Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN VOKASI SOLUSI TANTANGAN DUNIA KERJA

Erissa Virnasari1, Hasbi2, Rizka Sarah H.3


S2 Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Malang
erissa.virnasari.2105518@students.um.ac.id1, hasbipto.007@gmail.com2
rizka.sarah.2105518@students.um.ac.id3.

Abstrak:
Kehadiran revolusi 4.0 membuat pendidikan vokasi di Indonesia menjadi salah satu tempat untuk
meningkatkan kualitas lulusannya, karena dalam pendidikan vokasi proses pembelajaran di
desain dengan menggunakan konsep 70% praktik dan 30% teori. Pendidikan Vokasional di
Indonesia terdiri dari 1.365 lembaga pendidikan, dengan 1.103 akademi kejuruan dan 262
politeknik. Pendidikan vokasi dapat menjadi solusi penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional. Revitalisasi pendidikan vokasi
dengan membuka akses yang luas untuk masyarakat mendapatkan keterampilan dan mengubah
kurikulum yang ada, menjadi kurikulum yang berbasis industri serta menyiapkan SDM yang
profesional dalam bidangnya. Perubahan budaya kerja yang bisa terjadi dan bahkan beberapa
sudah dapat dirasakan yaitu: (1) pekerjaan yang bersifat analitis, (2) pekerjaan yang memerlukan
kemampuan matematika,(3) pekerjaan yang bersifat teknologi digital, (4) mobilisasi dalam
pekerjaan, dan (5) pentingnya kolaborasi, komunikasi serta berpikir kritis. Program yang
dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas program vokasi adalah dengan
revitalisasi SMK dan program Kampus Merdeka Belajar. Pendidikan vokasi berorientasi pada
kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta
sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Hubungan pendidikan vokasi dengan dunia
kerja sangat komplek karena saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain, salah
satu kunci dalam hubungan itu adalah SDM yang kompeten dan berkualitas. Sehingga hubungan
pendidikan vokasi harus selaras dengan dunia kerja salah satunya melalui link and match.
Kata Kunci: Revolusi 4.0, Pendidikan Vokasi, Revitalisasi

A. Pendahuluan
Kehadiran revolusi industri 4.0 menghadirkan perubahan tentang cara hidup dan proses
kerja bagi setiap orang. Kehadiran revolusi 4.0 membuat kemajuan teknologi informasi saling
berinteraksi dalam setiap kehidupan manusia, dimana hampir semua bidang berubah menjadi
digital. Revolusi industri 4.0 melahirkan beberapa usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi
baru yang belum ada sebelumnya. Revolusi 4.0 semakin berkembang dengan pesat sehingga
ilmu pengetahuan dan keterampilan harus dapat berkembang dengan cepat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat dapat menghasilkan beberapa disiplin ilmu baru yang memadukan
teknologi antara lain: Internet of Think (IOT), Artificial Intelligence (AI), teknologi bioteknologi
dan pengembangan ilmu terapan matematika (Handam, 2018).
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pada saat yang sama akan
muncul usaha, lapangan kerja dan profesi yang terancam karena disrupsi atau tergantikan oleh
mesin kecerdasan buatan dan robot apabila kita tidak dapat bekembang serta meningkatkan skill
dalam bidang teknologi informasi. Revolusi 4.0 juga berdampak dalam bidang pendidikan
terutama pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi harus dapat beradaptasi dengan cepat agar dapat
mengikuti tantangan perkembangan zaman. Pada era Revolusi 4.0 peran pendidikan vokasi
menjadi sangat penting karena pendidikan vokasi menjadi salah satu instansi yang menyiapkan
lulusannya untuk siap bekerja.
Pendidikan vokasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis yang berupa: (1) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), (2) Akademi Komunitas
(Toyota dan Komunitas Semen Indonesia; (3) Politeknik, (4) Universitas (D1-D3), dan (5) Balai
Latihan Kerja. Pada pendidikan vokasi pembelajaran di desain dengan menggunakan konsep
70% praktik dan 30% teori dengan harapan pendidikan vokasi dapat menjadi solusi untuk
mengatasi permasalahan penyiapan tenaga kerja dengan keahlian terapan yang sesuai dengan
kebutuhan industri (Hartanto, 2019).
Semakin hari tantangan dalam pendidikan vokasi semakin beragam sehingga dibutuhkan
kesiapan oleh semua pihak terkait, baik pemerintah, sekolah, guru, dan siswa. Saat ini terdapat
program yang digalakkan oleh pemerintah untuk menghadapi pesatnya persaingan industri di Era
4.0. Program yang dilakukan pemerintah adalah program revitalisasi SMK yang saat ini sedang
berjalan adalah Program Sekolah Pendamping Keunggulan (SMK PK), Sekolah Center of
Excellent (COE), dan program Kampus Merdeka Belajar (MBKM). Pada jenjang SMK
pemerintah semakin menyelaraskan konsep pembelajaran dengan industri dan sinkronisasi
kurikulum dengan konsep Link and Super Match yang didampingi oleh kampus vokasi.
Berdasarkan paparan tersebut dengan adanya pendidikan vokasi diharapkan dapat menjadi solusi
untuk tantangan dunia kerja dengan menghasilkan Sumber Daya Manusia Unggul dengan riset
terapan yang menghasilkan produk atau hasil serapan untuk masyarakat.

