Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KERUSAKAN KOMUNIKASI

VERBAL

Dosen Pembimbing : Arlina Dhian S, S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ardhan Prasetiadita (1601003)


2. Anggita Wulandari (1601011)
3. Fani Suryani (1601011)
4. Lufik Fadillah (1601016)
5. Nurul Islamiati (1601021)
6. Shafa Martha Wijaya (1601027)
7. Ulva Nuraini (1601029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT IIIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan komunikasi verbal “
Keberhasilan tugas makalah keperawatan anak ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah membantu pembuatan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih ada kekuranagn, oleh karena
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas yang lain.

Klaten, November 2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu contoh kasus dengan kerusakan komunikasi verbal ialah stroke. Pasien
stroke dapat mengalami gangguan bicara, sangat perlu dilakukan latihan bicara disartia
maupun afasia. Speech Therapy sangat dibutuhkan mengingat bicara dan komunikasi
merupakan faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial. Kesulitan dalam
berkomunikasi akan menimbulkan isolasi diri dan perasaan frustasi (Sunardi, 2012).
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf pusat
dapat diprioritaskan sebagai diagnosa dengan alasan apabila tidak diatasi maka akan
berakibat ketidakmampuan individu untuk mengekspresikan keadaan dirinya dan dapat
berakibat lanjut pada penurunan harga diri pasien (Batticaca, 2012) Afasia motorik
merupakan kerusakan terhadap seluruh korteks pada daerah broca. Seorang dengan
afasia motorik tidak bisa mengucapkan satu kata apapun, namun masih bisa
mengutarakan pikirannya dengan jalan menulis (Sidharta M. , 2014). Salah satu bentuk
terapi rehabilitasi gangguan komunikasi verbal.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan
komunikasi verbal?

C. Tujuan
Supaya mahasiswa/i mampu mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus (Masalah Utama)


Kerusakan komunikasi verbal

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Kerusakan komunikasi verbal merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan dalam menerima atau
memproses komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain

2. Rentang Respons

RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF

Koheran Tangensial Flight of idea

Inkoheran Asosiasi longgar Blocking

Sirkumtansial Irelevan

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Hambatan perkembangan otak, khususnya frontal, temporal, limbik, sehingga
mengakibatkan gangguan dalam belajar, bicara, daya ingat. Selain itu
mengakibatkan seseorang menarik diri dari lingkungan atau timbul resiko perilaku
kekerasan.
Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus,
dan anak-anak.
b. Psikologis
 Penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.
 Pola asuh yang tidak adekuat.
 Konflik dan kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial Budaya
 Kemiskinan.
 Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
 Kehidupan terisolasi dan stressor.
2. Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami konflik dengan orang di
sekitarnya. Selain itu ada juga tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan
tidak berguna, putus asa, dan merasa tidak berdaya.

a. Mekanisme koping
Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif yang maladaptif
dipengaruhi oleh perjalanan masa lalunya. Seseorang yang telah mengembangkan
mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu dalam
mengatasi serangan masalah kognitif.

Mekanisme pertahanan ego yang mungkin teramati pada pasien gangguan


kognitif (perubahan proses pikir) :

- regresi
- denial
- kompensasi

D. Tanda dan gejala


1. Tidak mampu berbicara dengan bahasa yang dominan
2. Tidak mau bicara
3. Menolak untuk bicara
4. Kesulitan dalam mengungkapkan maksud atau mengekspresikan secara verbal
(aphasia, dysphasia, apraxia, dyslexia)
5. Kesulitan dalam membuat kata-kata atau kalimat (aphonia, dyslalia, dysarthria)
6. Berbicara tidak sesuai (inkoheren, asosiasi longgar, flight of idea)
7. Tidak ada kontak mata
8. Disorientasi tempat, waktu dan orang
9. Kesulitan dalam menggali dan memahami pola komunikasi yang biasanya
10. Menggunakan kata-kata yang tidak berhubungan atau tidak berarti
11. Pengulangan kata-kata yang didengar
12. Tidak mampu atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
13. Ungkapan verbal (verbalisasi) yang tidak tepat
14. Defisit visual sebagian atau total
15. Bicara atau verbalisasi yang sukar
16. Bicara gagap
17. Sengaja menolak berbicara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Pengkajian pola fungsional gordon
f. Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum : Kesadaran, Suara Bicara, TTV
g. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratorium, Pemeriksaan EKG,
Pemeriksaan Rontgen, Pemeriksaan CT Scan
h. Terapi pengobatan.

