Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

LANSIA DAN PENGKAJIAN KEBUTUHAN NUTRISI


LANSIA

Disusun Oleh :
1. Adelia Sinatria (17001)
2. Afeniola Devry (17048)
3. Bangkit Aditya (17011)
4. Dwi Rahayu (17012)
5. Rachelia Vindiantika (17033)
6. Skolastika Dina (17036)
7. Yuni Purwaningsih (17045)

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA


SURAKARTA
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper insan husada maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata
kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
DASAR LANSIA DAN PENGKAJIAN KEBUTUHAN NUTRISI
LANSIA”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran
yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Surakarta, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................2
A. Definisi Asuhan Keperawatan Lansia ..........................................................................................2
B. Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ............................................................................................2
C. Fokus Asuhan Keperawatan Lansia .............................................................................................2
D. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ..............................................................................................3
E. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia ....................................................................................................3
F. Asuhan Keperawatan....................................................................................................................5
BAB IV ................................................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 23
B. Saran.......................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstuktur lanjut
usia(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau jawa dan bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini
antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh
karenanya kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan
dimana lansia sekarang mayotritas berdomisili didaerah perkotaan(menkokesra,2003).
Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan caregiver yang ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap
dipertahankan untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi kebutuhan dasar
manusia tanpa bantuan sepenuhnya, sehingga lansia juga dapat melakukan perannya di
dalam lingkungan keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan tidak
terpenuhi, maka jumlah lansia yang menjadi beban negara juga semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Asuhan Keperawatan Lansia?
2. Apa Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia?
3. Apa Fokus Asuhan Keperawatan Lansia?
4. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lanjut Usia?
5. Apa Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia?
6. Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Asuhan Keperawatan Lansia
2. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia
3. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lansia
4. Untuk mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
5. Untuk mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
6. Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Lansia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Asuhan Keperawatan Lansia


Asuhan keperawatan lanjut usia adalah suatu rangkaian kegiatan proses
keperawatan yang ditujukan kepada usia lanjut, meliputi kegiatan pengkajian, dengan
memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis,sosial dan spiritual, menganalisis masalah dan
merumuskan diagnosis keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan implementasi
dan melakukan evaluasi.
Menurut wahyudi nugroho,2008, asuhan keperawatan lanjut usia(gerontik)
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan atau bimbingan serta
pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, kelompok,
seperti di rumah atau lingkungan keluarga, panti wenda atau puskesmas, yang diberikan
oleh perawat.
Keperawatan gerontology adalah suatu pelayanan professional yang berdasarkan
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan cultural
yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu,keluarga,kelompok, dan masyarakat.

B. Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia


Tujuan asuhan keperawatan lansia adalah agar lansia mampu:
1. Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotif,preventif, dan
rehabilitatif.
2. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta meningkatkan kemampuanya
dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
3. Mempertahankan serta memiliki semangat hidup yang tinggi
4. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit.
5. Merangsang petugas kesehaatan agar dapat mengenal diagnosa secara dini.
6. Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan pada lansia.

C. Fokus Asuhan Keperawatan Lansia


Pada dasarnya fokus dari asuhan keperawatan pada lanjut usia meliputi:
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
2. Pencegahan penyakit( Preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
2
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

D. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


1. Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu:
a. klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
2. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penanmpung rahasia pribadi dan sebagai sahabat
yang akrab.
3. Pendekatan social
Mengatakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.

E. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa
otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan
protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal
dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk
lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka
cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
2. Protein
3
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari
adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi
dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen
(protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan
pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut
adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan
banyak mengandung asam lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan
telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak
dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena
dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan
zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan
untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang
berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan

4
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu
metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku, Agama,
Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang,
sulit mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa
kasus. Selain itu klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan
aktifitas dan badannya terasa letih dan lemah.
2) Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan, pola
tidur, BAB, BAK dan personal hygine.
2) Kemandirian dalam melakuakan aktifitas

5
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri,
membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan sepenuhnya. Pada
beberapa lansia biasanya mengalami intoleransi aktifitas atau kegiatan fisik
yang dilakukan kurang.

3) Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian keseimbangan
untuk klien lansia yaitu :
a) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan, ujilah
hal-hal dibawah ini :
1. Keseimbangan saat duduk
a. Bersandar atau bertumpu pada kursi= 0
b. Mantap, aman= 1
2. Bangkit berdiri
a. Tidak stabil bila tanpa bantuan=1
b. Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk sokongan= 1
c. Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri= 2
3. Upaya untuk bangkit berdiri
a. Tidak mampu tahan lama= 0
b. Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya lebih satu
kali= 1
c. Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya= 2
4. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
a. Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki)= 0
b. Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong lainnya=
1
c. Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong lainnya=2
5. Keseimbangan saat berdiri
a. Tidak stabil =0
b. Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar atau
menggunakan alat bantu =1

6
c. Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong=2
6. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi serapat
mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak 3 kali)
a. Mulai terjatuh =0
b. Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya mendapat
keseimbangan =1
c. Tetap stabil =2
7. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
a. Tidak stabil =0
b. Stabil =1
8. Upaya untuk duduk
a. Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak atau terjatuh ke
atas kursi) =0
b. Mempergunakan tangan =1
c. Gerakan yang halus serta aman =2
b) Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam lorong atau
menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang perlahan kemudian pada
saat balik dengan irama yang cepat. Dapat digunakan tongkat bila pasien
biasanya menggunakannya.
1. Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk memulainya =0
2) Tidak ada keraguan =1
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
2. Ayunan kaki kiri
a. Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0

7
b. Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
c. Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
d. Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
3. Kesimetrisan langkah
a. Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
b. Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
4. Keberlanjutan langkah
a. Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
b. Langkah-langkah yang diayunkan tampak berkesimbungan =1
5. Jalur berjalan
a. Ada penyimpangan =0
b. Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau klien
menggunakan tongkat penyokong =1
c. Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
6. Bagian torso tubuh
a. Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan alat
penyokong =0
b. Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi lutut atau
perentangan saat berjalan =0
c. Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan atau alat
sokong =2
7. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
a. Tumit-tumit terpisah =0
b. Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1

Interprestasi hasil :
0-8 = Resiko jatuh tinggi
9-18 = Resiko jatuh sedang
19-22 = Resiko jatuh rendah

4) Tanda-tanda Vital

8
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi perubahan
berat badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat
ini

5) Pengkajian Persistem
a) Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan
pada sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada
secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak
menggunakan alat bantu nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran
kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan
dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding
thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler
b) Kardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada

9
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi
pelebaran atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
c) Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada uji
nervus olfakturius, akustikus dan vagus.
d) Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
e) Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan tidak
teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah, distensi,
disfagia, gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur dan
perubahan berat badan (penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah tidak
lengkap (ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak
terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

10
f) Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk
tulang belakang lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
g) Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat
(3P:poliuri,polifagia,polidipsia), lemah, kesulitan menelan, perubahan BB.

Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami
penurunan fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang
(mengalami kerontokan).
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
h) Persepsi Sensori
Anamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan penglihatan,
penurunan pendengaran, mata berkunang-kunang.
Mata
Inspeksi : kekeruhan pada lensa
Palpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada pembengkakan kelopak
mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi :ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

d. Pengkajian Psikososial
1) Pengkajian Status Mental Lansia
a) Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
b) Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini
Mental Status Exam (MMSE)
2) Pengkajian Status Sosial
Pada beberapa lansia yang tinggal seorang diri baik karena tempat tinggalnya
terpisah dengan anaknya atau pasangannya telah meninggal mungkin lebih
beresiko merasa depresi dan kesepian.
3) Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan

11
Kaji kebiasaan merokok klien, penggunaan alkohol atau Penggunaan obat-
obatan tanpa resep yang bisa mempengaruhi kebutuhan nutrisi pasien
4) Pengkajian Lingkungan
Kaji keadaan serta suasana rumah klien, sanitasi serta factor-faktor resiko yang
ada dilingkungan klien.
5) Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Kaji apakah klien sering datang untuk kunjungan keposyandu lansia,
kunjungan kepuskesmas atau rumah sakit atau dokter atau tenaga kesehatan
dan apakah klien memliki pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan
6) Tingkat Pengetahuan/Sikap
Kaji bagaimana tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan atau keperawatan
dan sikap klien tentang kesehatan atau keperawatan

e. Pengkajian kebutuhan nutrisi


A (Antropometri)
1) Berat badan
2) Tinggi badan
3) Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
BB (kg)
4) BMI (Body Mass Index): TB × TB (m)

Tabel: batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0


Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 ─ 18,5
Normal 18,5 ─ 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Sumber: Depkes 2002, dalam Asmadi, 2008)

5) Lingkar pergelangan tangan


6) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal
Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
12
7) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm
B (Biokimia)
1) Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg %)
4) BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5
─ 1,0 mg/100 ml)
C (Clinical)
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
D (Diet)
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?

13
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?
(Tarwoto & Wartonah, 2006)

2. Diagnosa keperawatan
Aspek fisik atau biologis

1) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam
memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor
biologi.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
3) Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan
4) Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder
5) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
6) Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
7) Kelelahan b.d kondisi fisik kurang
8) Risiko kerusakan integritas kulit
9) Kerusakan Memori b.d gangguan neurologis

Aspek psikososial

10) Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,
dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

14
11) Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera,
perubahan status mental
12) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
13) Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi
peran, lingkungan, status ekonomi
14) Resiko Kesendirian
15) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau
terapi
16) Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain,
cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural.

3. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Dx Keperawatan
1 Ketidakseimban NOC : Status nutrisi NIC: Manajemen ketidakteraturan
gan nutrisi : Setelah dilakukan makan(eating disorder management)
kurang dari intervensi 1. Kolaborasi dengan anggota tim
kebutuhan keperawatan selama kesehatan untuk memuat
tubuh b.d tidak 3X24 jam pasien perencanaan perawatan jika sesuai.
mampu dalam diharapkan mampu: 2. Diskusikan dengan tim dan pasien
memasukkan, 1. Asupan nutrisi untuk membuat target berat badann,
memasukan, tidak bermasalah jika berat badan pasien tdak sesuia
mencerna, 2. Asupan makanan dengan usia dan bentuk tubuh.
mengabsorbsi dan cairan tidak 3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk
makanan karena bermasalah menentukan asupan kalori setiap
factor biologi. 3. Energy tdak hari supaya mencapai dan atau
bermasalah mempertahankan berat badan sesuai
4. Berat badan ideal target.
4. Ajarkan dan kuatkan konsep
nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan hubungan suportif
dengna pasien
6. Dorong pasien untuk memonitor
diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan
7. Gunakan teknik modifikasi
tingkah laku untuk meningkatkan
berat badan dan untuk
15
menimimalkan berat badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan
berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat
badan.
2 Gangguan pola NOC : Setelah
tidur dilakukan tindakan
berhubungan keperawatan selama
dengan 2×24 jam pasien
insomnia dalam diharapkan dapat
waktu lama,memperbaiki pola
terbangun lebih tidurnya dengan
awal atau
criteria :
terlambat 1. Mengatur jumlah
bangun dan
jam tidurnya
penurunan 2. Tidur secara rutin
kemampuan 3. Miningkatkan pola
fungsi yng
tidur
ditandai dengan 4. Meningkatkan
penuaan kualitas tidur
perubahan pola 5. Tidak ada
tidur dan cemas gangguan tidur
3 Inkontinensia NOC : Setelah NIC : Perawatan Inkontinensia Urin
urin fungsional dilakukan intervensi 1. Monitor eliminasi urin
berhubungan keperawatan selama 2. Bantu klien mengembangkan
dengan 3×24 jam diharapkan sensasi keinginan BAK.
keterbatasan pasien mampu : 3. Modifikasi baju dan lingkungan
neuromuskular 1. Kontinensia Urin untuk memudahkan klien ke toilet.
yang ditandai 2. Merespon dengan 4. Instruksikan pasien untuk
dengan waktu cepat keinginan mengonsumsi air minum sebanyak
yang diperlukan buang air kecil 1500 cc/hari.
ke toilet
(BAK).
melebihi waktu 3. Mampu mencapai
untuk menahan toilet dan
pengosongan mengeluarkan urin
bladder dan
secara tepat waktu.
tidak mampu 4.Mengosongkan
mengontrol bladde dengan
pengosongan. lengkap.
5.Mampu
memprediksi
pengeluaran urin.
4 Gangguan NOC : Setelah NIC : Latihan Daya Ingat
proses berpikir dilakukan intervensi 1. Diskusi dengan pasien dan
berhubungan keperawatan selama keluarga beberapa masalah ingatan
dengan 2×24 jam pasien 2. Rangsang ingatan dengan
kemunduran diharapkan dapat mengulang pemikiran pasien
atau kerusakan meningkatkan daya kemarin dengan cepat
memori ingat dengan criteria : 3. Mengenangkan tentang
sekunder 1. Mengingat dengan pengalaman di masalalu dengan
16
segera informasi yang pasien
tepat
2.Mengingat inormasi
yang baru saja
disampaikan
3.Mengingat
informasi yang sudah
lalu