B. Pembahasan
1. Pendidikan Vokasi
Menurut Putusudira (2012), Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan model
pendidikan yang menitik beratkan pada keterampilan individu, kecakapan, pengertian,
perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan
oleh masyarakat dunia usaha/industri yang bermitra dengan masyarakat usaha dan industri
dalam kontrak dengan lembaga-lembaga asosiasi profesi serta berbasis produktif. Adapun di
Indonesia tujuan dari pendidikan vokasi sesuai keputusan mendikbud No. 0490/U/1990
adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih dan atau meluaskan pendidikan dasar, (2) meningkatkan kemampuan siswa
sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan dengan
lingkungan sosial, budaya, dan sekitar (3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian, serta (4)
menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional
(Wibawa, 2017). Menurut data Kemenristekdikti, pendidikan vokasional di Indonesia terdiri
dari 1.365 lembaga pendidikan, di antaranya 1.103 akademi kejuruan dan 262 politeknik
(Vokasi Kemdikbud, 2020).
Pendidikan kejuruan memberikan pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
menangani tugas-tugas yang khas sesuai bidang kejuruannya. Tugas yang terdapat dalam
pengajaran kejuruan memiliki sifat yang beragam. Nölker (2005), membedakan dasar
kegiatan belajar menjadi tiga jenis yaitu:
a. Kegiatan praktik Kegiatan praktik disajikan dalam bentuk kursus-kursus yang
sistematik guna melatih serta memperoleh keterampilan, baik dalam bentuk proyek
maupun praktek industri.
b. Pengetahuan teori Pengetahuan teori disajikan melalui pengajaran secara sistematik,
pengamatan, diskusi, dan lain-lain.
c. Pengalaman dan perjumpaan Pengalaman dan perjumpaan diperoleh melalui
darmawasita, konfrontasi dengan tokoh-tokoh teladan, pengalaman kesetiakawanan
kelompok.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang dalam dekat ini akan berevolusi menjadi
era Society 5.0, tentunya pendidikan vokasi juga harus mengimbangi kemajuan tersebut.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh pendidikan vokasi adalah link and super match
antara pendidikan vokasi dengan industri. Pada jenjang vokasi di Politeknik dan Universitas
program yang dijalankan adalah Kampus Merdeka Belajar (MBKM) dengan melalui
sertifikasi kompetensi, magang, kewirausahaan, PKM, dan KKN. Dengan adanya program-
program tersebut dapat membuat Sumber Daya Manusia mengembangkan kemampuan soft
skill dan hard skill nya karena dalam menjalankan program tersebut kemampuan adaptasi
dapat dengan cepat terbentuk dan peserta didik yang menjalani program-program tersebut
dapat berinteraksi secara langsung dengan industri (Vokasi Kemdikbud, 2021).
2. Tantangan Pendidikan Vokasi 4.0
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Revolusi
digital ini karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan
dunia industri dan persaingan kerja menjadi linier. Dampak dari kemajuan revolusi industri
memberi perubahan yang sangat besar pada bidang pendidikan terutama pendidikan vokasi.
Pendidikan vokasi menjadi utama dan pertama, solusi penciptaan sumber daya manusia
yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional. Revitalisasi pendidikan
vokasi dengan membuka akses yang luas untuk masyarakat mendapatkan keterampilan dan
mengubah kurikulum yang ada, menjadi kurikulum yang berbasis industri serta menyiapkan
SDM yang profesional dalam bidangnya. Harapannya, semua lembaga yang
menyelenggarakan Pendidikan vokasi mendapatkan prioritas dan dukungan untuk
pengembangan dan peningkatan kualitasnya, sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu.
Tantangan industri 4.0 menurut Wolter yaitu: (1) masalah keamanan teknologi informasi;
(2) keandalan dan stabilitas mesin produksi; (3) kurangnya keterampilan yang memadai; (4)
keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan 5) hilangnya banyak
pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017). Disederhanakan oleh Irianto
