Anda di halaman 1dari 17

JAWABAN KUIS PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama : Aryani Rahmanti Rizky

Kelas : Ekonomi Pembangunan B

Nim : 190231100080

1. Pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional dalam upaya


mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Dari strategi tersebut,
diyakini dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar
lebih berdaya saing global di tengah era digital saat ini.
“Revolusi industri keempat tidak bisa kita hindari. Untuk menghadapinya, kita
sudah ada roadmap yang terintegrasi sehingga dalam mengembangkan industri
manufaktur kita ke depan punya arah yang jelas,” kata Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto ketika memberikan kuliah umum yang diselenggarakan Para
Syndicate di Jakarta, Kamis (26/4).
Kesepuluh inisiatif tersebut, pertama adalah perbaikan alur aliran barang dan
material. Upaya ini akan memperkuat produksi lokal pada sektor hulu dan
menengah melalui peningkatan kapasitas dan percepatan adopsi teknologi. “Kami
menyusun strategi sumber material secara nasional, yang diharapkan dapat
mengurangi impor bahan baku maupun komponen dan memacu sumber daya
alam kita agar bernilai tambah tinggi,”. Langkah kedua, mendesain ulang zona
industri. Dari beberapa zona industri yang telah dibangun di penjuru negeri,
Indonesia akan mengoptimalkan kebijakan zona-zona industri tersebut dengan
menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus dalam Making
Indonesia 4.0. “Jadi, kami lihat secara geografis, kemudian dari aspek
transportasi, infrastruktur, dan lainnya sehingga komprehensif antar lintas sektor,”
Ketiga, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. Indonesia melihat
tantangan keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan industri
nasional, seperti yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan
energi terbarukan. “Oleh karenanya, Indonesia akan berusaha memenuhi
persyaratan keberlanjutan itu di masa mendatang, dengan mengidentifikasi
aplikasi teknologi dan peluang pertumbuhan ramah lingkungan, serta
mempromosikan lingkungan yang kondusif,” papar Menperin.
Keempat, memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hampir
70 persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM. “Pemerintah
berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha UMKM dengan
membangun platform e-commerce, yang juga bisa dimanfaatkan petani dan
pengrajin. Kami juga akan membangun sentra-sentra teknologi dalam rangka
meningkatkan akses UMKM terhadap akuisisi teknologi dan memberikan
dukungan mentoring untuk mendorong inovasi,” tuturnya.
Upaya kelima, yaitu membangun infrastruktur digital nasional. Indonesia akan
melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk internet
dengan kecepatan tinggi dan meningkatkan kemampuan digital melalui kerja
sama antara pemerintah dengan publik dan swasta untuk dapat berinvestasi di
teknologi digital seperti cloud, data center, security management dan
infrastruktur broadband,” sebut Menperin.
Keenam, menarik minat investasi asing. Hal ini dapat mendorong transfer
teknologi ke perusahaan lokal. “Untuk meningkatkan investasi, Indonesia akan
secara aktif melibatkan perusahaan manufaktur global, memilih 100 perusahaan
manufaktur teratas dunia sebagai kandidat utama dan menawarkan insentif yang
menarik, dan berdialog dengan pemerintah asing untuk kolaborasi tingkat
nasional,” paparnya.
Ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut
Menperin, SDM adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan
pelaksanaan Making Indonesia 4.0. “Indonesia berencana untuk merombak
kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada Science, Technology,
Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), serta meningkatkan kualitas
sekolah kejuruan,” ujarnya.
Kedelapan, pembangunan ekosistem inovasi. Pemerintah akan mengembangkan
cetak biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan percontohan pusat inovasi dan
mengoptimalkan regulasi terkait, termasuk di antaranya yaitu perlindungan hak
atas kekayaan intelektual dan insentif fiskal untuk mempercepat kolaborasi lintas
sektor diantara pelaku usaha swasta atau BUMN dengan universitas.
Kesembilan, insentif untuk investasi teknologi. Pemerintah akan mendesain ulang
rencana insentif adopsi teknologi, seperti subsidi, potongan pajak perusahaan,
dan pengecualian bea pajak impor bagi perusahaan yang berkomitmen untuk
menerapkan teknologi industri 4.0. Selain itu, Indonesia akan meluncurkan dana
investasi negara untuk dukungan pendanaan tambahan bagi kegiatan investasi
dan inovasi di bidang teknologi canggih.
Dan, langkah kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan. Indonesia
berkomitmen melakukan harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung
daya saing industri dan memastikan koordinasi pembuat kebijakan yang erat
antara kementerian dan lembaga terkait dengan pemerintah daerah.

2. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional, sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan.
Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di
Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia
pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian
diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.
Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini
adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau
precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang
pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan
optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di
Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana
jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang
berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan
teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor
pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang
menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia
menurut LINE Jobs.
1. Sumber Daya Manusia
Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70
persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di
bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan
pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton.
Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-
inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di
Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di
daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru
menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin
melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun
rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan
milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak
akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200
ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok
tanam.
3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam
pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani
yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding
peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan
pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk
merambah sektor pertanian secara luas.
Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang
cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi
industri 4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa
memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan
alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.
Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke
berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara
bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian
misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau
merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan

3. Untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut melalui


berbagai langkah kebijakan sebagai berikut:
1. Melanjutkan kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar
yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;
2. Melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat
efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif;
3. Memperkuat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan
penekanan pada kenaikan suku bunga kredit baru, faktor-faktor yang
menyebabkannya (peningkatan persepsi risiko dan margin keuntungan), serta
analisis SBDK Individual Bank (Lampiran);
4. Memperpanjang kebijakan penurunan nilai denda keterlambatan pembayaran
kartu kredit 1% dari outstanding atau maksimal Rp100.000,- sampai dengan
31 Desember 2021, untuk mendorong penggunaan kartu kredit
sebagai buffer konsumsi masyarakat dalam rangka mendukung pemulihan
ekonomi nasional;
5. Mempercepat program pendalaman pasar uang melalui penguatan kerangka
pengaturan pasar uang dan implementasi Electronic Trading
Platform (ETP) Multimatching, khususnya pasar uang Rupiah dan valas;
6. Memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta
melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja
sama dengan instansi terkait. Pada Juni dan Juli 2021 akan diselenggarakan
promosi investasi dan perdagangan di Jepang, Amerika Serikat (AS), Meksiko,
Perancis, Swedia, Norwegia, Singapura, Australia, dan Tiongkok.
4. Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.”
Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:
1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak
mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara
("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa
dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan
pemerintahan, dan
2. Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-undang
Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka
jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik
desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
5. Secara umum, bentuk kerja sama ekonomi internasional dapat dibagi menjadi
empat jenis.
1. Kerja sama ekonomi bilateral
Kerja sama ekonomi bilateral melibatkan 2 negara dan bersifat saling
membantu. Misalnya, kerja sama Indonesia-Amerika untuk perdagangan
komoditas perkebunan, atau kerja sama Indonesia-Malaysia, dan sebagainya.
2. Kerja sama ekonomi regional
Kerja sama ekonomi regional dilakukan oleh beberapa negara yang berada di
kawasan tertentu. Misalnya, kerja sama ekonomi antara negara-negara di
kawasan Asia Tenggara (ASEAN), kerja sama ekonomi antara negara-negara
di kawasan Eropa (MEE), kerja sama ekonomi antara negara-negara di
kawasan Asia Pasifik (APEC), dan sebagainya.
3. Kerja sama ekonomi multilateral atau internasional
Kerja sama ekonomi multilateral adalah kerja sama yang melibatkan banyak
negara dan tidak terikat batasan wilayah (region) atau kawasan negara
tertentu. Contohnya, kerja sama negara-negara penghasil minyak (OPEC),
kerja sama perdagangan antar negara (WTO), kerja sama keuangan
internasional (IMF), dan sebagainya.
4. Kerja sama ekonomi antar-regional
Dalam kerja sama ekonomi ini terjalin antara dua kelompok kerja sama
ekonomi regional. Misalnya yaitu terjalin kerja sama ekonomi antara MEE
dengan ASEAN.

6. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional, sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan.
Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di
Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia
pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian
diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.
Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini
adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau
precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang
pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan
optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di
Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana
jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang
berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan
teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor
pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang
menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia
menurut LINE Jobs.
4. Sumber Daya Manusia
Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70
persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di
bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan
pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton.
Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-
inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.
5. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di
Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di
daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru
menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin
melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun
rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan
milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak
akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200
ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok
tanam.
6. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam
pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani
yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding
peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan
pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk
merambah sektor pertanian secara luas.
Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang
cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi
industri 4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa
memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan
alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.
Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke
berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara
bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian
misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau
merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan
7. Kepanikan Bank, 1907
Kepanikan pada 1907 terjadi karena terjun bebasnya pasar saham Dow lebih dari
50% dibanding tahun sebelumnya. Pemicunya adalah over-ekspansi dan
spekulasi pasar yang buruk. Pasar saham jatuh pada Maret dan terulang kembali
pada Oktober, menyebabkan hilangnya kepercayaan pada bank disusul
bangkrutnya Bank Amerika Utara. Pada Februari 1908 kepercayaan publik mulai
pulih dan pada Mei, Kongress menyetujui Undang-undang Aldrich-Vreeland Act
dan membentuk Komisi Moneter Nasional untuk meredam setiap kepanikan pasar
di masa datang.
Hiperinflasi Jerman, 1918-1924
Meskipun hiperinflasi Jerman bukanlah yang terburuk dalam sejarah, tapi memiliki
dampak paling hebat. Pada 1914, nilai tukar USD terhadap Mark Jerman sekitar
1 berbanding 4. Namun pada 1923, angka tersebut meledak hingga menjadi 1USD
setara dengan 1 triliun (1.000.000.000.000) Mark Jerman. Sebagai buntut dari
Perang Dunia I, "sang pemenang" membebankan biaya rekonstruksi akibat
perang kepada Jerman, nilainya mencapai sepertiga dari defisit anggaran Jerman.
Dengan memperkenalkan jenis mata uang baru pada 1923 yakni Rentenmark dan
Reichsmark pada 1924, Jerman akhirnya dapat mengontrol inflasi tersebut.
The Great Depression, 1929
The Great Depression adalah depresi terpanjang dan paling parah dalam sejarah
ekonomi global, berlangsung antara 1929 hingga pecahnya Perang Dunia II. Awal
krisis ini ditandai dengan terpuruknya bursa Wall Street, yang menjadikannya
sebagai keruntuhan paling dahsyat dalam sejarah pasar saham. Pada 29 Oktober
1929, USD10 miliar (nilainya sekitar USD95 miliar saat ini) lenyap ditelan bumi.
Pada tahun-tahun menjelang Selasa Hitam (Black Tuesday), bursa saham Dow
terlahir banyak jutawan. Pasar saham menjadi hobi bagi investor bodoh yang siap
memborong saham perusahaan (banyak fiktif) tanpa mempelajari rekam jejaknya.
Krisis Minyak, 1973
Dibayang-bayangi perang Yom Kippur antara Suriah dan Mesir melawan Israel,
OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia) menjadikan minyak
sebagai senjata dengan cara melakukan embargo minyak terhadap pihak yang
mendukung Israel. Biaya minyak mentah meningkat sementara produksi
dipangkas, terutama untuk AS dan Belanda. Embargo hanya berlangsung selama
lima bulan, namun efeknya terus dirasakan hingga kini. Pasar Saham New York
kehilangan hingga USD97 miliar.
Senin Hitam (Black Monday), 1987
Tidak ada yang tahu pasti apa penyebab terjadinya Black Monday pada 19
Oktober 1987. Yang jelas secara tiba-tiba miliaran USD hilang dari pasar saham
seluruh dunia. Hong Kong kehilangan 45,8% dari total nilai sahamnya, Inggris
kehilangan 26,4%, Australia lenyap 41,8% dan Selandia Baru drop hingga 60%.
Perdagangan program, perselisihan kebijakan moneter serta kekhawatiran akan
inflasi, semuanya ditengarai menjadi penyebab krisis ini.
Krisis Moneter Asia Tenggara, 1997
Awalnya banyak pengamat menyebut perekonomian Asia sebagai Macan Asia
yang sedang bangkit dan segera menggantikan dominasi ekonomi barat. Namun
tak butuh waktu lama untuk membalikkan pujian tersebut menjadi bencana besar
yang dimulai pada Juli 1997. Ini berawal dari hilangnya kepercayaan investor pada
mata uang Asia. Terjadilah efek domino, dimulai dari Thailand dan meluas ke
Filipina, Hong Kong, Malaysia dan Indonesia dan terus menyebar hingga memicu
krisis global. Pasar saham Thailand terkoreksi 75%, Hong Kong 23% dan
Singapura anjlok hingga 60% serta nilai tukar Rupiah terdevaluasi hingga 90%.
Krisis Rubel, 1998
Korupsi, kebijakan reformasi ekonomi yang tidak efektif, devaluasi nilai Rubel, dan
ketidakstabilan politik membawa Rusia ke dalam krisis moneter masif. Selain itu,
posisi Rusia sebagai eksportir sepertiga dari jumlah minyak dan gas di dunia,
menyebabkan negeri beruang merah ini sangat rentan terhadap terjadinya
fluktuasi harga minyak. Ketika investor asing menarik uangnya keluar Rusia, bank
menjadi lumpuh dan dengan terpaksa meminjam pada IMF.
"Dekade yang Hilang" dari Jepang, 1990-2000
Runtuhnya gelembung aset (asset bubble) di Jepang pada 1991 menyebabkan
pertumbuhan ekonomi rendah dan berkepanjangan hingga 2000. Penyebab
sebenarnya dari krisis ini adalah akibat tidak sehatnya spekulasi, tingginya angka
kredit dan rendahnya tingkat suku bunga. Ketika pemerintah mencoba
mengendalikannya, kredit semakin sulit didapat dan penyertaan modal turun
drastis. Inilah penyebab melemahnya ekspansi ekonomi sepanjang 1990an,
menjadikannya satu dekade yang hilang. Jepang beruntung dapat menghindari
depresi, tapi efek di 1991 tersebut masih terasa sampai hari ini.
Resesi Hebat, 2008
Pada 2008, bangkrutnya Bank Lehman Brothers yang memiliki aset bernilai
USD600 miliar menjadi simbol dimulainya krisis moneter paling dramatis sejak
masa Depresi Hebat. Penyebabnya berkaitan dengan dideregulasinya beberapa
kebijakan sektor keuangan, kebijakan moneter yang buruk dan runtuhnya ekonomi
internasional akibat tingkat hutang tinggi di sektor publik dan swasta. Efek yang
disebabkan krisis ini begitu hebat. Hingga Maret 2009, 45% dari kekayaan global
telah lenyap akibat krisis ini.
Krisis Utang Sovereign Eropa, 2009 hingga kini
Inilah krisis moneter terkini yang berlangsung sampai hari ini dan tak ada seorang
pun tahu kapan krisis ini akan berakhir. Saat ini pasar makin khawatir terhadap
kemampuan sejumlah negara, khususnya Yunani, Irlandia, Spanyol, Portugal, dan
Italia, untuk membayar utang mereka. Keterlibatan bank-bank Internasional yang
terus memberi utang terhadap negara-negara ini diduga semakin membuat
jatuhnya pasar.

8. Operasi moneter bertujuan untuk mendukung pengendalian moneter yang


dilaksanakan dipasar uang dan pasar valas secara terintegrasi. Operasi moneter
dilakukan melalui pelaksanaan intervensi atau transaksi valas lainnya dipasar
valas. Operasi moneter terdiri dari operasi pasar terbuka dan Standing Facilities.
Pelaksanaan OPT dibagi menjadi 2 yaitu OPT aborsi dan OPT injeksi dengan
mempertimbangkan kondisi likuiditas di system perbankan baik konvensional
maupun Syariah. Standing Fasilities tersedia disetiap akhir hari untuk bank
konvensional dan bank Syariah yang terdiri dari deposit facility dan lending facility.

9. Secara umum, bentuk kerja sama ekonomi internasional dapat dibagi menjadi
empat jenis.
1. Kerja sama ekonomi bilateral
Kerja sama ekonomi bilateral melibatkan 2 negara dan bersifat saling
membantu. Misalnya, kerja sama Indonesia-Amerika untuk perdagangan
komoditas perkebunan, atau kerja sama Indonesia-Malaysia, dan sebagainya.
2. Kerja sama ekonomi regional
Kerja sama ekonomi regional dilakukan oleh beberapa negara yang berada di
kawasan tertentu. Misalnya, kerja sama ekonomi antara negara-negara di
kawasan Asia Tenggara (ASEAN), kerja sama ekonomi antara negara-negara
di kawasan Eropa (MEE), kerja sama ekonomi antara negara-negara di
kawasan Asia Pasifik (APEC), dan sebagainya.
3. Kerja sama ekonomi multilateral atau internasional
Kerja sama ekonomi multilateral adalah kerja sama yang melibatkan banyak
negara dan tidak terikat batasan wilayah (region) atau kawasan negara
tertentu. Contohnya, kerja sama negara-negara penghasil minyak (OPEC),
kerja sama perdagangan antar negara (WTO), kerja sama keuangan
internasional (IMF), dan sebagainya.
4. Kerja sama ekonomi antar-regional
Dalam kerja sama ekonomi ini terjalin antara dua kelompok kerja sama
ekonomi regional. Misalnya yaitu terjalin kerja sama ekonomi antara MEE
dengan ASEAN.

10. Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan


pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan dan dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa.Pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa berpedoman pada pedoman teknis yang
ditetapkan oleh bupati/walikota mengenai kegiatan yang dibiayai dari Dana
Desa.Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa diutamakan dilakukan
secara swakelola dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal, dan
diupayakan dengan lebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat Desa
setempat. Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak
termasuk dalam prioritas penggunaan Dana Desa setelah mendapat persetujuan
bupati/walikota dengan memastikan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan
yang menjadi prioritas telah terpenuhi dan/atau kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi.

