mengalami menopause sehingga hormon yang mencegah
pngapuran sendi menurun. Genetik memberikan peranan 2x
lebih berisiko terkena osteoarthritis oleh karena terdapat
abnormalitas kode genetik yang bersifat diturunkan. Berat
badan lebih dan obesitas menyebabkan peningkatan beban
sendi untuk menopang tubuh sehingga mempercepat proses
pengapuran sendi. Namun, perlu ditekankan bahwa obesitas
merupakan salah satu faktor risiko osteoarthritis yang dapat
dimodifikasi dengan merubah gaya hidup serta pola makan
sehat. Riwayat cidera pada sendi juga dapat meningkatkan
risiko osteoarthritis 5-6 kali lebih tinggi dan terjadi pada usia
lebih dini. Sangat penting bagi semua pasien OA diberikan
edukasi yang tepat. Dua hal yang menjadi tujuan edukasi
adalah bagaimana mencegah atau menunda osteoarthritis dan
apabila sudah terkena OA bagaimana mengatasi nyeri sehingga
dapat meingkatkan kualitas hidup penderita. Selain
pengobatan dengan dokter merubah kebiasaan aktivitas
terkait sendi sangatlah penting, seperti menghindari aktivitas
atau pekerjaan yang terlalu memberatkan sendi yang terkena
seperti menaiki tangga, mengangkat beban berat atau
menggendong. Mengistirahatkan sendi dapat membantu
mengurangi nyeri. Selain menggunakan obat, kompres dingin
dapat diberikan apabila nyeri terasa makin memberat. Dalam
jangka panjang, menurunkan berat badan dan menjaga berat
badan ideal menjadi program utama terutama pada pasien
dengan obesitas. Yang terakhir adalah aktivitas fisik non
weight-bearing yang dilakukan rutin minimal 30 menit sehari
seperti berenang, senam lantai atau bersepeda.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat umum.
Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, gejala dan
pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan
bagian yang masih kurang dipahami atau bagian-bagian
maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu
balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah
terlaksana pada tanggal 29 Juli 2020 pukul 08.00 WIB.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik masyarakat semua agar
eval mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait
pengapuran sendi atau ostearthritis ke masyarakat luas. Selain
itu, terdapat penambahan ilmu pengetahuan, perubahan
mindset dan perilaku masyarakat terhadap osteoarthritis.
3. Hep B - done
Tangal pelaksanaan: 21 Juli2020
Tanggal selesai: 21 Juli 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  isi piringku,
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan Hepatitis B
Latar belakang Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
“Virus Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi
sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang
diantaranya menjadi Hepatitis B kronik dan sebanyak 1,5 juta
penduduk dunia meninggal setiap tahun karena Hepatitis. DI
Indonesia, berdasarkan hasil saring tes darah pendonor di PMI,
diperkirakan dari 100 orang indonesia, 10 orang diantaranya
terinfeksi Hepatitis B. Infeksi virus Hepatitis B saat ini mulai
merupakan masalah kesehatan masyarakat yangserius, karena
selain manifestasinya bersifat akut beserta komplikasinya,
dapat menjadisumber penularan bagi lingkungan terutama
bagi pengidap hepatitis b kronik.
Permasalahan Perlu diketahui bahwa Hepatitis B dapat tidak memberikan
gejala pada masa inkubasi, hingga gejala ringan pada saat awal
masa terinfeksi. Gejala yang muncul seperti gejala mirip flu
yaitu demam, sakit kepala, mialgia, batuk, mual dan muntah,
kulit atau mata berubah menjadi warna kuning, gatal-gatal
tidak jelas pada kulit, penurunan berat badan, nyeri perut
terutama di kuadran kanan atas, dan warna kencing menjadi
lebih gelap. Penularan infeksi Hepatitis B dapat melalui
parenteral atau darah yaitu secara vertikal dimana ibu dapat
menularkan kepada anaknya melalui proses kehamilan,
melahirkan dan menyusui, atau secara horisontal bila melalui
kontak pada individu yang sangat erat dan lama seperti melalui
hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama atau
transfusi darah yang terkontaminasi virus Hepatitis B. Upaya
pencegahan infeksi Hepatitis B merupakan hal yang terpenting.
Pencegahan secara spesifik dapat dilakukan dengan imunisasi
menggunakan vaksin Hepatitis B yang telah diberikan pada
bayi baru lahir, dan dapat di booster pada saat dewasa.
Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan yaitu
menghindari perilaku berisiko seperti yang telah disebutkan.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga
dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi
mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit,
transmisi penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab
berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih kurang
dipahami atau bagian-bagian maupun persepsi-persepsi di
masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu
balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah
terlaksana pada tanggal 21 Juli 2020 pukul 08.00 WIB.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Harapan dari penyuluhan ini baik melalui tokoh masyarakat,
eval orang penting, ataupun ibu-ibu yang ada di masyarakat adalah
agar mereka dapat menyampaikan informasi yang tepat terkait
Hepatitis B ke masyarakat luas. Selain itu, terdapat
penambahan ilmu pengetahuan, perubahan mindset dan
perilaku masyarakat terhadap Hepatitis B.
4. PHBS RT - done
Tangal pelaksanaan: 25 Agustus 2020
Tanggal selesai: 25 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, kesehatan remaja
F4 Gizi  zat besi remaja, isi piringku
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada Rumah Tangga
Latar belakang Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan.
Perilaku hidup yang bersih dan sehat selayaknya harus
diterapkan dan ditanamkan kepada seluruh anggota keluarga.
Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang kunci
utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini.
Karena jika keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang
sehat pula. Untuk itu, Sehat harus diawali dari dalam rumah
sendiri. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Manfaat PHBS di rumah
tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu
meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan
produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat
dan tercukupi gizi.
Permasalahan Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
telah berjalan sekitar 15 tahun, namun keberhasilannya masih
jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
2014 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang
mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru
mencapai 38,7%, Terpaut jauh dari target yang tertulis di
Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014 yaitu sebesar 70% rumah tangga telah
mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Berikut perilaku
bersih dan sehat yang harus dilakukan dalam rumah tangga:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga
kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis
memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih,
steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah
infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu
dan bayi yang dilahirkan.
2. Memberi ASI ekslusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0
hingga 6 bulan tanpa memberikan buah dihaluskan atau
susu formula tanpa indikasi.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan secara teratur dapat memudahkan deteksi
dini kasus gizi buruk. Penimbangan dapat dilakukan di
Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun.
Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan
anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
4. Menggunakan air bersih
Gunakan air bersih dan mengalir dari sumber mata air, atau
air keran PDAM, penampungan air hujan yang bersih atau
air sumur yang bersih untuk aktivitas rumah tangga seperti
mandi, mencuci peralatan masak dan sayur.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Praktek cuci tangan dengan 6 langkah merupakan langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat
tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Yaitu fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri
atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
7. Memberantas jentik di rumah
Lakukan pemeriksaan jentik berkala tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan
air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas
bunga, tatakan kulkas. Atau diluar rumah seperti, alas pot
bunga, bolongan pada pohon, ketiak daun dan sebagainya.