(2017), yaitu: (1) kesiapan industri; (2) tenaga kerja terpercaya; (3) kemudahan pengaturan
sosial budaya; dan (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Pada era 4.0 Pendidikan vokasi menjadi utama dan pertama, solusi penciptaan sumber
daya manusia yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional.Tantangan
pendidikan vokasi semakin kompleks dengan industri 4.0, menurut Bukit (2014) menjelaskan
bahwa pendidikan kejuruan (Vocational Education) sebagai pendidikan yang berbeda dari
jenis pendidikan lainnya harus memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) berorientasi pada
kinerja individu dalam dunia kerja; (2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan;
(3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; (4) tolok ukur
keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; (5) kepekaan terhadap perkembangan dunia
kerja; (6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan (7) adanya dukungan
masyarakat.
Dalam era 4.0 ditandai dengan digitalisasi pada berbagai bidang sehingga yang pada
awalnya manusia sebagai pusat perekonomian, kini telah mulai banyak digantikan oleh
teknologi digital (Suwardana, 2017). Digitalisasi dalam dunia pendidikan dapat kita lihat
melalui adanya konsep digital learning, online courses, e-book, dan sistem informasi
akademik terpadu. Pada pendidikan tinggi, digital learning merupakan wujud disrupsi
pendidikan yang memiliki kemampuan untuk mengubah secara mendasar bagaimana proses
pembelajaran (Chitkushev, 2014). Hal ini di dalam dunia pendidikan vokasi pemanfaatan
teknologi informasi harus mampu memangkas birokrasi akademik yang ada selama ini dan
dirasakan oleh peserta didik.
Menjawab tantangan pendidikan vokasi di era revolusi 4.0 menurut Siswanto (2020),
yaitu: (1) Peningkatan Kompetensi Guru. Tak ada lagi SMK penyumbang sekaligus
pencetak pengangguran. Pendidikan vokasi yang ada harus diperluas aksesnya, diberikan
kesempatan yang besar kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan akses keterampilan
melalui pendidikan vokasi. (2) Upgrade sarana prasarana penunjang praktik bengkel dan
laboratorium. Pelaksanaan pendidikan vokasi di Indonesia dilakukan oleh SMK, Politeknik,
dan Universitas yang memiliki program pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dapat
dilakukan dari jenjang D-1 sampai Doktor Terapan. Melihat strategisnya pendidikan vokasi
maka sosialisasi dan desiminasi informasi serta pengembangan pendidikan vokasi sangat
penting dan diperlukan terus menerus. Karenanya kebutuhan skill praktik siswa hendaknya
memenuhi syarat minimal mendekati atau tidak asing lagi jika dihadapkan dengan di
IDUKA. (3) Kurikulum Implementatif dan aplikatif dengan IDUKA, Untuk itu kurikulum
aplikatif implementatif di SMK dikembangkan dan dirancang dengan duduk bersama. Yang
akan mengahasilkan “Pernikahan Masal” terpenting bukan hitam diatas putihnya melainkan
tindakan follow upnya setelah menikah massal itu. (4)Jalinan kerjasama dan kemitraan
dengan industri sangat penting. Disisi lain, industri memerlukan SDM siap pakai, yang dapat
mengisi dan mengoperasikan program dan mesin-mesin di perusahaan. Lulusan SMK
dianggap lebih “siap”Proses adaptasi (probation period) menjadi lebih singkat, karena
lulusan pendidikan vokasi dapat langsung memahami dan melakukan pekerjaan sesuai
kebutuhan industri. Industri memerlukan level kompetensi dari mulai teknis dan manajerial.
(5) Uji Kompetensi siswa lewat LSP-P1, sebagai tolok ukur industri. Sebagai Lulusan
Pendidikan Vokasi dengan pendekatan terapan dan berbasis kebutuhan industri. Dilakukan
uji kompetensi sesuai dengan skema SKKNI/KKNI yang telah dilisensi oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi P1 pada lembaga pendidikan.
(6) Magang Guru di IDUKA. minimnya guru dalam meningkatkan kompetensinya, tak cukup
dengan diklat dan bimtek satu dua hari, namun diperlukan guru mengalami langsung apa
yang terjadi di IDUKA yang dinamis dan berubah sangat cepat. Merasakan bagaimana proses
yang terjadi.

