Anda di halaman 1dari 14

Tugas 1

FILSAFAT PTK

Filsafat, Prinsip, Karakteristik, dan Asumsi


PTK
M. SYAHID NUR WAHID
161052003016
PTK A 2016
PPS UNM

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
BAB II FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK................3
A.

Filsafat.......................................................................................................... 3

B.

Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan..........................................................3

C. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan.........................................3


D. Asumsi-Asumsi Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan....................................4
BAB III MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN...............................7
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai


fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan pengembangan potensi
diri yang diharapkan dapat memperkuat keutuhan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dunia pendidikan merupakan ruang yang selalu bersentuhan langsung dengan
manusia. Pendidikan yang berkwalitas akan memberikan kemajuan bagi umat manusia dari
berbagai segi kehidupan. Satuan pendidikan yang ada di Indonesia terbagi atas pendidikan
formal dan non formal. Pendidikan formal dimulai dengan Jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan model penyelenggaraan
pendidikan terbagi terbagi dua yakni pendidikan umum/ akademik dan pendidikan
kejuruan/ vokasi/ professional. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun
mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri. Untuk dapat bekerja dan bersaing di industry
maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi nyakni kemampuan yang
disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan
resmi terhadap kemampuan tersebut.
Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum.
Pendidkan kejuruan yaitu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan
permintaan pasar (demand driven). Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan
pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan (match) diantara employee
dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu
jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang
dipilih dan ditekuninya. Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik.
Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan,
namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi,
struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek
lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip,
karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan.
Terdapat banyak ragam pengertian tentang pendidikan kejuruan dalam pembicaraan
sehari-hari. Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional (UUSPN) no. 20 tahun 2003
pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
dapat bekerja dalam bidang tertentu dan siap pula melanjutkan ke tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Berikut adalah di antara pengertian dan tujuan pendidikan kejuruan dari
berbagai sumber dan pakar pendidikan.
Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. PP 29
tahun 1990 Pasal 1 ayat 3

2.

3.
4.

5.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus,
agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian,
kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden,
1917:8)
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu
agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi
pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki
dunia kerja (Good, 1959).
United Congres 1976: Vocational education as organized educational program which are
directly related to the preparation of individuals for paid and unpaid employment, or for
additional preparation for a career requiry other than a baccalaureate of advance degree.
Dari berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif dan
professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

BAB II
FILSAFAT, PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK
A. Filsafat
Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai
kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena mencintai
masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat
yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori.
Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan
masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta.
Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik,
epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak
secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat,
sehingga tidak mudah tejebak dalam timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang terjadi.
Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat. Cara belajar filsafat adalah
menangkap pengertiannya secara ilmu lalu memadukan ajaran dan pengertiannya dalam
praktek. Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan disimpulkan kembali secara ilmu.
B. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
Saat ini terdapat dua sumber yang membahas tentang prinsip PTK ini, yang pertama
adalah Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) dalam bukunya Vocational Education in a
Democracy, dan Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational
Education dalam American Vocational Journal (1967).
PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan
kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia
industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel
yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar yang
hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung
dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang
diharapkan. Untuk membuat suatu replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya
yang besar sehingga kami yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal
tersebut karena masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat
diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut.
C. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
Adapun Karakteristik Pendidikan Kejuruan antara lain :
1. Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja.
Keunggulan industri suatu bangsa, sangat ditentukan oleh kualitas tenaga terampil yang
terlibat langsung dalam proses produksi, tenaga kerja yang berada di front-line. Karena itu,
mutu tenaga kerja pada bagian ini harus ditingkatkan. Tenaga kerja yang terampil
memegang peranan penting dalam menentukan tingkat mutu dan biaya produksi, selain itu
tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan industrialisasi
suatu negara. Struktur ketenagakerjaan suatu Negara cendrung berbentuk piramida dimana
kebutuhan tenaga kerja terampil tingkat menengah selalu lebih banyak. Pendidikan kejuruan
adalah pendidikan yang berfungsi menghasilkan tenaga kerja terampil pada tingkat
menengah.
5