Lakukan 3M plus agar rumah bebas jentik.
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Penting untuk setiap anggota keluarga mengkonsumsi sayur
dan buah, oleh karena sayur dan buah mengandung vitamin
dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap
hari. Aktivitas fisik dapat berupa melakukan repetisi dari
aktivitas sehari-hari atau dapat dengan berolah raga.
10.Tidak merokok
Anggota keluarga dianjurkan untuk tidak merokok,
terutama didalam rumah dan didekat anak.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat remaja hingga
dewasa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi
mengenai poin-poin perilaku bersih dan sehat didalam rumah
tangga beserta penjelasaanya. Sesi tanya jawab berlangsung
untuk menjelaskan bagian yang masih kurang dipahami.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu
balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah
terlaksana pada tanggal 25 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Evaluasi dilakukan dengan mengulang resume penyuluhan
eval dengan masyarakat secara seksama. Harapan dari penyuluhan
ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan hidup sehat,
serta mampu merubah mindset dan perilaku masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat.
5. PPOK - done
Tangal pelaksanaan: 14 Agustus 2020
Tanggal selesai: 14 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Latar belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai
penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan
ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini
berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap
partikel asing atau gas yang berbahaya. Faktor risiko utama
PPOK antara lain merokok, polutan indoor, outdoor dan
polutan di tempat kerja, selain itu ada juga faktor risiko lain
yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang
aktivitas fisik.
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK adalah
sesak napas disertai dengan batuk kronis dan disertai dengan
produksi dahak yang banyak. Beberapa dapat disertai dengan
gejala tambahan seperti kekurangan berat badan, anoreksia,
badan terasa lemah.
Perubahan kondisi pasien dengan PPOK yang dapat diamati
yaitu Purse-lips breathing, yaitu sikap seseorang yang
bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas
kronik. Barrel chest (diameter toraks anteroposterior
sebanding dengan diameter transversal). Penggunaan otot
bantu napas. Hipertrofi otot bantu napas disertai pelebaran
sela iga juga dapat ditemukan.
Permasalahan Data Riskesdas 2013 berdasarkan karakteristik terlihat
prevalensi PPOK semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-laki
(4,2%) dibanding perempuan (3,3%) dan mulai meningkat
pada kelompok usia ≥ 25 tahun. Prevalensi PPOK lebih tinggi di
perdesaan (4,5%) dibanding perkotaan (3,0%) dan cenderung
lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah
(7,9%) dan kuintil indeks kepemilikan terbawah (7,0%).
PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah. Bentuk
pencegahan yang dapat dilakukan yang paling utama adalah
Berhenti merokok apabila seorang perokok dan menghindari
asap rokok apabila buka perokok. Apabila bekerja di industri
yang menghasilkan partikel-partikel debu polutan maka
disipling menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
dengan tingkat polutan tersebut. Jaga kondisi kesehatan tubuh
dengan diet gizi seimbang, penuhi kebutuhan air, vitamin dan
mineral tubuh, serta menerapkan aktivitas fisik dapat
memperbaiki fungsi paru-paru.
Adapun strategi yang dianjurkan oleh Kesehatan Masyarakat di
Amerika Serikat terkait perokok yang berkunjung ke fasilitas
kesehatan pertama yaitu:
- Ask : lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan
- Advice : terangkan tentang keburukan/dampak merokok
sehingga pasiendidesak mau berhenti merokok
- Assess : yakinkan pasien untuk berhenti merokok
- Assist : bantu pasien dalam berhenti merokok
- Arrange : jadwalkan kontak usaha berikutnya yang leih
intesif, bila usaha pertama masih belum memuaskan
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat umum.
Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, gejala dan
pencegahan. Sesi tanya jawab berlangsung untuk menjelaskan
bagian yang masih kurang dipahami atau bagian-bagian
maupun persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu
balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah
terlaksana pada tanggal 14 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Evaluasi dilakukan dengan mengulang resume penyuluhan
evaluasi dengan masyarakat secara seksama. Harapan dari penyuluhan
ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan mengenai
PPOK dan perilaku merokok, serta mampu merubah mindset
dan perilaku masyarakat untuk menghindari merokok dan
PPOK.
6. DBD – done
Tangal pelaksanaan: 6 Agustus 2020
Tanggal selesai: 6 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, Asma, HIV, Hep B, PPOK
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, Bias
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Demam Berdarah Melalui 3M Plus
Latar belakang Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di
100 negara-negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara,
Pasifik Barat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Prevalensi
global DHF mengalami peningkatan yang dramatis dalam dua
dekade terakhir. Sekitar 40 % dari penduduk dunia di daerah
tropis dan sub tropis beresiko terkena DHF. Penyakit ini kini
menjadi penyakit yang endemik di Indonesia sejak tiga dekade
terakhir. Insidennya berfluktuasi setiap tahun bahkan sampai
terjadi wabah DHF di beberapa daerah di Indonesia4. Sampai
saat ini 200 kota telah melaporkan kejadian luar biasa. Insiden
rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun
1968 menjadi berkisar 6-27 per 100.000 penduduk pada tiga
tahun terakhir ini.
Proporsi kasus DHF berdasarkan umur di Indonesia
menunjukkan bahwa DHF paling banyak terjadi pada anak usia
sekolah yaitu pada usia 5-14 tahun. DHF masih sulit diberantas
karena belum ada vaksin untuk pencegahan dan
penatalaksanaannya hanya bersifat suportif. Keberhasilan
penatalaksanaan DHF terletak pada kemampuan mendeteksi
secara dini fase kritis dan penanganan yang cepat dan tepat,
untuk itu diperlukan pengetahuan pada masyarakat tentang
gejala dan tanda DBD serta penanganan apa yang harus
dilakukan.
Permasalahan Pencegahan dapat dilakukan untuk menekan angka kejadian
DBD, diantaranya adalah gerakan 3M plus yang dicanangkan
oleh Kementrian Kesehatan.
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus Menguras, menutup,
mengubur dan menghindari gigitan nyamuk. Adapun dalam
praktik 3M plus dapat berupa:
1) Menguras tempat penampungan air minimal satu kali
dalam seminggu.
2) Menutup tempat penampungan air
3) Mengubur barang-barang bekas
4) Dan, menghindari gigitan nyamuk menggunakan obat
nyamuk atau anti nyamuk dan menggunakan kelambu
saat tidur
5) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan
6) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
7) Menanam tanaman pengusir nyamuk
8) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam
rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan
lain-lain.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) perlu ditingkatkan
terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena
meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga
seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama
pada saat musim penghujan.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi pendekatan massal dengan target masyarakat dewasa.
Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi
penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab
berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum
dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di ruang tunggu
balai pengobatan Puskesmas Ngronggot seperti yang telah
terlaksana pada tanggal 6 Agustus 2020 pukul 08.00 WIB.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Evaluasi dilakukan dengan memberikan resume pencegahan
evaluasi DBD dengan 3M plus bersama dengan masyarakat dengan
seksama. Harapan dari penyuluhan ini masyarakat dapat
memperluas pengetahuan mengenai DBD, serta mampu
merubah mindset dan perilaku masyarakat untuk
melaksanakan pencegahan DBD.
