Anda di halaman 1dari 8

Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No.

2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DAN PEMBELAJARAN


BERBASIS PRODUKSI SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
BERBASIS INDUSTRI DI SMK

SANATANG
1
Program Studi PendidikanTeknik Komputer dan Inormatika, Universitas Negeri Makassar
E-mail: sanatang.unm@gmail.com

ABSTRAK

Bangsa Indonesia dituntut mempersiapkan SDM agar bisa bersaing dan beradaptasi dalam revolusi
industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Lulusan pendidikan kejuruan dituntut kesiapannya dalam percaturan dunia
tenaga kerja di tingkat nasional maupun global khususnya penggunaan teknologi berbasis temuan-temuan
baru. Dalam hal ketenagakerjaan kita patut khawatir sumber daya manusia tidak akan mampu bersaing
dengan tenaga kerja dari negara lainnya yang telah mempersiapkan diri dan mempunyai kualitas yang lebih
baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah implementasi pembelajaran berbasis industri (PBI) karena siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang nyata dalam suasana industri/dunia kerja sesungguhnya. Konsep
yang diterapkan dalam PBI adalah competence based training (CBT) dan production based training (PBT).
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa regulasi tentang PBI sejak tahun 1990 hingga saat ini.
Upaya tersebut dilakukan agar kualitas lulusan SMK memiliki daya saing global dengan kompetensi sesuai
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Beberapa model sudah diterapkan selama ini, pada
tulisan ini diuraikan tentang model-model PBI pada SMK dan menganalisis kekurangan dan kelebihan
masing-masing model. Pada tulisan ini akan memberikan rekomendasi model yang paling efektif, efisien,
dan praktis digunakan berdasarkan pendapat para ahli dari akademisi, pemerintah, dan DUDI..

Kata Kunci: pembelajaran berbasi industri (PBI), competence based training (CBT), production based
training (PBT)

PENDAHULUAN berbunyi “Standar kompetensi lulusan adalah


Pendidikan merupakan kunci utama kualifikasi kemampuan lulusan yang menca-
dalam meningkatkan kualitas sumber daya kup sikap, pengetahuan, dan keterampilan” [2].
manusia (SDM), untuk itu Bangsa Indonesia Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan
menyelenggarakan pendidikan secara berkesi- dan teknologi dalam era global dunia
nambungan di berbagai bidang ilmu pendidikan, salah satu lembaga pendidi-kan
pengetahuan dan teknologi. Pemerintah yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menetapkan tujuan pendidikan nasional secara dituntut antisipatif untuk mempersiap-kan
konstitusional melalui Undang-Undang RI tenaga kerja yang mampu bersaing di masa
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem datang, kompetensi yang dimiliki berda-sarkan
Pendidikan Nasional (UUSPN). Tujuan kebutuhan dunia kerja (demand driven) yang
pendidikan nasional untuk mengembangkan diharapkan mampu mengatasi permasalahan
kemampuan dan memben-tuk watak dalam yang dihadapi dalam kehidup-an. Terdapat dua
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, prinsip pendidikan yang yang mampu
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada menghadapi perkembang-an masa yang akan
Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, datang dan harus menjadi acuan dalam
kreativitas serta bertanggung jawab [1]. merencanakan pendidikan oleh semua negara.
Pemerintah membuat regulasi standar Pertama pendidikan harus berorientasi empat
kompetensi lulusan secara khusus dicantum- pilar yaitu: learning to know (belajar untuk
kan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 mengetahui), learning to do (belajar
tahun 2005 tentang Standar Nasional melakukan), learning to be (belajar menjadi
Pendidikan (SNP) pada pasal 1 butir 4 yang dirinya sendiri) dan learning to live together
1
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