5 Disfungsi NOC : Fungsi NIC : Konseling Seksual


seksual Seksual 1. Bantu pasien untuk
berhubungan 1. Mengekspresikan mengekspresikan perubahan fungsi
dengan kenyamanan tubuh termasuk organ seksual
perubahan 2. Mengekspresikan seiring dengan bertambahnya usia.
struktur kepercayaan diri 2. Diskusikan beberapa pilihan agar
tubuh/fungsi dicapai kenyamanan.
yang ditandai
dengan
perubahan
dalam mencapai
kepuasan
seksual.
6 Kelemahan NOC : Level NIC : Latihan dengan Terapi
mobilitas fisik Mobilitas ( Mobility Gerakan ( Exercise Therapy
b.d kerusakan Level ) Ambulation )
musculoskeletal Setelah dilakukan 1. Kosultasi kepada pemberi terapi
dan intervensi fisik mengenai rencana gerakan
neuromuscular keperawatan selama yang sesuai dengan kebutuhan
2X24 jam diharapkan 2. Dorong untuk bergerak secara
pasien dapat : bebas namun masih dalam batas
1. Memposisikan yang aman
penampilan tubuh 3. Gunakan alat bantu untuk
2. Ambulasi : bergerak, jika tidak kuat untuk
berjalan berdiri (mudah goyah/tidak kokoh)
3. Menggerakan otot
4. Menyambung
gerakan/mengkolabor
asikan gerakan
7 Kelelahan b.d NOC:Activity NIC Energy Management
kondisi fisik Tolerance 1. Monitor intake nutrisi untuk
kurang Setelah dilakukan memastikan sumber energi yang
intervensi adekuat
keperawatan selama 2. Tentukan keterbatasan fisik
2X24 jam diharapkan pasien
pasien dapat: 3. Tentukan penyebab kelelahan
1. Memonitor usaha 4. Bantu pasien untuk jadwal
bernapas dalam istirahat
respon aktivitas
2. Melaporkan
aktivitas harian
17
3. Memonitor ECG
dalam batas normal
4. Memonitor warna
kulit
8 Risiko NOC : Kontrol NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin
kerusakan Risiko ( risk control ) surveillance )
integritas kulit Setelah dilakukan 1. Monitor area kulit yang terlihat
intervensi kemerahan dan adanya kerusakan
keperawatan selama 2. Monitor kulit yang sering
2X24 jam diharapkan mendapat tekanan dan gesekan
pasien dapat : 3. Monitor warna kulit
1. Kontrol perubahan 4. Monitor suhu kulit
status kesehatan 5. Periksa pakaian, jika pakaian
2. Gunakan support terlihat terlalu ketat
system pribadi untuk
mengontrol risiko
3.Mengenal
perubahan status
kesehatan
4. Monitor factor
risiko yang berasal
dari lingkungan
9 Kerusakan NOC : Orientasi NIC : Pelatihan Memori ( Memory
Memori b.d Kognitif Training )
gangguan Setelah dilakukan 1 Stimulasi memory dengan
neurologis intervensi mengulangi pembicaraan secara
keperawatan selama jelas di akhir pertemuan dengan
2X24 jam diharapkan pasien.
pasien dapat : 2 Mengenang pengalaman masa lalu
1 Mengenal diri dengan pasien.
sendiri 3 Menyediakan gambar untuk
2 Mengenal orang mengenal ingatannya kembali
atau hal penting 4 Monitor perilaku pasien selama
3 Mengenal terapi
tempatnya sekarang
4 Mengenal hari,
bulan, dan tahun
dengan benar
10 Coping tidak NOC:koping (coping) NIC : coping enhancement
efektif b.d Setelah dilakukan 1. Dorong aktifitas social dan
percaya diri intervensi komunitas
tidak adekuat keperawatan selama 2. Dorong pasien untuk
dalam 3X24 jam pasien mengembangkan hubungan
