Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

“PERSPEKTIF EKONOMI KELEMBGAAN LAMA DAN BARU”

Dosen Pengampu : Dr. Suparman, SE., M.Si

Disusun Oleh :

1. Nur Hasni C10121092


2. Ulfi Yanti C10121094
3. Rinaldi C10121088
4. Abd. Rangga C10121089
5. Hurul Indah C10121169
6. Annisa Gapri C10121141
7. Puput Sriwulandari C10121096
8. Kikif Kifayatun Nikmah C10121093

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat,hidayah serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perspektif Ekonomi
Kelembagaan Lama dan Baru” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan.oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.

Akhir kata,kami ucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfat bagi semua kalangan.

Palu, 16 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 Pengertian Ekonomi Kelembagaan .............................................................. 6
2.2 Macam-macam ekonomi kelembagaan ........................................................ 7
2.3 Manfaat dan Fungsi ekonomi kelembagaan ................................................. 9
2.4 Perkembangan ekonomi kelembagaan di Indonesia................................... 11
2.5 Aliran ekonomi kelembagaan lama vs baru ............................................... 12
2.6. Pebedaan Ekonomi Baru dan Lama...........................................................15

2.7 Studi Kasus...................................................................................................16


BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi Kelembagaan adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari


pengaruh dan peranan institusi formal dan informal terhadap kinerja ekonomi,
baik pada tataran makro maupun tataran mikro. Ekonomi Kelembagaan Lama
(Old Institutional Economics/OIE) merupakan kritik terhadap aliran neoklasik
yang menekankan peran institusi dalam pembentukan pola perilaku ekonomi
masyarakat. OIE menolak pemikiran klasik yang mengabaikan faktor
kelembagaan seperti nilai-nilai, budaya, dan rule of life dalam ilmu ekonomi.
Tokoh-tokoh utama OIE antara lain Thorstein B. Veblen, John R. Commons, dan
Clarence E. Ayres.
Ekonomi Kelembagaan hadir sebagai bentuk model perilaku
manusia yang terbentuk dari lingkungan di mana mereka hidup dan dibesarkan.
Pemikiran OIE menekankan efisiensi sumber daya dan struktur insentif, serta
menolak pemikiran neoklasikal yang menafikan peran institusi. Dalam
perkembangannya, OIE menjadi dasar bagi lahirnya Ekonomi Kelembagaan Baru
(New Institutional Economics/NIE), yang mencoba menawarkan ekonomi
lengkap dengan teori dan institusinya, tetapi masih menggunakan landasan
analisis ekonomi neoklasik. Dengan demikian, Ekonomi Kelembagaan
memberikan kontribusi penting dalam memperluas pandangan ekonomi dengan
memasukkan aspek kelembagaan dan humanistik dalam analisis ekonomi, yang
sebelumnya diabaikan oleh aliran neoklasik.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud ekonomi kelembagaan?


2. Apa saja macam-macam ekonomi kelembagaan?
3. Apa saja manfaat dan fungsi ekonomi kelembagaan?
4. Bagaimana perkembangan ekonomi kelembagaan di Indonesia?
5. Apa perbedaan ekonomi kelembagaan lama dan ekonomi kelembagaan baru?

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekonomi kelembagaan


2. Untuk menjelaskan apa saja macam-macam ekonomi kelembagaan
3. Untuk memahami manfaat dan fungsi ekonomi kelembagaan
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekonomi kelembagaan di
Indonesia
5. Untuk mengetahui perbedaan ekonomi kelembagaan lama dan ekonomi
kelembagaan baru.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Kelembagaan

