Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aditya Iqbal Maulana

NIM : 190231100150

Kelas : Ekonomi Pembangunan C

UJIAN TENGAH SEMSETER

1. Bagaimana dampak revolusi Industri 4.0 pada perkembangan ketenagakerjaan di


Indonesia ?

Kehadiran era revolusi industri keempat (Industri 4.0) sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Indonesia perlu mempersiapkan langkah-langkah strategis agar mampu beradaptasi
dengan era industri digital ini. Indonesia berkomitmen untuk membangun industri
manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0. Hal
ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap dan
strategi Indonesia memasuki era digital ini. Dengan menerapkan Industri 4.0, Menteri
Perindustrian menargetkan, aspirasi besar nasional dapat tercapai. Industri 4.0 melalui
konektivitas dan digitalisasinya mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur dan
kualitas produk. Namun di sisi lain digitalisasi industri ini akan berdampak negatif pada
penyerapan tenaga kerja dan mengacaukan bisnis konvensional. Pemerintah harus
mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0. Pada saat pemerintah memutuskan
untuk beradaptasi dengan sistem Industri 4.0, maka pemerintah juga harus memikirkan
keberlangsungannya. Jangan sampai penerapan sistem industri digital ini hanya menjadi
beban karena tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada saat pemerintah
memutuskan untuk beradaptasi dengan sistem Industri 4.0, maka pemerintah juga harus
memikirkan keberlangsungannya. Jangan sampai penerapan sistem industri digital ini
hanya menjadi beban karena tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Banyak hal yang
harus dipersiapkan seperti: peran para pengambil keputusan, tata kelola, manajemen
risiko implementasi sistem, akses publik pada teknologi, dan faktor keamanan sistem
yang diimplementasikan. Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan sistem
pendataan yang berintegritas, menetapkan total harga/biaya kepemilikan sistem,
mempersiapkan payung hukum dan mekanisme perlindungan terhadap data pribadi,
menetapkan standar tingkat pelayanan, menyusun peta jalan strategis yang bersifat
aplikatif dan antisipatif, serta memiliki design thinking untuk menjamin keberlangsungan
industri(Satya, 2018).

Dampak revolusi Industri 4.0 yang dirasakan oleh masyarakat

Menurut kuesioner yang telah disebar, 22.86 % responden merasakan dampak negatif dari
adanya revolusi industri 4.0. Responden merasakan bahwa dengan adanya revolusi
industri ini, karena dengan mesin menggantikan pekerjaan manusia, akan membuat
manusia semakin malas, dan juga banyak tenaga kerja yang dikeluarkan dari
pekerjaannya atau lapangan pekerjaan semakin berkurang. Seperti contoh tol lebih cepat
karena memakai e-toll dalam metode pembayarannya tetapi dengan adanya e-toll
membuat pekerjaan sebagai penjaga pintu tol pun menghilang.

Cara mengatasi revolusi industri 4.0

Revolusi industri 4.0 merupakan suatu tantangan yang harus bisa kita ambil dampak
positifnya semaksimal mungkin dan kita antisipasi dampak negatifnya. Walaupun
manusia mengetahui dampak buruk dari penggunaan mesin dalam industri, namun
bukan berarti pengunaan mesin harus dilarang. Kemajuan teknologi tetap saja harus
dipelajari. Selain mendukung progam pemerintah dalam memajukan Indonesia dengan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, hal yang dapat kita persiapkan untuk
menghadapi revolusi industri 4.0 yaitu dengan menyiapkan ilmu pengetahuan, skill,
kemampuan analisis, kemampuan bekerja sama dalam tim, leadership, dan kemampuan
berkomunikasi.

Jurnal : XSatya, V. E. (2018). Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI, 10(9), 19–24.

2. Bagaimana seorang individu dapat dikatakan sebagai pelaku penawaran tenaga kerja ?

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pada suatu
perusahaan pada tingkat upah tertentu. Menurut Afrida (2003) dalam Khaafidh (2013)
mengatakan penawaran tenaga kerja adalah fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Semakin tingginya
tingkat upah maka akan semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja(Pada et al., 2015).

Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kondisi kerja yang
baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia
adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping
masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan
ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa
ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. maka salah satu sasaran yang perlu
diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja adalah
jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap
kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia
(pekerja) merupakan individu yang bebas mengarnbil keputusan untuk bekerja atau
tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang
diinginkannya(Sholeh, 2012). Seseorang individu juga bisa dikatakan sebagai pelaku
penawaran tenaga kerja apabila seseorang tersebut dapat mengambil keputusan untuk
bekerja atau tidak atas dasar keinginan individu itu sendiri dan dalam hal ini individu
juga dapat menetapkan berapa lama jumlah jam kerja yang telah menjadi keinginannya.

Contoh pelaku penawaran tenaga kerja saya mempunyai teman, disini teman saya pernah
mendapat sebuah tawaran untuk bekerja di sebuah pabrik yang tidak jauh dari rumahnya
bahkan tempat kerjanya berada di kota sendiri. Teman saya ini ditempatkan di bagian
pengecekan barang, namun dalam sebuah pekerjaan teman saya berhak menerima atau
menolak pekerjaan tersebut dan dia juga bisa memilih antara mau bekerja atau tidak.

Jurnal : Pada, K., Pertanian, S., & Provinsi, D. I. (2015). Analisis Permintaan Dan
Penawaran Tenaga Kerja Pada Sektor Pertanian Di Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep
Unsyiah, 16(1), 66–78. https://doi.org/10.24815/agrisep.v16i1.3033

Sholeh, M. (2012). Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah: Teori serta
Beberapa Potretnya di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 4(1), 62–75.
https://doi.org/10.21831/jep.v4i1.618

3. Bagaimana perusahaan dapat membuat keputusan untuk melakukan permintaan tenaga


kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang ?

Permintaan tenaga kerja merupakan sebagai jumlah maksimum suatu barang atau jasa
yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap kemungkinan harga
dalam jangka waktu tertentu. Dalam hubungannya permintaan tenaga kerja merupakan
hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha
untuk dipekerjakan. Suatu perusahaan menentukan dalam jangka pendek yaitu
perusahaan yang bersangkutan yang beroperasi dalam pasar persaingan sempurna. Bagi
setiap perusahaan yang beroperasi dalam pasar sempurna itu, harga outputnya
senantiasa terlepas secara konstan dari beberapa kuantitas output yang dijualnya.
Sedangkan dalam jangka panjang yaitu sebagian pengurangan permintaan pekerja
bersumber dari berkurangnya jumlah perusahaan, dan sebagian lagi bersumber dari
perubahan jumlah dari pekerja yang diserap oleh masing-masing perusahaan. Jumlah
perusahaan dapat berkurang karena pemberlakuan tigkat upah minimum tidak
ditanggung oleh semua perusahaan.
Dari penjelasan diatas saya menemui pengalaman yang terjadi terhadap teman saya.
Dengan keputusan perusahaan untuk melakukan permintaan tenaga kerja jangka
pendek maka akan terjadi pengurangan tenaga kerja, hal ini dialami teman saya. Seperti
perusahaan mengambil keputusan kerja dengan sistem kontrak. Jadi jika kontraknya
habis dan tidak dilakukan perpanjangan maka teman saya akan diberhentikan kerja.

Jurnal : Sholeh, Maimun. 2007. Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah : Teori
Serta Beberapa Potretnya Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. (4)1, 62-75

4. Bagaimana terbentuknya pasar tenaga kerja ? apa yang terjadi dalam keseimbangan pasar
secara single equilibrium ?

kinerja pasar tenagakerja mengalami penurunan. Makalah ini bertujuan menganalisis