kemampuan secara konsisten 3. Dorong berhubungan dengan
koping, diharapkan mampu: seseorang yang memiliki tujuan dan
dukungan social 1. Mengidentifikasi ketertarikan yang sama
tidak adekuat pola koping efektif 4. Dukung pasein untuk
yang dibentuk 2. Mengedentifikasi menguunakan mekanisme
dari pola koping yang pertahanan yang sesuai.
karakteristik tidak efektif 5. Kenalkan pasien kepada
18
atau hubungan. 3. Melaporkan seseorang yang mempunyai latar
penurunan stress belakang pengalaman yang sama.
4. Memverbalkan
control perasaan
5. Memodifikasi gaya
hidup yang
dibutuhkan
6. Beradaptasi
dengan perubahan
perkembangan
7. Menggunakan
dukungan social yang
tersedia
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan
psikologis
11 Isolasi social NOC : Lingkungan NIC : Keterlibatan keluarga (Family
b.d perubhaan keluarga : internal ( involvement)
penampilan family environment: 1. Mengidentifikasikan kemampuan
fisik, peubahan interna) anggota keluarga untuk terlibat
keadaan Setelah dilakukan dalam perawatan pasien.
sejahtera, intervensi 2. Menentukan sumber fisik,
perubahan keperawatan selama psikososial dan pendidikan pemberi
status mental. 3X24 jam pasien pelayanan kesehatan yang utama.
secara konsisten 3. Mengidentifkasi deficit perawatan
diharapkan mampu: diri pasien
1.Berpatisipasi dalam 4. Menentukan tinggat
aktifitas bersama ketergantungan pasien terhadap
2. Berpatisipasi dala keluarganya yang sesuai dengan
tradisi keluarga umur atau penyakitnya.
3.Menerima kujungan
dari teman dan
anggota keluarga
besar
4. Memberikan
dukungan satu sama
lain
5. Mengekspresikan
perasaan dan masalah
kepada yang lain.
6. Mendorong
anggota keluarga
untuk tidak
ketergantungan
7. Berpatisipasi
dalam rekreasi dan
acara aktifitas
komunitas
8. Memecahkan
19
masalah
12 Gangguan harga NOC : NIC : Peningkatan harga diri
diri Setelah dilakukan 1. Kuatkan rasa percaya diri
berhubungan tindakan intervensi terhadap kemampuan pasien
dengan keperawatan selama mengndalikan situasi
ketergantungan, 2×24 jam pasien 2. Menguatkan tenaga pribadi dalam
perubahan diharapkan akan bisa mengenal dirinya
peran, memperbaiki konsep 3. Bantu pasien untuk memeriksa
perubahan citra diri dengan criteria : kembali persepsi negative tentang
tubuh dan 1. Mengidentifikasi dirinya
fungsi seksual. pola koping terdahulu
yang efektif dan pada
saat ini tidak
mungkin lagi
digunakan akibat
penyakit dan
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan
keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan
reaksinya terhadap
penyakit dan
perubahan hidup
yang diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika
perlu, untuk
menghadapi
perubahan akibat
pnyakitnya
4.Melaporkan
kepuasan dengan
metode ekspresi
seksual
13 Cemas b.d NOC Anxiety NIC Anxiety Reduction
perubahan Control 1. Bantu pasien untuk
dalam status 1. Setelah dilakukan menidentifikasi situasi percepatan
peran, status intervensi cemas
kesehatan, pola keperawatan selama 2. Dampingi pasien untuk
interaksi , 2X24 jam diharapkan mempromosikan kenyamanan dan
fungsi peran, pasien dapat: mengurangi ketakutan