Ekonomi kelembagaan adalah cabang ilmu ekonomi yang menekankan


pada pentingnya aspek kelembagaan dalam menentukan bagaimana sistem
ekonomi dan sosial bekerja (Black, 2002). Salah satu kunci dalam aspek ekonomi
kelembagaan adalah menyangkut property right atau hak pemilikan. Property right
ini melekat dalam bentuk aturan formal dan juga norma sosial dan adat. Relefansi
hak pemilikan ini tergantung dari seberapa besar ia bisa dijalankan dan diakui
dalam masyarakat. Barzel (1989) menulis dalam bukunya mengenai Economic of
Property Rights, juga oleh Cheung (1968) yang melakukan study mengenai share
cropping di Taiwan. Kedua studi ini membuktikan bahwa ketidakjelasan hak
pemilikan dan enforced property rights terbukti menjadi handicap dalam
mentransformasi pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan lahan.
Jadi intinya ekonomi kelembagaan adalah ekonomi yang menekankan
pada hak kepemilikan. Perekonomian dikembangkan oleh individu atau kelompok
yang memiliki sarana atau faktor produksi. Sehingga mereka memiliki
keleluasaan atau wewenang untuk mengatur dan berperan dalam sektor
perekenomian serta pengembangannya. Dalam hal ini pemilik faktor produksi
menjadi pelaku pengembangan perekonomian. Ternyata dalam prakteknya banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan seperti
faktor sosial, politik, dan lainnya. Pada titik ini ekonomi kelembagaan masuk
untuk menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi sangat dipengaruhi oleh tata letak
antar pelaku ekonomi, desain aturan main, norma dan keyakinan suatu individu
atau komunitas, intensif untuk melakukan kolaborasi, model kesepakatan yang
dibikin, pilihan atas kepemilikan aset fisik maupun non fisik, dan lain-lain.
Intinya, selalu ada insentif bagi individu untuk berperilaku menyimpang sehingga
sistem ekonomi tidak bisa dibiarkan hanya dipandu oleh pasar. Dalam hal ini
diperlukan kelembagaan non pasar (non-market instituasi) untuk melindungi agar
pasar tidak terjebak dalam kegagalan yang tidak berujung, yakni dengan jalan
mendesain aturan mainatau kelembagaan (institutions).

Ekonomi kelembagaan mempelajari dan berusaha memahami peranan


kelembagaan dalam sistem dan organisasi ekonomi atau sistem terkait, yang lebih
luas. Kelembagaan yang dipelajari biasanya bertumbuh spontan seiring dengan
perjalanan waktu atau kelembagaan yang sengaja dibuat oleh manusia. Peranan
kelembagaan bersifat penting dan strategis karena ternyata ada dan berfungsi di
segala bidang kehidupan. Dengan demikian, ilmu ekonomi kelembagaan
kemudian menjadi bagian dari ilmu ekonomi yang cukup penting peranannya
dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial humaniora, ekonomi, budaya dan
terutama ekonomi politik.
Defini kelembagaan pun dipilah menjadi dua klasifikasi, yaitu dalam
prosesnya kelembagaan adalah upaya merancang pola interaksi antarpelaku
ekonomi sehingga terjadi kegiatan transaksi dan berdasarkan tujuannya
kelembagaan berfokus menciptakan efisiensi ekonomi dengan struktur yang ada.
Ekonomi konvensional berfokus menyelesaikan persoalan praktis. Berbeda
dengan ekonomi kelembagaan yang tidak tertarik pada penjelasan menyeluruh
atas persoalan ekonomi. Ekonomi kelembagaan hanya berfokus pada penyelesaian
persoalan ekonomi spesifik sehingga terjadi perbaikan yang signifikan. Terdapat
dua arus hubungan antara ekonomi dengan kelembagaan. Jika terdapat inefisiensi
dalam kelembagaaan untuk mencapai kesejahteraan antarpelakunya maka terdapat
keinginan untuk mengubah kelembagaan tersebut.