(belajar untuk bekerjasama). Prinsip yang mengembangkan sikap mandiri dan percaya
kedua adalah live long learning (belajar diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
sepanjang hayat), (UNESCO, 1996) [3]. Kemudian selanjutnya PBI di SMK
Dalam rangka meningkatkan kualitas dilaksanakan melalui beberapa metode untuk
SDM khususnya pendidikan kejuruan, menyesuaikan perkembangan ilmu
pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 9 pengetahuan dan teknologi. Beberapa model
Tahun 2016 yang dikeluarkan pada tanggal 9 pembelajaran industri di SMK akan diuraikan
September 2016 tentang revitalisasi Sekolah dalam bagian selanjutnya. Artikel ini
Menengah Kejuruan (SMK). Inpres tersebut membahas tentang sistem PBI yang diterapkan
ditujukan kepada 12 Menteri Kabinet Kerja di Indonesia sejak tahun 1990 hingga saat ini.
antara lain: Menteri Pendidikan dan Semua regulasi yang dikeluarkan oleh
Kebudayaan, Menteri Koordinator Bidang pemerintah yaitu presiden, menteri terkait, dan
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, gubernur terkait dengan kebijakan dan prosedur
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, pelaksanaan PBI di SMK akan diuraikan di
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan sini. Beberapa model PBI yang telah berjalan
Tinggi, Menteri Perindustrian, Menteri akan dijelaskan, kemudian meberikan analisis
Ketenagakerjaan, Menteri Perhubungan, tentang model yang paling tepat digunakan saat
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri ini. Berbagai referensi yang relevan akan
BUMN, Menteri Energi dan Sumber Daya digunakan untuk mengkaji hal-hal yang
Mineral, serta Menteri Kesehatan, 34 penting dalam analisis CBT dan PBT di SMK.
Gubernur, dan Kepala Badan Nasional Literatur yang digunakan tentang PBI pada
Sertifikasi Profesi (BNSP), tujuannya untuk pendidikan kejuruan berupa buku pelajaran,
menguatkan sinergi antarpemangku jurnal, makalah konferensi, dan laporan kerja
kepentingan dalam merevitalisasi SMK guna juga akan digunakan untuk memperkuat
meningkatkan kualitas dan daya saing SDM argumen yang diberikan. Analisis kritis dan
Indonesia [4]. hasil pengamatan di lapangan pada SMK,
PBI di SMK diselenggarakan sejak tahun Dinas Pendidikan Provinsi, dan industri
1990 dalam bentuk pengembangan unit dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan dan
produksi menurut Direktorat Pendidikan memberikan rekomendasi tentang model PBI
Sekolah Menengah Kejuruan [5]. Berdasarkan yang terbaik diterapkan di SMK.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
tentang pelaksanaan unit produksi di SMK, KAJIAN TEORI
pada pasal 29 ayat 2, yang menyatakan bahwa; Kajian teori pada penelitian ini terdiri
“untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi atas beberapa bagian, yaitu
tenaga kerja, pada SMK dapat didirikan unit A. Landasan Filosofis Pembelajaran
produksi yang beroperasi secara profesional”. Berbasis Industri di SMK
Tujuan pelaksanaan unit produksi pada SMK
menurut Dikmenjur (2007) [6] adalah: (1) Konsep PBI sebagai tempat belajar
wahana pelatihan berbasis produksi/jasa bagi akademik dan tempat belajar keterampilan
siswa; (2) wahana menumbuhkan dan menghasilkan barang atau jasa pada dasarnya
mengembangkan jiwa wirausaha guru dan mengacu pada aliran filsafat Pragmatisme yang
siswa pada SMK/MAK; (3) sarana praktik banyak mempengaruhi pendidikan kejuruan di
produktif secara langsung bagi siswa; (4) dunia. Miller (1986) menganjur-kan bahwa
membantu pendanaan untuk pemeliharaan, filosofi pragmatism adalah filosofi terefektif
penambahan fasilitas dan biaya-biaya untuk pendidikan dunia kerja (education-
operasional pendidikan lainnya; (5) menambah forwork). Pragmatisme mencari tindakan yang
semangat kebersamaan karena dapat menjadi tepat untuk dijalankan dalam situasi yang tepat
wahana peningkatan aktivitas produktif guru pula [7].
dan siswa serta memberikan ‘income‟ serta Miller menyatakan pendidik pendidik-an
peningkatan kesejahteraan warga sekolah; (6) kejuruan akan berhasil jika mampu
mempraktekkan dan mempertahankan prinsip-
2
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

