Abstrak:
Kehadiran revolusi 4.0 membuat pendidikan vokasi di Indonesia menjadi salah satu tempat untuk
meningkatkan kualitas lulusannya, karena dalam pendidikan vokasi proses pembelajaran di
desain dengan menggunakan konsep 70% praktik dan 30% teori. Pendidikan Vokasional di
Indonesia terdiri dari 1.365 lembaga pendidikan, dengan 1.103 akademi kejuruan dan 262
politeknik. Pendidikan vokasi dapat menjadi solusi penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional. Revitalisasi pendidikan vokasi
dengan membuka akses yang luas untuk masyarakat mendapatkan keterampilan dan mengubah
kurikulum yang ada, menjadi kurikulum yang berbasis industri serta menyiapkan SDM yang
profesional dalam bidangnya. Perubahan budaya kerja yang bisa terjadi dan bahkan beberapa
sudah dapat dirasakan yaitu: (1) pekerjaan yang bersifat analitis, (2) pekerjaan yang memerlukan
kemampuan matematika,(3) pekerjaan yang bersifat teknologi digital, (4) mobilisasi dalam
pekerjaan, dan (5) pentingnya kolaborasi, komunikasi serta berpikir kritis. Program yang
dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas program vokasi adalah dengan
revitalisasi SMK dan program Kampus Merdeka Belajar. Pendidikan vokasi berorientasi pada
kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan serta
sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Hubungan pendidikan vokasi dengan dunia
kerja sangat komplek karena saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain, salah
satu kunci dalam hubungan itu adalah SDM yang kompeten dan berkualitas. Sehingga hubungan
pendidikan vokasi harus selaras dengan dunia kerja salah satunya melalui link and match.
Kata Kunci: Revolusi 4.0, Pendidikan Vokasi, Revitalisasi
A. Pendahuluan
Kehadiran revolusi industri 4.0 menghadirkan perubahan tentang cara hidup dan proses
kerja bagi setiap orang. Kehadiran revolusi 4.0 membuat kemajuan teknologi informasi saling
berinteraksi dalam setiap kehidupan manusia, dimana hampir semua bidang berubah menjadi
digital. Revolusi industri 4.0 melahirkan beberapa usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi
baru yang belum ada sebelumnya. Revolusi 4.0 semakin berkembang dengan pesat sehingga
ilmu pengetahuan dan keterampilan harus dapat berkembang dengan cepat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat dapat menghasilkan beberapa disiplin ilmu baru yang memadukan
teknologi antara lain: Internet of Think (IOT), Artificial Intelligence (AI), teknologi bioteknologi
dan pengembangan ilmu terapan matematika (Handam, 2018).
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, pada saat yang sama akan
muncul usaha, lapangan kerja dan profesi yang terancam karena disrupsi atau tergantikan oleh
mesin kecerdasan buatan dan robot apabila kita tidak dapat bekembang serta meningkatkan skill
dalam bidang teknologi informasi. Revolusi 4.0 juga berdampak dalam bidang pendidikan
terutama pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi harus dapat beradaptasi dengan cepat agar dapat
mengikuti tantangan perkembangan zaman. Pada era Revolusi 4.0 peran pendidikan vokasi
menjadi sangat penting karena pendidikan vokasi menjadi salah satu instansi yang menyiapkan
lulusannya untuk siap bekerja.
Pendidikan vokasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis yang berupa: (1) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), (2) Akademi Komunitas
(Toyota dan Komunitas Semen Indonesia; (3) Politeknik, (4) Universitas (D1-D3), dan (5) Balai
Latihan Kerja. Pada pendidikan vokasi pembelajaran di desain dengan menggunakan konsep
70% praktik dan 30% teori dengan harapan pendidikan vokasi dapat menjadi solusi untuk
mengatasi permasalahan penyiapan tenaga kerja dengan keahlian terapan yang sesuai dengan
kebutuhan industri (Hartanto, 2019).
