FILSAFAT PTK
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
BAB II FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK................3
A.
Filsafat.......................................................................................................... 3
B.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus,
agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian,
kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden,
1917:8)
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu
agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi
pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki
dunia kerja (Good, 1959).
United Congres 1976: Vocational education as organized educational program which are
directly related to the preparation of individuals for paid and unpaid employment, or for
additional preparation for a career requiry other than a baccalaureate of advance degree.
Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
BAB II
FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK
A. Filsafat
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai
kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena mencintai
masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat
yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori.
Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan
masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta.
Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik,
epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak
secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat,
sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.
Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat. Cara belajar filsafat adalah
menangkap pengertiannya secara ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam
praktek. Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan kembali secara ilmu.
B. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
Saat ini terdapat dua sumber yang membahas tentang prinsip PTK ini, yang pertama
adalah Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) dalam bukunya Vocational Education in a
Democracy, dan Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational
Education dalam American Vocational Journal (1967).
PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan
kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia
industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel
yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar yang
hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung
dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang
diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya
yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal
tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat
diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut.
C. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
Adapun Karakteristik Pendidikan Kejuruan antara lain :
1. Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.
Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang
terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di front-line. Karena itu,
mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Tenaga kerja yang terampil
memegang peranan penting dalam menentukan tingkat mutu dan biaya produksi, selain itu
tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan industrialisasi
suatu negara. Struktur ketenagakerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana
kebutuhan tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan
adalah pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat
menengah.
5
3.
4.
5.
6.
bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan
sebagai lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan
yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi
secara langsung dapat memperoleh hasil dari perusahaan.
Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta
didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima dengan
baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja.
Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara
pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan
tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam pelajaran
kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan
SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan
kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah
memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di
bidang tertentu.
Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada
pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan
umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas
pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu
sangat berperan dan pertumbuhan ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan/ life skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu
memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk
menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan investasi
besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi
ekonomi, relevansi dan kecepatan mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat
dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil
pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja
dilingkungannya
7.
8.
BAB III
MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak lepas dari strategi agar tujuan
pendidikan dapat dicapai secara optimal, untuk itu sekolah menerapkan berbagai model
sesuai dengan program studinya dan karakteristik peserta didik. Kata model dapat diartikan
sebagai pola atau bentuk. Kaitannya dengan pendidikan kejuruan kata model di sini
mengandung pengertian sebagai suatu bentuk atau pola penyelenggaraan pendidikan
kejuruan. Munculnya berbagai model penyelenggaraan pendidikan kejuruan, tidak dapat
dilepaskan dengan masyarakat dan kebutuhannya.
Pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah
begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dan ikut serta menentukan tingkat dan
arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi
sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi,
pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan
pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
Model penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan berbasis kebutuhan
terhadap masyarakat bisa dilihat dari segi kurikulum seperti apa yang diterapkan disetiap
daerah dimana proses pendidikan (sekolah) dilaksanakan. Berikut model kurikulum
pendidikan PTK sebagai berikut:
Perencanaan kurikulum
Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan sisdiknas
Mengumpulkan data komuditas dan budaya
Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah
Merumuskan proses pengambilan keputusan
Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum
Mengumpul materi dan sarana pembelajaran
Penetapan isi kurikulum
Pemilihan desain kurikulum,
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran,
Penetapan sasaran kompetensi,
Penetapan materi dan sarana pembelajaran,
Menetapan prosedur implementasi,
Menetapkan prosedur penafsiran hasil tes, pengamatan wawancara dan lain-lain,
Menetapkan metode evaluasi hasil belajar,
Penilaian guru (evaluasi diri, evaluasi sejawat).
Implementasi kurikulum
Penerapan strategi belajar. Seperti belajar mandiri, diskusi, kerja proyek, karyawisata,
laporan, beljar terprogram, investasi kelompok, belajar kooperatif, belajar tuntas dan
lain-lain.
Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi khusus dan lain-lain
Membuat annecdotal record siswa
Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain
Evaluasi kurikulum
Menetapkan teknik evaluasi
9
10
mempunyai kaitan dengan kerangka strategi pengembangan yang berskala besar dalam
fungsi-fungsi mengamati masalah pendidikan sebagai pendidikan lanjutan, memberi
informasi, konsultasi dan pengembangannya. Teaching factory merupakan salah satu
inovasi dalam upaya pemberdayaan SMK agar lebih bermutu. Prinsip ini menempatkan
SMK selain sebagai penghasil lulusan yang merupakan calon tenaga kerja yang handal dan
kompeten juga berperan sebagai penghasil produk maupun jasa yang layak jual. Dengan
prinsip ini SMK dapat mengembangkan unit usaha baik penghasil produk maupun jasa yang
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terdapat juga model yang merupakan gabungan antara kegiatan produksi dengan
kegiatan praktik sekolah. Dalam pendidikan praktik digunakan pola latihan sistematik,
meningkat ke pola kombinasi antara latihan dengan berproduksi penuh. Kegiatan praktik
siswa di bengkel sekolah tidak hanya merupakan latihan dasar saja tetapi mengerjakan
pekerjaan produksi yang dilimpahkan dari bengkel latihan (Raharjo 1995). Lebih lanjut,
dalam aplikasi pembelajarannya siswa secara terintegrasi belajar sekaligus turut berperan
dalam memproduksi barang yang layak jual sebagai produk teaching factory. Secara
ekonomis, teaching factory akan mampu mendukung pembiayaan pendidikan di SMK
sehingga proses pendidikan dapat lebih bermutu. Unit produksi merupakan embrio strategis
bagi berkembangnya teaching factory. Dengan unit produksi yang berkembang diharapkan
teaching factory akan lebih mudah terbentuk
Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan
sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang
dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat
dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja
tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh
karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting.
