2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100
SANATANG
1
Program Studi PendidikanTeknik Komputer dan Inormatika, Universitas Negeri Makassar
E-mail: sanatang.unm@gmail.com
ABSTRAK
Bangsa Indonesia dituntut mempersiapkan SDM agar bisa bersaing dan beradaptasi dalam revolusi
industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Lulusan pendidikan kejuruan dituntut kesiapannya dalam percaturan dunia
tenaga kerja di tingkat nasional maupun global khususnya penggunaan teknologi berbasis temuan-temuan
baru. Dalam hal ketenagakerjaan kita patut khawatir sumber daya manusia tidak akan mampu bersaing
dengan tenaga kerja dari negara lainnya yang telah mempersiapkan diri dan mempunyai kualitas yang lebih
baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah implementasi pembelajaran berbasis industri (PBI) karena siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang nyata dalam suasana industri/dunia kerja sesungguhnya. Konsep
yang diterapkan dalam PBI adalah competence based training (CBT) dan production based training (PBT).
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa regulasi tentang PBI sejak tahun 1990 hingga saat ini.
Upaya tersebut dilakukan agar kualitas lulusan SMK memiliki daya saing global dengan kompetensi sesuai
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Beberapa model sudah diterapkan selama ini, pada
tulisan ini diuraikan tentang model-model PBI pada SMK dan menganalisis kekurangan dan kelebihan
masing-masing model. Pada tulisan ini akan memberikan rekomendasi model yang paling efektif, efisien,
dan praktis digunakan berdasarkan pendapat para ahli dari akademisi, pemerintah, dan DUDI..
Kata Kunci: pembelajaran berbasi industri (PBI), competence based training (CBT), production based
training (PBT)
(belajar untuk bekerjasama). Prinsip yang mengembangkan sikap mandiri dan percaya
kedua adalah live long learning (belajar diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
sepanjang hayat), (UNESCO, 1996) [3]. Kemudian selanjutnya PBI di SMK
Dalam rangka meningkatkan kualitas dilaksanakan melalui beberapa metode untuk
SDM khususnya pendidikan kejuruan, menyesuaikan perkembangan ilmu
pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 9 pengetahuan dan teknologi. Beberapa model
Tahun 2016 yang dikeluarkan pada tanggal 9 pembelajaran industri di SMK akan diuraikan
September 2016 tentang revitalisasi Sekolah dalam bagian selanjutnya. Artikel ini
Menengah Kejuruan (SMK). Inpres tersebut membahas tentang sistem PBI yang diterapkan
ditujukan kepada 12 Menteri Kabinet Kerja di Indonesia sejak tahun 1990 hingga saat ini.
antara lain: Menteri Pendidikan dan Semua regulasi yang dikeluarkan oleh
Kebudayaan, Menteri Koordinator Bidang pemerintah yaitu presiden, menteri terkait, dan
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, gubernur terkait dengan kebijakan dan prosedur
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, pelaksanaan PBI di SMK akan diuraikan di
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan sini. Beberapa model PBI yang telah berjalan
Tinggi, Menteri Perindustrian, Menteri akan dijelaskan, kemudian meberikan analisis
Ketenagakerjaan, Menteri Perhubungan, tentang model yang paling tepat digunakan saat
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri ini. Berbagai referensi yang relevan akan
BUMN, Menteri Energi dan Sumber Daya digunakan untuk mengkaji hal-hal yang
Mineral, serta Menteri Kesehatan, 34 penting dalam analisis CBT dan PBT di SMK.
Gubernur, dan Kepala Badan Nasional Literatur yang digunakan tentang PBI pada
Sertifikasi Profesi (BNSP), tujuannya untuk pendidikan kejuruan berupa buku pelajaran,
menguatkan sinergi antarpemangku jurnal, makalah konferensi, dan laporan kerja
kepentingan dalam merevitalisasi SMK guna juga akan digunakan untuk memperkuat
meningkatkan kualitas dan daya saing SDM argumen yang diberikan. Analisis kritis dan
Indonesia [4]. hasil pengamatan di lapangan pada SMK,
PBI di SMK diselenggarakan sejak tahun Dinas Pendidikan Provinsi, dan industri
1990 dalam bentuk pengembangan unit dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan dan
produksi menurut Direktorat Pendidikan memberikan rekomendasi tentang model PBI
Sekolah Menengah Kejuruan [5]. Berdasarkan yang terbaik diterapkan di SMK.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
tentang pelaksanaan unit produksi di SMK, KAJIAN TEORI
pada pasal 29 ayat 2, yang menyatakan bahwa; Kajian teori pada penelitian ini terdiri
“untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi atas beberapa bagian, yaitu
tenaga kerja, pada SMK dapat didirikan unit A. Landasan Filosofis Pembelajaran
produksi yang beroperasi secara profesional”. Berbasis Industri di SMK
Tujuan pelaksanaan unit produksi pada SMK
menurut Dikmenjur (2007) [6] adalah: (1) Konsep PBI sebagai tempat belajar
wahana pelatihan berbasis produksi/jasa bagi akademik dan tempat belajar keterampilan
siswa; (2) wahana menumbuhkan dan menghasilkan barang atau jasa pada dasarnya
mengembangkan jiwa wirausaha guru dan mengacu pada aliran filsafat Pragmatisme yang
siswa pada SMK/MAK; (3) sarana praktik banyak mempengaruhi pendidikan kejuruan di
produktif secara langsung bagi siswa; (4) dunia. Miller (1986) menganjur-kan bahwa
membantu pendanaan untuk pemeliharaan, filosofi pragmatism adalah filosofi terefektif
penambahan fasilitas dan biaya-biaya untuk pendidikan dunia kerja (education-
operasional pendidikan lainnya; (5) menambah forwork). Pragmatisme mencari tindakan yang
semangat kebersamaan karena dapat menjadi tepat untuk dijalankan dalam situasi yang tepat
wahana peningkatan aktivitas produktif guru pula [7].
dan siswa serta memberikan ‘income‟ serta Miller menyatakan pendidik pendidik-an
peningkatan kesejahteraan warga sekolah; (6) kejuruan akan berhasil jika mampu
mempraktekkan dan mempertahankan prinsip-
2
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100
Dengan model ini, beberapa sekolah industri melakukan transfer knowledge dan
mendapatkan kepercayaan dari DUDI untuk teknologi kepada SMK, SMK memiliki lisensi
terus menjadi mitra dalam implementasi PSG terbatas untuk memasarkan dan produk hasil
bahkan bersedia merekrut siswa untuk bekerja kerjasama, Contoh: Kanzen-SMK, Zyrex-
di instansinya kelak setelah menamatkan SMK, dvanSMK, Focus-Esemka. Pihak
pendidikan di SMK. sekolah menjalin kerja sama dengan industri
Kekurangan dari model ini adalah: (1) dalam bentuk membuka kelas khusus di
kadang sekolah mengalami kesulitan mencari sekolah, industri memberikan pelatihan/
perusahaan mitra yang sesuai dengan magang kepada guruguru di industrinya,
kompetensi keahlian siswa di sekolah; (2) menyediakan peralatan/prasarana standar
masih ada perusahaan yang enggan menerima industri yang ditempatkan di sekolah,
siswa pendidikan PSG dengan dalih kurangnya melaksanakan proses pembelajaran dan
kepercayaan akan kompetensi yang dimilki produksi di SMK seperti layaknya di industri.
oleh siswa SMK; (3) kadang siswa ditempatkan Semua kegiatan dalam pengawasan industri
pada bidang yang tidak relevan dengan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
kompetensinya; (4) keterbatasan waktu praktek pelaksanaan, pengontrolan, dan evaluasi
siswa di industri; (5) kadang siswa mengalami dilakukan bersama industri.
kebingungan karena menemukan situasi kerja Model pembelajaran 4: teaching
yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. factory (TEFA) disebut dalam Peraturan
Model Pembelajaran 2; SMK Pemerintah No. 41 Tahun 2015 menyatakan
mendirikan unit usaha di dalam sekolah di ”pabrik dalam sekolah (teaching factory)
mana unit usaha dalam bentuk adalah sarana produksi yang dioperasikan
koperasi/industri untuk mendukung proses berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
pembelajaran. Produk yang dihasilkan bisa sesungguhnya untuk menghasilkan produk
berupa barang maupun jasa. Dalam model ini sesuai dengan kondisi nyata Industri dan tidak
Siswa sebagai employee melakukan praktik berorientasi mencari keuntungan”[18].
kerja sesuai paket keahliannya yang dibimbing Dit.PSMK (2015) menyebutkan TEFA SMK
oleh guru, maupun perusahaan mitra. adalah suatu konsep pembelajaran di SMK
Pengelolaan dilakukan oleh sekolah secara berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada
mandiri. Perencanaan, pengorganisasian, standar dan prosedur yang berlaku di industri
pelaksanaan, pengontrolan, pelaporan, dan dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang
evaluasi dilakukan oleh sekolah atau program terjadi di industri. TEFA juga harus melibatkan
keahlian penyelenggara, SDM dari guru Pemda/Pemkot/provinsi maupun orang tua dan
sebagai instriktur/pengajar dan siswa sebagai masyarakat dalam perencanaan, regulasi
tenaga kerja sekaligus pembelajar, maupun implementasinya.
menggunakan sarpras yang ada di sekolah dan
pembiayaan diadakan oleh sekolah, sponsor, D. Fungsi pembelajaran berbasis industri
atau bantuan komite sekolah. Kelebihan model di SMK
ini lebih mudah diselenggara-kan dengan PBI harus mampu memenuhi tiga fungsi
memanfaatkan sarana dan prasara-na yang ada utama menurut Singh (1998) [19] antara lain: a.
di laboratorium. Namun yang menjadi 1. Fungsi akademik: Tempat siswa belajar
kekurangannya adalah mekanisme kerja, langsung seperti halnya di industri dan
proses, SDM, manajemen, produk yang pengembangan dirinya, misalanya:
dihasilkan, dan pemasaran dilakukan belum kemampuan manajerial, akuntansi,
terstandar industri. Kadang kegiatan tidak kepemimpinan, kreatifitas, pembentukan
berkesinambungan karena sangat tergantung karakter, budaya kerja, motivasi, dan etos
pada orderan pengguna. kerja.
Model Pembelajaran 3: teaching 2. Fungsi Ekonomi: (1) menjadi unit usaha
industry yaitu SMK bekerjasama dengan yang menjadi sumber dana bagi sekolah,
Industri dalam penyediaan tempat produksi, menjadi unit bisnis, untuk meningkatkan
6
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100
kesejahteraan warga sekolah, dan (2) secara integratif melalui penerapan PBI adalah
Penyedia lapangan kerja bagi warga kompetensi yang “comphrehensive”
sekolah maupun masyarakat sekitar. skills/psikomotoric, affective/attitude dan
3. Fungsi Sosial: (1) Meningkatkan cognitive dalam konteks Higher-Order
performansi sekolah di mata masyarakat Thinking Skills (HOTS) yang mampu berpikir
sehingga akan menjadi kebanggan warga kritis dan memecahkan masalah (“critical
sekolah, dan (2) Meningkatkan keperca- thinking/evaluation” dan “problem solving”).
yaan masyarakat dan DUDI terhadap Sehingga pendidikan di SMK akan
kualitas lulusan SMK menghasilkan lulusan yang tidak hanya
kompeten dari sisi keterampilan (hard skill),
PEMBAHASAN namun sikap, mental, dan motivasi yang kuat.
Berdasarkan hasil kajian teori yang telah Dari keempat model yang ada, TEFA
dipaparkan bahwa PBI di SMK merupakan merupakan program yang paling intens
sebuah kebutuhan utama untuk meningkatkan dikembangkan saaat ini, karena TEFA
kualitas lulusan SMK. PBI merupakan program dianggap lebih efektif, efisien, dan praktis
pembajaran yang dilaksanakan dalam konsep diterapkan dan diharapkan mampu mewakili
CBT dan PBT agar kualitas lulusan SMK tiga program yang lainnya. Dengan
memiliki kualitas lulusan sesuai kebutuhan implementasi TEFA di SMK diharapkan
dunia kerja dan daya saing golobal. Apabila menjadi tempat penerapan prinsip dual system,
pendidikan kejuruan mampu menerapkan CBT unit produksi, dan kelas industri. Prinsip ketiga
dengan serius, maka penguasaan kompetensi model dapat teratasi melalui program TEFA.
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan Proses pembelajaran yang dirancang dan
keterampilan secara seimbang akan dilaksanakan berdasarkan prosedur, standar
memungkinkan seseorang menjadi kompe-ten dan urutan kerja seperti yang diterapkan di
dan menunjukkan aksi yang optimal sebagai industri dalam menghasilkan suatu produk
puncak pencapaian (millestone) dari (barang/jasa), sehingga diharapkan peserta
kompetensi. didik dapat menguasai suatu kompetensi
Kompetensi pembelajaran barbasis tertentu sekaligus memiliki standar perilaku
industri dapat terbangun atau tercipta dengan yang dibutuhkan dalam suatu sistem dan proses
adanya 3 unsur yaitu sikap (attitude), kerja industri. Tucker (2012) [20] menulis
pengetahuan (knowledge) untuk berpikir, dan bahwa di Singapura dikenal “factory school”
keterampilan (skill) dalam melakukan sesuatu. yaitu model sekolah industri yang dirancang
Keterampilan yang dapat diperoleh melalui PBI khusus dalam kerja sama vocational education
adalah technical Skills dan Soft Skills and training (VET) dengan perusahaan.
sebagaimana diilustrasikan pada gambar
berikut: KESIMPULAN
PBI di Indonesia dilaksanakan melalui empat
model yaitu dual system, unit produksi, kelas
industri, dan TEFA sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. TEFA adalah program
Gbr. 1 Potensi Keterampilan Melalui PBI yang baru dikembangkan tahun 2015 yang
diharapkan mampu memenuhi kekurangan dari
Model-model PBI yang telah diuraikan tiga model sebelumnya. Pemerintah terus
merupakan program pemerintah untuk untuk mengembangkan program TEFA di seluruh
meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang SMK di Indonesia secara bertahap melalui
relevan dengan kebutuhan industri, sehingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. PBI
berdampak kepada penguatan daya saing menerapkan konsep CBT dan PBT dalam
industri di Indonesia dalam menghadapi era proses pembelajaran. Ada tiga fungsi utama
industri 4.0 dan masyarakat 5.0 baik nasional PBI bagi lembaga pendidikan adalah fungsi
maupun global. Kompetensi yang dihantarkan akademik, fungsi ekonomi, dan fungsi sosial.
7
Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 17, No. 2, April 2020
p-ISSN:1907-1728, e-ISSN:2721-9100