Semakin hari tantangan dalam pendidikan vokasi semakin beragam sehingga dibutuhkan
kesiapan oleh semua pihak terkait, baik pemerintah, sekolah, guru, dan siswa. Saat ini terdapat
program yang digalakkan oleh pemerintah untuk menghadapi pesatnya persaingan industri di Era
4.0. Program yang dilakukan pemerintah adalah program revitalisasi SMK yang saat ini sedang
berjalan adalah Program Sekolah Pendamping Keunggulan (SMK PK), Sekolah Center of
Excellent (COE), dan program Kampus Merdeka Belajar (MBKM). Pada jenjang SMK
pemerintah semakin menyelaraskan konsep pembelajaran dengan industri dan sinkronisasi
kurikulum dengan konsep Link and Super Match yang didampingi oleh kampus vokasi.
Berdasarkan paparan tersebut dengan adanya pendidikan vokasi diharapkan dapat menjadi solusi
untuk tantangan dunia kerja dengan menghasilkan Sumber Daya Manusia Unggul dengan riset
terapan yang menghasilkan produk atau hasil serapan untuk masyarakat.
B. Pembahasan
1. Pendidikan Vokasi
Menurut Putusudira (2012), Pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan model
pendidikan yang menitik beratkan pada keterampilan individu, kecakapan, pengertian,
perilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan
oleh masyarakat dunia usaha/industri yang bermitra dengan masyarakat usaha dan industri
dalam kontrak dengan lembaga-lembaga asosiasi profesi serta berbasis produktif. Adapun di
Indonesia tujuan dari pendidikan vokasi sesuai keputusan mendikbud No. 0490/U/1990
adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih dan atau meluaskan pendidikan dasar, (2) meningkatkan kemampuan siswa
sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan dengan
lingkungan sosial, budaya, dan sekitar (3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian, serta (4)
menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional
(Wibawa, 2017). Menurut data Kemenristekdikti, pendidikan vokasional di Indonesia terdiri
dari 1.365 lembaga pendidikan, di antaranya 1.103 akademi kejuruan dan 262 politeknik
(Vokasi Kemdikbud, 2020).
Pendidikan kejuruan memberikan pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
menangani tugas-tugas yang khas sesuai bidang kejuruannya. Tugas yang terdapat dalam
pengajaran kejuruan memiliki sifat yang beragam. Nölker (2005), membedakan dasar
kegiatan belajar menjadi tiga jenis yaitu:
a. Kegiatan praktik Kegiatan praktik disajikan dalam bentuk kursus-kursus yang
sistematik guna melatih serta memperoleh keterampilan, baik dalam bentuk proyek
maupun praktek industri.
b. Pengetahuan teori Pengetahuan teori disajikan melalui pengajaran secara sistematik,
pengamatan, diskusi, dan lain-lain.
c. Pengalaman dan perjumpaan Pengalaman dan perjumpaan diperoleh melalui
darmawasita, konfrontasi dengan tokoh-tokoh teladan, pengalaman kesetiakawanan
kelompok.
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang dalam dekat ini akan berevolusi menjadi
era Society 5.0, tentunya pendidikan vokasi juga harus mengimbangi kemajuan tersebut.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan oleh pendidikan vokasi adalah link and super match
antara pendidikan vokasi dengan industri. Pada jenjang vokasi di Politeknik dan Universitas
program yang dijalankan adalah Kampus Merdeka Belajar (MBKM) dengan melalui
sertifikasi kompetensi, magang, kewirausahaan, PKM, dan KKN. Dengan adanya program-
program tersebut dapat membuat Sumber Daya Manusia mengembangkan kemampuan soft
skill dan hard skill nya karena dalam menjalankan program tersebut kemampuan adaptasi
dapat dengan cepat terbentuk dan peserta didik yang menjalani program-program tersebut
dapat berinteraksi secara langsung dengan industri (Vokasi Kemdikbud, 2021).
2. Tantangan Pendidikan Vokasi 4.0
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Revolusi
digital ini karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan
dunia industri dan persaingan kerja menjadi linier. Dampak dari kemajuan revolusi industri
memberi perubahan yang sangat besar pada bidang pendidikan terutama pendidikan vokasi.
Pendidikan vokasi menjadi utama dan pertama, solusi penciptaan sumber daya manusia
yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional. Revitalisasi pendidikan
vokasi dengan membuka akses yang luas untuk masyarakat mendapatkan keterampilan dan
mengubah kurikulum yang ada, menjadi kurikulum yang berbasis industri serta menyiapkan
SDM yang profesional dalam bidangnya. Harapannya, semua lembaga yang
menyelenggarakan Pendidikan vokasi mendapatkan prioritas dan dukungan untuk
pengembangan dan peningkatan kualitasnya, sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu.
