Anda di halaman 1dari 2

KERJASAMA BILATERAL INDONESIA-JEPANG

STUDI KASUS: INDONESIA-JAPAN ECONOMIC ECONOMIC PARTNERSHIP


AGREEMENT (IJEPA)

Alfi Inayatillah 41202051807

Kerjasama antara negara baik dalam lingkup bilateral, regional dan multilateral sangat
dibutuhkan oleh suatu negara, dimana suatu negara sangat tidak akan dapat hidup sendiri
tanpa bantuan negara lain baik dalam sector ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain.
Dalam upaya untuk memenuhi kepentingan nasional, negara akan berupaya semaksimal
mungkin agar dapat mensejahterakan rakyatnya. Berbagai cara pasti dilakukan agar
kepentingan nasional sebuah negara dapat terpenuhi, termasuk dengan bantuan negara lain.

Konseptualisasi kerjasama perdagangan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bilateral berarti dari dua belah
pihak atau antara dua pihak. Menurut Cambridge English Dictionary, bilateral adalah situasi
di mana dua negara atau organisasi memiliki perjanjian perdagangan atau bekerja bersama
untuk mencapai sesuatu.
Dalam Buku Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (2005) karya Anak Agung
Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, hubungan bilateral adalah keadaan yang
menggambarkan hubungan timbal balik antara kedua belah pihak yang terlibat dan aktor
utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral itu adalah negara. hubungan bilateral mengacu
pada hubungan apa pun antara dua pihak.
Bilateral adalah hubungan antara dua negara yang tujuannya saling menguntungkan
kedua belah pihak. Istilah bilateral biasanya diaplikasikan pada persoalan politik, ekonomi
dan keamanan antar dua negara. Dapat terjadi bila kedua negara memiliki hubungan
diplomatik dan saling menempatkan wakilnya di tiap-tiap negara. Anak Agung Banyu
Perwita dan Yanyan Mochamad Yani mengatakan, dalam proses hubungan bilateral biasanya
ditentukan oleh tiga motif yaitu: Memelihara kepentingan nasional tiap-tiap negara ,
Memelihara dan menjaga perdamaian antar kedua belah pihak negara, dan juga
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Dalam hal ini Indonesia telah menjalankan Kerjasama dengan Jepang, kerja sama
tersebut disingkat IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement) yang
disepakati pada 20 Agustus 2007. Perjanjian tersebut mencapai kesepakatan tentang kerja
sama ekonomi antara kedua negara dalam perdagangan barang dan jasa, investasi, hak
kekayaan intelektual, dan juga energi dan sumber daya mineral. Jepang juga merupakan
tujuan terbesar kedua untuk ekspor nonmigas Indonesia setelah China.1

1
Ardiyanti, S. T. (2015). Dampak Perjanjian Perdagangan Indonesia - Jepang (Ijepa) Terhadap Kinerja
Perdagangan Bilateral. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 9(2), 129–151. https://doi.org/10.30908/bilp.v9i2.
Fokus IJEPA dalam perdagangan
IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement) mempunyai tujuan untuk
membantu menggerakkan perekonomian yang mendorong negara Indonesia dan Jepang
untuk melakukan spesialisasi produk yang menjadi keunggulan ekspor tertinggi dan
mengimpor produk dengan keunggulan yang rendah. Dengan itu, akan terjadi peningkatan
pendapatan nasional jangka panjang pada tingkat mikro dikarenakan pembukaan akses pasar
yang lebih luas dan level kompetisi antar pelaku pasar dari kedua negara akan meningkat
tajam. Pada tingkat makro terjadi persaingan antar negara dalam mewujudkan kesejahteraan
dan menaikkan daya saing antar keduanya. Dengan adanya kerja sama untuk membuka akses
pasar domestik di kedua negara ini menyebabkan bidang ekspor dan impor semakin
meningkat dan meningkatkan perekonomian negaranya masing-masing.
Contohnya Jepang mengekspor ke Indonesia berupa produk-produk otomotif yang
sudah siap pakai, sementara Indonesia mengekspor ke Jepang bahan-bahan mentah seperti
biji besi agar selanjutnya dapat diolah oleh Jepang

Siapakah pemenang dalam Kerjasama ini ?


Jika ini menurut pendapat saya maka saya akan menunjuk Jepang sebagai pemenang
atau negara yang mempunyai keungtungan lebih banyak dalam Kerjasama ini. Karena dalam
proses Kerjasama antara Indonesia dan Jepang terdapat General Review yang merupakan
momentum yang baik untuk merundingkan kembali perluasan akses pasar kedua negara, serta
peningkatan kerja sama ekonomi yang lebih luas, dan diadakan tiap lima tahun tetapi Jepang
menunda pelaksaannya untuk mensyaratkan adanya perubahan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) yang dianggap Jepang tidak sesuai komitmen Indonesia dalam IJEPA, namun klaim
ini hanyalah sepihak dinyatakan oleh Jepang dan sangat merugikan bagi Indonesia. Karena
kenyataannya Indonesia telah menawarkan kepada Jepang untuk memberikan masukan saat
perumusan PMK sebelum diterbitkan. Dan dalam Kerjasama dengan Jepang, Indonesia
sebenarnya tidak memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai.2

2
Kambey, E. S. (2016). KEGAGALAN INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI INDONESIAN JAPAN
ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA). Jurnal Lyceum, 4(1), 430–439.

Anda mungkin juga menyukai