Oleh:
Dina Novita (1806216663)
Kelas B
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah
salah satu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan sebuah
situasi, aktivitas, kondisi sosial atau hubungan secara lebih mendalam (Neuman,
2014). Penelitian ini memiliki sebuah tujuan yaitu menggambarkan strategi yang
dilakukan untuk mengembangkan SDM agar mampu bersaing pada era revolusi
industri 4.0. Kemudian, metode pengumpulan datanya menggunakan studi
literatur/studi pustaka. Studi pustaka merupakan studi yang berkaitan dengan
suatu kajian yang teoritis dan referensi lainnya yang berkaitan dengan nilai,
norma, ataupun budaya dari perkembangan situasi sosial yang diteliti (Sugiyono,
2012). Sumber pustaka dapat diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal,
hasil penelitian sebelumnya, ataupun sumber lainnya yang dianggap relevan.
PEMBAHASAN
Presiden Joko Widodo telah mencanangkan 10 strategi dalam menghadapi
revolusi industri 4.0, salah satunya ialah meningkatkan kualitas SDM dengan
mengubah kurikulum pendidikan di sekolah agar relevan dengan perkembangan
di era revolusi industri 4.0 (Kementerian Perindustrian RI, 2018). Masih pada
sumber sebelumnya, proses pembelajaran nantinya akan lebih fokus menggunakan
model Science, Technology, Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM).
Hal ini diterapkan sebagai strategi jangka panjang untuk mempersiapkan generasi
muda saat ini dalam menghadapi revolusi industri 4.0 (Kompas.com, 2020).
Meskipun begitu, hal ini baru menjadi rencana yang dicanangkan oleh
Pemerintah.
Pada kenyataannya, rencana pemberlakuan model STEAM ini telah
digaungkan ke lembaga pendidikan maupun pelatihan agar dapat menyiapkan
fasilitas serta modul pembelajaran yang memerhatikan STEAM. Profesor
Bambang Permandi Soemantri Brodjonegoro menyatakan pendidikan berbasis
STEAM ini dibutuhkan pada sekolah menengah pertama dan atas (Kompas.com,
2020). Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa ketika siswa/i tersebut masuk ke
dunia kerja di masa depan, perubahan dunia yang mencerminkan industri 4.0 akan
benar-benar nyata terasa, maka mereka harus disiapkan mulai sejak dini
(Kompas.com, 2020).
Salah satu sekolah yang telah mulai menerapkan model STEAM ini adalah
Jakarta Islamic School (JIS). Kepala Sekolah JIS Dr. Tarek Razek mengungkap
manfaat bagi pemuda menjadi lebih kreatif dan kritis dalam berpikir,
meningkatkan kemampuan adaptasi, pemecahan masalah, dan lebih komunikatif
yang sangat berguna dalam persaingan dunia kerja di era revolusi industri 4.0.
Selain itu, siswa-siswi juga dapat belajar hal-hal mendasar dari profesi yang
sedang berkembang di era digital ini, seperti entrepreneur, content creator, data
analyst, dan yang berkaitan dengan teknologi. Adapun untuk memaksimalkan
pembelajaran dengan model STEAM, JIS membangun infrastruktur pendukung
berupa gedung baru yaitu S. Module, seperti melakukan kegiatan coding,
programming, design, dan lain-lain (Kompas.com, 2020).
Rencana untuk mengubah kurikulum pendidikan di Indonesia dengan
model STEAM ini masuk ke dalam 10 strategi pemerintah yang tercantum pada
Making Indonesia 4.0. Hal ini merupakan peran dari pemerintah untuk
mengembangkan SDM di Indonesia sekaligus juga menjadi kepentingan
pemerintah karena SDM dianggap menjadi faktor kunci untuk memajukan bangsa.
SDM yang berkualitas akan membawa kemajuan negara dengan peningkatan
pendapatan nasional, pengembangan suatu inovasi, dan lain-lain. Sebab pada
dasarnya, pemerintah melakukan strategi pengembangan SDM guna menciptakan
SDM yang berkompetensi serta menjadi skilled worker yang dapat bersaing secara
lokal maupun global di era revolusi industri ke-4 merupakan peran yang harus
dijalankan agar kepentingannya dapat terpenuhi.
Strategi dalam mengubah pendidikan Indonesia yang menekankan pada
STEAM ini akan menjadi strategi jangka panjang yang dilakukan oleh
pemerintah. Di sisi lain, perusahaan/pengusaha sebagai pihak yang terlibat dalam
hubungan industrial perlu melakukan suatu upaya strategis dalam
mengembangkan SDM, terutama tenaga kerja di Indonesia. Selain pendidikan,
pemberian pelatihan rutin menjadi opsi strategi yang dilakukan banyak
perusahaan untuk meningkatkan kualitas SDMnya, contohnya PT. Bank Mandiri
(Manajemen UMA, 2020). Adapun pelatihan yang diberikan adalah terkait dengan
pengembangan keterampilan menggunakan teknologi. Namun, program pelatihan
dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan
sehingga sulit untuk mengukur efektivitas program pelatihan oleh perusahaan.
Dalam teori hubungan industrial, perusahaan memiliki kepentingan untuk
mendapatkan value added dari aset yang dimilikinya, dalam hal ini salah satunya
adalah sumber daya manusia. Sementara itu, pekerja juga memiliki
kepentingannya yaitu memperoleh pengembangan diri. Oleh karena itu, untuk
menciptakan nilai tambah yang tinggi, perusahaan memiliki peranan dan tanggung
jawab melaksanakan pelatihan bagi tenaga kerja. Dengan begitu, tenaga kerja juga
dapat memenuhi kepentingannya dari adanya pelatihan serta memaksimalkan
kemampuannya untuk mengerjakan tugas di perusahaan.
Menurut Panggabean (2001), pelatihan dilakukan bertujuan untuk
kepentingan pekerja, perusahaan, dan konsumen. Adapun tujuan diadakan
pelatihan untuk kepentingan pekerja antara lain: (1) meningkatkan keterampilan
serta kemampuan yang dibutuhkan; (2) meningkatkan kinerja dan produktivitas
pekerja; (3) meningkatkan moral; (4) membantu pekerja lebih adaptif terhadap
perubahan; (5) membantu pengembangan karir pekerja. Sedangkan, untuk
kepentingan perusahaan adalah: (1) mendapatkan sumber daya manusia yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan; (2) melakukan penghematan; (3)
meminimalisir adanya kerusakan dan kecelakaan; (4) meningkatkan komitmen
pekerja. Meskipun begitu, berdasarkan hasil penelitian oleh Wahyono (2009),
terdapat kendala yang ditemukan selama pelaksanaan program pelatihan di PT.
Aksara Solopos, yaitu kurangnya minat dan respons dari pekerja untuk mengikuti
pelatihan karena mahalnya biaya pelatihan.
Program pelatihan pastinya juga dilaksanakan pada instansi pemerintah.
Lebih khususnya, terdapat instansi yang bertanggungjawab dalam pengembangan
kompetensi sumber daya manusia pada industri yakni Balai Diklat Industri
(Rahargo & Jannah, 2020). Instansi yang berada di bawah Kementerian
Perindustrian ini melaksanakan program diklat berbasis kompetensi yang mana
nantinya akan diberikan pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan juga penempatan
kerja. Program diklat ini dilaksanakan dengan melihat kebutuhan industri pada
masa sekarang sehingga SDM lulusan program ini dapat memenuhi syarat yang
dibutuhkan industri. Akan tetapi, berdasarkan hasil temuan Rahargo dan Jannah
(2020), program diklat ini belum ada yang berorientasi pada kebutuhan industri
4.0 seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality
(VR), 3D Printing, dan lainnya. Program diklat dilaksanakan hanya pada bidang
tekstil, garmen, batik, bordir, kepala sawit, animasi, produk plastik yang mana
tidak sesuai dengan era kemajuan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan
penyesuaian kembali dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan program agar
sesuai dengan era serba teknologi digital.
Buku
Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches. Essex: Pearson Education.
Panggabean, M. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Jurnal
Abbas, W., A., F. (2019). Strategi Pengembangan Sdm Dalam Persaingan Bisnis
Industri Kreatif Di Era Digital. Jurnal Hukum dan Kemanusiaan, 13(1).
Rahargo, U., P., T. & Jannah, L., M. (2020). Tantangan Dalam Pengembangan
Program Pelatihan Balai Diklat Industri Di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Ilmu Administrasi, 11(2), 61-69.
Skripsi
Wahyono. (2009). Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Karyawan di PT.
Aksara Solopos. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Publikasi Elektronik
Admin. (2020, December 17). Peningkatan SDM Hadapi ERA Revolusi industri
4.0 - Program Studi Manajemen: Kampus Terbaik di SUMUT. Retrieved
June 26, 2021, from http://manajemen.uma.ac.id/2020/10/peningkatan-sdm-
hadapi-era-revolusi-industri-4-0/.
Kementerian Perindustrian RI. (2018, April 26). Kemenperin: Pemerintah
Keluarkan 10 Jurus Jitu hadapi Revolusi industri 4.0. Retrieved June 26,
2021, from https://kemenperin.go.id/artikel/19169/Pemerintah-Keluarkan-
10-Jurus-Jitu-Hadapi-Revolusi-Industri-4.0.
Kompas.com. (2020, January 16). Hadapi Revolusi Industri 4.0, STEAM Perlu
Dikenalkan Sejak Pendidikan Menengah. Retrieved June 26, 2021, from
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/16/16452391/hadapi-revolusi-
industri-40-steam-perlu-dikenalkan-sejak-pendidikan-menengah?page=all.
Marr, B. (2019, July 15). The future of work: 5 important Ways jobs will change
in the 4th industrial revolution. Retrieved June 26, 2021, from
https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2019/07/15/the-future-of-work-
5-important-ways-jobs-will-change-in-the-4th-industrial-revolution/?
sh=7c3af2a254c7.
The Jakarta Post. (2018, May 21). Industry 4.0 career guide: How to avoid being
replaced by robots. Retrieved June 26, 2021, from
https://www.thejakartapost.com/life/2018/05/21/industry-4-0-career-guide-
how-to-avoid-being-replaced-by-robots-1526880346.html.
Uii.ac.id. (2020, July 30). Tantangan Dan Peluang di Era Revolusi Industri 4.0.
Retrieved June 26, 2021, from https://www.uii.ac.id/tantangan-dan-
peluangdi-era-revolusi-industri-4-0/.
World Economic Forum. (2016, January 19). The 10 skills you need to thrive in
the fourth industrial revolution. Retrieved June 26, 2021, from
https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-skills-you-need-to-thrive-
in-the-fourth-industrial-revolution/.