prinsip pragmatisme sebagai referensi dan akan dikembangkan. Psikologisnya seperti


dasar pendidikan di tempat kerja (workplace yang ada di Amerika, yaitu psikologi dari aliran
education). Pragmatisme menyatakan bahwa Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari segi
diantara pendidik dan peserta didik bersama- sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana
sama melakukan learning process, tenaga-tenaga itu harus dibimbing.
menekankan kepada kenyataan atau situasi Metode saintifik lebih dipentingkan
dunia nyata, konteks dan pengalaman menjadi daripada memorisasi. Praktek kerja di
bagian sangat penting, pendidiknya progresif laboratorium, di bengkel, di kebun/lapangan,
kaya akan ide-ide baru. merupakan kegiatan yang dianjurkan dalam
Menurut Tilaar (2002:184) [8] rangka terlaksananya “learning by doing”
pragmatisme melihat nilai pengetahuan (belajar sambil bekerja, terintegrasi dalam satu
ditentukan oleh kegunaannya di dalam praktik. unit). Sikap progresivisme yang memandang
Karenanya, teori bagi kaum pragmatis hanya segala sesuatu berdasarkan fleksibilitas,
merupakan alat untuk bertindak, bukan untuk dinamika dan sifat-sifat lain yang sejenis,
membuat manusia terbelenggu dan mandeg tercermin dalam pandangannya mengenai
dalam teori itu sendiri. Teori yang tepat adalah kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif,
teori yang berguna, siap pakai, dan dalam bersikap eksperimental dan adanya rencana dan
kenyataan-nya berlaku serta memungkinkan susunan yang teratur.
manusia bertindak secara praktis. Kebenaran Prosser (1925) [9] telah menetapkan
suatu teori, ide atau keyakinan bukan Prinsip pendidikan kejuruan yang dikenal
didasarkan pada pembuktian abstrak, dengan 16 dalil prosser, dan beberapa butir
melainkan dida-sarkan pada pengalaman, pada yang relevan dengan konsep PBI di SMK
konse-kuensi praktisnya, dan pada kegunaan antara lain: (1) Pendidikan kejuruan akan
serta kepuasan yang dibawanya. Pendeknya, ia efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan
mampu mengarahkan manusia kepada fakta berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan
atau realitas yang dinyatakan dalam teori dalam pekerjaan itu sendiri, (2) Pendidikan
tersebut. kejuruan akan efektif jika dapat memampukan
Pragmatisme tanggap terhadap setiap individu memodali minatnya,
perkembangan inovasi-inovasi program seperti pengetahuannya, dan keterampilannya pada
tech-preparation yang menyediakan tingkat yang paling tinggi, (3) melatih
pendidikan kejuruan/vokasi bertemu dengan seseorang dalam kebiasaan berpikir dan
kebutuhan tuntutan tempat kerja. Praktisi bekerja seperti yang diperlukan dalam
pendidikan untuk dunia kerja (education- pekerjaan itu sendiri, (4) Proses pembinaan
forwork) dapat menerapkan filosofi pragma- kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tisme atau dipadukan dengan filosofi tercapai jika pelatihan diberikan pada
esensialisme dan eksistensialisme untuk pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai),
merefleksikan kegiatan dan membentuk atau (5) Pendidikan kejuruan akan efektif jika
mengadopsi visi lembaganya (Strom, 2006). gurunya telah mempunyai pengalaman yang
Pemikiran filsafat pendidikan yang lain sukses dalam penerapan keterampilan dan
yang dapat dijadikan dasar dari PBI adalah pengetahuan pada operasi dan proses kerja
Progresivisme sebagai sebuah teori pendidikan yang akan dilakukan.
muncul sebagai bentuk reaksi terbatas terhadap
pendidikan tradisional yang menekankan B. Competence Based Training (CBT) dan
metode-metode formal pengajar-an, belajar Production Based Training (PBT)
mental (kejiwaan), dan kesusastraan klasik Competence Based Training (CBT)
peradaban Barat. Menurut progresivisme sudah diprogramkan oleh pemerintah di
proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu Indonesia melalui Kementerian Pendidikan
psikologis dan sosiologis. Dari segi sosiologis, Nasional dengan meluncurkan kurikulum
pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga berbasis kompetensi (KBK), sebagai salah satu
atau daya-daya yang ada pada anak didik yang unsur kebijakan yang perlu diwujudkan dalam
3
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