11. Wujud kesuksesan pembangunan nasional adalah pemerataan di berbagai bidang


di seluruh daerah. Salah satu langkah utamanya adalah melalui pembangunan
desa yang diwujudkan dalam tata kelola dan perekonomian desa. Selain
mendukung pembangunan desa ini dengan sejumlah dana yang tidak kecil,
sosialisasi 4 program pemerintah untuk memajukan desa berikut ini juga semakin
digencarkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Penerapan
Prukades Program penerapan Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades)
ini adalah salah satu program unggulan untuk memajukan desa dalam rangka
mewujudkan suksesnya pembangunan desa. Program yang satu ini dimaksudkan
untuk fokus pada pembangunan ekonomi desa melalui produk-produk unggulan
yang didapatkan dari potensi wilayahnya. Program ini akan mendorong ekonomi
desa menjadi sebuah kluster-kluster yang produktif. Selain itu melalui Prukades
ini juga akan memberikan insentif khusus untuk memastikan desa-desa ini akan
lebih fokus dalam mengembangkan produk unggulannya. Dengan ini kendala
permodalan yang selama ini dikeluhkan para pelaku ekonomi desa dapat teratasi.
Pembangunan embung Mungkin banyak yang bertanya, kenapa pembangunan
desa ini dikaitkan dengan pembangunan embung? Bahkan Mendes telah
mengeluarkan peraturan menteri untuk memberi kekuatan hukum pada program
prioritas pembangunan desa ini, melalui salah satunya adalah pembangunan
embung. Embung sendiri merupakan sebuah penampungan air dalam skala
sangat besar. Dari data Kemendes, hampir sebagian besar desa yang menjadi
sasaran pembangunan, mengalami kesulitan penyediaan infrastruktur untuk
mengaliri air di sawahnya. Padahal sektor pertanian adalah penghidupan utama
di desa tersebut. Untuk itulah embung menjadi kebutuhan utama dalam
pembangunan desa. Terutama untuk meningkatkan produksi panen 2-3 kali lipat
dalam satu tahun. Pembentukan Bumdes Selain penerapan Prukades, geliat
ekonomi desa akan dibangun dan ditingkatkan dengan Bumdes. Pembentukan
Bumdes atau Badan Usaha Milik Desa ini diharapkan akan menjadi motor
penggerak perekonomian di desa. Pengelolaan Bumdes ini sendiri dilakukan
dengan cara fokus atau lebih mengutamakan potensi unggulan yang ada di desa.
Masing-masing desa akan memiliki bentuk Bumdes yang berbeda-beda. Pasalnya
Bumdes ini dapat berbentuk pengelolaan desa wisata, kelola daur ulang sampah,
penyewaan tenda kursi, minimarket dan seterusnya. Dari Bumdes ini diharapkan
dapat menjadi salah satu sumber penghasilan utama desa. Sehingga nantinya
dana desa tidak menjadi pendapatan utama melainkan hanya stimulus.
Membangun sarana olahraga Program unggulan keempat ini lebih dimaksudkan
untuk menggali potensi pemuda untuk terlibat aktif dalam pembangunan desa.
Aktivitas-aktivitas tidak menghasilkan manfaat seperti tawuran, narkoba,
premanisme dan lan sebagainya dapat disalurkan menjadi kegiatan yang lebih
positif. Caranya dengan membuat pusat-pusat keramaian melalui sarana
olahraga. Pembangunan lebih banyak sarana olahraga ini akan menciptakan
sebuah keramaian di kawasan publik. Dari keramaian ini diharapakan akan dapat
mendorong peningkatan aktivitas perekonomian desa. Dari sarana olahraga ini
bahkan pemuda dapat menyelenggarakan banyak kegiatan positif dari liga desa
sepak bola, layar desa, festival desa dan seterusnya. Mendukung pembangunan
desa dengan Sodea Untuk menerapkan program-program unggulan Dana Desa
tersebut, tata kelola desa yang baik sangat diperlukan. Dengan keterbatasan
sumber daya, tata kelola ini hanya dapat diperoleh dari pihak ketiga yang
terpercaya. Untuk itulah Sodea atau Software Desa Arfadia menjadi yang terdepan
untuk mendukung tata kelola desa terbaik. Aplikasi desa ini dilengkapi dengan
banyak fitur unggulan yang membuatnya efektif untuk membantu pengelolaan
administrasi desa. Fitur ini juga mudah digunakan siapapun tidak harus memiliki
latar belakang kemampuan IT yang terbaik. Selain itu dengan aplikasi basis online,
Sodea ini akan menjadi media paling efektif dalam memperkenalkan program
pemerintah untuk memajukan desa sehingga dapat diakses siapa saja.

12. Stabilitas sistem keuangan pada triwulan II tahun 2021 berada dalam kondisi
normal di tengah meningkatnya kasus varian delta Covid-19. Menteri Keuangan,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan menyepakati komitmen
bersama untuk terus memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan dan terus mempertahankan momentum pemulihan ekonomi. Menteri
Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK) pada Jumat (06/08) menyebut bahwa adanya
momentum penguatan kinerja ekonomi global, adanya kebijakan countercyclical
pemerintah, serta kebijakan moneter dan sektor keuangan yang tepat telah
mampu mendorong arah pemulihan ekonomi nasional. “Faktornya adalah
memang ada faktor ekonomi global (membaik) yang menyumbang, kebijakan
countercyclical dari pemerintah yaitu dalam bentuk fiskal dan non fiskal, serta
kebijakan moneter dan sektor keuangan dari Bank Indonesia dan OJK yang
akomodatif telah mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional kita,” jelas
Menkeu. Stabilitas sistem keuangan masih terkendali, tetapi kewaspadaan terus
ditingkatkan untuk menghadapi ketidakpastian. Perekonomian menunjukkan tren
pertumbuhan yang positif dan semakin membaik, namun adanya lonjakan kasus
Covid-19 yang diikuti dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat
diproyeksikan akan kembali menahan laju pemulihan ekonomi.

13. Berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) dalam The
Global Competitiveness Report Tahun 2019, daya saing Indonesia masih berada
di peringkat 50 dari 141 negara. Dengan begitu, posisi Indonesia masih tertinggal
dibandingkan negeri tetangga Malaysia. "Jadi, (Indonesia) masih sedikit di bawah
Malaysia, Thailand, dan Singapura di peringkat pertama," terangnya. Merespons
rendahnya peringkat daya saing Indonesia ini, pemerintah akan mendorong upaya
pembangunan sumber daya manusia dilakukan secara holistik dan terintegrasi.
Salah satunya dengan menyediakan sistem informasi pasar kerja yang kredibel
dan berkelas. "Karena (sistem informasi pasar kerja) salah satu prasyarat yang
harus dipenuhi. Ini sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan dan pelatihan
vokasi.

14. Bank Dunia merilis laporan International Debt Statistics (IDS) 2021 atau Statistik
Utang Internasional negara-negara berpenghasilan rendah-menengah. Dalam
laporan itu, Indonesia merupakan negara dengan utang luar negeri terbesar di
antara 7 negara Asia Tenggara lainnya yang berpenghasilan rendah-menengah.
Laporan tersebut mencakup data utang negara-negara berpendapatan
rendahmenengah hingga tahun 2019. Utang luar negeri Indonesia menempati
posisi nomor 1 terbesar dengan total US$ 402,08 miliar atau sekitar Rp 5.940
triliun. diantara Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Timor-Leste, dan
Vietnam.

15. Selama Juli hingga Desember 1997 rupiah mengalami depresiasi yang sangat
besar. Berdasarkan kajian Bank Dunia bertajuk “Indonesia in Crisis, A
Macroeconomic Update” yang diterbitkan pada Juli 1998, nilai rupiah terhadap
dolar AS merosot 10,7% pada Juli, 25,7% pada Agustus, 39,8% pada September,
55,6% pada Oktober dan November, serta 109,6% pada Desember. Bank
Indonesia kemudian memperketat kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi
kondisi tersebut. Dari sisi moneter, suku bunga SBI dinaikkan dari 11,625%
menjadi 30%. Gebrakan Sumarlin, yang dilakukan untuk mencegah efek devaluasi
pada 1987, diulang: BUMN-BUMN besar diminta untuk membeli SBI. Dari sisi
fiskal, pemerintah mengatur ulang APBN dan menunda proyek-proyek raksasa
yang menyerap dana cukup besar. Menurut Boediono, total nilai proyek yang
ditunda mencapai 13 miliar dolar AS. Pemerintahan Soeharto akhirnya
memutuskan untuk meminta pertolongan IMF. Misi IMF datang pada 13 Oktober
1997. Sebesar 12,3 miliar dolar AS berasal dari IMF, sisanya dari Bank Dunia,
ADB, dan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Singapura. Dana itu
merupakan komitmen untuk tiga tahun dan dipantau ketat oleh ahli dari IMF, Bank
Dunia, serta ADB dalam pelaksanaannya. Langkah pertama adalah restrukturisasi
finansial. Pada tahap pertama, IMF mencairkan 3 miliar dolar AS. Untuk pencairan
dana tersebut, Indonesia harus menyepakati letter of intent (LoI). Pada LoI
pertama ini, salah satu poinnya adalah pemerintah harus menutup 16 bank yang
sedang “sakit” sebagai upaya untuk membenahi sektor perbankan.

Anda mungkin juga menyukai