Disusun Oleh :
1. Adelia Sinatria (17001)
2. Afeniola Devry (17048)
3. Bangkit Aditya (17011)
4. Dwi Rahayu (17012)
5. Rachelia Vindiantika (17033)
6. Skolastika Dina (17036)
7. Yuni Purwaningsih (17045)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper insan husada maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
DASAR LANSIA DAN PENGKAJIAN KEBUTUHAN NUTRISI
LANSIA”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran
yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstuktur lanjut
usia(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau jawa dan bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini
antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh
karenanya kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan
dimana lansia sekarang mayotritas berdomisili didaerah perkotaan(menkokesra,2003).
Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan caregiver yang ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap
dipertahankan untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi kebutuhan dasar
manusia tanpa bantuan sepenuhnya, sehingga lansia juga dapat melakukan perannya di
dalam lingkungan keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan tidak
terpenuhi, maka jumlah lansia yang menjadi beban negara juga semakin meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Asuhan Keperawatan Lansia?
2. Apa Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia?
3. Apa Fokus Asuhan Keperawatan Lansia?
4. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lanjut Usia?
5. Apa Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia?
6. Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Asuhan Keperawatan Lansia
2. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia
3. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lansia
4. Untuk mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
5. Untuk mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
6. Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Lansia
1
BAB II
PEMBAHASAN
4
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku, Agama,
Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang,
sulit mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa
kasus. Selain itu klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan
aktifitas dan badannya terasa letih dan lemah.
2) Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan, pola
tidur, BAB, BAK dan personal hygine.
2) Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
5
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri,
membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan sepenuhnya. Pada
beberapa lansia biasanya mengalami intoleransi aktifitas atau kegiatan fisik
yang dilakukan kurang.
3) Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan
untuk klien lansia yaitu :
a) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan, ujilah
hal-hal dibawah ini :
1. Keseimbangan saat duduk
a. Bersandar atau bertumpu pada kursi= 0
b. Mantap, aman= 1
2. Bangkit berdiri
a. Tidak stabil bila tanpa bantuan=1
b. Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk sokongan= 1
c. Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri= 2
3. Upaya untuk bangkit berdiri
a. Tidak mampu tahan lama= 0
b. Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya lebih satu
kali= 1
c. Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya= 2
4. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
a. Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki)= 0
b. Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong lainnya=
1
c. Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong lainnya=2
5. Keseimbangan saat berdiri
a. Tidak stabil =0
b. Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar atau
menggunakan alat bantu =1
6
c. Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong=2
6. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi serapat
mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak 3 kali)
a. Mulai terjatuh =0
b. Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya mendapat
keseimbangan =1
c. Tetap stabil =2
7. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
a. Tidak stabil =0
b. Stabil =1
8. Upaya untuk duduk
a. Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak atau terjatuh ke
atas kursi) =0
b. Mempergunakan tangan =1
c. Gerakan yang halus serta aman =2
b) Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam lorong atau
menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang perlahan kemudian pada
saat balik dengan irama yang cepat. Dapat digunakan tongkat bila pasien
biasanya menggunakannya.
1. Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk memulainya =0
2) Tidak ada keraguan =1
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
2. Ayunan kaki kiri
a. Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0
7
b. Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
c. Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
d. Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
3. Kesimetrisan langkah
a. Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
b. Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
4. Keberlanjutan langkah
a. Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
b. Langkah-langkah yang diayunkan tampak berkesimbungan =1
5. Jalur berjalan
a. Ada penyimpangan =0
b. Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien
menggunakan tongkat penyokong =1
c. Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
6. Bagian torso tubuh
a. Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat
penyokong =0
b. Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut atau
perentangan saat berjalan =0
c. Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau alat
sokong =2
7. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
a. Tumit-tumit terpisah =0
b. Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah
4) Tanda-tanda Vital
8
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi perubahan
berat badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat
ini
5) Pengkajian Persistem
a) Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan
pada sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada
secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak
menggunakan alat bantu nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran
kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan
dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding
thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
b) Kardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
9
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
c) Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada uji
nervus olfakturius, akustikus dan vagus.
d) Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
e) Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan tidak
teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah, distensi,
disfagia, gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur dan
perubahan berat badan (penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah tidak
lengkap (ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak
terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
10
f) Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk
tulang belakang lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
g) Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat
(3P:poliuri,polifagia,polidipsia), lemah, kesulitan menelan, perubahan BB.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami
penurunan fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang
(mengalami kerontokan).
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
h) Persepsi Sensori
Anamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan penglihatan,
penurunan pendengaran, mata berkunang-kunang.
Mata
Inspeksi : kekeruhan pada lensa
Palpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada pembengkakan kelopak
mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi :ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
d. Pengkajian Psikososial
1) Pengkajian Status Mental Lansia
a) Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
b) Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE)
2) Pengkajian Status Sosial
Pada beberapa lansia yang tinggal seorang diri baik karena tempat tinggalnya
terpisah dengan anaknya atau pasangannya telah meninggal mungkin lebih
beresiko merasa depresi dan kesepian.
3) Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan
11
Kaji kebiasaan merokok klien, penggunaan alkohol atau Penggunaan obat-
obatan tanpa resep yang bisa mempengaruhi kebutuhan nutrisi pasien
4) Pengkajian Lingkungan
Kaji keadaan serta suasana rumah klien, sanitasi serta factor-faktor resiko yang
ada dilingkungan klien.
5) Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Kaji apakah klien sering datang untuk kunjungan keposyandu lansia,
kunjungan kepuskesmas atau rumah sakit atau dokter atau tenaga kesehatan
dan apakah klien memliki pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan
6) Tingkat Pengetahuan/Sikap
Kaji bagaimana tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan atau keperawatan
dan sikap klien tentang kesehatan atau keperawatan
Kategori IMT
13
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?
(Tarwoto & Wartonah, 2006)
2. Diagnosa keperawatan
Aspek fisik atau biologis
1) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam
memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor
biologi.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
3) Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan
4) Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder
5) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
6) Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
7) Kelelahan b.d kondisi fisik kurang
8) Risiko kerusakan integritas kulit
9) Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis
Aspek psikososial
10) Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,
dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
14
11) Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera,
perubahan status mental
12) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
13) Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi
peran, lingkungan, status ekonomi
14) Resiko Kesendirian
15) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau
terapi
16) Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain,
cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural.
3. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Dx Keperawatan
1 Ketidakseimban NOC : Status nutrisi NIC: Manajemen ketidakteraturan
gan nutrisi : Setelah dilakukan makan(eating disorder management)
kurang dari intervensi 1. Kolaborasi dengan anggota tim
kebutuhan keperawatan selama kesehatan untuk memuat
tubuh b.d tidak 3X24 jam pasien perencanaan perawatan jika sesuai.
mampu dalam diharapkan mampu: 2. Diskusikan dengan tim dan pasien
memasukkan, 1. Asupan nutrisi untuk membuat target berat badann,
memasukan, tidak bermasalah jika berat badan pasien tdak sesuia
mencerna, 2. Asupan makanan dengan usia dan bentuk tubuh.
mengabsorbsi dan cairan tidak 3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk
makanan karena bermasalah menentukan asupan kalori setiap
factor biologi. 3. Energy tdak hari supaya mencapai dan atau
bermasalah mempertahankan berat badan sesuai
4. Berat badan ideal target.
4. Ajarkan dan kuatkan konsep
nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan hubungan suportif
dengna pasien
6. Dorong pasien untuk memonitor
diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan
7. Gunakan teknik modifikasi
tingkah laku untuk meningkatkan
berat badan dan untuk
15
menimimalkan berat badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan
berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat
badan.
2 Gangguan pola NOC : Setelah
tidur dilakukan tindakan
berhubungan keperawatan selama
dengan 2×24 jam pasien
insomnia dalam diharapkan dapat
waktu lama,memperbaiki pola
terbangun lebih tidurnya dengan
awal atau
criteria :
terlambat 1. Mengatur jumlah
bangun dan
jam tidurnya
penurunan 2. Tidur secara rutin
kemampuan 3. Miningkatkan pola
fungsi yng
tidur
ditandai dengan 4. Meningkatkan
penuaan kualitas tidur
perubahan pola 5. Tidak ada
tidur dan cemas gangguan tidur
3 Inkontinensia NOC : Setelah NIC : Perawatan Inkontinensia Urin
urin fungsional dilakukan intervensi 1. Monitor eliminasi urin
berhubungan keperawatan selama 2. Bantu klien mengembangkan
dengan 3×24 jam diharapkan sensasi keinginan BAK.
keterbatasan pasien mampu : 3. Modifikasi baju dan lingkungan
neuromuskular 1. Kontinensia Urin untuk memudahkan klien ke toilet.
yang ditandai 2. Merespon dengan 4. Instruksikan pasien untuk
dengan waktu cepat keinginan mengonsumsi air minum sebanyak
yang diperlukan buang air kecil 1500 cc/hari.
ke toilet
(BAK).
melebihi waktu 3. Mampu mencapai
untuk menahan toilet dan
pengosongan mengeluarkan urin
bladder dan
secara tepat waktu.
tidak mampu 4.Mengosongkan
mengontrol bladde dengan
pengosongan. lengkap.
5.Mampu
memprediksi
pengeluaran urin.
4 Gangguan NOC : Setelah NIC : Latihan Daya Ingat
proses berpikir dilakukan intervensi 1. Diskusi dengan pasien dan
berhubungan keperawatan selama keluarga beberapa masalah ingatan
dengan 2×24 jam pasien 2. Rangsang ingatan dengan
kemunduran diharapkan dapat mengulang pemikiran pasien
atau kerusakan meningkatkan daya kemarin dengan cepat
memori ingat dengan criteria : 3. Mengenangkan tentang
sekunder 1. Mengingat dengan pengalaman di masalalu dengan
16
segera informasi yang pasien
tepat
2.Mengingat inormasi
yang baru saja
disampaikan
3.Mengingat
informasi yang sudah
lalu
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses
menua atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk dan figur tubuh yang tidak proporsional.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan
peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan
terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan
asam folat.
B. Saran
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun. Ada baiknya
bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.
Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada
kelompok MANULA
23
DAFTAR PUSTAKA
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
NIC
NOC
iv