berbagai faktor yang diperkirakan berpengaruh pada kinerja pasar tenagakerja, dengan
menggunakan model ekonometrika sistem persamaan simultan, memakai data pooling
(kombinasi time series tahunan dan cross section 30 kecamatan di Kabupaten Bogor).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dugaan parameter model sesuai dengan teori.
Dugaan model cukup baik menjelaskan variasi pasar tenagakerja Kabupaten Bogor,
sebelum dan setelah diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah. Di antara temuan
yang diperoleh ialah bahwa di sektor pertanian dan sektor jasa, penyerapan tenagakerja
terdidik dan tidak terdidik lebih tinggi pada era otonomi daerah dibandingkan sebelum
otonomi daerah. Hal sebaliknya terjadi pada sektor industri. Di seluruh sektor, investasi
memainkan peranan penting dalam menentukan penyerapan tenagakerja. Bersama
dengan produktivitas tenagakerja, penyerapan tenagakerja mempengaruhi Produk
Domestik Regional Bruto secara positif, dan pada gilirannya mempengaruhi berbagai
variabel pasar tenagakerja.
equilibrium adalah tercapai jumlah tenaga kerja yang ditawarkan oleh individu sama
besarnya dengan yang diminta oleh perusahaan, yaitu pada tingkat upah ekuilibrium.
Pada tingkat upah yang lebih tinggi penawaran tenagakerja melebihi permintaan tenaga
kerja, sehingga persaingan di antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan
akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium.
Sebaliknya, pada tingkat upah yang lebih rendah jumlah total tenagakerja yang diminta
oleh para produsen melebihi kuantitas penawaran yang ada, sehingga terjadi persaingan
di antara para perusahaan atau produsen dalam memperebutkan tenagakerja. Hal ini
akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium. Dari
sinilah tercipta kesempatan kerja atau penyerapan tenaga kerja secara penuh (full
employment). Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang
menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan.
Dari penjelasan diatas terdapat contoh pengalaman yang terjadi disekitar lingkungan
saya, yaitu tetangga saya sendiri. Dengan adanya pasar tenaga kerja dapat
mempermudah individu untuk mencari kerja. Seperti yang dilakukan tetangga saya
yaitu dengan adanya pasar tenaga kerja ini menjadi mudah untuk mencari pekerjaan.
Dari pasar tenaga kerja inilah tetangga saya dapat memiliki pekerjaan, karena telah
mendatangi bursa kerja yang telah menyalurkan atau menginformasikan tentang
perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.
Kejadian yang pernah saya temui ketika saya berada di pasar, saya menawar sebuah 1kg
gula dengan harga 10.000 dengan penjualan produsen yang awalnya dengan harga
13.000, terjadilah penawaran antara saya sebagai konsumen dan penjual sebagai
produsen dengan ketetapan harga 10.000 terjadilah single equilibrium atau kesepatakan
antara saya dan penjual gula tersebut. jika, produsen menyepakati harga penawaran dari
saya maka, gula tersebut bisa saya beli dengan harga 10.000/kg.

Jurnal : Siregar, Hermanto dkk. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pasar
Tenaga Kerja dan Implikasi Kebijakannya Terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Bogor.
Socioeconomics of Agriculture and Agribusiness. (7)3, 1-22

Hijriah, Hanifiyah Yuliatul. 2019. Pasar Tenaga Kerja: Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif
Islam. The International Journal of Applied Business.3(1), 24-37

5. Bagaimana terbentuknya upah di pasar tenaga kerja jika individu sebagai penawar tenaga
kerja tidak mengetahui resiko kecelakaan pada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
kecelakaan kerja? Dan bagaimana terbentuknya upah jika perusahaan tidak melaksanakan
peraturan pemerintah terkait perlindungan kerja ?

Terbentuknya upah di pasar kerja telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara


pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha selaku pemberi kerja tidak boleh lebih
rendah dari ketentuan pengupahan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan bidang ketenagakerjaan yang berlaku dan setiap pekerja beserta keluarganya
berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial merupakan
pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luarkesalahannya tidak
melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan dalam hal buruh
kehilangan upahnya karena di luar kehendaknya (Soopomo,1987:136). Seperti halnya
jaminan kecelakaan kerja pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun
1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja. Para pekerja berhak memperoleh penghasilan
yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak, pemerintah
menetapkan perlindungan dengan cara memberi upah kepada para pekerja. Pemberian
upah sebagai penghidupan yang layak. Pengaturan pengupahan ditetapkan atas dasar
kesepakatan antara pengusaha dan para pekerja.
Kejadian yang pernah saya ketahui yaitu saudara saya dalam melamar pekerjaan
disebuah perusahaan, sebelum menjalankan aktifitas sebagai karyawan beliau diberikan
informasi mengenai BPJS Ketenagakerjaan, yang mana dalam BPJS ini apabila karyawan
mengalami kecelakaan dalam bekerja dengan status masih bekerja ditempat tersebut,
maka BPJS bisa digunakan dan tanggung jawab dari sebuah perusahaan. Dan apabila
perusahaan tidak melaksanakan peraturan pemerintah mengenai perlindungan
ketenegakerjaan maka konsekuensi ditanggung dari sebuah perusahaan.