2. Didasarkan atas kebutuhan dunia kerja


Pendidikan SMK harus bersifat link and match dengan kebutuhan, baik itu kebutuhan
peserta didik maupun kebutuhan masyarakat dengan harapan akan tercipta
kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Inti dari konsep link and match yaitu: (a)
adanya keterkaitan antara program pendidikan yang diberikan di sekolah dengan
kebutuhan masyarakat secara luas, dan (b) adanya kesesuaian atau kecocokan
antara program dan produk pendidikan di sekolah dengan kebutuhan masyarakat
(Djojonegoro, 1998, di dalam fajar hendro). Sehingga lulusan sekolah menengah kejuruan
benar- benar dibutuhkan oleh dunia industri. Oleh karena itu pengembangan kurikulumnya
harus memperhatikan perkembangan dunia industri.
3. Penilaian berbasis hand on / performa di dunia kerja
Pendidikan kejuruan yang senantiasa berorientasi ke dunia kerja dapat dilihat Kriteria
keberhasilan lulusannya yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama
meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang
sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan
oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
4. Hubungan dengan dunia kerja adalah kunci ptk
Erat kaitannya dengan mahalnya penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan,
dan tingginya tuntutan dan relevansi dengan dunia kerja/ industri, maka hubungan
kerjasama antara dunia pendidikan dengan industri merupakan ciri karakteristik yang
penting bagi pendidikan kejuruan.
5. Biaya investasi dan operasional yang besar
Sekolah menengah kejuruan dibangun untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan
siap kerja. Untuk itu, membutuhkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan
sekolah umum. Betapa tidak, sekolah smk harus menggunakan peralatan mutakhir yang
mahal serta membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Sekolah menengah kejuruan
yang tidak memperhatikan hal tersebut akan tergilas dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan dunia industri.
D. Asumsi-Asumsi Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan
Beberapa asumsi tentang pelaksanaan pendidikan teknologi dan kejuruan yang
berbeda dengan pendidikan umum memiliki prinsip dalam penyelenggaraannya antara lain:
1. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dapat mengembangkan tenaga kerja yang
marketable
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja
baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan
salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan
sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga
kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan
tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar industri, maka perlu pengembangan
kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan industri, yang didukung oleh
sarana dan prasarana praktikum yang memadai.
2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang
essensial untuk dapat berkompetensi di DUDI.
Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana
pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan
kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan bersedia

3.

4.

5.

6.

bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan
sebagai lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan
yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi
secara langsung dapat memperoleh hasil dari perusahaan.
Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum
Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta
didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima dengan
baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan
kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan
melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja.
Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara
pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan
tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam pelajaran
kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan
SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan
kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah
memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di
bidang tertentu.
Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada
pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan
umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas
pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu
sangat berperan dan pertumbuhan ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan
keterampilan/ life skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu
memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk
menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan investasi
besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi
ekonomi, relevansi dan kecepatan mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat
dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil
pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja
dilingkungannya

7.

8.

Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya


pemerintah daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa
keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun
kompetensi sumber daya manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan
pariwisatanya, maka pemerintah daerah fokus pada pembangunan Kompetensi
keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang terkenal sebagai pusat budaya
dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang berbasis kerajinan furniture. Di
Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun komptensi keahlian emas dan
kayu. Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara
satu daerah dengan daerah lainnya.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk
mempersiapkan tenaga kerja pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah link and Match
antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun
besarnya gap itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki
sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih
ada mis-match dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan
kesempatan bagi pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang.
Dengan magang di industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan
uang saku yang memadai, maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah system pendidikan untuk menata system
perekonomian nasional.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi
manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan
dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat
dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih
cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan manusia untuk bekerja bukan berarti
menganggap manusia semata mata sebagai factor produksi karena pembangumnan
ekonomi memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara yang baik dan bertanggung
jawab serta produktif.
Semakin tinggi kualitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin
produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional dan
meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.