3. Dunia kerja di era revolusi industri 4.0


Era revolusi industri 4.0 adalah satu tahapan masa yang hadir dengan membawa
gelombang yang disebut disrupsi yaitu suatu kondisi dimana perubahan yang terjadi di dunia
industri berlangsung sangat cepat, mendasar, dan bahkan terkesan mengaduk-aduk pola lama
untuk menghasilkan tatanan baru (Suwardana, 2017). Dinamika di industri mengalami
perubahan yang cukup cepat dengan banyak muncul perusahaan baru yang langsung melesat.
Namun, disisi lain, banyak juga perusahaan-perusahaan yang dulu besar sekarang telah
bangkrut. Inovasi teknologi yang terjadi di revolusi industri 4.0 ini tidak hanya berdampak
terhadap berbagai macam pekerjaan yang bersifat konvensional dengan mesin saja, akan
tetapi terdapat juga perubahan budaya kerja diberbagai sektor industri.
Perubahan budaya kerja yang bisa terjadi dan bahkan beberapa sudah kita bisa rasakan
diantaranya: (1) pekerjaan yang bersifat analitis, Inovasi dalam era revolusi industri seperti
Internet of Things ataupun pengolahan data menjadikan kemampuan analisis sangat
dibutuhkan. Di Masa depan pekerjaan analisis ini akan sangat dibutuhkan di berbagai bidang,
karena pekerjaan analisis ini sangat berkaitan sekali dengan dengan perkembangan teknologi
itu sendiri. (2) pekerjaan yang memerlukan kemampuan matematika, Kemampuan
matematika atau skill yang berhubungan dengan angka ini sangat luas lapangan
pekerjaannya, seperti insinyur robotika, arsitek, desainer fashion, ahli pemrograman, ahli
forensik, fotografer dan masih banyak lagi. (3) pekerjaan yang bersifat teknologi digital,
dengan seiringnya inovasi teknologi, hal tersebut berdampak terhadap aspek kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam dunia kerja. Setiap tenaga kerja dituntut harus bisa hidup
berdampingan dengan teknologi, oleh karena itu setiap pekerja dituntut untuk memiliki
kemampuan literasi digital yang baik, ini bertujuan agar dapat meningkatkan produktivitas
yang maksimal. (4) mobilisasi dalam pekerjaan, Mobilisasi dalam bekerja ini akan sangat
mudah kita temukan dan kita bisa rasakan. Dimana pekerja yang akan mengalami
perpindahan dari satu perusahaan ke perusahaan lain atau dari tempat satu ke tempat lain, ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya lagi. (5) pentingnya
kolaborasi, komunikasi dan berpikir kritis. Pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan
orang, pekerjaan yang berhadapan langsung dengan mesin, pekerjaan yang bersifat sosial.
Ketiga kemampuan tersebut harus dimiliki oleh pekerja. Sebagai contoh seorang teknisi tidak
hanya memiliki kemampuan berhadapan dengan mesin saja, pekerja tersebut juga harus bisa
berkolaborasi dengan rekan kerja yang lain, baik untuk menciptakan maupun untuk
memperoleh gagasan bersama.
Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan karyawan yang bisa terus belajar, cepat
beradaptasi dan melek teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemicu
revolusi industri juga diikuti dengan aplikasi lain seperti pengangguran, kompetisi manusia
dengan mesin, dan tuntutan kompetensi makin tinggi.
Sejumlah sektor industri nasional telah siap memasuki era industri 4.0. Beberapa di
antaranya seperti : industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.
Misalnya dalam industri otomotif, dalam proses produksinya, mereka sudah menggunakan
sistem robotik dan infrastruktur IoT. Berikut beberapa perusahaan telah
mengimplementasikan industri 4.0 di Indonesia antara lain adalah:
a. Salah satu pabrik yang sudah mengadopsi langsung adalah pabrik alat listrik asal
Jerman , yakni PT Schneider Electric Manufacturing Batam (SEMB). Pabrik ini
telah mengadopsi langsung mengenai pengaplikasian teknologi Virtual Reality
untuk mengontrol kondisi mesin. Kerjasama ini dilakukan pada tanggal 16
November 2018,
b. Telkomsel menyediakan sistem IoT, program mentoring dan bootcamp bersama
expertise di bidang IoT, serta networking acces bagi startup, developer, maupun
system integrator dengan para pemain industri terkait.
c. Telkomsel juga mengembangkan layanan IoT yang bersifat lintas industri . salah
satu contoh bidang yang sudah bekerjasama dengan mereka adalah di bidang
perbankan. Telkomsel menjadi mitra penyedia IoT connectivity dan IoT platform.
Begitu juga di sektor transportasi, otomotif dan logistik.