2.2 Macam-macam ekonomi kelembagaan

Dalam perkembangannya, terdapat dua macam Ekonomi Kelembagaan


yakni Ekonomi Kelembagaan Lama (Old Institutional Economics) dan Ekonomi
Kelembagaan Baru (New Institutional Economics).
a. Ekonomi Kelembagaan Lama
Muncul pada awal abad ke-20. Menurut Rutherford (1994) dalam Arsyad
(2010), Ekonomi Kelembagaan Lama ini dibangun dan berkembang di kawasan
Amerika Utara, para tokohnya antara lain: Veblen, Commons, Mitchell dan
Clarence Ayres. Ekonomi Kelembagaan Lama ini muncul sebagai kritik terhadap
aliran neoklasik. Para tokoh Ekonomi Kelembagaan Lama mengkritik keras aliran
neoklasik karena:
1. Neoklasik mengabaikan institusi dan oleh karena itu mengabaikan
relevansi dan arti penting dari kendala - kendala non anggaran
(nonbudgetary constraints).
2. Penekanan yang berlebihan kepada rasionalitas pengambilan keputusan
(rational- maximizing self-seeking behaviour of individuals).
3. Konsentrasi yang berlebihan terhadap keseimbangan (equilibrium) serta
bersifat statis.
4. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku
adalah pengulangan atau kebiasaan (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad,
2010).

b. Ekonomi Kelembagaan Baru


Mencoba untuk menawarkan ekonomi lengkap dengan teori dan
institusinya (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010). Ekonomi Kelembagaan
Baru menekankan pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan landasan
analisis ekonomi neoklasik. Beberapa asumsi ekonomi neoklasik masih
digunakan, tetapi asumsi tentang rasionalitas dan adanya informasi sempurna
(sehingga tidak ada biaya transaksi). Ekonomi Kelembagaan Baru. Menurut
Ekonomi Kelembagaan Baru, institusi digunakan sebagai pendorong bekerjanya
sistem pasar.
Arti penting dari Ekonomi Kelembagaan Baru adalah:

1. Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun


di atas landasan ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Kelembagaan Baru
mampu menjawab bahkan mengungkapkan permasalahan yang selama ini
tidak mampu dijawab oleh ekonomi neoklasik. salah satu permasalahan
tersebut adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai sebuah organisasi
administratif dan keuangan. Ekonomi kelembagaan baru merupakan
sebuah paradigma baru di dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau
bahkan menelaah ilmu ekonomi.
2. Ekonomi Kelembagaan Baru begitu penting dan bermakna di dalam
konteks kebijakan ekonomi sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi
Kelembagaan Baru berhasil mematahkan dominasi superioritas
mekanisme pasar. Ekonomi Kelembagaan Baru telah memposisikan
dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan non-pasar (non-market
institutions). Ekonomi Kelembagaan Baru telah mengeksplorasi faktor -
faktor non- ekonomi, seperti hak kepemilikan, hukum kontrak dan lain
sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi kegagalan pasar (market
failure). Menurut Ekonomi Kelembagaan Baru, adanya informasi yang
tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena free-riders di dalam barang-
barang publik dinilai sebagai sumber utama kegagalan pasar, sehingga
kehadiran institusi non-pasar mutlak diperlukan.
3. Ketika studi studi pembangunan memerlukan satu landasan teoritis,
Ekonomi Kelembagaan Baru mampu memberikan solusinya.

2.3 Manfaat dan Fungsi ekonomi kelembagaan

Institusi dibangun manusia untuk menciptakan tatanan yang baik (order)


dan mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di dalam kehidupan masyarakat.
Institusi merupakan landasan bagi keberadaan suatu masyarakat yang beradab.
Tanpa adanya institusi, tidak akan pernah ada masyarakat, yang ada hanyalah
sekelompok "binatang binatang yang berakal" yang senantiasa akan berusaha
untuk memenuhi tuntutan hasratnya yang kadang tidak terbatas, sehingga
kerusuhan, penjarahan dan kriminalitas menjadi sebuah hal yang biasa. Selama ini
para ekonomi neoklasik (konvensional) menafikkan peran institusi, mereka
memandang bahwa sistem mekanisme pasar merupakan penggerak roda
perekonomian yang terbaik. Menurut Veblen, sebuah institusi dan lingkungan
sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan pola perilaku ekonomi masyarakat.
Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung akan menyebabkan timbulnya
distorsi dalam setiap proses ekonomi. Menurut North, peran institusi formal
maupun institusi informal sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Tanpa
adanya institusi yang baik, biaya transaksi (transaction costs) dalam setiap
kegiatan ekonomi akan menjadi lebih tinggi. Kehadiran institusi sangat penting
sebagai alat untuk mengatur dan mengendalikan para pelaku ekonomi di dalam
pasar. Institusi yang baik akan mampu menciptakan persaingan yang adil dan
dinamis Menurut North, institusi sangat menentukan kemajuan ekonomi suatu
bangsa. Institusi tersebut mencakup tradisi sosial, budaya, politik, hukum dan
ideologi. Peran institusi sangat sentral dalam pembangunan ekonomi. Menurut
Rodrik (2003) dalam Arsyad (2010), ada empat fungsi institusi dalam kaitannya
dengan mendukung kinerja perekonomian, yaitu:
1. Menciptakan pasar (market creating) yaitu institusi yang melindungi
hak kepemilikan dan menjamin pelaksanaan kontrak.
2. Mengatur pasar (market regulating) yaitu institusi yang bertugas
mengatasi kegagalan pasar yakni institusi yang mengatur masalah
ekstemalitas, skala ekonomi (economies of scale) dan
ketidaksempurnaan informasi untuk menurunkan biaya transaksi
(misalnya: lembaga lembaga yang mengatur telekomunikasi,
transportasi dan jasa jasa keuangan).
3. Menjaga stabilitas (market stabilizing) yaitu institusi yang menjaga
agar tingkat inflasi rendah, meminimumkan ketidakstabilan
makroekonomi dan mengendalikan krisis keuangan (misalnya: bank
sentral, sistem devisa, otoritas moneter dan fiskal).
4. Melegitimasi pasar (market legitimizing) yaitu institusi yang
memberikan perlindungan sosial dan asuransi, termasuk mengatur
redistribusi dan mengelola konflik (misalnya: sistem pensiun, asuransi
untuk pengangguran dan dana dana sosial lainnya).

Negara-negara dengan institusi yang baik lebih mampu mengalokasikan


sumber daya secara lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa bekerja lebih
baik. Institusi yang kuat juga akan melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat dan
kredibel, sehingga berbagai bentuk kegagalan pasar bisa teratasi. Sebaliknya,
institusi yang buruk hanya akan menjadi sebuah beban yang akan senantiasa
menghalangi perekonomian untuk bisa bekerja dengan baik. Kebijakan yang
dilahirkan oleh sebuah institusi yang buruk juga berpotensi besar mengalami
kegagalan di tataran kebijakan (policy failure). Hal tersebut tentu saja akan
semakin memperburuk kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan pasar.

2.4 Perkembangan ekonomi kelembagaan di Indonesia

Perkembangan pemikiran ekonomi di Barat turut mempengaruhi studi-


studi ekonomi di Indonesia. Beberapa sarjana-sarjana Indonesia lulusan sekolah
Barat yang menaruh perhatian terhadap gagasan ini dapat dilacak misalnya,
Mubyarto, dengan pemikirannya tentang pengembangan ilmu dan pendidikan
ekonomi alternatif yang berpijak pada sistem nilai, sosial- budaya, dan kehidupan
ekonomi riil (real-life economy) masyarakat Indonesia. Perkembangan terkini
yang perlu dicatat ialah dimasukkannya mata kuliah ekonomi kelembagaan dalam
kurikulum studi pembangunan di fakultas ekonomi. Karena itu studi ekonomi
kelembagaan semakin popular. Demikian juga pengalaman banyak negara
menunjukkan bahwa kelembagaan (institutions) merupakan determinan utama
kesejahteraan dan pertumbuhan jangka panjang. Negara-negara ataupun kawasan
yang lebih makmur dewasa ini adalah yang memiliki kelembagaan politik dan
ekonomi lebih baik di masa lalu (Hall & Jones, 1999; dan Acemoglu, et.al., 2001).
Kemajuan China dan India dewasa ini, dengan segala kekurangannya, bisa
dijelaskan dari aspek kelembagaan ini. Juga negara-negara di Asia yang paling
dinamis. Apalagi saat terjadi gelombang krisis keuangan yang menerpa dunia saat
ini dimana mainstream ekonomi yang berpijak pada asumsi-asumsi ekonomi
klasik membuat pendekatan ekonomi klasik semakin dipertanyakan eksistensinya,
karena itu studi ekonomi kelembagaan semakin memperoleh tempat sebagai
pendekatan alternatif bagi ekonomi dunia saat ini.