BAB III
MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak lepas dari strategi agar tujuan
pendidikan dapat dicapai secara optimal, untuk itu sekolah menerapkan berbagai model
sesuai dengan program studinya dan karakteristik peserta didik. Kata model dapat diartikan
sebagai pola atau bentuk. Kaitannya dengan pendidikan kejuruan kata model di sini
mengandung pengertian sebagai suatu bentuk atau pola penyelenggaraan pendidikan
kejuruan. Munculnya berbagai model penyelenggaraan pendidikan kejuruan, tidak dapat
dilepaskan dengan masyarakat dan kebutuhannya.
Pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah
begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dan ikut serta menentukan tingkat dan
arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi
sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi,
pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan
pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
Model penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan berbasis kebutuhan
terhadap masyarakat bisa dilihat dari segi kurikulum seperti apa yang diterapkan disetiap
daerah dimana proses pendidikan (sekolah) dilaksanakan. Berikut model kurikulum
pendidikan PTK sebagai berikut:
Perencanaan kurikulum
Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan sisdiknas
Mengumpulkan data komuditas dan budaya
Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah
Merumuskan proses pengambilan keputusan
Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum
Mengumpul materi dan sarana pembelajaran
Penetapan isi kurikulum
Pemilihan desain kurikulum,
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran,
Penetapan sasaran kompetensi,
Penetapan materi dan sarana pembelajaran,
Menetapan prosedur implementasi,
Menetapkan prosedur penafsiran hasil tes, pengamatan wawancara dan lain-lain,
Menetapkan metode evaluasi hasil belajar,
Penilaian guru (evaluasi diri, evaluasi sejawat).
Implementasi kurikulum
Penerapan strategi belajar. Seperti belajar mandiri, diskusi, kerja proyek, karyawisata,
laporan, beljar terprogram, investasi kelompok, belajar kooperatif, belajar tuntas dan
lain-lain.
Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi khusus dan lain-lain
Membuat annecdotal record siswa
Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain
Evaluasi kurikulum
Menetapkan teknik evaluasi
9

Pengumpulan data mengenai implementasi, kurikulum, kecakapan guru, kemajuan


siswa, dan revisi kurikulum.
Pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan pelaksanaan kurikulum serta
kerjasama dari pemerintah daerah harus seiring dan sejalan dalam rangka membuka
peluang lebar pengembangan SMK sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat dan
dunia industri. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu
lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan
layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat
beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK.
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.
Simanjutak dalam Heru Subroto (2004) mengemukakan tiga model pendidikan
kejuruan dalam pengertian tenaga kerja yang terampil yaitu (1) sekolah kejuruan, (2) sistem
kerjasama dan (3) kombinasi pendidikan dan latihan. Model sekolah kejuruan dalam
pengertiannya adalah pendidikan yang penyelenggaraanya bersifat formal. Model ini banyak
diterapkan diberbagai negara, di Indonesia berupa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penyelenggaraan pada SMK di sekolah dengan materi terbagi menjadi dua bagian, teori
diberikan di dalam kelas dan praktek dilakukan di laboratorium/bengkel. Seluruh kegiatan
pendidikan teori dan praktek yang dilakukan di sekolah dengan programnya menitik
beratkan pada bentuk-bentuk keterampilan dasar.
Model sekolah produksi merupakan pengembangn lebih lanjut dari sekolah kejuruan.
Grenert dan Weimann dalam Heru Subroto (2004) membedakan sekolah produksi dalam
tiga model dasar yaitu : (1) Sekolah produksi sederhana, (2) Sekolah produksi yang
berkembang, (3) Sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik sebagai tempat
belajar.
Model pertama yaitu sekolah produksi sederhana dalam pelaksanaannya mempunyai
bentuk sederhana yang mempunyai sifat mendasar. Ciri khas model ini mengacu pada ciriciri organisasi pada suatu sekolah. Antara sekolah produksi dan kegiatan pendidikan
tercakup dalam lembaga dan bentuk organisasinya ditentukan oleh peraturan tentang
persekolahan yang birokratis. Sekolah semacam ini dilengkapi dengan bengkel atau suatu
bangunan gedung untuk kegiatannya. Dilihat dari simulasi realitas perusahaan (Die
Simulation der betibsrealitat), setaraf dengan perusahaan pekerjaan tangan. Gerak ke luar
yang dilakukan sekolah ini terbatas. Struktur prestasi dan struktur personalia pada umumnya
tunduk pada norma-norma organisasi sekolah.
Model kedua, yaitu sekolah produksi yang berkembang (training and production),
pelaksanaanya merupakan penggabungan antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan
produksi. Bentuk organisasi ini ditandai kombinasi antara bagian pendidikan dengan bagian
produksi. Sekolah semacam ini dilengkapi bengkel untuk pendidikan dan bengkel untuk
produksi. Taraf simulasinya setingkat dengan perusahaan manufaktur. Sekolah ini tidak
terikat dengan peraturan persekolahan yang birikratis, sehingga lebih cenderung bebas.
Model ketiga, yaitu sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik tempat
belajar (Production Training Coorporation). Model ini disebut pula dengan model Teaching
Factory. Penyelenggaran model ini memadukan sepenuhnya antara belajar dan bekerja,
setidaknya dalam bidang pokok atau inti. Bentuk organisasinya menunjukan sifat
perusahaannya, sedangkan taraf simulasinya setingkat dengan pembuatan barang jadi yang
modern. Tenaga pengajarnya terdiri dari para pakar dan insinyur yang berminat
dan berbekal ilmu pendidikan dan telah ditempa terlebih dahulu. Sekolah ini didirikan