7. BIAS - done
Tangal pelaksanaan: 26 Agustus 2020
Tanggal selesai: 26 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Melalui Bulan Imunisasi Anak Sekolah
Latar belakang Campak merupakan penyakit infeksi virus akut serius yang
sangat menular. Campak disebabkan oleh paramyxovirus dan
ditularkan terutama melalui udara. WHO melaporkan
peningkatan kasus campak empat kali lipat secara global dalam
tiga bulan pertama tahun 2019 dibandingkan dengan waktu
yang sama tahun lalu. Peningkatan kejadian campak ini
diperkirakan karena cakupan imunisasi yang kurang. Angka
yang dibutuhkan untuk mencegah wabah dan menjadikan
adanya kekebalan kelompok (herd immunity) adalah 95%,
sedangkan cakupan global dosis pertama campak adalah 85%
dengan dosis kedua 67%.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif
untuk menghindari penyakit infeksi. Dengan imunisasi,
seseorang dibuat kebal (resisten) terhadap penyakit infeksi,
yang biasanya dilakukan dengan pemberian vaksin. Dengan
demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun,
kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan
berkurang. Tujuan imunisasi adalah membentuk kekebalan
demi mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain
sehingga kejadian penyakit menular menurun dan bahkan
dapat menghilang dari muka bumi. Kekebalan yang disalurkan
oleh ibu ke bayi yang dikandung tidak berlangsung lama, maka
kekebalan harus dibentuk melalui pemberian imunisasi pada
bayi.
Perlu menjadi perhatian bahwa berdasarkan data Riskesdas
2018, data cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur
12-23 bulan sebesar 57,9% yang menurun jika dibandingkan
dengan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%. Pada tingkat provinsi,
Jawa Timur juga mengalami penurunan cakupan imunisasi
dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan.
Permasalahan Kejadian luar biasa (KLB) campak di Indonesia tampak pada
tahun 2015 hingga 2017 di hampir setiap provinsi dengan
jumlah provinsi melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi
tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017. Peningkatan ini
diantaranya karena perbaikan kewaspadaan dini terhadap
kasus campak. Kecepatan dalam mendeteksi kasus
ditindaklanjuti dengan upaya penanggulangan, antara lain
imunisasi measles rubella
(MR). Pemberian imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun dengan cakupan tinggi dan
merata diharapkan akan membentuk imunitas kelompok,
sehingga mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih
dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki
usia reproduksi.
Masalah yang sering kali muncul terkait cakupan imunisasi
pada anak antara lain kurangnya informasi pada masyarakat
mengenai perlunya imunisasi tambahan pada anak usia
sekolah. Banyak orang tua yang tidak tahu adanya program
imunisasi pada anak usia sekolah. Selain itu, banyak orang tua
yang juga beralasan tidak dapat memberikan anaknya
imunisasi karena tidak adanya waktu untuk membawa anak ke
tenaga kesehatan terdekat.
Pada kondisi ekstrim, dapat pula ditemukan adanya ketakutan
akan imunisasi. Hal ini disebabkan oleh penyebaran informasi
yang salah ke masyarakat, misalnya imunisasi menyebabkan
penyakit dan imunisasi mengandung bahan-bahan kimia yang
tidak baik untuk tubuh. Oleh sebab itu, diadakan BIAS (Bulan
Imunisasi Anak Sekolah) yang diharapkan dapat memberikan
cakupan imunisasi pada seluruh anak usia sekolah di
kecamatan Ngronggot.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan kepada
intervensi masyarakan dengan target siswa dan orang tua siswa.
Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi penyakit, penyebab, perjalanan penyakit, transmisi
penularan, gejala dan pencegahan. Sesi tanya jawab
berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum
dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Setelah penyuluhan dilakukan pemberian imunisasi MR
kepada seluruh siswa yang datang.
Pelaksanaan Intervesi telah terlaksana melalui pelaksanaan imunisasi di
sekolah Madrasah Iptidaiyah Negeri 3 Nganjuk di desa Dingin,
Kecamatan Ngronggot pada tanggal 26 Agustus 2020 pukul
08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi
penyuluhan mengenai imunisasi MR dan dilanjutkan dengan
kegiatan imunisasi.
Monitor dan Dalam pelaksanaan target siswa tidak memenuhi 100% karena
evaluasi beberapa alasan diantaranya sedang sakit dan tidak datang.
Bagi siswa yang tidak datang bisa mendapatkan imunisasi
susulan di Polindes desa Dingin. Harapan dari terlaksananya
kegiatan ini mampu mencegah penyakit campak dan rubela
serta mampu merubah mindset dan perilaku masyarakat
mengenai imunisasi.
8. Gosok gigi - done
Tangal pelaksanaan: 26 Agustus 2020
Tanggal selesai: 26 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan Gosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar
Latar belakang Menjaga kesehatan gigi merupakan suatu hal yang sangat
penting. Mudah dilakukan namun sering diabaikan. Contoh
penyakit gigi salah-satunya adalah pembusukan gigi (caries).
Pembusukan gigi sering kali terjadi dikalangan anak-anak yang
berusia 6-11 tahun yang masih mempunyai gigi susu. Bukan
hanya anak-anak yang rawan terserang pembusukan gigi,
tetapi juga pembusukan gigi dapat menyerang di kalangan
remaja yang berusia 12-19 tahun. Sebenarnya, pembusukan
gigi dapat dicegah dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan membersihkan mulut dan gigi dengan baik dan rutin.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membantu
anak menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Cara yang pertama
yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan gigi anak
adalah dengan mengenalkan pentingnya perawatan gigi sejak
dini, yakni sejak anak memiliki gigi untuk pertama kali. Kita
dapat membiasakan menyikat gigi mereka dengan baik dan
benar setidaknya 3 kali sehari. Jika anak kita baru mempunyai
satu gigi, kita dapat memulainya dengan menggunakan kain
kasa untuk membersihkan gigi mereka. Lalu, setelah tumbuh
gigi-gigi berikutnya, kita dapat mengajarkan mereka
menggunakan sikat gigi. Langkah berikutnya adalah dengan
meminimalisir sebisa mungkin penggunaan botol susu dan
empeng bayi, terutama saat mereka akan tidur agar sisa-sisa
susu tidak tertinggal di gigi dan gusi serta bentuk gigi akan
tetap terjaga. Selanjutnya dapat dilakukan sikat gigi dengan
menggunakan pembersih gigi yang mengandung flouride
sebanyak minimal 2x dalam sehari. Waktu terbaik untuk
menyikat gigi adalah setelah sarapan saat pagi dan sebelum
tidur. Gunakan sikat gigi yang memiliki ganggang lurus, bulu
sikat halus dan ukuran kepala sikat sesuai dengan ukuran gigi.
