Anda di halaman 1dari 12

NAMA : IKHSANUL WIDYA KADARRINI

NO : 18

KELAS : XII MIPA 2

TUGAS SEJARAH INDONESIA


Gotong Royong Kunci Pemanfaatan Iptek dan Inovasi
Riset
Gilar Ramdhani
23 Okt 2017, 19:42 WIB

Menko PMK, Puan Maharani di acara pembukaan Indonesia Science Expo 2017 di Gedung Balai
Kartini, Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan


(PMK) Puan Maharani menegaskan bahwa Pemerintah saat ini sedang mendorong dan
mematangkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) untuk menyinergikan seluruh hasil riset
yang ada di Indonesia.

"Pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi Indonesia di kalangan masyarakat,


khususnya pelaku ekonomi dan industri, saat ini masih belum optimal sehingga tidak bisa
memberikan kontribusi maksimal pada Indonesia," ujar Menko PMK dalam pembukaan
Indonesia Science Expo 2017 di Gedung Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/10).

Hal ini dapat dicermati dari sektor lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar pada
perekonomian nasional; seperti Pertanian, Kelautan, Perikanan, Pertambangan, dan Industri
yang kontribusinya mencapi 40% PDB (atau senilai Rp 5.600 Triliun/tahun), belum ditopang
secara optimal oleh pemanfaatan hasil-hasil penelitan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dari
lembaga penelitian di Indonesia.

Menurut Menko PMK, salah satu hal yang menjadi hambatan dalam pemanfaatan hasil riset ini
adalah alokasi anggaran yang masih minimal. Menko PMK menyadari bahwa tidak bisa
dipungkiri keberhasilan, kualitas pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek bergantung
pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan.

Menko PMK menilai potensi yang dimiliki Indonesia melalui Lembaga dan Badan yang berkaitan
dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Penerapan Teknologi (seperti LIPI, BPPT, BATAN,
Perguruan Tinggi IPB, UI, dan ITB) sangat besar. Dari lembaga, badan, dan perguruan tinggi
tersebut telah menghasilkan 1.391 paten, dan LIPI merupakan penghasil paten yang tertinggi di
Indonesia, yaitu mencapai 513 paten.

Pemerintah mengharapkan agar berbagai pengembangan Ilmu Pengetahuan yang dikerjakan


oleh LIPI ini dapat memberikan warna, karakter, dan penguatan ilmu pengetahuan terhadap
pembangunan nasional yang dapat memperkuat sistem perencanaan pembangunan nasional,
memperkuat kemandirian perekonomian nasional, dan memperteguh kepribadian Bangsa
Indonesia berlandaskan Pancasila.

Berdasarkan Laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia
(WEF), daya saing Indonesia membaik 5 peringkat menjadi 36 dari 137 negara. Namun masih di
bawah Thailand yang berada di peringkat 32, Malaysia di peringkat 23 dan Singapura yang
berada di peringkar ke 3.

"Kita harus lebih meningkatkan kapasitas daya saing tersebut, terutama pada pilar inovasi dan
kesiapan teknologi. Inilah yang menjadi tugas kita bersama, untuk dapat meningkatkan
kapasitas inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan penerapannya" tegas Menko PMK.

Menko PMK juga memandang semua hal bisa diatasi asalkan bersama-sama dan bergotong
royong. Kolaborasi kemitraan kajian antara lembaga penelitian dan swasta atau industri
merupakan salah satu hal yang perlu terus didorong.

Untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam membangun kemitraan tersebut, Pemerintah
juga sedang dan terus akan meningkatkan kebijakan dalam mendukung upaya meningkatkan
TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam setiap belanja Pemerintah.

Langkah konkrit LIPI dalam model pengelolaan STP (Science and Techno Park) menurut Menko
PMK dapat menjadi contoh bagaimana mengelola sinergi lembaga penelitian, masyarakat, dan
industri.

Oleh karena itu, Menko PMK berharap LIPI dapat ikut berperan dalam melakukan penguatan
pembangunan desa. Sedikitnya ada 74.000 Desa sedang giat melakukan pembangunan dan
membutuhkan dukungan keahlian perencanaan, pemetaan potensi, dan road map
pembangunan desa berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

"Pemerintah akan memberikan sebanyak 60 triliun dana desa untuk pembangunan desa. LIPI
diharapkan dapat ikut bersinergi memperkuat dan meningkatkan kapabilitas SDM
penyelenggaraan pembangunan Desa" ujarnya.

Tambahnya, hilirisasi hasil riset ke industri juga dinilai sangat penting. Kementerian Ristekdikti
harus lebih mengambil peran dalam membangun koneksitas tersebut dengan memberikan iklim
yang kondusif bagi kerjasama ilmuwan dan industri.

Pada acara hari ini, Menko PMK dengan didampingi Menristekdikti dan Plt Kepala LIPI juga
memberikan penghargaan Lomba Karya Ilmiah Remaja, National Young Inventors Award, dan
Science Based Industrial Innovation Award.

"Saya mengucapkan selamat kepada para pemenang LIPI Young Scientific Award (LYSA) 2017
dan para Peneliti Remaja yang telah berprestasi di ajang Internasional Tahun 2017. Semoga
pencapaian ini dapat menjadi langkah awal untuk membaktikan diri kalian bagi bangsa dan
Negara" tutur Menko PMK.

Diakhir sambutannya, Menko PMK mengajak seluruh pihak bergotong royong dalam
membangun ilmu pengetahuan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Indonesia
Science Expo 2017 yang akan diselenggarakan dari tanggal 23-26 Oktober 2017 ini secara
simbolis dibuka oleh Menko PMK bersama Menristekdikti.

Pada kesempatan ini dilakukan pula penyerahan cendera mata berupa jam standar waktu
nasional Indonesia oleh Plt Kepala LIPI, Bambang Subiyanto kepada Menko PMK Puan Maharani
dan Menristekdikti, Muhammad Nasir.

Powered By:

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan


Singgung Penugasan di UU Sisnas Iptek, BPPT Paparkan
Inovasi Kereta-PLTSA
Aditya Mardiastuti - detikNews
Selasa, 27 Agu 2019 14:03 WIB

Kepala BPPT Hammam Riza (Foto: Dok. BPPT)

Denpasar - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggandeng para mitra
kerjanya, yakni pemerintah daerah hingga universitas untuk bersama-sama meningkatkan
inovasi iptek. Kerja sama ini meliputi bidang teknologi manufaktur hingga pertahanan
keamanan.

"Mencapai usia 41 tahun, sudah banyak inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh BPPT, sudah
banyak juga penugasan-penugasan penting yang telah dilaksanakan oleh BPPT," kata Kepala
BPPT Hammam Riza di 'Forum Kerja Sama: Peningkatan Kerja Sama BPPT dan Mitra sebagai
Penghela Pertumbuhan Ekonomi untuk Indonesia Maju, Mandiri, Adil, dan Makmur' di Balai
Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK) BPPT, Suwung, Denpasar, Bali, Selasa (27/8/2019).

Hammam juga menyinggung soal tugas BPPT yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem
Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek). Salah satunya mendorong Indonesia
untuk mandiri teknologi.

"Peran tersebut kami jalankan dengan mengacu pada hasil inovasi dari program dan kegiatan
yang kami jalankan. Di antaranya perekayasaan, kliring teknologi, audit teknologi, alih
teknologi, intermediasi teknologi, difusi Iptek, serta komersialisasi teknologi," jelasnya.

"Tujuh peran tersebut telah diimplementasikan dalam inovasi Buoy Merah Putih, Peningkatan
Kecepatan kereta api semicepat, emas nonmerkuri, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE), PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah), implan tulang, rubber air bag, serta ADS-B
dan cangkang kapsul rumput laut," sambung Hammam.
Dia mengatakan, melalui forum kerja sama ini, BPPT berharap bisa memasyarakatkan teknologi
sehingga diharapkan inovasi teknologi yang dihasilkan BPPT bisa dinikmati masyarakat secara
optimal.

"Beberapa (inovasi) di antaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah, teknologi


penerapan air bersih dan air siap minum, Sistem Informasi Perencanaan dan Pelaporan (Simral),
Pilkades Elektronik, I Otentik, Diagnostik Kit DBD, berbagai inovasi di bidang pertanian dan
perikanan, serta masih banyak lagi inovasi-inovasi teknologi lainnya," papar Hammam.

Forum kerja sama ini menghasilkan 11 nota kesepakatan bersama (MoU) antara BPPT dan 4
pemerintah daerah, yakni Bali, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Sumedang, dan Kota Bandar
Lampung, serta perusahaan ataupun perguruan tinggi. Nota kesepakatan ini mayoritas berisi
pengkajian dan penerapan teknologi untuk mendukung pembangunan daerah hingga
penerapan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Selain itu, dihasilkan 15 kerja sama antara BPPT dan Kemendikbud soal layanan sertifikat
berbasis online hingga kerja sama dengan PT Pindad terkait inovasi peralatan bantu
perhitungan penembakan mortir. Tak hanya itu, BPPT juga melakukan kerja sama dengan PT
Mayaksa Mugi Mulia soal pengembangan purwarupa alat kendali kebisingan aktif.

"Saya berharap Forum Kerja Sama ini dapat meningkatkan hubungan baik di antara kita yang
telah terjalin selama ini. BPPT berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama teknologi dengan
seluruh mitra untuk mewujudkan kemandirian teknologi yang akan menjadi penghela
pembangunan ekonomi," ucapnya.

Acara ini dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan M Nurdin Abdullah, anggota Komisi VII DPR, dan
sejumlah bupati di Indonesia. (ams/idn)

Kepala BPPT: Pak Habibie Tekankan SDM Iptek


Pilar Pembangunan Nasional
Zakia Liland - detikNews
Senin, 29 Jul 2019 21:15 WIB

BJ Habibie saat menerima kunjungan Kepala BPPT beserta peserta pelatihan kepemimpinan
nasional (Zakia/detikcom)

Jakarta - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menilai
pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
merupakan pilar utama pembangunan nasional. Dia teringat pesan Presiden ke-3 RI BJ Habibie.

"Pak Habibie kan selalu menekankan pentingnya sumber daya manusia. Sumber saya manusia
iptek itu yang memang menjadi pilar dari pembangunan nasional. Beliau selalu melihat bahwa
Indonesia itu belum merata pembangunan nasionalnya, belum merata juga pembangunan
sumber daya manusia ipteknya," kata Hammam di kediaman BJ Habibie, Patra Kuningan,
Jakarta Selatan, Senin (29/7/2019).

Hammam bersama peserta pelatihan kepemimpinan nasional angkatan ke-42 mengunjungi


Habibie. Mereka berdiskusi bersama soal tantangan menyambut Indonesia emas 2045.

Dalam pertemuan tersebut, Habibie meminta kepada para calon pemimpin untuk berani
berinovasi. Sehingga perekonomian Indonesia ke depannya tidak lagi bergantung pada sumber
daya alam mentah, melainkan produk-produk teknologi.

"Karenanya sekarang ini didorong oleh Pak Habibie, kita harus berani. Itu inti dari yang
disampaikan. Berani untuk menetapkan kebijakan-kebijakan untuk membangun SDM
khususnya SDM Iptek. Apalagi sekarang itu ada di dalam undang-undang sistem inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Supaya Indonesia itu bisa meningkat pertumbuhan ekonominya,
tidak hanya mengandalkan sumber daya alam," lanjutnya.

Hammam mengatakan para peserta pelatihan yang dikumpulkan ini memiliki keahlian di
bidang-bidang tertentu. Mereka akan dibentuk kompetensinya agar mampu mengisi sektor
yang akan dibutuhkan secara nasional nantinya.
"Secara khusus, rombongan dari angkatan 42 hadir karena mereka memiliki yang namanya
policy brief untuk manajemen talenta. manajemen talenta itu adalah mengumpulkan talent-
talent di sebuah bidang. misalnya bidang yang mau kita bangun, bidang dirgantara atau mau
bidang renewable energy. Mampu nggak orang Indonesia itu membangun sendiri teknologi
untuk itu," kata dia.

Namun, ia pun menegaskan bahwa strategi manajemen ini tidak hanya ditujukan untuk badan-
badan pemerintah, melainkan juga sektor lainnya, seperti badan usaha.

"Bukan hanya talent pool-nya yang ada di pemerintahan untuk mengisi posisi-posisi birokrasi.
Tapi juga lintas, private and public sector. Kita harapkan itu berhasil. Policy brief ini bisa
memberi masukan baik ke pemerintahan maupun kepada badan usaha," pungkasnya. (jbr/jbr)

Sanksi Pidana Bagi Peneliti Asing Ancam Kemajuan Iptek


di Indonesia
ABC Australia - detikNews

Rabu, 17 Jul 2019 14:48 WIB


Jakarta -

Setelah disusun sejak 2014, Indonesia kini memiliki Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, dengan harapan bisa meningkatkan kontribusi sains dan teknologi
pada pembangunan.

Unsur Pidana Dalam UU Baru Soal IPTEK


Sanksi pidana bagi peneliti asing

 Ancaman denda miliaran rupiah hingga penjara jika dianggap melakukan pelanggaran
 Pengamat menilai sanksi pidana tidak bisa karena penelitian bukan aksi kriminal
 Kolaborasi dengan peneliti asing di tahun 2018 mencapai angka Rp 623 miliar untuk 521
penelitian

DPR RI mengesahkan UU tersebut, hari Selasa (16/07/2019), yang juga akan menjadi dasar
sebuah pembentukan lembaga riset yang menggabungkan lembaga-lembaga riset yang sudah
ada sekarang ini.

Undang-undang ini juga meningkatkan usia pensiun peneliti menjadi 65 tahun untuk peneliti
madya dan 70 tahun untuk peneliti utama.

Sayangnya sejumlah pihak menyesalkan beberapa pasal yang mengatur kerja sama penelitian
dengan pihak asing.

Ancaman denda senilai Rp 4 miliar serta larangan untuk mengajukan izin penelitian selama lima
tahun akan dijatuhkan bagi peneliti asing yang tidak memiliki izin resmi, seperti yang tertulis
dalam dokumen yang didapatkan oleh harian The Jakarta Post.

Ada pula pasal yang memberikan sanksi pidana bagi peneliti asing yang mencuri sampel
keberagaman hayati, dengan ancaman satu tahun penjara dan denda mencapai Rp 2 miliar.
Sanksi pidana untuk para peneliti asing ini pernah mendapatkan sorotan dari para peneliti
dalam negeri sejak undang-undang masih dalam bentuk rancangan.

Peneliti memahami jika salah satu tujuan dari UU baru ini adalah untuk melindungi keberagaman hayati.
(ABC: Pip Courtney)

Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Profesor Satryo Soemantri Brodjonegoro,
pernah mengatakan jika penelitian Indonesia ingin maju maka harus dilakukan secara
berkolaborasi dengan peneliti asing.

Ia juga mengatakan pasal-pasal yang terkait sanksi seharusnya dihapuskan, karena "tidak bisa
sanksi pidana untuk peneliti, penelitian bukan kriminal," ujarnya kepada media di Indonesia
bulan Maret lalu.

