DISUSUN OLEH :
2.USWATUN KHASANAH_27
3.ZAHRA _30
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah geografi yang berjudul "Interaksi Indonesia dengan negara maju dan berkembang
dalam konteks pasar bebas" tepat waktu.
Makalah "Interaksi Indonesia dengan negara maju dan berkembang dalam konteks pasar bebas.
"disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran Geografi kelas 12. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang interaksi negara maju dan
berkembang dalam konteks pasar bebas.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada IBU FAIZATUN S.Pd selaku guru mata
pelajaran Geografi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
Bab II PEMBAHASAN
3.1 Saran.....
3.2 Kesimpulan........
iii
Bab III
PEMBAHASAN
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan dimulai dari adanya penandatanganan
kenegaraan pada tingkat konsuler pada tahun 1966. Kedua negara tersebut pun kemudian
menyetujui peningkatan hubungan ke negaraan dari tingkat konsuler menjadi hubungan
kenegaraan tingkat diplomatik pada tanggal 18 September 1973. Hubungan diplomatik ini
bersifat terikat dan saling menguntungkan antar negara, dimana dalam kerjasamanya, kedua
negara ini menerapkan harapannya dengan memenuhi syarat perjanjian perdagangan bebas
(FTA) guna menciptakan lingkungan yang baik untuk melaksanakan investasi dan bisnis.
Indonesia dan Korea Selatan terus meningkatkan hubungan antara kedua negara tersebut.
Bahkan, hingga ke tingkat regional dan multilateral.
Latar belakang yang mendukung eratnya dan meningkatnya hubungan bilateral Indonesia dan
Korea Selatan yaitu adanya sifat "complementary" atau komplementaritas antar kedua negara
yang berupa sumber daya serta keunggulan lainnya. Selain itu, hubungan bilateral maupun
regional antar Indonesia - Korea Selatan juga diperkuat dengan kemajuan hubungan ekonomi,
politik, dan teknologi kedua negara yang akhirnya membuka peluang kerjasama di berbagai
sektor.Selain itu, kedua negara juga aktif saling mendukung dalam berbagai forum di tingkat
regional dan internasional, seperti pencalonan masing-masing pencalonan ke organisasi
internasional.
Indonesia dan Korea Selatan menyepakati dan menandatangani deklarasi bersama yang disebut
" Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation between
Republic of Indonesia and the Republic of Korea". Deklarasi tersebut ditanda tangani oleh
perwakilan kedua negara di Jakarta.Dengan adanya kesepakatan Joint Declaration tersebut,
mendorong kedua negara untuk semakin mempererat tali persahabatan dan menciptakan
kerjasama yang lebih kongkrit. Sejak saat itu, aspek perdagangan dan investasi antara Indonesia
dengan Korea Selatan semakin mengalami peningkatan. Dalam Joint Declaration, Indonesia dan
Korea Selatan menfokuskan kemitraannya secara strategis dengan mengelompokkan 32 item ke
dalam beberapa macam bidang seperti ekonomi, sosbud, politik, IPTEK, hukum, dan hankam.
Hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan sangat erat, kedua negara sadar akan potensi
ayang dimiliki masing-masing negara yang terkait dalam sebuah koneksi yang saling
iv
menguntungkan. Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah dan pasar domestik
yang luas dan aktif, saling melengkapi dengan Korea Selatan dalam hal modal dan
teknologi.
2.1 Tabel perkembangan ekspor - impor Korea Selatan - Indonesia pada tahun 2015 -
2021.
v
Sumber : Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia¹
2.3 Tabel Nilai investasi Korea ke Indonesia pada tahun 2012 - 2018
vi
2.1.2 Kesepakatan kemitraan antara Indonesia-Korea Selatan
Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Chung Eui-yong sedang melakukan kunjungan ke
Jakarta. Kunjungannya ke Indonesia merupakan bagian dari rangkaian kunjungannya ke
Asia Tenggara, dan merupakan rangkaian kunjungan pertama sebagai Menlu Korea
Selatan.Selama berada di Jakarta, Menlu Chung juga akan melakukan kunjungan
kehormatan kepada Presiden RI Joko Widodo.Setelah bertemu dengan Menlu Chung,
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengumumkan penandatangan dua kesepakatan
baru antara Indonesia dan Korea Selatan.
Kesepakatan itu, adalah "Plan of Action, Implementasi Kemitraan Strategis Khusus untuk
periode 2021 – 2025 yang diharapkan akan mendorong program program konkret di
berbagai sektor," kata Menlu Retno Marsudi dalam press briefing bersama Menlu Korea
Selatan Chung Eui-yong pada Jumat (25/6/2021).Kemudian, ada kesepakatan "MoU on
Triangular Cooperation, yang menjadi dasar kontribusi bersama kedua negara dalam
pembangunan di negara berkembang lainnya," tutur Menlu Retno Pada pertemuan
bilateral dengan Menlu Chung, Menlu Retno Marsudi menyampaikan tiga hal yang perlu
mendapat perhatian dalam hubungan bilateral Indonesia dan Korea
Selatan.menyampaikan tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hubungan
bilateral Indonesia dan Korea Selatan. Menlu Retno mengatakan, bahwa di masa sulit
selama pandemi COVID-19, Korea Selatan merupakan salah satu negara dimana
Indonesia menjalin kerja sama kesehatan.Beberapa kerja sama yang telah dilakukan
antara lain pengadaan APD, peralatan diagnostik dan obat-obatan.Hal kedua yang
disampaikan oleh Menlu Retno adalah mengenai pentingnya kerja sama percepatan
pemulihan ekonomi.Kemudian, Menlu Retno juga menyampaikan pentingnya penguatan
pelindungan tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan.