Gosok seluruh permukaan gigi dan lidah dengan cara sikatlah
dengan gerakan arah dari gusi ke gigi (merah ke putih) dan
membentuk sudat 45 derajat.
Permasalahan Hingga saat ini, sudah terdapat banyak kasus mengenai
kerusakan gigi pada anak. Hingga telah dianggap wajar oleh
orang tua dan menganggap bahwa mereka tidak perlu
melakukan perubahan apapun untuk menyikapi hal tersebut.
Kerusakan gigi pada anak saat ini sudah menjadi salah satu
faktor terbesar dalam kesehatan mereka setelah asma dan
demam. Perlu dipahami bahwa kesehatan gigi dan mulut yang
baik pada orang dewasa juga bergantung pada bagaimana
keadaan gigi dan mulut mereka saat masih kanak-kanak.
Mengingat efek jangka panjang yang dapat dirasakan oleh
anak-anak maka perlu mengantisipasi resiko tersebut sedini
mungkin. Sehingga dirasa penting untuk dilakukan penyuluhan
dan screening kesehatan gigi pada anak-anak terutama usia
balita dan sekolah.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi demonstrasi kepada masyarakan dengan target siswa dan
orang tua siswa. Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa
materi mengenai definisi penyakit, penyebab, perjalanan
penyakit, transmisi penularan, gejala dan pencegahan serta
dilanjut kan dengan peragaan. Sesi tanya jawab berlangsung
untuk menjelaskan bagian yang masih belum dipahami atau
persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di sekolah
Madrasah Iptidaiyah Negeri 3 Nganjuk di desa Dingin,
Kecamatan Ngronggot pada tanggal 26 Agustus 2020 pukul
08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 3 sesi yakni sesi
penyuluhan mengenai sikat gigi, dilanjutkan dengan peragaan
sikat gigi yang benar, setelah itu dilakukan peragaan sikat gigi
yang benar oleh siswa secara sukarela.
Monitor dan Dalam pelaksanaan kegiatan tidak terdapat kendala. Evaluasi
evaluasi dilakukan pada sesi ketiga dimana memberikan kesempatan
adik siswa dengan sukarela untuk memperagakan kembali cara
sikat gigi yang benar. Harapan dari terlaksananya kegiatan ini
mampu mencegah penyakit pada gigi serta mampu merubah
mindset dan perilaku orang tua siswa mengenai kesehatan gigi.
9. Penyuluhan KB
Tangal pelaksanaan: 23 Juli 2020
Tanggal selesai: 23 Juli 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
dengan Penyuluhan Pemilihan Keluarga Berencana
Latar belakang Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan program KB
lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan,
menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat
dan melahirkan pada usia tua.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga
Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi.
Kontrasepsi hadir dalam beberapa macam berdasarkan
metodenya yaitu kontrasepsi sederhana, kontrasepsi
hormonal, kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dan kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi
sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan
metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida.
Metode Kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implan.
Metode kontrasepsi dengan AKDR dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel.
Sedangkan metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam
yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens
sehingga cairan sperma tidak dapat keluar.
Permasalahan Jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran begitu banyak dan
masyarakat hanya mampu menyebut jenis alat atau obat
kontrasepsi tersebut sedangkan informas-infomasimengenai
keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping
dari kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi
adanya pandangan-pandanganatau norma budaya lingkungan
dan orang tua yang dapat membuat pengguna-akseptor
menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut.
Untuk itu diperlukan suatu dukungan agar ibu termotivasi
untuk menjadi akseptor KB dengan agar mengetahui
keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasi
setiap alat kontrasepsi. Terutama dalam masa pandemi Corona
virus ini yang sudah berlansung kurang lebih 6 bulan membuat
ibu-ibu absen dalam menggunakan kontraksepsi.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
intervensi demonstrasi macam-macam alat kontrasepsi kepada
masyarakan dengan Kader KB di desa Klurahan. Penyuluhan
diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai definisi
kontrasepsi, tujuan, macam keuntungan dan kerugian dari
setiap kontrasepsi. Kemudian dilanjut demonstrasi beberapa
macam alat kontrasepsi menggunakan alat peraga. Sesi tanya
jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih
belum dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang
salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa
yang disisipkan pada beberapa kegiatan tertentu yaitu pada
Pertemuan Kader KB seperti yang telah terlaksana pada
tanggal 12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan
dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai tujuan,
macam, fungsi kontrasepsi dengan seksama. Harapan dari
penyuluhan ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan
masyarakat mengenai fungsi alat kontrasepsi, serta mampu
merubah mindset dan perilaku masyarakat untuk mendukung
perencanaan kontrasepsi.
10. ASI EKSklusif - done
Tangal pelaksanaan: 12 Agustus 2020
Tanggal selesai: 12 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehattan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Latar belakang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol hingga enam bulan. Bahkan air putih
tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI
merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi
bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Manfaat ASI tidak diragukan sehingga pada kondisi normal,
menyusui adalah yang terbaik bagi bayi. Sebanyak 98% wanita
mempunyai kemampuan untuk menyusu bahkan kebanyakan
dari mereka mampu menyusui sepasang anak kembar
sekaligus jika dibutuhkan. Tidak ada makanan lain bagi bayi
yang baru lahir yang dapat disamakan dengan ASI.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi
dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI. Namun
sangat disayangkan banyak di antara kita melupakan
keuntungan dan manfaat dari menyusui sehingga banyak ibu
yang mengganti ASI dengan susu formula.Rendahnya
pemberian ASI ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan di Indonesia
masih tergolong tinggi, dimana banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya kesadaran ibu dalam menyusui,
beberapa penelitian yang telah dilakukan di daeah perkotaan
dan pedesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya
menunjukan bahwa sistem dukungan pengetahuan ibu
terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan
mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI. Hasil
dari Riskesdas 2010 menunjukan penurunan persentase bayi
hanya 15,3%. Prevalensi ASI ekslusif rata-rata perbulan pada
tahun 2011 yaitu 6,48% dan prevalensi IMD sekitar 27,4%.
Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas
karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan
kesehatan bayi.