Tantangan industri 4.0 menurut Wolter yaitu: (1) masalah keamanan teknologi informasi;
(2) keandalan dan stabilitas mesin produksi; (3) kurangnya keterampilan yang memadai; (4)
keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan 5) hilangnya banyak
pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi (Sung, 2017). Disederhanakan oleh Irianto
(2017), yaitu: (1) kesiapan industri; (2) tenaga kerja terpercaya; (3) kemudahan pengaturan
sosial budaya; dan (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Pada era 4.0 Pendidikan vokasi menjadi utama dan pertama, solusi penciptaan sumber
daya manusia yang berkompeten, berdaya saing, dan siap bekerja profesional.Tantangan
pendidikan vokasi semakin kompleks dengan industri 4.0, menurut Bukit (2014) menjelaskan
bahwa pendidikan kejuruan (Vocational Education) sebagai pendidikan yang berbeda dari
jenis pendidikan lainnya harus memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) berorientasi pada
kinerja individu dalam dunia kerja; (2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan;
(3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; (4) tolok ukur
keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; (5) kepekaan terhadap perkembangan dunia
kerja; (6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan (7) adanya dukungan
masyarakat.
Dalam era 4.0 ditandai dengan digitalisasi pada berbagai bidang sehingga yang pada
awalnya manusia sebagai pusat perekonomian, kini telah mulai banyak digantikan oleh
teknologi digital (Suwardana, 2017). Digitalisasi dalam dunia pendidikan dapat kita lihat
melalui adanya konsep digital learning, online courses, e-book, dan sistem informasi
akademik terpadu. Pada pendidikan tinggi, digital learning merupakan wujud disrupsi
pendidikan yang memiliki kemampuan untuk mengubah secara mendasar bagaimana proses
pembelajaran (Chitkushev, 2014). Hal ini di dalam dunia pendidikan vokasi pemanfaatan
teknologi informasi harus mampu memangkas birokrasi akademik yang ada selama ini dan
dirasakan oleh peserta didik.
Menjawab tantangan pendidikan vokasi di era revolusi 4.0 menurut Siswanto (2020),
yaitu: (1) Peningkatan Kompetensi Guru. Tak ada lagi SMK penyumbang sekaligus
pencetak pengangguran. Pendidikan vokasi yang ada harus diperluas aksesnya, diberikan
kesempatan yang besar kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan akses keterampilan
melalui pendidikan vokasi. (2) Upgrade sarana prasarana penunjang praktik bengkel dan
laboratorium. Pelaksanaan pendidikan vokasi di Indonesia dilakukan oleh SMK, Politeknik,
dan Universitas yang memiliki program pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dapat
dilakukan dari jenjang D-1 sampai Doktor Terapan. Melihat strategisnya pendidikan vokasi
maka sosialisasi dan desiminasi informasi serta pengembangan pendidikan vokasi sangat
penting dan diperlukan terus menerus. Karenanya kebutuhan skill praktik siswa hendaknya
memenuhi syarat minimal mendekati atau tidak asing lagi jika dihadapkan dengan di
IDUKA. (3) Kurikulum Implementatif dan aplikatif dengan IDUKA, Untuk itu kurikulum
aplikatif implementatif di SMK dikembangkan dan dirancang dengan duduk bersama. Yang
akan mengahasilkan “Pernikahan Masal” terpenting bukan hitam diatas putihnya melainkan
tindakan follow upnya setelah menikah massal itu. (4)Jalinan kerjasama dan kemitraan
dengan industri sangat penting. Disisi lain, industri memerlukan SDM siap pakai, yang dapat
mengisi dan mengoperasikan program dan mesin-mesin di perusahaan. Lulusan SMK
dianggap lebih “siap”Proses adaptasi (probation period) menjadi lebih singkat, karena
lulusan pendidikan vokasi dapat langsung memahami dan melakukan pekerjaan sesuai
kebutuhan industri. Industri memerlukan level kompetensi dari mulai teknis dan manajerial.
(5) Uji Kompetensi siswa lewat LSP-P1, sebagai tolok ukur industri. Sebagai Lulusan
Pendidikan Vokasi dengan pendekatan terapan dan berbasis kebutuhan industri. Dilakukan
uji kompetensi sesuai dengan skema SKKNI/KKNI yang telah dilisensi oleh Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi P1 pada lembaga pendidikan.