Meski memahami tujuan adanya undang-undang ini untuk melindungi kekayaan


keberanekaragaman hayati di Indonesia, sejumlah pihak mengatakan adanya sanksi pidana
malah akan memberikan kesan Indonesia menutup diri

Sementara negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura membuka diri dengan
keberadaan peneliti asing dan bisa berkontribusi bagi pembangunan dan alam mereka.

Henri Subagio, Direktur Eksekutif dari Indonesia Center for Enviromental Law (ICEL), sebuah
lembaga riset dan advokasi tata kelola lingkungan, mengatakan kepada ABC Indonesia jika
pasal-pasal sanksi ini sebenarnya tidak akan menyelesaikan masalah.

Menurutnya, permasalahan sebenarnya bukan soal izin bagi peneliti asing untuk melakukan
penelitian, tetapi seperti apa aturan kolaborasi antara peneliti Indonesia dan Australia.
"Kita membutuhkan mekanisme yang komprehensif sebenarnya, seperti apa manfaatnya bisa
dirasakan juga dengan pemerintah atau masyarakat setempat," ujarnya kepada Erwin Renaldi
dari ABC Indonesia hari Rabu (17/07/2019).

"Jadi tidak hanya sekedar izin, karena setelah keluar izin, lantas seperti apa benefit sharing-
nya?"

Pasal dengan sanksi pidana juga dianggap dapat mematahkan kolaborasi penelitian Indonesia dan
Australia yang sudah ada selama ini. (AAP: Lukas Coch)

Menurutnya sektor penelitian iptek di Indonesia belum bisa terlalu berkembang karena adanya
sejumlah keterbatasan, sehingga Indonesia masih mengandalkan lembaga-lembaga penelitian
luar negeri.

Sejumlah lembaga penelitian di Australia telah banyak berkolaborasi dengan Indonesia di


bidang IPTEK dan lingkungan dengan jumlah dana penelitian di tahun lalu mencapai lebih dari
Rp 96 miliar.

Negara Amerika Serikat dan Jepang, masing-masing menjadi negara pertama dan kedua, yang
membawa paling banyak dana, dengan total mencapai Rp 623 miliar untuk 521 penelitian di
tahun 2018, menurut Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Kementerian tersebut juga pernah mengakui jika Indonesia memerlukan banyak kerjasama
dengan peneliti asing agar meningkatkan daya saing IPTEK Indonesia.

Bulan lalu sejumlah peneliti asal Australia, termasuk Dr Ross Tapsell dan Dr David McRae, telah
ditolak masuk ke Indonesia karena diduga menggunakan visa turis untuk kegiatan terkait
penelitian.
Strategi Prabowo Kembangkan IPTEK di Indonesia
Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 21 Nov 2018 18:11 WIB

Foto: Charolin Pebrianti

Jakarta -
Prabowo Subianto mengeluhkan kurangnya perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Menurutnya di abad 21, sudah saatnya Indonesia bisa bersaing di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Prabowo memberi contoh, kurang berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia salah satunya adalah kekurangan profesor. "Kita hanya memiliki satu profesor fisika,
hanya satu, coba bayangkan," ungkapnya pada acara Indonesia Economic Forum, di Hotel
Shangri-La, Rabu (21/11/2018).
"Di abad 21, abadnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu bagaimana kita mau bersaing di
bidang ilmu pengetahuan?" tuturnya penuh tanya.

Prabowo juga membandingkan lulusan bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika)
yang masih terlampau sedikit daripada China dan Amerika Serikat. Menurutnya lulusan di
bidang STEM dapat menggenjot perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Meski begitu, Prabowo juga berniat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
memajukan Indonesia. Di bidang energi misalnya, Prabowo berniat untuk memanfaatkan
bioteknologi untuk menunjang kestabilan energi.
"Kita akan membuat produksi bioteknologi, dengan membuat bioenergy, bioetanol, biocoal,
dan gas sintetis. Itu akan menjadi strategi kita nanti," ungkapnya.

Anda mungkin juga menyukai