pembaharuan pendidikan di Indonesia. Ide Konsep pembelajaran CBT berfokus


KBK telah diperkenalkan sejak tahun 2000 pada apa yang dapat dilakukan siswa
kepada masyarakat Indonesia, terutama para (kompetensi) sebagai kemampuan bersikap,
pemangku kepentingan pendidikan (Somantrie, berpikir, dan bertindak secara konsisten
2010) [10]. Amanat yang terdapat dalam sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap,
penjelasan atas Undang-Undang Nomor 20 dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan CBT menempatkan siswa atau peserta didik
Nasional yang menyatakan bahwa strategi sebagai subyek belajar yang aktif
pembangunan pendidikan nasional dilaksa- merencanakan pembelajarannya, mengga-li
nakan antara lain melalui “pengembangan dan dan mengintepretasikan materi pembelajaran
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi”. yang diperlukan. Pembelajaran berbasis
Kompetensi hanya bisa diperoleh kompetensi mencakup prinsip-prinsip: (1)
seseorang melalui pembelajaran baik dalam terpusat pada siswa; (2) berfokus pada pengua-
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. saan kompetensi; (3) tujuan pembelajaran
Menurut McClelland (1973) [11], competency spesifik; (4) penekanan pembelajaran pada
can be learned and developed over time. Pada unjuk kerja/kinerja; (5) pembelajaran lebih
dasarnya, kompetensi yang dimiliki seseorang bersifat individual; (6) interaksi menggunakan
bukan pembawaan atau tidak melekat dan/atau multi metoda, aktif, pemecahan masalah dan
tidak dibawa sejak ia dilahirkan. Oleh karena kontekstual; (7) pengajar lebih berfungsi
itu, kompetensi harus dipelajari terlebih dahulu sebagai fasilitator; (8) berorientasi pada
pada kurun waktu tertentu di dalam masa kebutuhan individu, (9) umpan balik langsung;
kehidupannya (lifespan) yang berlangsung (10) menggunakan panduan; (11) belajar di
secara terus menerus sepanjang hayat lapangan (praktek); (12) kriteria penilaian
seseorang. menggunakan acuan patokan (PAP). (Sudira
Definition and Selection of dkk., 2009) [14].
Competencies (Deseco, 2005) [12] Production Based Training (PBT)
mendefiniskan kompetensi sebagai “A merupakan salah satu strategi pembelajaran
competency is more than just knowledge and dengan prinsip strategi dan pendekatan serta
skills. It involves the ability to meet complex metode berupa sinkronisasi/paduan antara
demands, by drawing on and mobilising penguasaan konsep dan prinsip terhadap suatu
psychosocial resources (including skills and obyek serta penerapannya dalam kegiatan
attitudes) in a particular context”. produksi, dengan memperhatikan fakta dan
The Northern Territory Public Sector menggunakan prosedur tetap untuk
Australia (2003) [13] mendefiniskan menghasilkan suatu produk barang atau jasa
“Competency as: the necessary knowledge and standar industri (Sudira, dkk.2009)[14].
skills to perform a particular work role to the Ketentuan ini diacu dalam rangka pembelajaran
standard required within industry untuk membentuk kompetensi dan sikap
(http://www.ncver.edu.au). Kom-petensi profesionalisme siswa, sehingga pembelajaran
adalah pengetahuan yang diperlukan dan berbasis produksi akan menghasilkan luaran
keterampilan untuk melakukan peran peker- peserta didik yang profesional di bidangnya.
jaan tertentu sesuai dengan standar yang dibu- Menurut Medhat dalam Pardjono (2011)
tuhkan dalam industri. Competence is ability to [15] bahwa PBT adalah "a process for
meet successfully complex demands in recognizing, creating, and applying knowledge
particular context (Rychen, D.S., 2009). through, for, and at work which forms part
Kompetensi merupakan gabungan kecakapan (credits) or all of a higher education
atau kemampuan yang terdiri dari pengetahuan, qualification". PBT merupakan proses
keterampilan, dan sikap. McClelland (1973) pengakuan, penciptaan, dan penerapan
mempertegas bahwa “competency comprises of pengetahuan melalui, untuk dan pada dunia
knowledge, skill, and attitude” [11]. kerja. Jadi siswa mempraktikkan pengetahuan
kejuruan untuk pekerjaan riil yang memiliki
4
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

standar mutu pasaran sehingga produk industri.