10

mempunyai kaitan dengan kerangka strategi pengembangan yang berskala besar dalam
fungsi-fungsi mengamati masalah pendidikan sebagai pendidikan lanjutan, memberi
informasi, konsultasi dan pengembangannya. Teaching factory merupakan salah satu
inovasi dalam upaya pemberdayaan SMK agar lebih bermutu. Prinsip ini menempatkan
SMK selain sebagai penghasil lulusan yang merupakan calon tenaga kerja yang handal dan
kompeten juga berperan sebagai penghasil produk maupun jasa yang layak jual. Dengan
prinsip ini SMK dapat mengembangkan unit usaha baik penghasil produk maupun jasa yang
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terdapat juga model yang merupakan gabungan antara kegiatan produksi dengan
kegiatan praktik sekolah. Dalam pendidikan praktik digunakan pola latihan sistematik,
meningkat ke pola kombinasi antara latihan dengan berproduksi penuh. Kegiatan praktik
siswa di bengkel sekolah tidak hanya merupakan latihan dasar saja tetapi mengerjakan
pekerjaan produksi yang dilimpahkan dari bengkel latihan (Raharjo 1995). Lebih lanjut,
dalam aplikasi pembelajarannya siswa secara terintegrasi belajar sekaligus turut berperan
dalam memproduksi barang yang layak jual sebagai produk teaching factory. Secara
ekonomis, teaching factory akan mampu mendukung pembiayaan pendidikan di SMK
sehingga proses pendidikan dapat lebih bermutu. Unit produksi merupakan embrio strategis
bagi berkembangnya teaching factory. Dengan unit produksi yang berkembang diharapkan
teaching factory akan lebih mudah terbentuk
Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan
sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang
dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat
dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja
tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh
karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting.
Pengembangan (pembukaan) program keahlian SMK harus Link and Match
dengan kebutuhan pasar kerja. Link and match pada dasarnya adalah supplay-demand
dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai penyiapan SDM, dan individu, masyarakat,
serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan. Ada empat aspek kebutuhan yang
perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu:
Kebutuhan pribdai atau individu
Kebutuhan keluarga,
Kebutuhan masyarakt/bangsa,
Kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.
Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha mandiri
dan industri), diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak. Dunia kerja
dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam arti sikap maupun
tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan praktek lapangan bagi para
peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai
tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini
mempunyai arti yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar
implementasi untuk Sekolah Kejuruan dalam link and match adalah:
Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral
kurikulum
Meningkatkan program magang di dunia usaha/industri
Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga
Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang baik
untuk masa depan.
11

Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai perkembangan


industri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang dibutuhkan saat ini. Jadi
apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak
dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu
untuk menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat,
maka program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.
tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri atas kompetensi siswa di
bidang komputerisasi dan kewirausahaan. Tongkat estafet peningkatan mutu lulusan SMK,
dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno dengan peningkatan kualitas guru kejuruan yang juga dibidani
oleh P4TK (Pusat Pengembangan Penataran Pendidik dan Tenaga Kependidikan) melalui
program pendidikan dan pelatihan yang diadakan rutin lima tahun sekali dengan jumlah
peserta sekitar 4.000 s/d 5.000 orang guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai format yang
baku. Untuk kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK (Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dapat membuat format baku pelatihan yang sesuai
dengan kebutuhan pengembangan dan peningkatan mutu lulusan SMK. Di sisi lain,
Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya pasokan tenaga guru kejuruan dari
lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini pasokan tenaga guru kejuruan hanya
mencapai angka 4.500 pertahun dan masih jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak
10.000 orang pertahunnya) di seluruh Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian jumlah
kebutuhan guru SMK di seluruh Indonesia yang dipandu oleh Universitas Negeri Semarang.
Targetnya diselesaikan akhir tahun 2007. Data kebutuhannya akan lebih detail. Dan pihak
kami akan terus mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menambah jumlah
rekrutmen tenaga guru kejuruan, tegas Joko.