vii
INDONESIA-KOREA COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT
LATAR BELAKANG
CAKUPAN IK-CEPA
CHIEF NEGOTIATOR
Persetujuan komprehensif ini terdiri dari 13 Bab, 16 Lampiran, serta 4 Apendiks tambahan dari
lampiran, yang mencakup Perdagangan Barang (termasuk Ketentuan Asal Barang, Prosedur
Kepabeanan dan Fasilitasi Perdagangan serta Pemulihan Perdagangan); Perdagangan Jasa;
Penanaman Modal; Kerja Sama Ekonomi; serta Isu Hukum dan Kelembagaan.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sepakat untuk
mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengesahan Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea
(IK-CEPA) dalam Rapat Paripurna DPR RI pada 30 Agustus 2022. Perjanjian IK-CEPA kemudian
diratifikasi melalui UU No. 25 Tahun 2022 yang diundangkan tanggal 27 September 2022.
Perjanjian IK-CEPA ditargetkan dapat diimplementasi pada Januari 2023.
MANFAAT IK-CEPA
viii
Eliminasi tarif untuk 92% pos tarif Indonesia dan 95,5% pos tarif Korea berpotensi pada
tahun kelima akan memberikan peningkatan kesejahteraan USD 21,9 miliar,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2,43%, peningkatan ekspor 19,8% dan impor
13,8%.
Pembukaan lebih dari 100 sub sektor jasa dengan kepemilikan saham asing berkisar
antara 51% hingga 100% berpotensi meningkatkan neraca perdagangan jasa USD 792
juta (peningkatan terutama pada jasa transportasi laut, jasa konstruksi dan jasa bisnis)
Penanaman modal dari Korea di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi USD
3,63 miliar di tahun kelima implementasi IK-CEPA, dengan pertumbuhan rata-rata
15,59%. Beberapa sektor potensial antara lain sektor otomotif, kimia, logam, energi,
teknologi, dan infrastruktur.
Kerja sama ekonomi di sektor industri; pertanian, perikanan, kehutanan; aturan dan
prosedur perdagangan yang fasilitatif; pergerakan orang perseorangan; dan area kerja
sama lainnya.
ix
2.2 Interaksi dengan negara berkembang : Indonesia - Malaysia
Bagi Indonesia, Malaysia merupakan salah satu mitra ekonomi utama dalam hal investasi dan
perdagangan. Selama semester I tahun 2021, Penanaman Modal Asing (PMA) yang berasal dari
Malaysia mencapai US$ 706,8 juta dan tersebar di 1.324 proyek.
Dari sisi perdagangan barang, volume perdagangan bilateral antar negara telah mencapai
US$15,03 juta pada tahun 2020 dan US$13,43 juta selama Januari hingga Oktober 2021. Hal
tersebut menunjukkan intensnya hubungan bilateral kedua negara.
Berdasarkan hasil serah terima jabatan ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Council of
Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang diselenggarakan pada 26 Februari 2021 secara
virtual, Indonesia saat ini ditunjuk menjadi Ketua CPOPC pada tahun 2021.Negara produsen
harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya siklus harga minyak sawit mentah atau Crude
Palm Oil (CPO) melalui peningkatan konsumsi domestik sebagai alat manajemen permintaan.
Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan melaksanakan program
mandat B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia. Strategi ini penting untuk menyeimbangkan
pasokan dengan permintaan, yang akan menjaga harga CPO global.
Menanggapi maraknya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit, sebagai negara
penghasil kelapa sawit, Indonesia-Malaysia perlu melakukan kampanye positif terhadap kelapa
sawit secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Indonesia mengapresiasi kemajuan program Countering Anti Palm Oil Campaign yang dilakukan
CPOPC berdasarkan persetujuan negara anggota (Indonesia-Malaysia). Program-program ini
termasuk kampanye advokasi di Uni Eropa, kampanye media sosial di negara-negara anggota,
serta strategi komunikasi dan promosi di negara-negara konsumen minyak sawit.
x
Dalam waktu dekat, program kampanye positif diharapkan dapat dilakukan secara menyeluruh
dengan melibatkan minyak nabati lainnya, tidak hanya fokus pada kelapa sawit. Publikasi
kontribusi minyak nabati untuk memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs) harus lebih
sering disebarluaskan.
Indonesia juga mengapresiasi pembentukan CPOPC Scientific Committee untuk fokus pada
penyusunan proposal penelitian yang tepat, mengkaji proposal penelitian, mendorong kegiatan
penelitian dan pengembangan guna memberikan temuan penelitian dalam memperkaya
pengetahuan terkait sektor kelapa sawit.
xi