(6) Magang Guru di IDUKA. minimnya guru dalam meningkatkan kompetensinya, tak cukup
dengan diklat dan bimtek satu dua hari, namun diperlukan guru mengalami langsung apa
yang terjadi di IDUKA yang dinamis dan berubah sangat cepat. Merasakan bagaimana proses
yang terjadi.
Pada hakikatnya hubungan antara pendidikan vokasi dan dunia kerja adalah komplek.
Kedua dunia yang berbeda tersebut saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama
lain, keduannya dapat bertukar pendapat , norma dan nilai, bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang saling menguntungkan. Hubungan antara lembaga pendidikan vokasi dengan
dunia kerja merupakan masalah kunci dalam pengembangan sumber daya manusia terutama
di negara berkembang seperti di Indonesia. Melalui link and match salah satu cara untuk
hubungan dari dunia pendidikan vokasi dan dunia kerja memiliki dan menghasilkan kualitas
SDM berkualitas dan sesuai kompetensinya.
C. Kesimpulan
Pendidikan vokasi dipengaruhi oleh perkembangan zaman seperti era revolusi 4.0 yang
sangat dibutuhkan membangun hubungan kerja sama pendidikan vokasi dan dunia kerja agar
menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompeten yang dapat bersaing di era revolusi 4.0.
Dalam hubungan yang sangat komplek antara pendidikan vokasi dengan dunia kerja penting
sekali adanya peran pemerintah dalam memberikan kebijakan dan sistem yang dapat membuat
industri dunia kerja dan pendidikan vokasi dapat dengan mudah salah satunya dengan link and
match.
D. Daftar Rujukan
Bukit, M. 2014. Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan Dari Kompetensi ke
Kompetisi.
Bandung: Alfabeta.
Chitkushev, Lou., Vodenska, Irena., Zlateva, Tanya. 20141. Digital Learning Impact
Factors: Student Satisfaction and Performance in Online Courses. International Journal
of Information and Education Technology, 4(4), 356¯ 359. DOI:
http://dx.doi.org/10.30737/
Jatiunik.v1i2.117.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. 2020. Rencana Strategi direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi 2020-2024: Diksi.
Hamdan, 2018. Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada Kewirausahaan Demi
Kemandirian Ekonomi. Jurnal Nusamba, 3(2), 1¯ 8. Dari https:DOI 10.29407/nusamba.
V3i2.12142.
Instruksi Presiden. 2016. Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka
peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia: Inpres.
Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik indonesia. 2019. Pemerintah Fokus
Pendidikan Kejuruan, Revitalisasi SMK Tunjukkan Dampak Positif. Jakarta: Kominfo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi 2020-2024. Jakarta: Kemendikbud.
Nolker, H. 2005. Pendidikan Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Jakarta:
Gramedia.
Putusudira. 2012. Filosofi dan Teori Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press.
Sung, T.K. 2017. Industri 4.0: a Korea perspective. Technological Forecasting and Social
Change Journal, 1-6.
Suwardana, H. 2017. Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. Jati Unik, 1(2),
102¯ 110.
Vokasi Kemdikbud. 2020. Dukungan Vokasi Ciptakan Peluang Kualitas SDM Indonesia
Mumpuni (Online). (https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/dukungan-vokasi-ciptakan-
peluang-kualitas-sdm-indonesia-mumpuni), diakses 20 Oktober 2021.
Vokasi Kemdikbud. 2021. Ditjen Pendidikan Vokasi Perkuat “Link and Super-Match”
Pada 2021 (Online). (https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/dukungan-vokasi-ciptakan-
peluang-
kualitas-sdm-indonesia-mumpuni), diakses 20 Oktober 2021.
Wibawa, B. 2017. Manajemen Pendidikan Teknologi Kejuruan dan Vokasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Siswanto, E. 2020.Menghadapi Tantangan Pendidikan Vokasi Indonesia (Online).
(https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/menghadapi-tantangan-pendidikan-
vokasi-indonesia/), diakses 20 Oktober 2021.
Slamet, P. H. 2011. Peran Pendidikan Vokasi Dalam Pembangunan Ekonomi.
Yogyakarta: FT UNY.