12

BAB IV
KESIMPULAN
Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para
siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu
untuk bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun
pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun
tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan
tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya
dengan perencanaan kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumsi tidak
boleh diabaikan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan
fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya
perubahan sosial.
Berikut ini disajikan beberapa pemikiran awal untuk pengembangan Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, yaitu, Pertama: pendidikan teknologi dan kejuruan harus memberi
ruang cukup untuk memudahkan learning how to lear dan learning to unlearn. Untuk itu
aspek-aspek kecakapan hidup harus built in dalam mata kuliah. Jadi yang diperlukan adalah
reorientasi pelaksanaan pendidikan dari subject mater oriented menjadi life skill oriented.
Pendidikan teknologi kejuruan harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir divergen sehingga siswa mampu melihat suatu masalah dari berbagai dimensi dan
akhirnya mampu memecahkannya secara kreatif. Kedua: pendidikan harus mampu menjadi
bentuk quality assurance. Oleh karena itu kurikulum harus menunjuk mahasiswa/siswa atau
ujian akhirnya. Yang dimaksud layanan kepada siswa paling tidak pola pengajaran yang
diterima (sebagai layanan) siswa/mahasiswa. Ketiga: pendidikan harus dapat memandu
terbentuknya budaya mutu di kampus. Keempat: pendidikan harus memandu hubungan
kolaboratif-sinergis antara kampus/sekolah dengan pelanggan. Pengguna lulusan harus
terlibat
dalam
desain
maupun
pelaksanaan
pendidikan
teknologi
dan
kejuruan. Kelima: pendidikan harus memberi ruang gerak kepada universitas untuk
melakukan penyesuaian dengan kondisi setempat, sekaligus untuk melakukan inovasi.
Demikian sekilas uraian yang dapat kami sampaikan dalam makalah singkat ini,
dengan harapan semoga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka
pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sedang disusun. Apa yang telah
ditulis masih merupakan pemikiran awal, tentunya masih banyak kekurangannya. Namun
yang penting kapan lagi kita akan mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan ini
kalau tidak dimulai dari sekarang.

13

DAFTAR PUSTAKA
Aljawad, 2014, Filsafat Ilmu, (on line), (http://Aljawad.Tripod.Com/Artikel/Filsafat_Ilmu.Htm
diakses pada tanggal 02 November 2016).
Bustamin, 2013, Prinsip, Karakteristik Dan Asumsi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
(Ptk), (on line), (http://bustamin-against.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-karakteristikdan-asumsi.html diakses pada tanggal 02 November 2016).
Nurhibatullah,
2015,
Makalah
Filsafat
Ilmu,
(http://nurhibatullah.blogspot.co.id/2015/12/makalah-filsafat-ilmu.html
tanggal 02 November 2016).

(on
diakses

line),
pada

Nurkamri, 2014, Prinsip, Karakteristik Dan Asumsi Pendidikan Teknik Kejuruan, (on line),
(http://nrkamri.blogspot.co.id/p/prinsip-karakteristik-dan-asumsi.html diakses pada
tanggal 02 November 2016).
Rakhmat Hidayat (2013). Pedagogi Kritis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rasto,
2016,
Karakteristik
Pendidikan
Kejuruan,
(on
line),
(http://rasto.staf.upi.edu/2016/03/07/karakteristik-pendidikan-kejuruan/ diakses pada
tanggal 02 November 2016).
Wowo Sunaryo Kuswana, (2013). Filsafat Pendidikan Teknologi, Vokasi dan Kejuruan.
Bandung:Alfabeta.
Yesaya Sandang, (2013). Dari Filsafat ke Filsafat Teknologi. Yogyakarta: Kanisius.

14

Anda mungkin juga menyukai