Permasalahan Menurut uraian diatas ditarik kesimpulan bahwa pentingnya
ASI ekslusif bagi bayi berumur 0-6 bulan karena ASI
merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi untuk
mendapatkan tumbuh kembang yang optimal. Di dalam ASI
banyak terkandung zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, selain itu juga
dengan menyusui bayi mendapatkan kekebalan alamiah dari
ASI. Pemberian ASI tidak hanya memberikan manfaat bagi si
bayi namun juga memberikan manfaat bagi ibu yang menyusui
terutama memperkuat ikatan batin dan jalinan kasih antara ibu
dan bayi. Namun sangat disayangkan rendahnya angka
pemberian ASI ekslusif masih tergolong tinggi. Rendahnya
angka ini salah satu nya terkait pengaruh sosial budaya
masyarakat yang menganjurkan bayi agar diberi makanan
tambahan sebelum berusia 6 bulan. Oleh karena itu ibu
memerlukan dukungan dan dorongan agar dapat menyusui
dengan baik. Mereka juga memerlukan informasi dan
pengetahuan yang dapat diandalkan guna kepentingan bayi
dan ibu
Pemilihan Intervensi dilakukan dalam bentuk penyuluhan dengan
intervensi penyampaian secara teori. Metode ini dipilih karena dianggap lebih
mudah untuk dipahami oleh peserta. Target peserta adalah Ibu
hamil. Materi disampaikan melalui presentasi dengan
menggunakan leaflet. Materi yang disampaikan adalah pengertian
ASI ekslusif, pengertian colostrum, komposisi ASI, manfaat ASI
bagi bayi dan ibu, posisi menyusui yang benar serta dampak yang
ditimbulkan dengan tidak memberikan ASI ekslusif.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa
Klurahan yang disisipkan pada kegiatan Safari KB pada tanggal
12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan
2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai ASI Eksklusif
bersama dengan masyarakat dengan seksama. Harapan dari
penyuluhan ini masyarakat dapat memperluas pengetahuan
mengenai ASI, serta mampu merubah mindset dan perilaku
masyarakat untuk mendukung pemberian ASI EKsklusif.
11. Zat Besi Remaja - done
Tangal pelaksanaan: 23 Juli 2020
Tanggal selesai: 23 Juli 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Melalui Pemberian Zat Besi
Bagi Remaja
Latar belakang Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh
kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah
merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh
tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita
anemia pucat dan mudah lelah. Anemia dapat terjadi
sementara atau dalam jangka panjang, dengan tingkat
keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi
ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah
yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki,
dan di bawah 12 gram per desiliter untuk wanita. Untuk
mengatasi anemia tergantung kepada penyebab yang
mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi,
transfusi darah, sampai operasi.
Masa remaja merupakan masa di mana pertumbuhan terjadi
dengan cepat, sehingga kebutuhan gizi pada masa ini pun ikut
meningkat. Salah satu zat gizi yang kebutuhannya meningkat
adalah zat besi. Zat besi dibutuhkan pada semua sel tubuh dan
merupakan dasar dalam proses fisiologis, seperti pembentukan
hemoglobin (sel darah merah) dan fungsi enzim. Pada
perempuan, asupan zat besi tidak hanya digunakan untuk
mendukung pertumbuhan, tetapi juga digunakan untuk
mengganti zat besinya yang hilang melalui darah yang keluar
setiap dirinya mengalami menstruasi setiap bulan. Karena
kebutuhan zat besi perempuan yang sangat tinggi inilah,
perempuan berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang
nantinya dapat berkembang menjadi anemia.
Permasalahan Sebanyak 23% remaja putri di Indonesia mengalami anemia atau
kurang darah. Dengan jumlah remaja putri kurang lebih 21 juta,
terdapat setidaknya 4,8 juta yang mengidap kekurangan jumlah sel
darah merah. Anemia remaja putri disebabkan oleh asupan
makanan rendah kandungan zat besi hewani maupun nabati.
Anemia pada remaja bisa menurunkan kemampuan daya ingat
sehingga prestasi akademik tidak optimal. Selain itu, dampak
anemia pada remaja putri berpeluang menimbulkan anemia ketika
hamil. Oleh karena itu penanganan kasus anemia pada remaja putri
berusia 10-19 tahun perlu diprioritaskan.
Kekurangan zat besi atau anemia yang berlanjut sampai
dewasa dan hingga perempuan tersebut hamil, dapat
menimbulkan risiko terhadap bayinya. Remaja perempuan
yang sudah hamil dan menderita anemia dapat meningkatkan
risiko kelahiran prematur dan melahirkan bayi dengan berat
badan rendah. Oleh karena itu, remaja perempuan disarankan
untuk mengonsumsi suplemen zat besi sebelum hamil.
Suplemen zat besi ini membantu memenuhi kebutuhan zat besi
yang makin tinggi saat kehamilan.
Pemilihan Intervensi dilakukan dalam bentuk penyuluhan dengan
intervensi penyampaian secara teori. Metode ini dipilih karena dianggap lebih
mudah untuk dipahami oleh peserta. Materi disampaikan melalui
presentasi dengan menggunakan leaflet. Materi yang disampaikan
adalah definisi anemia, penyebab anemia, gejala anemia, bahaya
anemia terutama pada remaja putri dan pencegahan dari anemia
terutama pemberian zat besi pada remaja putri.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di balai desa
yang disisipkan pada beberapa kegiatan tertentu yaitu pada
Pertemuan Kader KB seperti yang telah terlaksana pada
tanggal 12 Agustus 2020 pukul 09.00 WIB. Kegiatan dilakukan
dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
pemberian zat besi pada remaja bersama dengan masyarakat
dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini masyarakat
dapat memperluas pengetahuan masyarakat mengenai fungsi
zat besi, serta mampu merubah mindset dan perilaku
masyarakat untuk mendukung pemberian zat besi pada remaja
putri.
12. ANC
Tangal pelaksanaan: 28 agt 2020
Tanggal selesai: 28 agt 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana
Melalui Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Latar belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan
terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Diantara tujuan pembangunan
kesehatan nasional adalah menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu upaya
menurunkan AKI dan AKB adalah dengan cara meningkatkan
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis
terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di
samping itu, dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Upaya penurunan AKI dapat dimulai dari pemeriksaan ANC
(Antenatal Care). Pemeriksaan ANC merupakan pemeriksaan
kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik
dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan
alat reproduksi dengan wajar.
Permasalahan Walaupun hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018
menunjukkan angka ANC dan imunisasi balita dari setiap tahun
menunjukkan peningkatan, namun di beberapa daerah masih
ditemukannya ibu hamil yang belum pernah melakukan ANC
terpadu di puskesmas. Hal ini menunjukkan gambaran bahwa
program ANC masih perlu mendapatkan perhatian khusus. Perlu
diketahui Setiap ibu hamil sangat dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali
yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia
kehamilan 14 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia
kehamilan 14-28 minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ketiga
(28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan) termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga.
Serta kunjungan pertama ANC (K1) sangat dianjurkan pada usia
kehamilan 8-12 minggu.
Setiap pertemuan pada ANC akan dilakukan 10T ditambah 3
pesan, yaitu
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska
persalinan.
11. Serta 3 pesan berupa, apabila ibu hamil mengalami nyeri
perut, keluar cairan darah dan keputihan dari jalan lahir
serta merasa gerak janin berkurang dari biasanya maka
segera menghubungi petugas kesehatan.
Pelaksanaan ANC sangat fleksibel dan berusaha agar tidak
memberatkan ibu. ANC dapat dilakukan dengan petugas kesehatan
di puskesmas pembantu (pustu), posyandu, pada bidan praktik
mandiri atau praktik mandiri dokter umum maupun dokter spesialis
kandungan serta di rumah sakit.
Pemilihan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan kepada
intervensi ibu hamil beserta pengantar yang datang ke poli KIA.
Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi, tujuan, manfaat serta isi kegiatan ANC. Sesi tanya
jawab berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih
belum dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang
salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan pada ibu hamil
yang datang di poli KIA pada tanggal 28 Agustus 2020.
Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi penyuluhan dan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
ANC dan kegiatan didalamnya bersama dengan ibu hamil
dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini masyarakat
dapat memperluas pengetahuan masyarakat mengenai praktik
ANC oleh tenaga kesehatan, serta mampu merubah mindset
dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung kegiatan
ANC.
13. PHBS di sekolah - done
Tangal pelaksanaan: 24 Agustus 2020
Tanggal selesai: 24 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Bersih dan
Sehat di Sekolah.
Latar belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dis sekolah
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.Sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat. Seiring dengan munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), ternyata
sebagian besar penyakit tersebut berkaitan dengan PHBS.
Terutama dimasa pandemi ini, dimana saat ini sekolah secara
offline mulai dilaksanakan kembali dengan syarat
melaksanakan protokol kesehatan dan PHBS di sekolah. Oleh
karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS disekolah merupakan
kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pedekatan
usaha kesehatan Sekolah (UKS). PHBS disekolah adalah upaya
untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan
PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah yaitu terciptanya sekolah
yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit. Meningkatkan semangat proses belajar
mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Citra
sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat
sehingga mampu menarik minat orang tua. Meningkatkan citra
pemerintah daerah di bidang pendidikan. Serta menjadi
percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah tidak hanya pada siswa
saja, namun seluruh warga sekolah harus ikut serta seperi
kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan
orang tua siswa sertaMasyarakat lingkungan sekolah (penjaga
kantin, satpam,dll).
Permasalahan Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk
Indonesia atau sekitar 237.556.363 orang dan usia sekolah
merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga berpotensi
sebagai agen perubahaan untuk mempromosikan PHBS, baik
dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Selain itu, usia
sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang
berbagai penyakit, seperti cacingan, diare dan infeksi saluran
pernapas akut (ISPA). Berikut indikator pelaksanaan PHB di
sekolah:
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan.
8. Membuang sampah pada tempatnya
Perencanaan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan kepada
dan pemilihan masyarakan dengan target siswa dan orang tua siswa.
intervensi Penyuluhan diberikan oleh penyuluh berupa materi mengenai
definisi, tujuan, manfaat serta poin-poin perilaku hidup bersih
dan sehat yang harus dilaksanakan di sekolah. Sesi tanya jawab
berlangsung untuk menjelaskan bagian yang masih belum
dipahami atau persepsi-persepsi di masyarakat yang salah.
Pelaksanaan Intervesi telah dilakukan melalui penyuluhan di sekolah
Madrasah Iptidaiyah Negeri 3 Nganjuk di desa Dingin,
Kecamatan Ngronggot pada tanggal 24 Agustus 2020 pukul
08.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan 2 sesi yakni sesi
penyuluhan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah bersama dengan
masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan masyarakat
mengenai praktik PHBS disekolah, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat.
13. Pemberian obat cacing
Tangal pelaksanaan: Agustus 2020
Tanggal selesai: Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Melalui Pemberian Obat
Cacing
Latar belakang Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara beriklim
tropis dan sub tropis. Penyakit ini termasuk kedalam kelompok
penyakit terabaikan bersama Filariasis, Kusta dan Frambosia.
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan
kondisi higiene dan Sanitasi yang kurang baik serta perilaku
hidup bersih dan sehat masyarakat yang kurang, infeksi cacing
perut ini dapat mempengaruhi status Gizi, proses tumbuh
kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak yang
terinfeksi kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa
disebabkan oleh karena kecacingan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari infeksi cacing,
tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein,
karbohidrat, vitamin A dan zat besi secara optimal, sehingga
dapat meningkatkan status gizi dan kemampuan tumbuh
kembangnya. Strategi pemberian obat cacing masal dilakukan
secara terintegrasi dengan program pemberian vitamin A.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
prevalensi kecacingan pada anak usia prasekolah dan anak usia
sekolah.
Permasalahan Prevalensi infeksi cacing di Indonesia masih tergolong tinggi
terutama pada penduduk miskin dan hidup di lingkungan
padat penghuni dengan sanitasi yang buruk, tidak mempunyai
jamban dan fasilitas air bersih tidak mencukupi. Hasil survei
Departemen Kesehatan Republik Indonesia di beberapa
provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi kecacingan
untuk semua umur di Indonesia berkisar antara 40%-60%.
Sedangkan prevalensi kecacingan pada anak di seluruh
Indonesia pada usia 1-6 tahun atau usia 7-12 tahun berada
pada tingkat yang tinggi, yakni 30 % hingga 90%.
Perencanaan Pemberian obat cacing dilaksanakan pada kegiatan Posyandu
dan pemilihan Balita. Kegiatan diawali dengan pendaftaran yang dilanjutkan
intervensi dengan penimbangan pada balita, melakukan pencatatan pada
KMS (Kartu Menuju Sehat) serta melakukan penilaian naik atau
turunnya berat badan anak sesuai dengan arah garis
pertumbuhannya. Balita diukur panjang dan tinggi badannya.
Konseling gizi juga dilakukan pada Ibu balita yang mengalami
gangguan gizi. Selanjutnya dilakukan imunisasi pada balita
sesuai dengan jadwal, pembagian vitamin A pada balita yang
berusia lebih dari 6 bulan serta pembagian obat cacing.
Dilakukan pemberian obat cacing albendazole setengah tablet
pada anak dibawah 2 tahun dan albendazole 1 tablet untuk
anak diatas 2 tahun. Pada kegiatan ini juga dilakukan
penyuluhan kepada Ibu-ibu dari balita yang hadir.
Pelaksanaan Kegiatan pembagian obat cacing kali ini dilaksanakan di
Posyandu Balita Dusun Kelutan pada tanggal 8 Februari 2020.
Kegiatan dihadiri oleh peserta PIDI, bidan desa, Ibu-ibu kader.
Pada posyandu kali ini dilakukan penimbangan pada 52 balita
dari 76 balita yang terdaftar. kemudian akan dibagikan tablet
vitamin A dan obat cacing pada anak yang datang. Ibu dari
balita yang hadir juga diberikan penyuluhan mengenai demam
berdarah dan gizi seimbang.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah bersama dengan
masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan masyarakat
mengenai praktik PHBS disekolah, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat.
14. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Tangal pelaksanaan: Agustus 2020
Tanggal selesai: Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan Melalui Inspeksi Kesehatan
Lingkungan
Latar belakang Lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan lingkungan
fisik, mental dan sosial dari sekolah yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar
mengajar dengan baik dan menunjang proses pertumbuhan
dan perkembangan murid secara optimal. Faktor lingkungan
sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga
kesehatan warga sekolah. Kondisi dari komponen lingkungan
sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah
kesehatan.