praktiknya laku dijual. Agar pembelajaran berbasis produksi
PBT di sekolah kejuruan juga didasari dapat efektif, maka beberapa sintaks atau
oleh prinsip pendidikan kejuruan sebagai tahapan yang perlu diperhatikan meliputi: (1)
tempat melatih peserta didik untuk memperoleh Merencanakan produk yaitu dapat berupa
pengetahuan dan keterampilan berdasarkan benda hasil produksi atau jasa berbasis
kebutuhan dunia kerja. Menurut Thompson kebutuhan, (2) Melaksanakan proses produksi
(1973) [16] ”Vocational education as dalam konteks dan proses standar industri, (3)
education designed to develop skills, abilities, Mengevaluasi produk (melakukan kendali
understandings, attitudes, work habits, and mutu), yaitu peserta didik diarahkan untuk
appreciations needed by workers to enter and memeriksa hasil produk sesuai standar mutu.
make progress in employment on useful and (4) Membuat konsep pemasaran, peserta didik
productive basis”. Pendidikan vokasi adalah diajak mempersiapkan konsep pemasaran
pendidik-an yang dirancang untuk misalnya media yang dikgunakan, dan bentuk
mengembangkan keterampilan, promosi yang dilakukan.
kemampuan/kecakapan, pemahaman, sikap, Secara garis besar menurut Pardjono
kebiasaan-kebiasaan kerja, dan apresiasi yang (2011) [15] tujuan dari PBT adalah: (l)
diperlukan oleh pekerja dalam mamasuki membekali siswa dengan kompetensi yang
pekerjaan dan membuat kemajuan-kemajuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja, sekaligus
dalam peker-jaan penuh makna dan produktif. menghasilkan produk/jasa yang laku dijual; (2)
Pembelajaran PBT merupakan proses menanamkan pengalaman produktif dan
pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada mengembangkan sikap wirausaha, melalui
proses produksi, secara kontekstual peserta pengalaman langsung memproduksi barang
didik diberikan pengalaman belajar pada situasi atau jasa yang berorientasi pasar.
yang nyata dengan suasana industri mulai dari C. Model-model pembelajaran berbasis
perencanaan, proses, dan produksi berdasarkan industri di SMK
pesanan, pelaksanaan, dan evaluasi PBI di SMK selama ini terdiri atas
produk/kendali mutu produk, pemasaran beberapa model menurut Dit.PSMK (2015)
hingga pelayanan pengguna. Konsep [17] sebagai berikut :
pembelajaran PBT difokuskan pada potensi Model pembelajaran 1: Dual System
sekolah, peserta didik, dan kerja sama industri atau Pendidikan Sistem Ganda (PSG); (1) SMK
untuk menghasilkan produk yang berkualitas menerapkan kurikulum sinkronisasi dengan
standar industri, luaran yang profesional, dan industri; (2) mengirimkan siswa untuk prakerin
mempunyai relevansi yang tinggi, dengan selama 3 bulan s.d 1 tahun pada industri,
memperhatikan prinsipprinsip efektifitas dan subdivisi industri dan posisi yang relevan
efisiensi. dengan paket keahlian pilihan siswa, (5) uji
Penelitian yang dilaksanakan oleh kompetensi oleh industri dan atau Lembaga
Widodo (2017) menyatakan “Needs to think Sertifikasi Keahlian/Profesi. Pengelolaan
about how to design an Industrial Work dilakukan oleh sekolah dan industri
Practice model more oriented toward berdasarkan regulasi yang dikeluarkan
preparing graduates to become entrepreneurs pemerintah. Berdasarkan data hasil survei,
or business people”. Kompetensi yang telah model ini yang paling banyak digunakan oleh
dimiliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan SMK.
dipastikan keterampilannya dengan Kelebihan model ini adalah lebih mudah
memberikan pengalaman pembuatan produk implementasinya karena biaya yang lebih
nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan murah, dan akses lebih cepat dengan dukungan
masyarakat). Pembelajaran PBT membutuhkan industri. Perencanaan, pengorga-nisasian,
sarana dan prasarana yang standar industri, jika pelaksanaan, pengontrolan, pela-poran, dan
sekolah tidak memiliki peralatan yang sesuai, evaluasi kegiatan PSG dilakukan oleh sekolah
maka dapat menjalin kerja sama dengan dan berkoordinasi dengan pihak DUDI.
5
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