2. Pohon Masalah

Resiko kekerasan

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir


3. Data yang perlu dikaji
a. Perilaku klien
b. Ekspresi wajah klien saat diajak bicara.
c. Respon verbal klien.
d. Perawatan diri klien.
e. Kepribadian klien.
f. Aktivitas klien
g. Intake nutrisi dan cairan sehari-hari.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kekacauan pikiran.
b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah.

5. Rencana Tindakan
a. Tujuan Umum:

Klien tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan


kemampuan melakukan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang
sesuai dan dapat diterima.

b. Tujuan Khusus:

Setelah berinteraksi selama 5-8 kali, klien mampu bertahan pada satu topik
pembicaraan dengan indikator/kriteria hasil :
1. Kata-kata/kalimat-kalimat yang digunakan tepat/sesuai dengan topik
pembicaraan.
2. Kontak mata baik, mau menatap lawan bicara.

1. Setelah dilakukan interaksi selama …….kali, klien mampu menerima pesan


komunikasi dengan indikator/kriteria hasil :
a. Klien dapat menginterpretasikan pembicaraan orang lain.
b. Klien dapat menginterpretasikan bahasa non verbal (isyarat tubuh/gesture,
senyuman, kontak mata, dsb).
c. Klien bisa menjelaskan maksud dari gambar, simbol-simbol, atau tulisan-tulisan.
d. Klien dapat menginterpretasikan/ menilai pesan yang diterima dengan tepat.
2. Setelah dilakukan intertaksi selama ……kali, klien mampu mengekspresikan
informasi/pesan dengan jelas dan tepat, dengan indikator/kriteria hasil :
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara verbal.
b. Klien mampu menggunakan bahasa non verbal dengan tepat (gerak tubuh/gesture,
senyum, kontak mata).
c. Klien mampu mengekspresikan perasaannya lewat tulisan, gambar, atau simbol.
3. Setelah dilakukan interaksi selama ……kali, klien mampu berkomunikasi secara baik
dengan orang lain dengan indikator/kriteria hasil :
a. Kata-kata/kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi tepat, jelas, dan mudah
dimengerti orang lain.
b. Bahasa yang di pakai tidak membingungkan lawan bicara.
c. Tidak terdapat neoligisme, ekolalia, assosiasi longgar, flight of ideas, inkoherensi,
logore, sirkumtansial, tangensial, blocking, reming, dsb.
d. Dapat mengekspresikan bahasa non verbal dengan tepat (gesture, kontak mata,
senyuman, dsb).
4. Setelah berinteraksi dengan keluarga selama ……kali, klien mendapat dukungan dan
dapat memanfaatkan dukungan keluarga dalam perawatan dirinya dengan
indikator/kriteria hasil :
a. Klien mendapat dukungan keluarganya selama dalam perawatan.
b. Keluarga mengunjungi klien secara periodik/teratur.
c. Klien mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
d. Keluarga mampu menjelaskan kembali cara merawat klien dengan kerusakan
komunikasi verbal

6. Tindakan Keperawatan

Kemampuan Generalis

1. Mendengar Aktif (Active Listening)


a. BHSP
 Prinsip komunikasi terapetik.
 Pertahankan konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari kesan negatif)
 Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat.
b. Buat tujuan interaksi yang jelas.
c. Buat suasana tenang, jauhkan dari gangguan-gangguan yang akan menghambat
proses interaksi.
d. Hindari hal-hal yang negatif selama interaksi (mis : memotong pembicaraan,
bicara tentang diri sendiri, dsb).
e. Dengarkan pembicaraan klien lalu identifikasi tema/topik yang dominan.
f. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengetahui pola komunikasi klien
(misalnya: “Apa yang Anda maksud?” atau “Saya tidak mengerti yang Anda
maksudkan, bisakah Anda jelaskan kembali maksud Anda?”).
g. Gunakan teknik “Mengatakan secara tidak langsung” (misalnya: “Sepertinya
sangat sulit bagi Anda untuk mengungkapkan perasaan ……”, dst) untuk klien-
klien yang autistik.
h. Fokuskan pembicaraan pada satu topik atau satu tema.
i. Anjurkan untuk berbicara pelan-pelan, tenang dan jelas.
j. Gunakan bahasa yang konsisten pada saat berinteraksi (satu bahasa).
k. Anjurkan/dorong klien untuk mempertahankan kontak mata saat berinteraksi.