Permasalahan Masalah pendidikan bertalian erat dengan masalah kesehatan
sebab wadah dan jenis kegiatan yang mengakomodir kedua
sektor ini juga memiliki keterkaitan. Dalam tujuan
pembangunan nasional, anak merupakan harapan untuk
memajukan bangsa dan sekolah merupakan tempat ideal
dalam menciptakan kesadaran anak untuk menjaga
kesehatannya karena sebagian waktu anak dihabiskan di
sekolah. Data per-September 2017 menunjukkan seluruh
sekolah disemua jenjang sebanyak 35% sekolah tak punya
akses ke air bersih layak atau tak ada akses sama sekali.
Kondisi sanitasi sekolah yang genting ini harus segera
diselesaikan. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)
2016, sebanyak 35% sekolah tidak memiliki sumber air bersih
yang cukup. Sementara, 12% sekolah tidak memiliki toilet.
Sebanyak 31% sekolah tidak memiliki toilet yang layak. Pada
jenjang sekolah dasar (SD), mengambil data statistik yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pusat Data dan Statistik
(Pusdadik) Kemdikbud pada medio 2017 di lapangan ternyata
jumlah SD yang memiliki kecukupan terhadap air bersih baru
mencapai 84,51 % sisa 15,49% SD bahkan belum meiliki akses
air bersih. Sementara itu, jumlah SD yang memiliki toilet
berkisar 70,88% dan sisa 29,12% SD belum sama sekali
memiliki toilet sebagai sarana sanitasi sekolah yang wajib ada
(Kemdikbud, 2017). Padahal, akses jamban, air bersih, dan
tempat cuci tangan merupakan tiga indikator pada Sustainable
Development Goals (SDGs) yang mesti dicapai pada 2030.
Perencanaan Inspeksi kesehatan lingkungan sekolah menyiapkan formulir
dan pemilihan inspeksi sanitasi dan alat tulis, setelah mendapatkan surat
intervensi perintah tugas, petugas kesehatan lingkungan berkoordinasi
dengan kepala sekolah untuk melakukan observasi sekolah
meliputi kelas, toilet, tempat pembuangan sampah dan
lingkungan sekolah. Petugas kesehatan lingkungan melakukan
pengamatan kemudian dicatat di formulir inspeksi sanitasi
sekolah.
Pelaksanaan Inspeksi kesehatan sekolah dilaksanakan pada tanggal 20
Januari 2020 di SDN IV Ngronggot Kabupaten Nganjuk.
Kegiatan dihadiri oleh peserta PIDI, perwakilan pemegang
program kesehatan lingkungan puskesmas Ngronggot, dan
dokter pendamping. Dari hasil inspeksi kesehatan lingkungan
sekolah didapatkan skor sebanyak 40,74% dimana skor berada
dibawah 70% sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah bersama dengan
masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan masyarakat
mengenai praktik PHBS disekolah, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat.
15. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Tangal pelaksanaan: Agustus 2020
Tanggal selesai: Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif
F4 Gizi  zat besi remaja, KEK
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS
F6 pengobatan dasar
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan Melalui Pemberantasan Sarang
Nyamuk
Latar belakang Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD)
menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan
penderita DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans
epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap
Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Upaya pencegahan dengan
gerakan PSN dinilai paling efektif. PSN dilakukan dengan
kegiatan yang sering disebut 3M plus. Bentuk kegiatan 3M plus,
yaitu: menguras dan menyikat tempat penampungan air (TPA)
(M1), menutup rapat TPA (M2), memanfaatkan/mendaur
ulang barang bekas yang dapat menampung air (M3), selain itu
ditambah (plus) dengan cara lain, seperti memakai obat anti
nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk, menaburkan
larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik,
mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain.
Permasalahan Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Indonesia, jumlah
penderita DBD pada tahun 2017 sebanyak 68.407 orang, tahun
2018 sebanyak 53.075 orang, dan pada bulan Januari 2019
sebanyak 13.683 orang. Jumlah penderita DBD yang meninggal
pada tahun 2017 sebanyak 493 jiwa, tahun 2018 sebanyak 344
jiwa dan di bulan Januari 2019 sebanyak 133 jiwa. Adapun
untuk case fatality rate (CFR) DBD yaitu angka yang dinyatakan
ke dalam persentase yang berisikan data orang mengalami
kematian akibat DBD pada tahun 2017 sebesar 0,72, tahun
2018 sebesar 0,65 dan pada bulan Januari 2019 sebesar 0,94.
Perencanaan ilakukan pemeriksaan jentik pada tempat-tempat yang
dan pemilihan berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk, misalnya bak
intervensi penampungan air, tatakan pot bunga, vas bunga, tempat
penampungan air dispenser, penampungan air buangan di
belakang lemari es, wadah air minum burung serta barang-
barang bekas seperti ban, botol air dan lain-lainnya.
Pemeriksaan dimulai di dalam rumah dan dilanjutkan di luar
rumah. Jika tidak terlihat adanya jentik maka ditunggu sampai
kira-kira satu menit, jika ada jentik pasti akan muncul ke
permukaan air untuk bernafas. Senter perlu digunakan apabila
wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap. Jika ditemukan
jentik nyamuk maka
Pelaksanaan egiatan PSN dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2020 mulai
pukul 06.00 di Dusun Rejoagung, Desa Banjarsari. Kegiatan
diikuti oleh dokter internsip, perwakilan pemegang program
PSN dari PKM Ngronggot, perwakilan P2P dari Dinkes Nganjuk,
bidan desa, lurah, dan kader Jumantik. Pemeriksaan dilakukan
pada 40 rumah. Dari 40 rumah, didapatkan hasil 29 rumah
bebas jentik dan 11 rumah positif jentik, dengan ABJ 72,5%.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah bersama dengan
masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan masyarakat
mengenai praktik PHBS disekolah, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat.
15. Kelas Ibu hamil - done
Tangal pelaksanaan: 12 Agustus 2020
Tanggal selesai: 12 Agustus 2020
Kode kegiatan F3 KIA KB  Kelas ibu hamil
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana
Melalui Kelas Ibu Hamil
Latar belakang Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama
tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka
dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte
kelahiran. Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu
hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok.
Permasalahan Departemen kesehatan menyebutkan angka kematian ibu di
Indonesia tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada
saat persalinan dan segera setelah persalinan, Penyebab
langsung kematian ibu yaitu perdarahan
sebesar 28%, eklamsia sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%,
sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah
Kurang Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar
37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40%. Dinas
Kesehatan Kabupaten Ponorogo menyebutkan angka kematian
ibu di Ponorogo tahun 2014 mencapai 149,4/100.000
kelahiran hidup, jumlah kasus mencapai 15 AKI.
Perencanaan Intervensi akan dilakukan dengan metode penyuluhan dan
dan pemilihan pendekatan massal dengan target seluruh ibu hamil. Kelas Ibu
intervensi Hamil diawali dengan mengumpulkan buku KIA, untuk melihat
dan memantau perkembangan kehamilan masing-masing
peserta. Peserta akan diberikan penyuluhan seputar kehamilan
dengan media flip chart yang sudah terserdia dari dinas
kesehatan. Flip chart berisi tentang pengetahuan seputar
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte
kelahiran. Setelah itu, peserta akan diberikan kuisioner untuk
mengukur pemahaman tentang materi kelas ibu hamil yang
sebelumnya sudah dijelaskan. Kelas ibu hamil akan diakhiri
dengan diskusi seputar kuisioner dan sesi tanya jawab antara
dokter, bidan, dan peserta. Ibu hamil akan diberi snack berupa
1 dus biskuit ibu hamil dan kue ringan untuk dibawa pulang.