Jurnal : Arfiah, Sri. 2012. Pelaksaan Jaminan Kecelakaan Kerja Dalam Jaminan Sosial Tenaga
Kera (JAMSOSTEK). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. (22)1, 10-17
Suhartoy. 2019. Perlindungan Hukum Bagi Buruh Dalam Sistem Hukum Ketenagakerjaan
Nasional. Jurnal Adminitrative Law & Governance. (2)2, 326-336.

6. Apa yang terjadi pada resiko upah dan siklus hidup jika seseorang tidak melanjutkan
sekolah dan tidak berpengalaman dalam masa depannya kelak?

Setiap sesorang memiliki pendapatan dan tingkat kesenjangan yang berbeda-beda, tetapi
perbedaan tingkat pendidikan setiap individu dan umur berbeda. Kesenjangan upah
dalam pendidikan adalah hal yang sangat menarik. Pendidikan merupakan suatu
kegiatan untuk meningatkan tingkat pendapatan, tetapi bukan alat yang efektif untuk
mendapatkan kesenjangan upah. Semakin tingggi tingkat pendidikan, maka semakin
besar pula pendapatan yang ia peroleh. Sebagian besar kesenjangan upah turun
penyebabnya yaitu kurangnya pendidikan atau pengalaman kerja. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka kesenjangan upah akan semakin meningkat.

Pendidikan dan pengalaman dapat mempengaruhi jumlah upah yang didapat karena
hal tersebut akan dipertimbangkan nantinya dalam penempatan pekerjaan dan tentunya
mempengaruhi upah yang didapat. Tidakj hanya itu terjadinya kemungkinan perbedaan
tingkat upah yaitu karena adanya perbedaan selera atau preferensi terhadap setiap jenis
pekerjaan.

Bagi orang yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang luas maka
Terkadang seseorang mau mengorbankan rasa tidak sukanya terhadap suatu pekerjaan
demi memperoleh imbalan tinggi; atau sebaliknya ada orang yang mau menerima
pekerjaan yang memberi upah rendah, padahal dia bisa memperoleh pekerjaan yang
memberi upah lebih tinggi, semata-mata karena ia menvukai pekerjaan tersebut. Setiap
pekerjaan memiliki penewaran dan permintaan tersendiri yang menentukan tingkat
upah serta jumlah pekerja yang bisa di serap. Sehingga pendidikan dan mengalaman
yang luas sangat penting untuk menunjang kehidupan di masa dating tetapi juga
keputusan seseorang juga tidak kalah penting untuk menentukan kehidupannya sendiri
di masa depannya.
Dari penjelasan diatas saya mempunyai pengalaman yang didapat dari tetangga. Banyak
tetangga saya yang tidak menyelesaikan pendidikan wajibnya bahkan tidak bersekolah.
Dengan kejadian itu mereka susah untuk mencari pekerjaan dengan upah cukup tinggi
dan bekerja seadanya dengan upah rendah. Menyesal pun tidak ada gunanya, karena
dengan pendidikannya yang rendah membuat rendahnya pengalaman yang dipunya
juga sehingga perusahaan memiliki kriteria tersendiri dalam mencari tenaga kerja. Hal
inilah yang membuat terdampaknya kehidupannya kelak menjadi kurang sejahtera.

Jurnal : Sari, Lepati. 2009. Analisis Tingkat Upah Pekerja Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus
Rumah Makan/Restoran). Jurnal Ekonomi. (17)2, 87-95
M, Rahmad. 2016. Perilaku Sosial Anak Putus Sekolah. Jurnal EquilibriumPendidikan
Sosiologi. (4)2, 184-193.

Anda mungkin juga menyukai