lingkungan, 2. Memonitor 3. Identifikasi ketika perubahan
status ekonomi intensitas cemas level cemas
3. Melaporkan tidur 4. Instuksikan pasien dalam teknik
20
yang adekuat relaksasi
4. Mengontrol respon
cemas
5. Merencanakan
strategi koping
dalamsituasi stress
14 Resiko NOC: Family Coping NIC: Family Support
Kesendirian Setelah dilakukan 1. Bantu pekembangan harapan yang
intervensi realistis
keperawatan selama 2. Identifikasi alami dukungan
2X24 jam diharapkan spiritual bagi keluarga
pasien dapat: 3. Berikan kepercayaan dalam
1. Mendemontrasikan hubungan dengan keluarga
fleksibelitas peran 4. Dengarkan untuk berhubungan
2. Mengatur masalah dengan keluarga, perasan dan
3.Menggunakan pertanyaan
strategi penguranagn
stress
4.Menghadapi
masalah
15 Gangguan citra NOC : Setelah NIC : Peningkatan Citra Tubuh
tubuh dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
berhubungan keperawatan selama mendiskusikan perubahan karena
dengan 2x24jam pasien penyakit atau pembedahan
perubahan dan diharapkan 2. Memutuskan apakah perubahan
ketergantungan meningkatkan citra fisik yang baru saja diterima dapat
fisik tubuhnya dengan masuk dalam citra tubuh pasien
(ketidakseimba criteria : 3. Memudahkan hubungan dengan
ngan mobilitas) 1. Merasa puas individu lain yang mempunyai
serta psikologis dengan penampilan penyakit yang sama
yang tubuhnya 4. Aspek spiritual
disebabkan 2. Merasa puas
penyakit atau dengan fungsi
terapi anggota badannya
3. Mendiskripsikan
bagian tubuh
tambahan
16 Distress NOC : pengaharapan NIC: penanaman harapan (hope
spiritual b.d (hope) instillation)
peubahan Setelah dilakukan 1. Pengkaji pasian atau keluarga
hidup, kematian intervensi untuk mengidentifikasi area
atau sekarat diri keperawatan selama pengharapan dalam hidup
atau orang lain, 3X24 jam pasien 2. Melibatkan pasien secara aktif
cemas, secara luas dalam perawatan diri
mengasingkan diharapkan mampu: 3. Mengajarkan keluarga tentang
diri, kesendirian 1. Mengekspresikan aspek positif pengharapan
atau orientasi masa depan
pengasingan yang positif
social, kurang 2. Mengekspresikan
sosiokultural. arti kehidupan
21
3. Mengekspresikan
rasa optimis
4. Mengekspresikan
perasaan untuk
mengontrol diri
sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan
rasa percaya pada diri
sendiri dan orang lain

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses
menua atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk dan figur tubuh yang tidak proporsional.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan
peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan
terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan
asam folat.

B. Saran
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun. Ada baiknya
bila mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas.
Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada
kelompok MANULA

23
DAFTAR PUSTAKA

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri :
Mosby, Inc.
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
NIC
NOC

iv

Anda mungkin juga menyukai