Pengembangan (pembukaan) program keahlian SMK harus Link and Match
dengan kebutuhan pasar kerja. Link and match pada dasarnya adalah supplay-demand
dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai penyiapan SDM, dan individu, masyarakat,
serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan. Ada empat aspek kebutuhan yang
perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu:
Kebutuhan pribdai atau individu
Kebutuhan keluarga,
Kebutuhan masyarakt/bangsa,
Kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.
Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha mandiri
dan industri), diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak. Dunia kerja
dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam arti sikap maupun
tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan praktek lapangan bagi para
peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai
tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini
mempunyai arti yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar
implementasi untuk Sekolah Kejuruan dalam link and match adalah:
Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral
kurikulum
Meningkatkan program magang di dunia usaha/industri
Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga
Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang baik
untuk masa depan.
11
12
BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para
siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu
untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun
pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan
tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya
dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumsi tidak
boleh diabaikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan
fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya
perubahan sosial.
Berikut ini disajikan beberapa pemikiran awal untuk pengembangan Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, yaitu, Pertama: pendidikan teknologi dan kejuruan harus memberi
ruang cukup untuk memudahkan learning how to lear dan learning to unlearn. Untuk itu
aspek-aspek kecakapan hidup harus built in dalam mata kuliah. Jadi yang diperlukan adalah
reorientasi pelaksanaan pendidikan dari subject mater oriented menjadi life skill oriented.
Pendidikan teknologi kejuruan harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir divergen sehingga siswa mampu melihat suatu masalah dari berbagai dimensi dan
akhirnya mampu memecahkannya secara kreatif. Kedua: pendidikan harus mampu menjadi
bentuk quality assurance. Oleh karena itu kurikulum harus menunjuk mahasiswa/siswa atau
ujian akhirnya. Yang dimaksud layanan kepada siswa paling tidak pola pengajaran yang
diterima (sebagai layanan) siswa/mahasiswa. Ketiga: pendidikan harus dapat memandu
terbentuknya budaya mutu di kampus. Keempat: pendidikan harus memandu hubungan
kolaboratif-sinergis antara kampus/sekolah dengan pelanggan. Pengguna lulusan harus
terlibat
dalam
desain
maupun
pelaksanaan
pendidikan
teknologi
dan
kejuruan. Kelima: pendidikan harus memberi ruang gerak kepada universitas untuk
melakukan penyesuaian dengan kondisi setempat, sekaligus untuk melakukan inovasi.
Demikian sekilas uraian yang dapat kami sampaikan dalam makalah singkat ini,
dengan harapan semoga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka
pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sedang disusun. Apa yang telah
ditulis masih merupakan pemikiran awal, tentunya masih banyak kekurangannya. Namun
yang penting kapan lagi kita akan mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan ini
kalau tidak dimulai dari sekarang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aljawad, 2014, Filsafat Ilmu, (on line), (http://Aljawad.Tripod.Com/Artikel/Filsafat_Ilmu.Htm
diakses pada tanggal 02 November 2016).
Bustamin, 2013, Prinsip, Karakteristik Dan Asumsi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
(Ptk), (on line), (http://bustamin-against.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-karakteristikdan-asumsi.html diakses pada tanggal 02 November 2016).
Nurhibatullah,
2015,
Makalah
Filsafat
Ilmu,
(http://nurhibatullah.blogspot.co.id/2015/12/makalah-filsafat-ilmu.html
tanggal 02 November 2016).
(on
diakses
line),
pada
Nurkamri, 2014, Prinsip, Karakteristik Dan Asumsi Pendidikan Teknik Kejuruan, (on line),
(http://nrkamri.blogspot.co.id/p/prinsip-karakteristik-dan-asumsi.html diakses pada
tanggal 02 November 2016).
Rakhmat Hidayat (2013). Pedagogi Kritis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rasto,
2016,
Karakteristik
Pendidikan
Kejuruan,
(on
line),
(http://rasto.staf.upi.edu/2016/03/07/karakteristik-pendidikan-kejuruan/ diakses pada
tanggal 02 November 2016).
Wowo Sunaryo Kuswana, (2013). Filsafat Pendidikan Teknologi, Vokasi dan Kejuruan.
Bandung:Alfabeta.
Yesaya Sandang, (2013). Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi. Yogyakarta: Kanisius.
14