Dengan model ini, beberapa sekolah industri melakukan transfer knowledge dan
mendapatkan kepercayaan dari DUDI untuk teknologi kepada SMK, SMK memiliki lisensi
terus menjadi mitra dalam implementasi PSG terbatas untuk memasarkan dan produk hasil
bahkan bersedia merekrut siswa untuk bekerja kerjasama, Contoh: Kanzen-SMK, Zyrex-
di instansinya kelak setelah menamatkan SMK, dvanSMK, Focus-Esemka. Pihak
pendidikan di SMK. sekolah menjalin kerja sama dengan industri
Kekurangan dari model ini adalah: (1) dalam bentuk membuka kelas khusus di
kadang sekolah mengalami kesulitan mencari sekolah, industri memberikan pelatihan/
perusahaan mitra yang sesuai dengan magang kepada guruguru di industrinya,
kompetensi keahlian siswa di sekolah; (2) menyediakan peralatan/prasarana standar
masih ada perusahaan yang enggan menerima industri yang ditempatkan di sekolah,
siswa pendidikan PSG dengan dalih kurangnya melaksanakan proses pembelajaran dan
kepercayaan akan kompetensi yang dimilki produksi di SMK seperti layaknya di industri.
oleh siswa SMK; (3) kadang siswa ditempatkan Semua kegiatan dalam pengawasan industri
pada bidang yang tidak relevan dengan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
kompetensinya; (4) keterbatasan waktu praktek pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi
siswa di industri; (5) kadang siswa mengalami dilakukan bersama industri.
kebingungan karena menemukan situasi kerja Model pembelajaran 4: teaching
yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. factory (TEFA) disebut dalam Peraturan
Model Pembelajaran 2; SMK Pemerintah No. 41 Tahun 2015 menyatakan
mendirikan unit usaha di dalam sekolah di ”pabrik dalam sekolah (teaching factory)
mana unit usaha dalam bentuk adalah sarana produksi yang dioperasikan
koperasi/industri untuk mendukung proses berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
pembelajaran. Produk yang dihasilkan bisa sesungguhnya untuk menghasilkan produk
berupa barang maupun jasa. Dalam model ini sesuai dengan kondisi nyata Industri dan tidak
Siswa sebagai employee melakukan praktik berorientasi mencari keuntungan”[18].
kerja sesuai paket keahliannya yang dibimbing Dit.PSMK (2015) menyebutkan TEFA SMK
oleh guru, maupun perusahaan mitra. adalah suatu konsep pembelajaran di SMK
Pengelolaan dilakukan oleh sekolah secara berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada
mandiri. Perencanaan, pengorganisasian, standar dan prosedur yang berlaku di industri
pelaksanaan, pengontrolan, pelaporan, dan dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang
evaluasi dilakukan oleh sekolah atau program terjadi di industri. TEFA juga harus melibatkan
keahlian penyelenggara, SDM dari guru Pemda/Pemkot/provinsi maupun orang tua dan
sebagai instriktur/pengajar dan siswa sebagai masyarakat dalam perencanaan, regulasi
tenaga kerja sekaligus pembelajar, maupun implementasinya.
menggunakan sarpras yang ada di sekolah dan
pembiayaan diadakan oleh sekolah, sponsor, D. Fungsi pembelajaran berbasis industri
atau bantuan komite sekolah. Kelebihan model di SMK
ini lebih mudah diselenggara-kan dengan PBI harus mampu memenuhi tiga fungsi
memanfaatkan sarana dan prasara-na yang ada utama menurut Singh (1998) [19] antara lain: a.
di laboratorium. Namun yang menjadi 1. Fungsi akademik: Tempat siswa belajar
kekurangannya adalah mekanisme kerja, langsung seperti halnya di industri dan
proses, SDM, manajemen, produk yang pengembangan dirinya, misalanya:
dihasilkan, dan pemasaran dilakukan belum kemampuan manajerial, akuntansi,
terstandar industri. Kadang kegiatan tidak kepemimpinan, kreatifitas, pembentukan
berkesinambungan karena sangat tergantung karakter, budaya kerja, motivasi, dan etos
pada orderan pengguna. kerja.
Model Pembelajaran 3: teaching 2. Fungsi Ekonomi: (1) menjadi unit usaha
industry yaitu SMK bekerjasama dengan yang menjadi sumber dana bagi sekolah,
Industri dalam penyediaan tempat produksi, menjadi unit bisnis, untuk meningkatkan
6
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