2.5 Aliran ekonomi kelembagaan lama vs baru

Aliran Ekonomi Kelembagaan Baru dimulai pada tahun-tahun 1930-an


dengan ide dari penulis yang agak berbeda-beda. Intinya, aliran ini merupakan
upaya perlawanan terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik,
meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang ada pada
masing-masing para pemikir. NIE membangun teori kelembagaan nonpasar
dengan fondasi teori ekonomi Neoklasik. Douglas C. North menyebut bahwa NIE
masih menggunakan dan menerima asumsi dasar dari ekonomi Neoklasik
mengenai kelangkaan dan kompetisi akan tetapi meninggalkan asumsi rasionalitas
instrumental (instrumental rasionality). Fokus NIE pada kelembagaan nonpasar,
seperti hak kepemilikan, kontrak, partai revolutioner dan sebagainya. NIE dapat
dibagi dalam dua kategori, yaitu sejarah ekonomi baru (ner economic history)
yang dikembangkan oleh North, Fogel dan Rutherford; serta aliran pilihan publik
(public choice school) yang dikembangkan Buchanan Tullock Olson dan Bates.
Dan masih banyak cabang lain seperti teori ekonomi sosial baru, teori hukum dan
ilmu ekonomi, dan teori tindakan kiolektif.

Saat ini pun, ilmu ekonomi kelembagaan terus berkembang semakin dalam
karena ditekuni oleh banyak ahli ilmu ekonomi dan ilmu sosial lainnya, termasuk
beberapa di antaranya memenangkan hadiah nobel. Penghargaan tersebut tidak
hanya tertuju langsung kepada ahli dan orangnya, tetapi juga pada bidang
keilmuannya, yakni ilmu ekonomi kelembagaan itu sendiri. Namun, ada yang
membagi menjadi tiga aliran, yaitu yang lama, baru, dan yang “Aliran Quasi
Kelembagaan”. Aliran ketiga ini terpengaruh oleh pemikiran Veblen dan kawan-
kawannya. Tokohnya antara lain Joseph Schumpeter, Gunnar Myrdal, dan
Kenneth Galbraith.