4. Peran Pemerintah dalam Pendidikan Vokasi


Kunci bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri dalam memenangkan persaingan terletak
pada kualitas sumber daya manusianya. Selain infrastruktur yang telah dibangun,
peningkatan kualitas manusia menjadi prasyarat agar Indonesia tidak terjebak dalam
perangkap pendapatan menengah (middle income trap). Sesuai dengan amanat Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, beberapa capaian positif
mulai terlihat. Seiring dengan meningkatnya angka partisipasi kerja lulusan SMK pada tahun
2018, angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari lulusan SMK setiap tahunnya semakin
menurun (Inpres, 2016). Berikut adalah beberapa peran pemerintah dalam pendidikan vokasi:
a. Penyesuaian Kurikulum dan Kerja Sama Industri
Untuk mengembangkan pendidikan kejuruan yang selaras dengan kompetensi
kebutuhan pengguna lulusan (link and match), maka Kemendikbud telah melakukan
penyesuaian dan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan. Komitmen jangka
panjang yang saling menguntungkan antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industri
juga terus diperkuat. "Sejak dilakukannya revitalisasi SMK itu, sudah ada 2700-an
industri yang menjalin kerja sama dengan SMK. Dan itu kerja sama yang riil," tutur
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen), Hamid
Muhammad. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kebekerjaan lulusan SMK,
Kemendikbud mendorong peningkatan kapasitas SMK menjadi Lembaga Sertifikasi
Profesi Pihak Pertama (LSP-P1). Dirjen Dikdasmen menyampaikan bahwa berdasarkan
data Direktorat Pembinaan SMK, saat ini terdapat 64 skema sertifikasi level 2 dan 3 yang
digunakan oleh LSP-P1 SMK. Sampai dengan awal tahun 2019, Kemendikbud bersama
BNSP telah menyiapkan skema sertifikasi kualifikasi level 2 dan 3 untuk digunakan di
LSP-P1 SMK dan diharapkan dapat meningkatkan akses sertifikasi kepada para siswa
SMK. Dan sejak tahun 2016, tercatat 184.816 siswa SMK telah memperoleh sertifikasi
dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sampai dengan awal tahun 2019,
Kemendikbud bersama BNSP telah menyesuaikan 146 kompetensi keahlian pendidikan
kejuruan di SMK. Dan sebanyak 1650 SMK telah melaksanakan sinkronisasi kurikulum.
b. Pemenuhan Guru Produktif
Presiden berharap semakin banyak guru sekolah menengah kejuruan (SMK) yang
terampil dalam membimbing siswanya agar memiliki keterampilan dan kompetensi kerja
yang baik. Saat ini Kemendikbud terus memperkuat guru-guru SMK melalui berbagai
program pelatihan, kursus singkat, dan magang industri baik di dalam maupun luar
negeri, serta program sertifikasi keahlian ganda. Hal ini untuk mendorong revitalisasi
vokasi secara keseluruhan dan dapat menghasilkan lulusan yang bisa bersaing di dunia
kerja. "Target guru berkeahlian ganda pada 2019 ini mencapai 40 ribu guru (Mendikbud,
2019). Hingga akhir 2018, program Peningkatan Jumlah dan Kompetensi Bagi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan SMK yang telah terlaksana yaitu Peningkatan Kompetensi
Guru Kejuruan. Capaiannya adalah 1) Penyiapan Sistem Pendataan Calon Peserta Uji
Kompetensi Keahlian (UKK); 2) Identifikasi/Pemetaan calon Guru Sasaran Uji
Kompetensi Keahlian di 219 SMK revitalisasi; 3) Diklat Guru Produktif, pada 104 guru
produktif Bidang Teknologi dan Rekayasa, Energi dan Pertambangan, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Bisnis dan Manajemen, serta Seni dan Industri Kreatif.
c. Penumbuhan Minat Kewirausahaan
Pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kompetensi
siswa di era industri 4.0 menjadi salah satu fokus Kemendikbud. Materi Pengembangan
muatan Revolusi Industri 4.0 menjadi muatan wajib bagi SMK penerima bantuan
revitalisasi. Sembilan jenis muatan industri 4.0 tersebut di antaranya Augmented
Reality/Virtual Reality (AR/VR), 3D Printing, Tourism Promotion, Game Development,
Smart School, Internet of Things, E-Commerce, dan Kewirausahaan. Selain bekerja di
industri atau melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi, lulusan SMK juga didorong
menjadi wirausaha kreatif. Terutama anak-anak yang memiliki imajinasi yang kuat,
punya mimpi besar, sebaiknya disiapkan untuk menjadi wirausaha (Mendikbud, 2019).
Program SMK Pencetak Wirausaha mendorong pembelajaran tentang etika, nilai (value),
kemampuan (ability) dan perilaku (attitude) dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang dihadapi. Pengembangan
Pembelajaran Kewirausahaan di SMK telah diimplementasikan dalam berbagai bentuk
pembelajaran berbasis produksi dan bisnis melalui beberapa pendekatan, di antaranya
teaching factory, techno park, business center di sekolah. Direktorat Pembinaan SMK
dan The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Secretariat
sudah menghasilkan 3.132 siswa wirausaha melalui program Sekolah Pencetak
Wirausaha (SPW) Batch 1 sampai dengan Batch III. Program ini telah diikuti 175 SMK
di 34 Provinsi. Sebanyak 206 sertifikat telah dibagikan kepada para siswa yang mampu
menghasilkan omzet Rp 5 juta sampai dengan >Rp25 juta dalam 3 bulan. (Vokasi
Kominfo, 2019).
Sedangkan untuk Tahun 2020-2024, akan dilaksanakan program berupa Fasilitas
Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) di SMK, yang dalam
implementasinya diharapkan dapat membantu memperkuat tata kelola pembelajaran
sekolah berbasis industri, peningkatan kualitas dan mutu guru melalui sasaran intervensi
untuk 1) Sarana; 2) Prasarana; 3) Penerapan Pembelajaran Industri; 4) Sertifikasi dan 5)
Budaya Kerja. Bidang Prioritas Revitalisasi SMK yang menjadi local pengembangan
adalah 1) local mesin dan konstruksi, 2) ekonomi kreatif, 3) keperawatan dan 4)
perhotelan. Bidang prioritas ini disesuaikan dengan perubahan kebutuhan serta trend
perkembangan dunia kerja sehingga SMK mampu menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan kebutuhan (Diksi,2020).
Keberadaan industri dalam pendidikan vokasi telah menjadi keniscayaan. Keterkaitan
itu sangat erat bahkan menjadi syarat mutlak karena hal itu selain memastikan relevansi
Pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri juga dapat bersama-sama menanggung
biaya pendidikan untuk mendidik mahasiswa hingga siap masuk ke dunia industri. Untuk
target sampai dengan tahun 2024, ada beberapa hal yang akan dilakukan revitalisasi
yaitu: 1) status pendidikan tinggi vokasi akan didorong menjadi PT BLU atau PTN BH,
sehingga tidak saja mempunyai keleluasaan dalam melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak terutama DUDI tapi juga untuk lulusannya akan lebih kompeten; 2) Pengembangan
SDM akan menargetkan tidak hanya pada dosen, namun juga teknisi dan direktur
Politeknik dan Ketua Akademi; 3) melibatkan pihak DUDI secara intens pada pendidikan
vokasi; 4) melakukan pengembangan fleksibilitas kelembagaan sehingga dapat
melaksanakan tugas lebih baik; 5) melakukan perbaikan akreditasi/sertifikasi; 6)
melakukan kerjasama dengan industri dalam hal pelatihan baik dalam rangka
pengembangan kurikulum maupun pemagangan (Diksi,2020).