kesejahteraan warga sekolah, dan (2) secara integratif melalui penerapan PBI adalah
Penyedia lapangan kerja bagi warga kompetensi yang “comphrehensive”
sekolah maupun masyarakat sekitar. skills/psikomotoric, affective/attitude dan
3. Fungsi Sosial: (1) Meningkatkan cognitive dalam konteks Higher-Order
performansi sekolah di mata masyarakat Thinking Skills (HOTS) yang mampu berpikir
sehingga akan menjadi kebanggan warga kritis dan memecahkan masalah (“critical
sekolah, dan (2) Meningkatkan keperca- thinking/evaluation” dan “problem solving”).
yaan masyarakat dan DUDI terhadap Sehingga pendidikan di SMK akan
kualitas lulusan SMK menghasilkan lulusan yang tidak hanya
kompeten dari sisi keterampilan (hard skill),
PEMBAHASAN namun sikap, mental, dan motivasi yang kuat.
Berdasarkan hasil kajian teori yang telah Dari keempat model yang ada, TEFA
dipaparkan bahwa PBI di SMK merupakan merupakan program yang paling intens
sebuah kebutuhan utama untuk meningkatkan dikembangkan saaat ini, karena TEFA
kualitas lulusan SMK. PBI merupakan program dianggap lebih efektif, efisien, dan praktis
pembajaran yang dilaksanakan dalam konsep diterapkan dan diharapkan mampu mewakili
CBT dan PBT agar kualitas lulusan SMK tiga program yang lainnya. Dengan
memiliki kualitas lulusan sesuai kebutuhan implementasi TEFA di SMK diharapkan
dunia kerja dan daya saing golobal. Apabila menjadi tempat penerapan prinsip dual system,
pendidikan kejuruan mampu menerapkan CBT unit produksi, dan kelas industri. Prinsip ketiga
dengan serius, maka penguasaan kompetensi model dapat teratasi melalui program TEFA.
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan Proses pembelajaran yang dirancang dan
keterampilan secara seimbang akan dilaksanakan berdasarkan prosedur, standar
memungkinkan seseorang menjadi kompe-ten dan urutan kerja seperti yang diterapkan di
dan menunjukkan aksi yang optimal sebagai industri dalam menghasilkan suatu produk
puncak pencapaian (millestone) dari (barang/jasa), sehingga diharapkan peserta
kompetensi. didik dapat menguasai suatu kompetensi
Kompetensi pembelajaran barbasis tertentu sekaligus memiliki standar perilaku
industri dapat terbangun atau tercipta dengan yang dibutuhkan dalam suatu sistem dan proses
adanya 3 unsur yaitu sikap (attitude), kerja industri. Tucker (2012) [20] menulis
pengetahuan (knowledge) untuk berpikir, dan bahwa di Singapura dikenal “factory school”
keterampilan (skill) dalam melakukan sesuatu. yaitu model sekolah industri yang dirancang
Keterampilan yang dapat diperoleh melalui PBI khusus dalam kerja sama vocational education
adalah technical Skills dan Soft Skills and training (VET) dengan perusahaan.
sebagaimana diilustrasikan pada gambar
berikut: KESIMPULAN
PBI di Indonesia dilaksanakan melalui empat
model yaitu dual system, unit produksi, kelas
industri, dan TEFA sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. TEFA adalah program
Gbr. 1 Potensi Keterampilan Melalui PBI yang baru dikembangkan tahun 2015 yang
diharapkan mampu memenuhi kekurangan dari
Model-model PBI yang telah diuraikan tiga model sebelumnya. Pemerintah terus
merupakan program pemerintah untuk untuk mengembangkan program TEFA di seluruh
meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang SMK di Indonesia secara bertahap melalui
relevan dengan kebutuhan industri, sehingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. PBI
berdampak kepada penguatan daya saing menerapkan konsep CBT dan PBT dalam
industri di Indonesia dalam menghadapi era proses pembelajaran. Ada tiga fungsi utama
industri 4.0 dan masyarakat 5.0 baik nasional PBI bagi lembaga pendidikan adalah fungsi
maupun global. Kompetensi yang dihantarkan akademik, fungsi ekonomi, dan fungsi sosial.
7
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100