Adam smith menyatakan bahwa kesejahteraan dapat dicapai dengan


kebebasan yang diberikan dengan syarat setiap orang mengikuti aturan yang ada.
Namun, terdapat berbagai kekurangan pada teori pemikiran ekonomi klasik yang
merangsang lahirnya ekonomi kelembagaan dalam mengkritisi kelemahan-
kelemahan ekonomi klasik maupun neoklasik. Kemudian, ekonomi kelembagaan
pun terbagi menjadi dua berdasarkan tradisi berpikir dan konsentrasi isunya, yaitu
ekonomi kelembagaan lama dan ekonomi kelembagaan baru yang biasa juga
disebut dengan mathematical/theoritical institutional economics. Ekonomi
Kelembagaan Baru (New Intstitutional Economics disingkat NIE) dimulai pada
tahun-tahun 1930-an dengan ide dari penulis yang berbeda-beda. Menurut Yustika
(2006), pada tahun-tahun terakhir ini terjadi kesamaan ide yang mereka usung itu
kemudian dipertimbangkan menjadi satu payung yang bernama NIE. Secara garis
besar, NIE sendiri merupakan upaya „perlawanan‟ terhadap dan sekaligus
pengembangan ide ekonomi Neoklasik, meskipun tetap saja dapat terpengaruh
oleh ideologi dan politik yang pada pada masing-masing para pemikir.
Ekonomi kelembagaan lama sebagian besar bersumber dari penelitian
veblen dan commons. Veblen lebih berfokus pada dikotomi antara bisnis dan
aspek industrial. Sedangkan Commons, lebih memerhatikan sudut pandang
hukum dari hak kepemilikan dan organisasi yang memiliki pengaruh pada
kegiatan ekonomi. Dengan begitu, kelembagaan dimaknai sebagai kritik pada
ekonomi klasik atau hedonik dan juga apapun yang berhubungan dengan perilaku
ekonomi.
North sendiri memaknai kelembagaan sebagai aturan yang membatasi
perilaku menyimpang untuk membangun struktur politik, ekonomi, dan sosial.
Kelembagaan memiliki tiga komponen, yaitu aturan formal, aturan informal, dan
mekanisme penegakan. Aturan formal membentuk sistem politik, sistem ekonomi,
dan sistem keamanan. Sedangkan, aturan informal meliputi pengalaman, nilai-
nilai tradisional, agama, dan seluruh faktor yang memengaruhi persepsi subyektif
individu. Terakhir, penegakan karena kelembagaan tidak efektif dengan
mekanisme penegakan. Undang-undang antitrust mencegah monopoli dan
persaingan tidak sehat, misalnya.
penggagas ekonomi kelembagaan Ronald Coase menyatakan bahwa
penting bagi organisasi ekonomi untuk mengimbangi gagasan intelektual
kebijakan kompetisi dan regulasi industri AS dapat dicapai melalui kebebasan
ekonomi dan kewirausahaan. Hal ini menarik kaum intelek sayap kiri untuk
menggoyang dominasi mazhab klasik dengan teori pasar bebasnya. NIE
diposisikan sebagai pembangun teori kelembagaan non pasar dalam mencari
solusi dari kegagalan pasar. Hal-hal yang dianggap tidak ada oleh neoklasik
seperti adanya informasi tidak sempurna, eksternalitas produksi, dan barang
publik yang oleh NIE disorot sebagai kegagalan pasar.
Perbedaan OIE dan NIE adalah konsentrasi masalahnya. OIE berfokus
mengkaji kebiasaan sebagai faktor yang menentukan formasi kelembagannya.
Sedangkan, NIE memerhatikan kendala yang menghalangi proses penciptaan
pengkondisian kelembagaaan sebagai kerangka interaksi antarindividu. NIE
dengan ekonomi biaya transasi membangun gagasan bahwa kelembagaan
berupaya mencapai efisiensi dengan meminimalisakan biaya secara menyeluruh,
bukan hanya biaya produksinya.
NIE sendiri dapat bekerja pada level makro dan mikro. Lingkungan
kelembagaan (institutional environment) pada level makro sebagai seperangkat
struktur aturan politik, sosial, dan ekonomi. Sedangkan, kesepakatan kelembagaan
(institutional arrangement) bekerja pada level mikro yang membahas kesepakatan
antara unit ekonomi untuk mengelola dan mencari jalan agar hubungan antarunit
tersebut bisa berlangsung, baik lewat kerjasama maupun kompetisi. NIE sendiri
terbagi menjadi dua mazhab utama yaitu aliran biaya transaksi dan aliran tindakan
kolektif. Aliran tindakan kolektif ini memperlihatkan keberhasilan ekonomi jika
dilakukan dengan kerjasama. Namun, aliran ini tetap terdapat unsur mazhab biaya
transaksi yang memperlihatkan sifat individu pelaku ekonomi kecil.
Kesimpulannya, ekonomi kelembagaan ingin memperlihatkan fenomena ekonomi
dapat dilihat dengan perspektif lain.
Contohnya, pemerintah Amerika Serikat yang memerhatikan pasar dan
bila diperlukan turut campur tangan ketika terdapat indikasi monopoli atau
persaingan tidak sehat. Amerika Serikat terbukti telah melayangkan hukuman bagi
para pelaku monopoli seperti perusahaan mainan Toys R Us, provider AT&T,
maskapai American Airlines, dan sebagainya. Maka, komponen kelembagaan
seperti aturan formal, aturan informal, baik mekanisme penegakan di Amerika
Serikat berjalan dengan baik. Adanya intervensi pemerintah dalam menghindari
monopoli ini berupaya untuk melindungi perusahaan lain yang terdapat pada
industri tersebut. Berbeda dengan Jerman yang telah memiliki badan pengawas
monopoli bernama Bundeskartellamt tetapi karena tidak menggunakan
pendekatan konfrontasi lembaga ini kurang efisien. Terdapat perbedaan aturan
kerja pada pemerintahan kedua negara tersebut yang memengaruhi mekanisme
penegakan dan hasilnya.