2. Stimulasi Kognisi + Restrukturisasi Kognisi (Cognitive Stimulation + Cognitive


Restructuring)
a. Kaji kemampuan klien menginterpretasikan/menilai pesan/ pembicaraan orang lain.
b. Kaji kemampuan klien menangkap dan menerima isyarat non verbal dari orang
lawan bicara.
c. Bantu klien mengidentifikasi pesan/informasi yang diterima.
d. Bantu klien mengidentifikasi interpretasi yang salah terhadap pesan/informasi yang
diterimanya.
e. Bantu klien memperbaiki interpretasi yang salah.
f. Berikan informasi yang tepat, singkat, dan berurutan, dari yang sederhana sampai
dengan yang kompleks.
g. Kuatkan dan ulangi informasi/pesan yang diberikan.
h. Minta klien untuk mengulang pesan/ informasi yang diterimanya tersebut.
i. Gunakan alat bantu untuk menstimulasi memori klien, misalnya cek list, jadwal
aktivitas, gambar, simbol, acara TV. Minta klien untuk menjelaskan maksud dari
gambar, simbol, acara TV tersebut, dst.
j. Beri reinforcement kepada klien.
k. Libatkan klien dalam TAK SS.
3. Latihan Daya Ingat (Memory Training)
a. Uji kemampuan klien memberikan pesan/informasi dengan cara meminta klien
mengungkapkan perasaannya secara verbal atau melalui tulisan, gambar, simbol
secara singkat dan jelas.
b. Bantu klien mengingat kembali pesan/informasi yang sudah disampaikan kepada
orang lain.
c. Beri klien kesempatan untuk berkonsentrasi.
d. Anjurkan klien untuk menerapkan teknik mengingat yang tepat melalui gambar,
tulisan, simbol, dsb.
e. Dorong klien untuk mempertahankan postur terbuka (kontak mata, posisi sejajar,
berhadapan, dsb)
f. Berikan reinforcement atas keberhasilan/kemajuan klien.

4. Mendengar Aktif + Fasilitasi Proses Belajar (Active Listening + Learning


Facilitation)
a. Atur tujuan komunikasi yang jelas dan realistis sesuai dengan kemampuan yang
sudah dicapai klien.
b. Pertahankan postur terbuka saat berkomunikasi.
c. Dengarkan pembicaraan klien dengan penuh perhatian.
d. Catat adanya flight of ideas, reming, sirkumtansial, asosiasi longgar, inkoherensi,
ekolalia, blocking, neoligisme, dan logore.
e. Monitor pesan non verbal klien.
f. Fokuskan pembicaraan pada satu topik yang konkrit. Gunakan tehnik fokusing.
g. Anjurkan/dorong klien untuk berkonsentrasi pada topik pembicaraan.
h. Gunakan bahasa yang familiar dan mudah dimengerti.
i. Koreksi interpretasi yang salah terhadap informasi/pesan dengan menggunakan
teknik klarifikasi dan validasi.
j. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya. Jawab pertanyaan dengan singkat,
jelas, dan tepat.
k. Dukung klien mengungkapkan/ mengekspresikan perasaannya.
l. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan klien.

5. Tingkatkan Keterlibatan Keluarga (Family Involvement Promotion)


a. Kaji persepsi keluarga terhadap kejadian dan situasi yang menjadi faktor pencetus
b. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan kerusakan
komunikasi verbal.
c. Identifikasi kemampuan dan keterlibatan keluarga dalam upaya perawatan klien.
d. Berikan informasi tentang kondisi klien, faktor pencetus dan cara merawat klien
dengan kerusakan komunikasi verbal kepada keluarganya.
e. Dorong keluarga untuk menjaga dan mempertahankan interaksi dengan klien
secara tepat.
f. Jelaskan pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien.
g. Jelaskan strategi/cara merawat dan berkomunikasi dengan klien
h. Dorong keterlibatan keluarga terhadap perawatan selama klien di rumah sakit.
i. Fasilitasi pertemuan klien dan keluarga secara periodik/teratur.