REFERENSI Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang


[1] C. A. Prosser, Vocational education. Standar Nasional Pendidikan. 2015
Chicago, U.S.A: American Technical [13] Presiden, Instruksi Presiden Nomor 9,
Society. 1950. Tahun 2016, tentang Revitalisasi SMK
[2] D. C. McClelland, Testing for dalam Rangka Peningkatan Kualitas SDM
competence rather than for intelligence. Indonesia. 2016.
American Psychologist. 1973. [14] Presiden, Peraturan Pemerintah RI Nomor
[3] Deseco. Defining and selecting key 29, Tahun 1990, tentang Pendidikan
competencies. Diambil pada tanggal 25 Menengah. 1990.
Mei 2020 dari: [15] Presiden, Peraturan Pemerintah RI Nomor
https://www.oecd.org/pisa/35070367.p 41, Tahun 2015, tentang Pembangunan
df , 2005. Sumber Daya Industri. 2015.
[4] Dit.PSMK, Konsep teaching factory. [16] PMPTK Depdiknas, Pedoman manajemen
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan teaching factory/jasa sebagai sumber
Kebudayaan. 2015. belajar siswa dan penggalian dana
[5] H. A. R.Tilaar, Perubahan sosial dan pendidikan persekolahan. Jakarta:
pendidikan, pengantar pedagogik Depdiknas. 2007.
transformatif untuk Indonesia. Jakarta: [17] Republik Indonesia, Undang-Undang RI
PT. Gramedia. 2002. Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
[6] H. Somantrie, “Kompetensi” sebagai Pendidikan Nasional, 2003.
landasan konseptual kebijakan [18] S. M. Tucker, The Phoenix; Vocational
kurikulum sekolah di Indonesia, Pusat education and training in Singapore.
Kurikulum Balitbang, Depdiknas, 2010. International comparative study of leading
[7] J. F. Thompson, Foundations of vocational education systems. Center On
vocational education, Englewood International Education Banchmarking.
Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc. www.ncee.org/cieb. 2012.
1973. [19] UNESCO, Learning; the treasure within,
[8] M. D. Miller, Principles and a 1996. Report to UNESCO of the
philosophy for vocational education. international comission on education for
Colombus-Ohio: NCRVE. 1986. the twenty-first century. The Australian
[9] M. Singh, School enterprises; National Commission for UNESCO:
Combining vocational learning with UNESCO. 1996
production, Germany: The International
Project on Technical and Vocational
Education (UNEVOC) - UNESCO.
1998.
[10] P. Sudira, TVET abad XXI. Yogyakarta:
UNY Press, (2017).
[11] Pardjono dan A. Murdianto,
Pembelajaran berbasis produksi untuk
peningkatan kompetensi membuat
gambar kerja teknik mesin siswa SMK
[Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan
Vokasi, Vol. 1 No. 1, edisi Februari
2011.
[12] Presiden, Peraturan Pemerintah RI
Nomor 13, Tahun 2015, tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan
8

Anda mungkin juga menyukai