2.6 Perbedaan Ekonomi Kelembagaan Baru dan Lama

Ekonomi Kelembagaan Lama (Old Institutional Economics) dan Ekonomi


Kelembagaan Baru (New Institutional Economics) adalah dua cabang ilmu
ekonomi yang berbeda dalam pendekatan dan fokus mereka. Berikut adalah
perbedaan utama antara keduanya:

1. Fokus.

Ekonomi Kelembagaan Lama menekankan pada peran institusi dalam


pembangunan ekonomi dan mengkaji bagaimana institusi formal dan informal
mempengaruhi kinerja ekonomi. Sementara itu, Ekonomi Kelembagaan Baru
menekankan pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan landasan analisis
ekonomi neoklasik.

2. Teori.

Ekonomi Kelembagaan Lama merupakan cabang ilmu ekonomi yang tidak


memiliki teori dasar ekonomi ortodoks ekonomi klasik atau neoklasik.
Sementara itu, Ekonomi Kelembagaan Baru mencoba menawarkan ekonomi
lengkap dengan teori dan institusinya.

3. Pengembangan.
Ekonomi Kelembagaan Lama muncul pada awal abad ke-20[3]. Sementara itu,
Ekonomi Kelembagaan Baru dimulai pada tahun-tahun 1930-an sebagai upaya
perlawanan terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik[2].

4. Aliran.

Ekonomi Kelembagaan Lama dikenal dengan tokohnya adalah Adam Smith,


JS Mill, Karl Marx, Marxian, mahzab Austria (Menger, von Wieser, Hayek,
Schumpeter), dan neoklasik (Marshal Williamson)[2]. Sementara itu, aliran
Ekonomi Kelembagaan Baru berkembang dari ide yang agak berbeda-beda
dan mencakup penulis seperti Ronald Coase, Oliver Williamson, och Elinor
Ostrom[2].

Secara keseluruhan, perbedaan utama antara Ekonomi Kelembagaan Lama


dan Baru terletak pada fokus, teori, pengembangan, dan aliran yang masing-
masing mereka. Selama itu, keduanya cabang ilmu ekonomi berkembang secara
bersamaan dan menawarkan kerangka kerja yang berbeda untuk memahami dan
menganalisis ekonomi kelembagaan.

2.7 Studi Kasus

Industri tekstile merupakan sektor penting dalam perekonomian indonesia


dan penghasil devisa dengan nilai ekspor sebesar 9,27%. Industri tekstile mampu
menciptakan lapangan kerja dan menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2016
industri tekstile dikawasan industri Cimahi memiliki kontribusi yang cukup tinggi
dalam PDRB yaitu sebesar 46,8%. Selain berdampak positif terhadap pemerintah,
pengembangan industri berdampak positif terhadap masyarakat yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka
pengangguran/menciptakan lapangan pekerjaan. Adapun dampak negatif yaitu
merugikan masyarakat dan lingkungan yaitu terjadi pencemaran, baik pencemaran
air, tanah dan udara.
Dengan melihat dampak negatif diatas maka hal tersebut adalah contoh
dari aktivitas yang terjadi di ekonomi kelembagaan, termasuk dalam melanggar
norma etika lingkungan karena mencemari lingkungan dan dapat merugikan
masyarakat sekitar. Aturan ini muncul karena penerapan dari teori klasik yang
melihat kegiatan ekonomi dari faktor-faktor sosial, budaya, sejarah dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ekonomi


