Anda di halaman 1dari 23

ASKEP PADA HIPERKORTISOLISM

(CUSHING’S SYNDROME)
DEFINISI

 Chusing’s syndrome (CS) merupakan gejala-gejala


yang ditimbulkan oleh karena kelebihan hormon
kortisol (hipercortisolism).
Patofisiologi

 Efek metabolic dari CS merupakan efek fisiologis yang berlebihan dari kortisol
(glukokortikoid).
 Korteks adrenal pada penderita CS mengalami hiperplasia yang disebabkan oleh kelebihan
Adreno Cortikotropic Hormon (ACTH).
 Kelebihan ACTH mungkin disebbabkan oleh hipersekresi dari hipofisis anterior atau
ektopik (berasala dari luar hipofisis).
 Kelebihan ACTH tersebut menyebabkan hilangnya irama diurnal yang normal; penurunan
responsivitas prolaktin, tirotropin, dan gonadotropin terhadap releasing hormonnya;
serta perubahan pola tidur.
 Pasien dnegan CS menunjukkan gangguan metabolisme nitrogen, karbohidrat, dan
mineral.
 Adanya peningkatan jumlah total lemak tubuh sebagai akibat berkurangnya penggantian
(turnover) asam lemak dalam plasma , disertai redistribusi sebagian besar lemak
menyebabkan obesitas sentripetal .
Patofisiologi (2)

 Pasien CS mengalami peningkatan pemecahan protein jaringan, yang


menyebabkan peningkatan kadar nitrogen dalam urine, penurunan massa otot,
proximal miopaty, penipisan kulit, penurunan matrik tulang, kehilangan Calcium
tulang, dan kehilangan jaringa limpoid.
 Kadar kortikosteroid yang tinggi dpat membunuh sel-sel limfosit, dan organ-
organ yang mengandung sel limfosit seperti hepar, lien, limfa nodi akan
mengalami pengecilan ukuran. Sebagai akibatnya, responsivitas antibody
terhadap antigen akan menurun.
 Pada sebagain besar kasus CS akan disertai dengan peningkatan produksi
androgen, ynag disertai timbulnya jerawat, hirsutisme, dan hipertropi klitoris.
 Peningkatan hormon androgen juga dapat mengganggu aksis hipofisis-ovarium,
sehingga menurunkan prosuksi estrogen dan progesterone dari ovarium, dan
menyebabkan oligomenorhea (jarang menstruasi).
Etiologi

 CS merupakan gejala yang ditimbulkanoeh kelebihan


kortisol. Kelebihan kortisol dapat disebabkan oleh karena :
 Faktor endogen, yaitu karena kelebihan ACTH. Kelebihan
ACTH mungkin disebabkan oleh edenoma pada hipofisis
atau produk ektopik (tumor paru, usus, atau pancreas)
 factor eksogen , yaitu karena penggunaan hormon
kortisol yang berlebihan (Iatrogenik) untuk terapi,
mislanya pada cangkok organ, penyakit autoimun, dll.
Pengkajian

Riwayat Keperawatan
 Perubahan pola aktifitas dan pola tidur. Biasanya pasien mengalami
kelelahan dan kelemahan otot ; serta kesulitan tidur pada malam hari.
 Osteoporosis merupakan kejadian yang lazim dialami pasien CS, sehingga
klien pelru ditanya apakah mengalami nyeri tulang, dan riwayat terjadinya
fraktur.
 Sering mengalami infeksi, dan mudah memar.
 Pada pasien wanita, mungkin mengeluh mengalami gangguan mentruasi
(oligomenorhea).
 Riwayat pengobatan sbelumnya , terutama mengenai penggunan
kortikosteroid ataupun penyalahgunaan alkhohol (keduanya daat
menimbulkan gejala sperti CS).
Pengkajian

Pmeriksaan Fisik
 Perubahan distribusi lemak akan menyebabkan adanya buffalo hump, obesitas snetripetal,
penumpukan lemak supra clavikula, dan moon face (wajah seperti bulan).
 Biasanya pasien CS ditandai dengan tubuh yang besar , ekstremitas (kaki/tangan) yang kecil,
disertai kelemahan otot.
 Perubahan kulit akibat meningkatnya fragilitas pembuluh darah, seprti adanya bruis, kulit tipis dna
transparan, luka yang tidak sembeuh dengan sempirna, Redish-purple striae pada abdomen dan
paha.
 Bulu-bulu halus pada wajah dan badan disertai timbulnya jerawat.
 Pada pasien wanita perlu dikaji adanya hirsutism dna hipertropi klitoris sebagai akibat kelebiahn
anmdrogen.
 Kelebihan androgen dapat juga menyebabkan suara yang kasar, penipisan rambut tubuh dan
kebotakan pada pria.
 Ketika memriksa tanda-tanda vital , perawat harus mengamai adanya hipertensi akibat kelebihan
kortisol.
Pengkajian Psikososial

 Hipersekresia kortisol dapat menyebabkan emosi yang labil.


 Perawat perlu mengkaji adanya iritabilitas, kebingungan,
atau depresi.
 Klien CS dapat mengalami neurotik ataupun psikotik akibat
peningkatan kadar kortisol.
 Karena pasien CS mengalami perubahan penampilan fisik,
maka perawat pelru mengkaji respon pasien terhadap
perubahan tersebut, mungkin pasien megalami gangguan
gambaran diri.
Pemeriksaan Laboratorium

 Kadar kortisol dalam plasma mengalami peningkatan. Kadar kortisol dalam plasma harus
selalu diperiksa pada waktu yang sama setiap hari, karena kadar kortisol sangat bervariasi
sepanjang hari. Kadar plasma yang tinggi dapat juga terjadi pada keadaan sakit atau trauma
yang akut.
 Kadar ACTH dalam plasma tergantung dari etiologi. Kadar ACTH akan rendah samapi tak
terukur pada CS yang disebabkan oleh factor endogen primer (hiperplasia korteks adrenal),
ACTH meningkat pada CS yang disebabkan oleh factor ektopik (ACTH-producing adenoma).
 Hasil pemriksaan laboratorium yang lain meliputi ; peningkatan kadar gula darah;
peningkatan jumlah sel leukosit dan lomfosit dalam darah, peningkatan kadar natrium,
serta penurunan kadar kalsium dan potassium.
 Pemriksaan urin ditujukan untuk mengetahui adanya kortisol bebas dan metabolit kortisol
dan androgen (17-hydroksikortikosteroid dan 17-ketosteroid). Pasien harus diberitahu kalau
ia harus menampung seluruh urin selam 24 jam. Pada CS kadar zat-zat tersebut dalam urin
biasanya meningkat .
Pemeriksaan Penunjang Lain

 Over night dexametason test, suatu test supresi, berguna


dalam sekreening awal terhadap CS.
 Pada eriksaan tersebut, pasien tidak boleh mendapatkan terapi
selam 2 hari sebelum pemeriksaan, terutama terapi phenitoin
dan Phenobarbital.
 Pada tengah malam, pasien diberikan deksametason 1 mg per
oral, pada pagi harinya kadar kortisol plasma diperiksa.
 Normalnya, kadar kortisol kurang dari 5 mg/dl. Bila kadar
kortisol lebih dari 5 mg/dl maka perlu pemriksaan definitive
untuk menegakkan CS.
 Pada Low-dose deksametason test, pasien tidak mendpatkan obat-
obatan 2 hari sebelum test, dan harus dihindarkan dari tindakan yang
dapat menimbulkan stress.
 Data dasar dari urin 24 jam dikumpulkan pada hari peertama .
 Kemudian pasien diberikan deksametason 0.5 mg setiap 6 jam pada hari
ke-2 dan ke-3 sambil dilakukan pengumpulan uirine 24 jam.
 Setelah terkumpul urine 24 jam kemudian diperiksa kadar kortisol bebas,
kadar kreatinin , 17-ketosteroid dan 17-hydroksikortikosteroidnya.
 Pada kondisi normal, kadar 17-ketosteroid dan 17-hydroksikortikosterpoid
akan menurun (tersupresi).
 Jika kadarnya dalam urin tidak tersupresi, maka perlu pemriksaan
lanjutan dnegan high – dose (8mg) deksametasone suppression test.
 Pasien tidak boleh diberikan obat 2 hari sebelum pemeriksaan,dan
dihindarkan drai stress. Deksamteason 2 mg diberikan peroral setriap 6
jam selam 2 hari, dan urin 24 jam selam 2 hari juga dikumpulkan. Pasien
dengan hiperplasia korteks adrenal bilateral akan mengalami supressi
kadar 17-hydroksikortikosteroid sebsar 50 % atau kurang dari data dasar.
Test Metyrapone

 Test Metryrapone, digunakan untuk mengkaji respon


umpan balik antara hypothalamus-hipofdisis- korteks
adrenal.
 Metyrapone 750 mg diberikan setiap 4-6 jam.
Metyrapon akan menurunkan kadar kortisol sehinga
menstimulasi sekresi ACTH.
 Pada penderita adenoma korteks adrenal, tidak
terjadi peningkatan kadar ACTH.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi sodium


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan fragilitas
kapilerdna kulit
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dna kelemahan
otot.
4. Resiko terjadi cidera (fraktur) berhubungan dengan kehilangan matrik
tulang.
5. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
fisik
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan supresi sistem imunitas.
7. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido dan
amenorhea.
INTERVENSI : KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN

 Tujuan untuk diagnosa keperawatan ini adalah agar keseimbangan cairan tubuh
pasien dapat dipulihkan.
 Intervensi keperawatan dan kolaborasi yang direkomendasikan meliputi :
 Intervensi non bedah :
 Menimbang berat badan setiap hari
 Memonitor intake dan output untuk mengkaji adanya penumpukan cairan dalam
tubuh
 Membatasi intake cairan
 Kolaborasi pemberian obat yang dpat menurukan skeresi ACTH, seperti Mytotane
(Lysodren) suatu obat sitotoksik adrenal, Aminoglutethimide (Elipten, Cytadren) dan
Metirapone yenang meruakan enzim penghambat sekresi kortisol.
 Terapi radiasi diperlukan pada CS yang disebbakan oleh adenoma hipofisis , walaupun
tidak selalu efektif dan dapat merusak jaringan yang normal.
Intervensi pembedahan :
 Jenis pembedahan yang dilakukan pada CS tergantung dari etiologinya.
Jika penyebbanya adenoma pada hiofisis maka perlu dilakukan
hipophisektomi transfenoid. Jika penyebabnya adenoma atau karsinoma
adrenal, maka perlu dilakukan adrenalektomy. Biola hanya satu adrenal
yang terserang, maka dilakukan adrenalektomy unilateral, bila
penyebabnya ektopik, maka dilakukan hipophisektomi bilateral.
Perawatan pre operasi :
 Memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium,
chlorida, potassium)
 Karena psien muda terserang infeksi, maka perawat perlu menjaga
tehnik aseptic dan tehnik cuci tangan yang baik.
 Pasang pengaan di sisi tempat tidur dan Bantu pasien bila akan turun
drai tempat tidur, karena pasien mudah terjatuh.
 Berikan diit tinggi kalori dna tinggi protein sebelum operasi
 Jelaskan pada pasien kemungkinan pasien ia perlu pemberian kotrisol
selama 2 tahun setelah operasi unilateral dan pemberian kortisol selama
hidup bila dilakuakn adrenalektomy bilateral.
 Cek kadar gula darah, lakukan koreksi bila terjadi hiperglikemi.
Perawatan Post Operasi :
 Pasien post operasi adrenalektomy perlu dirawat di unit
perawatn intensif (ICU)
 Segera setlah operasi perawat perlu mengkaji adanya tanda-
tanda gangguan kardiovaskuler dan syock (hipotensi, nadai
cepat dna lemah, penurunan ouput urine.
 Monitor tanda-tanda vital, intake output, tekanan vena sentral,
berat badan dan elektrolit.
 Berikan kortikosteroid sesuai pesanan
 Berikan anlgetik untuk mengurangi nyeri akibat luka
insisi.Monitor respon pasien terhadap analgetik, laporkan
dokter bila nyeri tidka berkurang.
 Ajnjurkan psien untuk batuk efektif, nafas dalamdan berganti
posisi untuk mencegah akumulasi secret paru.
 Ganti bauta dna lakukan perawatan lukadnegan tehnik aseptic.
Intervensi : Kerusakan Integritas Kulit

Tujuan untuk diagnosakep[erawatan ini adalah agar pasien dapat mempertahankan


keutuhan integritas kulit.
Intervensi non pembedahan :
 Kaji keadaan kulit secara periodic untuk mengtahui adanya kemerahan, ekskoriasi, lecet
dan edema.
 Ganti posisi secara teratur dan pasnag bantalan pada bagian tulang yang menonjol.
 Anjurkan pasien untuk menghindari aktifitas yang dapat menyebabakan cidera kulit
 Anjurkan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus, dan menggunakan pencuur elektrik.
 Jaga kebersihan dan kelembaban kulit. Keringkan kulit setelah mandi dengan hati-hati,
bila perlu berikan losion pelmbab.
 Hati-hati saat memasang dan melepas plester bila ada.
 Berikan tekanan bebrapa saat pada tempat suntikan/injeksi untuk mencegah perdarahan.
Intervensi : Intoleransi ktifitas

Tujuan dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien


dapat menghematenergi dan dapat meningkatkan
kemmapuan beraktifitasnya.
Intervensi keperawatan :
 Berikan waktu istirahat yang cukup, karena klien udah lelah.
 Bantu klien mengidnetifikasi metode menghemat energi
 Buat jadwal perawatan bersama pasien, sehingga katifitas
perawatan tidak mengganggu wkatu istirahat pasien.
Intervensi : Risiko Cidera

Tujuan utama dari diagnosa keperawatan ini adalah agar pasien tidak
mengalami fraktur akibat osteoporosis.
Intervensi keperawatan :
 Bantu pasien saat beraktifitas
 Jelaskan adanya resiko fraktur sebagi akibat drai penyakit pasien.
 Jelaskan diit yang diperlukan (tinggi kalori dan protein, tinggi kalsium)
 Hindari terbentur benda keras an terjatuh.
 Pasien mungkinperlu diberikan vitamin D
 Hindari minuman yang mengandung cafein dna alkhohol.
 
Intervensi : Gangguan Body Image

Tjuan dari diagnosa keperwatan ini adalah pasien dapat


menggunakan cara-cara berdandan yang data meningkatkan
penampilan dan dapat mengungkapkan harapannya yang
realistis.
Intervensi keperawatan :
 Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang agak longgar,
berkrah tinggi dan lengan panjang.
 Diskusikan tentang perasaan pasien terhadap keadaanya saat
ini.
 Rujuk pasien kepada psikolog bila diperlukan.
DISCHARGE PLANNING

 Pemberian kortisol (lama pemberian, dosis, efek


samaping dan cara pemberian)
 Perlunya menggunakan medical alert (tanda)
 Perlunya membatasi aktifitas , karena pasien mengalami
kelemahan dan kelelahan.
 Pencegahan terjadinya fraktur (penggunaan lat Bantu
jalan, hindari lantai licin, benturan dll)
 tempat pelayanan yang dapat dihubungi bila klien
memerlukan.
Tank You

Anda mungkin juga menyukai