5. Peran Pendidikan Vokasi dalam Dunia Kerja


Pendidikan, termasuk pendidikan vokasi, memiliki peran penting dalam pengembangan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pengembangan
manusia harus dilakukan secara utuh, yang mencakup pengembangan daya pikir, daya qolbu,
daya fisik, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta olahraga. Selain itu,
pengembangan manusia juga diharapkan menghasilkan manusia yang mampu dan sanggup
berperan aktif dalam membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Sukses tidaknya peran
pendidikan vokasi dapat diukur dari keseimbangan dua tujuan tersebut, yaitu pengembangan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Lebih rinci, tujuan
pendidikan vokasi mencakup empat dimensi utama, yaitu:(1)mengembangkan kualitas dasar
manusia yang meliputi kualitas daya pikir, daya qolbu, daya fisik; (2) mengembangkan
kualitas instrumental/kualitas fungsional, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan olahraga; (3) memperkuat jati diri sebagai bangsa Indonesia; dan (4) menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangan dunia (Slamet PH, 2011). Berikut diuraikan
seperlunya dari masing-masing dimensi tujuan pendidikan vokasi tersebut.
Pertama, mengembangkan kualitas dasar peserta didik yang meliputi kualitas daya pikir,
daya qolbu, dan daya fisik dapat dirincikan sebagai berikut. Pengembangan kualitas daya
pikir meliputi antara lain, cara berpikir analitis, deduktif, induktif, ilmiah, kritis, kreatif,
nalar, lateral, dan berpikir sistem. Pengembangan daya qolbu meliputi, antara lain iman dan
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rasa kasih sayang, kesopansantunan, integritas,
kejujuran dan kebersihan, respek terhadap orang lain, beradap, bermartabat, bertanggung
jawab, toleransi terhadap perbedaan, kedisiplinan, kerajinan, beretika, berestetika, dan masih
banyak dimensi-dimensi qolbu yang lain. Pengembangan daya fisik meliputi kesehatan,
ketahanan, kestaminaan, dan bahkan keterampilan.
Kedua,mengembangkan kualitas instrumental/fungsional/penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni serta olahraga yang meliputi, antara lain: penguasaan monodisiplin,
multi-disiplin, antar-disiplin, lintas-disiplin, baik disiplin ilmu lunak (sosiologi, sejarah,
ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya) maupun disiplin ilmu keras (matematika, fisika,
kimia, biologi dan astronomi) beserta terapannya, yaitu teknologi konstruksi,manufaktur,
transportasi, telekomunikasi, teknologi bio, teknologi energi, dan teknologi bahan).
Penguasaan seni meliputi seni tari, seni musik, seni suara, seni kriya, seni rupa beserta
kombinasinya.
Ketiga, memperkuat jati diri (karakter) sebagai bangsa Indonesia yang mencintai tanah
air melalui 4 pilar kehidupan bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhineka Tunggal Ika, tetap setia dan menjaga keutuhan NKRI. Setia terhadap NKRI
diindikatorkan seperti (1) memahami, menyadari, menjadikan hati nurani,mewajibkan hati
nurani, mencintai dan bertindak nyata dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI;
(2) mampu menangkal manakala terjadi benturan antar nilai akibat globalisasi yang melanda
dan merongrong keutuhan NKRI; dan (3) melestarikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan
sekaligus terbuka terhadap gesekan-gesekan dengan kemajuan negara-negara lain.
Keempat, menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia yang diuraikan sebagai:
(1)menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia melalui wadah-wadah kolektif
yang telah ada (Perserikatan Bangsa-Bangsa dan cabang-cabangnya); (2) menjaga
pembangunan dunia yang berkelanjutan dari perspektif lingkungan, ekonomi, dan
sosiokultural; dan (3) secara reaktif, aktif, dan proaktif menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangan dunia, baik dari perspektif ekonomi, politik, lingkungan hidup, maupun
sosiokultural (Slamet PH, 2011).
Penyediaan tenaga kerja di Indonesia dilakukan melalui jalur-jalur pendidikan, pelatihan,
dan pengembangan di tempat kerja. Jalur pendidikan ditempuh melalui pendidikan formal
(SD, SMP, SMA, SMK, PT), non formal dan informal (pendidikan anak usia dini, penitipan
anak, kelompok bermain, taman kanak-kanak, pendidikan masyarakat). Jalur pelatihan
ditempuh melalui balai latihan kerja, kursus-kursus keterampilan kejuruan, pelatihan oleh
lembaga-lembaga pelatihan selain kedua tersebut). Jalur pengembangan di tempat kerja
ditempuh melalui pemagangan/pelatihan di tempat kerja. Meskipun tidak tersedia data yang
lengkap, penyediaan tenaga kerja di Indonesia cenderung monoton dan terkanalisasi pada
bidang-bidang tertentu. Akibatnya, terjadi over-supply pada bidang-bidang pekerjaan tertentu
dan under supply pada bidang-bidang pekerjaan tertentu lainnya.
Permintaan tenaga kerja berasal dari dunia kerja yang dimensi-dimensinya dapat diukur
dari kuantitas, kualitas, lokasi, dan waktu. Kuantitas menyangkut jumlah tenaga kerja yang
dibutuh-kan, kualitas menyangkut kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia
kerja, lokasi merujuk kepada tempat/ lokasi pekerjaan yang dibutuhkan, dan waktu merujuk
kepada kapan dibutuhkan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja dapat dikategorikan menjadi:
sektor formal dan sektor informal; publik dan private; profit dan nonprofit; dan sektor primer,
sekunder, tersier, serta kuarter. Sektor formal terdiri dari usaha-usaha yang secara formal
memiliki ijin resmi dan mengikuti segala aturan yang berlaku untuk usaha yang
bersangkutan, misalnya industri/perusahaan, bank, dan perhotelan. Sektor informal adalah
jenis usaha yang umumnya tidak terikat ijin dan di Indonesia masih menyerap 65% tenaga
kerja. Sektor publik pada umumnya menyangkut pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, misalnya pemerintah daerah, sekolah, perguruan tinggi,
dan rumah sakit. Usaha-usaha profit, misalnya industri, bank, hotel, dan restoran.Usaha-
usaha non profit meliputi yayasan, pendidikan, pelatihan, dan rumah sakit. Sektor primer
meliputi pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sektor sekunder meliputi industri
manufaktur, industri mobil, perusahaan sepatu, dan perusahaan televisi. Sektor tersier (jasa
langsung) misalnya bank, transportasi, perhotelan, pendidikan, dan pelatihan. sektor kuarter
adalah jasa yang tidak langsung, misalnya konsultan dan penasehat.
Agar tujuan pendidikan vokasi benar-benar mampu memaksimalkan perannya dalam
pengembangan peserta didik seutuhnya dan pembangunan ekonomi, perlu ditempuh upaya-
upaya sebagai berikut (selektif).
a. Ilmu-ilmu yang diajarkan kepada peserta didik pendidikan vokasi semestinya ilmu-ilmu
yang cocok untuk memfasilitasi pengembangan peserta didik agar menjadi manusia
seutuhnya dan ilmu-ilmu yang sesuai dengan karakteristik Indonesia sebagaimana disebut
sebelumnya. Keduanya sama-sama diperlukan dan jangan sampai terpeleset
mengorbankan salah satu. Mengorbankan pengembangan eksistensi peserta didik berarti
mendehumanisasi manusia dan mengembangkan peserta didik yang tidak ada keselarasan
dengan kebutuhan masyarakat, khususnya dunia kerja, akan membuat pendidikan vokasi
terisolasi dan terlepaskan dari kaitannya dengan masyarakat, terutama dengan dunia
kerja. Jika ini terjadi, maka pendidikan vokasi tidak berperan sama sekali terhadap
pembangunan masyarakat.
b. Memperkuat kemampuan soft skills peserta didik pendidikan vokasi melalui berbagai
ragam cara. Secara matematis, soft skills = kualitas intrapersonal + keterampilan
interpersonal. Kualitas intrapersonal adalah kualitas batiniah (kualitas rohaniah) manusia
yang bersumber dari dalam lubuk hati manusia yang dimensi-dimensinya meliputi antara
lain kerendahan hati,harga diri, integritas, tanggung jawab, komitmen, motivasi diri, rasa
keingintahuan, menyukai apa yang belum diketahui (umumnya manusia menyukai apa
yang sudah diketahui), kejujuran, kerajinan, kasih sayang (cinta sesama), disiplin diri,
kontrol diri, kesadaran diri, dapat dipercaya, dan berjiwa kewirausahaan dimana yang
terakhir ini umumnya bersumber dari pendidikan yang memerdekakan manusia sehingga
tidak tertekan dan menjadi kreatif yang akibatnya menjadi inovatif dan mampu
membentuk jiwa kewirausahaan manusia. Tentu saja masih banyak dimensi kualitas
intrapersonal yang lain, tetapi terlalu banyak untuk disebut satu per satu. Keterampilan
interpersonal adalah keterampilan yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia yang
dimensi-dimensinya meliputi antara lain bertanggung jawab atas semua perbuatannya,
sikap hormat/respek kepada orang lain, perdamaian, kecintaan kepada sesama,
komunikasi yang mengenakkan, kepemimpinan, kerjasama/kerja kelompok, kehalusan
berbudi, sosialitas, solidaritas, toleransi/tenggang rasa, bijaksana, beradap, berani berbuat
benar meskipun tidak populer, demokratis, sikap adil, sikap tertib, dan masih banyak
dimensi-dimensi keterampilan interpersonal lainnya yang terlalu banyak untuk disebut
satu per satu. Istilah soft skills sangat erat kaitannya dengan istilah-istilah lain, seperti
karakter, akhlak, budi pekerti, kecerdasan emosi, nilai-nilai kehidupan (living values),
moralitas, personality,dan employability skills bagi yang sudah bekerja. Sepanjang
berurusan dengan hubungan antarmanusia yang dilandasi oleh humanitas, itu disebut soft
skills.
c. Membangun keselarasan (link & match) dengan sistem-sistem yang lain sebagaimana
tertuang dalam Gambar 1, terutama keselarasan dengan sistem ekonomi umumnya atau
dunia kerja khususnya. Diupayakan, pendidikan vokasi lebih mengarah kepada demand-
driven dari pada supply-driven yang dilakukan melalui pembelajaran yang lebih aktual
tidak sekadar tekstual, lebih lebih konkret dari pada abstrak, yang lebih merujuk ke
realita dari pada artificial, lebih nyata daripada maya, dan ini semua menuntut pendidikan
vokasi secara proaktif mendekatkan diri dengan dunia kerja.
d. Mengajarkan kewirausahaan kepada peserta didik pendidikan vokasi melalui
pengetahuan, penyadaran, dan praktek-praktek yang nyata/aktual tentang kewirausahaan.
Peserta didik harus diajarkan tentang karakteristik kewirausahaan sukses sebagai berikut.
Setidaknya, ada dua jenis karakteristik atau dimensi kewirausahaan yaitu: (1) kualitas
dasar kewirausahaan, yang meliputi kualitas daya pikir, daya hati/qolbu, dan daya fisik;
dan (2) kualitas instrumental kewirausahaan, yaitu penguasaan lintas disiplin ilmu
(Slamet PH, 2011).