kelembagaan adalah cabang ilmu ekonomi yang menekankan pada pentinngnya
aspek kelembagaan dalam menentukan bagaimana sistem ekonomi yang social
bekerja salah satu aspek ekonomi kelembagaan adalah menyangkut property right
atau hak kepemilikan ekonomi kelembagaan menekan pada hak pemiliknya.
Ekonomi Kelembagaan adalah aktivitas ekonomi yang diambil atau
diciptakan oleh seorang individu untuk mengatur dan membentuk interaksi
politik, sosial, dan ekonomi. Aturan- aturan tersebut terdiri dari aturan seperti
undang-undang, norma sosial, konvensi dan adat istiadat. Jadi ekonomi
kelembagaan ini lebih menekankan bagaimana sistem ekonomi dan sosial bekerja.
Ekonomi kelembagaan muncul dengan realita dari kegagalan yang timbul pada
penerapan teori klasik. Sebenarnya, teori-teori ekonomi yang diterapkan sendiri
berbeda-beda tiap negara. Dengan tujuan yang sama yaitu kesejahteraan rakyat
bagi negara itu sendiri. Kondisi perekonomian yang berbeda akan memiliki solusi
yang berbeda. Dengan begitu, baik sistem kapitalis yang cenderung bebas maupun
sistem sosialis yang teratur digunakan oleh setiap negara dengan harapan dapat
menyelesaikan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masing-masing negara.
Ilmu ekonomi kelembagaan juga cepat berkembang, sehingga bisa pula
dipilah menjadi ekonomi kelembagaan lama (Old Institutional Economy) dengan
ekonomi kelembagaan baru (New Institutional Economy). aliran ini merupakan
upaya perlawanan terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik,
meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang ada pada
masing-masing para pemikir. NIE membangun teori kelembagaan nonpasar
dengan fondasi teori ekonomi Neoklasik. Douglas C. North menyebut bahwa NIE
masih menggunakan dan menerima asumsi dasar dari ekonomi Neoklasik
mengenai kelangkaan dan kompetisi akan tetapi meninggalkan asumsi rasionalitas
instrumental (instrumental rasionality).

3.2 Saran

Dari pemaparan makalah di atas, kami mengharapkan kesadaran dari


pembaca tentang pentingnya memahami sistem ekonomi dan jenis-jenis sistem
ekonomi. Dari kami sendiri memohon maaf jika ada kekurangan dari makalah ini,
maka kami mengharapkan saran dan kritikannya.
DAFTAR PUSTAKA

(2016, September 10). Tugas 1 Pengertian ekonomi kelembagaan.


http://ekonomikelembagaan.blogspot.com/2016/09/tugas-1-pengertian-ekonomi-
kelembagaan.html
Coase, R.H., 1993. “Coase on Posner on Coase”. Journal of Institutional and
Theoretical Economics 149, pp. 96-98.
Creswell, J.W., 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. United State of America: Sage Publications, Inc.
Darlinton, I and Scott, D., 2002. Qualitative Research in Practice Stories from the
Field. Crows Nest: Allen & Unwin.
http://e-journal.uajy.ac.id/445/3/2EP17094.pdf

http://mauiniapaitusyahyuti.blogspot.com/2017/01/aliran-ekonomi-kelembagaan-
lama-vs-baru.html?m=1

https://feb.ugm.ac.id/id/penelitian/artikel-dosen/829-mengenal-lebih-dekat-teori-
ekonomi-kelembagaan-baru-new-institutional-economic

Sari, Asti Kurnia (2012) KAJIAN EKONOMI KELEMBAGAAN KELOMPOK


TANI DI DESA BANARAN. 21-22..

Anda mungkin juga menyukai