Pelaksanaan Intervesi kelas ibu hamil telah terlaksana pada tanggal 12
Agustus 2020 pukul 09.00 WIB di balai desa Banjarsari.
Kegiatan dilakukan dengan 3 sesi yakni sesi penyuluhan,
pengisian kuesioner dan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan
tanya jawab. Jumlah peserta kelas ibu hamil yang hadir kali ini
adalah 10 orang ibu hamil.
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan evaluasi kuesioner untuk
menilai pemahaman yang tentang materi kelas ibu hamil yang
sebelumnya sudah dijelaskan. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan mengenai
kesehatan ibu hamil dan masa nifas, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat.
15. SADARI – f5
Tangal pelaksanaan: Agustus 2020
Tanggal selesai: Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif, ANC, Kelas ibu
hamil, Posyandu
F4 Gizi  zat besi remaja, vitamin a ds banjar, vit a desa tj
kalang,
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS, sadari,
lansia
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Lingkungan Melalui Pemberantasan Sarang
Nyamuk
Latar belakang Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan
upaya deteksi dini kanker payudara. Metode ini sangat
sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya angka
penderita kanker payudara karena semakin awal terdeteksi
maka prognosa lebih baik. Saat ini masih banyak masyarakat
yang belum mengerti tentang pemeriksaan SADARI dan
bagaimana cara melakukannya, oleh karena itu penting
dilakukannya penyuluhan pendidikan kesehatan tentang
SADARI.
Permasalahan Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, angka kejadian kanker payudara di Indonesia
diperkirakan sebesar 61.682 orang. Berdasarkan International
Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012 dalam
Departemen Kesehatan RI tahun 2015, insidens kanker
payudara diperkirakan sebesar 40 per 100.000 perempuan.
Perencanaan Kegiatan diawali dengan melakukan anamnesa tentang faktor
dan pemilihan risiko kanker payudara pada pasien. Selanjutnya dilakukan
intervensi prosedur pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan. Jika
hasil pemeriksaan normal, maka dilanjutkan dengan
mengajakan cara melakukan SADARI. Pertama-tama petugas
kesehatan akan mendemonstrasikan bagaimana cara
melakukan SADARI yang benar, kemudian pasien diminta
untuk mengulanginya. Jika hasil pemeriksaan tidak normal
maka pasien akan dirujuk untuk tatalaksana lebih lanjut.
Pelaksanaan Kegiatan SADARI kali ini dilaksanakan pada tanggal 19
Desember 2019 di Puskesmas Ngronggot. Kegiatan dihadiri
oleh peserta PIDI, dokter pendamping, bidan, dan masyarakat.
Kegiatan berupa pemeriksaan payudara oleh petugas
kesehatan serta mengajarkan cara melakukan SADARI. Selain
itu juga dilakukan pemberian pengertian mengenai apa itu
SADARI dan bahaya kanker payudara. SADARI dilakukan pada
8 peserta, dengan hasil negatif pada ke 8 peserta..
Monitor dan Dalam pelaksanaan masyarakat sangat antusias. Evaluasi
evaluasi dilakukan dengan memberikan resume mengenai pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah bersama dengan
masyarakat dengan seksama. Harapan dari penyuluhan ini
masyarakat dapat memperluas pengetahuan masyarakat
mengenai praktik PHBS disekolah, serta mampu merubah
mindset dan perilaku masyarakat sekolah untuk mendukung
perilaku hidup bersih dan sehat.
15. Posyandu - done
Tangal pelaksanaan: 25 Agustus 2020
Tanggal selesai: 25 Agustus 2020
Kode kegiatan F1 Promkes  OA, HIV, Hep B, PPOK, gosok gigi SD
F2 Kesling  10 phbs RT, PHBS disekolah,
F3 KIA KB  penyuluhan KB, ASI eksklusif, ANC, Kelas ibu
hamil, Posyandu
F4 Gizi  zat besi remaja, vitamin a ds banjar, vit a desa tj
kalang,
F5 Penyakit menular dan tidak menular  DBD, BIAS, sadari,
lansia
Peserta hadir 20
Judul laporan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana
Melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Balita
Latar belakang Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan
semata-mata tanggungjawab pemerintah saja, namun semua
komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran
kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena
selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang
ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama,
mencakup; 1) kesehatan ibu dan anak; 2) keluarga berencana;
3) imunisasi; 4) gizi; 5) pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat
menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang
telah ditetapkan. Posyandu dikatakan terintegrasi apabila
didalamnya terdapat kegiatan baru seperti; 1) Bina Keluarga
Balita (BKB); 2) Tanaman Obat Keluarga (TOGA); 3) Bina
Keluarga Lansia (BKL); 4) Pos Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD); berbagai program pembangunan masyarakat desa
lainnya.
Permasalahan Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu kali
dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih
dari satu kali dalam sebulan. Namun, oleh karena munculnya
wabah corona virus disease sejak bulan Februari 2020,
kegiatan posyandu belum dilaksanakan kembali hingga
pertengahan tahun ini. Hari dan waktu kegiatan posyandu
sesuai dengan hasil kesepakatan masyarakat. Posyandu
berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah
satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat
khusus yang dibangun oleh swadaya masyarakat.
Perencanaan Intervensi akan dilakukan dengan melaksanakan praktik
dan pemilihan posyandu balita di desa Tanjung Kalang (RW3) dengan target
intervensi 25 balita. Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan
masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu: 1) Meja I :
Pendaftaran; 2) Meja II : Penimbangan; 3) Meja III : Pengisian
KMS; 4) Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS; 5)
Meja V : Pelayanan kesehatan. Keberhasilan posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN.
Pelaksanaan Intervesi posyandu balita telah terlaksana pada tanggal 25
Agustus 2020 pukul 09.00 WIB di rumah warga RW 2 Desa
Tanjung Kalang. Kegiatan dilakukan dengan melaksanakan
pendaftaran pada meja 1, melaksanakan penimbangan pada
meja 2, melaksanakan pengisian KMS pada meja ke 3,
melaksanakan konsultasi terkait hasil KMS pada meja ke 4 dan
memberikan intervensi berupa PMT pada seluruh balita.
Jumlah peserta posyandu balita yang hadir kali ini adalah 25
orang balita.
Monitor dan Dalam pelaksanaan target balita memenuhi 100%, orang tua
evaluasi dan balita datang bergantian. Harapan dari terlaksananya
kegiatan ini mampu mendeteksi gagal pertumbuhan lebih awal
dan mampu melakukan intervensi lebih dini mengenai gizi
balita.

Anda mungkin juga menyukai