Pada hakikatnya hubungan antara pendidikan vokasi dan dunia kerja adalah komplek.
Kedua dunia yang berbeda tersebut saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama
lain, keduannya dapat bertukar pendapat , norma dan nilai, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang saling menguntungkan. Hubungan antara lembaga pendidikan vokasi dengan
dunia kerja merupakan masalah kunci dalam pengembangan sumber daya manusia terutama
di negara berkembang seperti di Indonesia. Melalui link and match salah satu cara untuk
hubungan dari dunia pendidikan vokasi dan dunia kerja memiliki dan menghasilkan kualitas
SDM berkualitas dan sesuai kompetensinya.

C. Kesimpulan

Pendidikan vokasi dipengaruhi oleh perkembangan zaman seperti era revolusi 4.0 yang
sangat dibutuhkan membangun hubungan kerja sama pendidikan vokasi dan dunia kerja agar
menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompeten yang dapat bersaing di era revolusi 4.0.
Dalam hubungan yang sangat komplek antara pendidikan vokasi dengan dunia kerja penting
sekali adanya peran pemerintah dalam memberikan kebijakan dan sistem yang dapat membuat
industri dunia kerja dan pendidikan vokasi dapat dengan mudah salah satunya dengan link and
match.

D. Daftar Rujukan
Bukit, M. 2014. Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan Dari Kompetensi ke
Kompetisi.
Bandung: Alfabeta.
Chitkushev, Lou., Vodenska, Irena., Zlateva, Tanya. 20141. Digital Learning Impact
Factors: Student Satisfaction and Performance in Online Courses. International Journal
of Information and Education Technology, 4(4), 356¯ 359. DOI:
http://dx.doi.org/10.30737/
Jatiunik.v1i2.117.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. 2020. Rencana Strategi direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi 2020-2024: Diksi.
Hamdan, 2018. Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada Kewirausahaan Demi
Kemandirian Ekonomi. Jurnal Nusamba, 3(2), 1¯ 8. Dari https:DOI 10.29407/nusamba.
V3i2.12142.
Instruksi Presiden. 2016. Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka
peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia: Inpres.
Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik indonesia. 2019. Pemerintah Fokus
Pendidikan Kejuruan, Revitalisasi SMK Tunjukkan Dampak Positif. Jakarta: Kominfo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi 2020-2024. Jakarta: Kemendikbud.
Nolker, H. 2005. Pendidikan Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Jakarta:
Gramedia.
Putusudira. 2012. Filosofi dan Teori Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press.
Sung, T.K. 2017. Industri 4.0: a Korea perspective. Technological Forecasting and Social
Change Journal, 1-6.
Suwardana, H. 2017. Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. Jati Unik, 1(2),
102¯ 110.
Vokasi Kemdikbud. 2020. Dukungan Vokasi Ciptakan Peluang Kualitas SDM Indonesia
Mumpuni (Online). (https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/dukungan-vokasi-ciptakan-
peluang-kualitas-sdm-indonesia-mumpuni), diakses 20 Oktober 2021.
Vokasi Kemdikbud. 2021. Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat “Link and Super-Match”
Pada 2021 (Online). (https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/dukungan-vokasi-ciptakan-
peluang-
kualitas-sdm-indonesia-mumpuni), diakses 20 Oktober 2021.
Wibawa, B. 2017. Manajemen Pendidikan Teknologi Kejuruan dan Vokasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Siswanto, E. 2020.Menghadapi Tantangan Pendidikan Vokasi Indonesia (Online).
(https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/menghadapi-tantangan-pendidikan-
vokasi-indonesia/), diakses 20 Oktober 2021.
Slamet, P. H. 2011. Peran Pendidikan Vokasi Dalam Pembangunan Ekonomi.
Yogyakarta: FT UNY.

Anda mungkin juga menyukai