Kemampuan Spesialis

1. Lakukan Terapi Individu: Terapi Kognitif


2. Lakukan Terapi Kelompok: TAK Stimulasi Sensori
3. Lakukan Terapi Kelompok Terapeutik: Terapi Deviasi Perkembangan Usia 26 - 40
tahun
4. Lakukan Terapi Keluarga: Terapi Komunikasi
5. Lakukan Terapi Komunitas: Terapi Komunitas Asertif (ACT)

PERTEMUAN DENGAN KLIEN

SP I

a. Mendengarkan klien secara aktif


b. Melakukan stimulasi kognitif & melakukan restrukturisasi kognitif klien
c. Mealtih daya ingat klien
d. Memberi kesempatan pada klien untuk melatih teknik daya ingat
e. Membantu klien untu memasukkan kegiatan latihan daya ingat sebagai salah satu
kegiatan harian
SP II

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien pada pertemuan sebelumnya


b. Mendengarkan secara akitf dan memfasilitasi proses belajar klien
c. Memberi kesempatan pada klien untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain
d. Membantu klien untuk memasukkan kegiatan belajar berkomunikasi sebagai salah satu
kegiatan harian
e. Memotivasi klien untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain sesuai jadual

SP III

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien pada pertemuan sebelumnya


b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi I (Mengungkapkan pikiran otomatis)

SP IV

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi I
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi II ( Mengungkapkan alasan pikiran otomatis)

SP V

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi II
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi III (Tanggapan terhadap pikiran otomatis)

SP VI

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi III
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi IV (Menuliskan pikiran otomatis)

SP VII

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi IV
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi V (Penyelesaian masalah)
SP VIII

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi V
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi VI (Manfaat tanggapan)

SP IX

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi VI
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi VII (Mengungkapkan hasil)

SP X

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai klien dalam Terapi Kognitif Sesi VII
b. Melakukan Terapi Kognitif Sesi VIII (Catatan harian)
c. Memotivasi klien untuk terus melakukan kegiatan sesuai jadual
d. Mengikutsertakan klien untuk TAK Stimulasi Sensori
PERTEMUAN DENGAN KELUARGA

SP I

a. Menjelaskan kondisi klien kepada keluarga


b. Menjelaskan faktor pencetus masalah yang dihadapi klien
c. Menjelaskan keterlibatan keluarga dalam merawat klien
d. Menjelaskan cara merawat klien dengan kerusakan komunikasi verbal
e. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien dengan
kerusakan komunikasi verbal dihadapan perawat
f. Melakukan Terapi Kognitif Sesi IX (Support system)

SP II

a. Mengevaluasi pencapaian Terapi Kognitif Sesi IX


b. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien dengan
kerusakan komunikasi verbal secara langsung pada klien
c. Melakukan Terapi Deviasi Perkembangan Untuk Usia Dewasa (26 – 40 tahun)
SP III

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai keluarga pada pertemuan sebelumnya


b. Melakukan Terapi Keluarga: Komunikasi Sesi I (Identifikasi hambatan komunikasi dalam
keluarga)

SP IV

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai keluarga pada pertemuan sebelumnya


b. Melakukan Terapi Keluarga: Komunikasi Sesi II (Melakukan komunikasi secara sehat
dengan klien dan anggota keluarga lain)
c. Membantu keluarga untuk membuat jadual aktivitas untuk berkomunikasi secara sehat
(Discharge Planning)
d. Merencanakan untuk persiapan pulang klien bersama keluarga

SP V

a. Mengevaluasi kemampuan yang telah dicapai keluarga pada pertemuan sebelumnya


b. Melakukan Terapi Komunitas: Assertive Community Therapy (ACT)

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesulitan dalam berkomunikasi akan menimbulkan isolasi diri dan perasaan frustasi
(Sunardi, 2012). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan pada
sistem saraf pusat dapat diprioritaskan sebagai diagnosa dengan alasan apabila tidak
diatasi maka akan berakibat ketidakmampuan individu untuk mengekspresikan keadaan
dirinya dan dapat berakibat lanjut pada penurunan harga diri pasien (Batticaca, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F.B. 2010 Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba
Medika. Carpenito, 2012, Diagnosa Keperawataan (Handbook of Nursingdiagnosis), Edisi
10, Alih Bahasa Monica Ester, Jakarta: EGC
Hidayat A, Aziz Alimul (2010), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
Komala, Lukiati. (2009), Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung:
Widya Padjajaran.
Liliweri , Alo, (2009). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta: Pustaka. Pelajar diakses di
digilib.unimus.ac.id Maryam, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya,
Jakarta: Salemba Medika.
Muhammad, Arni (2009). Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai