Anda di halaman 1dari 22

ANALISA SOFT SKILL SISWA SMK DALAM MENGHADAPI DUNIA

KERJA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

ANNISA HERAWATI

NIM. 160421607656

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

JANUARI 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu pendidikan formal
yang memiliki pola pemberian pendidikan khusus dan pelatihan dengan tujuan
mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Hal ini didasarkan pada PP Nomor
29 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa tujuan diadakannya pendidikan
kejuruan adalah untuk mencetak para lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan
memiliki sikap profesional. Tujuan pendidikan SMK juga ditegaskan dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 15 yang menyatakan
bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk mengikuti perkembangan dan
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dan bangsa. Fokus isi pendidikan di
SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-
nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Sehingga diharapkan para lulusan SMK
dapat bersaing dan terjun langsung di dunia kerja sesungguhnya.
Seiring dengan kemajuan zaman, para lulusan SMK pun diharapkan mampu
menjawab berbagai tantangan yang ada. Salah satu tantangan sekaligus peluang
bagi lulusan SMK untuk mengembangkan diri adalah Revolusi Industri 4.0 yang
dicetuskan pertama kali di Jerman pada tahun 2011. Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat dunia yang notabene merupakan negara berkembang pun harus
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan global. Hal ini bertujuan agar
Indonesia dapat bertahan serta tidak menjadi negara inferior di era Revolusi
Industri 4.0.
Pemerintah Indonesia mencanangkan agenda nasional Making Indonesia 4.0
sebagai upaya untuk menjawab tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Salah satu
strategi Making Indonesia 4.0 dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yaitu
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan umum dan
pendidikan vokasi. Salah satu upaya pemerintah mendukung agenda tersebut
adalah dengan melakukan revitalisasi SMK yang tertuang di dalam Instruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2016 yang berfokus peningkatan empat elemen
meliputi, 1) revitalisasi sistem pembelajaran, 2) revitalisasi satuan pendidikan, 3)
revitalisasi peserta didik, dan 4) revitalisasi tenaga pendidik.
Tujuan utama revitalisasi SMK yaitu mencetak para lulusan SMK yang
memiliki keterampilan yang sesuai dengan permintaan dunia usaha dan dunia
industri sehingga tidak terjadi kesenjangan antara keterampilan lulusan SMK
dengan yang dibutuhkan oleh DU/DI. Salah satu implementasi revitalisasi SMK
yaitu peningkatan kualitas siswa SMK dengan memberikan pendidikan karakter
kerja sehingga konsep link and match dapat diimplementasikan. Terlebih di era
Revolusi Industri 4.0 ini, SDM Indonesia tidak hanya bersaing dengan sesama
manusia, akan tetapi juga bersaing dengan kemajuan teknologi yang terjadi.
Pendidikan kejuruan harus mampu memberikan bekal hard skill dan soft skill
kepada para siswa. Penerapan tersebut guna memenuhi permintaan pasar tenaga
kerja yang tidak hanya menuntut para calon tenaga kerja memiliki hard skill
namun juga soft skill. Penelusuran secara online dari berbagai iklan lowongan
pekerjaan di bidang akuntansi, syarat yang paling sering dimunculkan bagi calon
tenaga kerjanya adalah komunikatif, mampu bekerja sama dan memliliki etika
kerja yang baik. Sedangkan untuk aspek hard skill yang harus dimiliki oleh calon
tenaga kerja lulusan SMK adalah mampu mengoperasikan komputer dan mengerti
dasar-dasar akuntansi. Menurut Neff dan Citrin dalam Sugandi (2011:4),
pendidikan kejuruan yang ideal harus mampu memenuhi rasio kebutuhan hard
skill dan soft skill dengan proporsi 20% technical skill dan 80% aspek soft skill.
Namun berdasarkan data BPS per Nopember 2019 menunjukkan angka
pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan SMK yaitu
10,42%, disusul tamatan SMA sebesar 7,92%, lulusan Diploma sebesar 5,99%,
lulusan Universitas 5,67%, lulusan SMP 4,75% dan tamatan SD sebesar 2,41%.
Data tersebut menjadi salah satu indikator bahwa penyelenggaraan pendidikan
SMK di Indonesia belum berhasil dikarenakan SMK belum mampu mencapai
tujuannya untuk menyiapkan dan menjadikan para siswa mendapatkan pekerjaan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki setelah lulus dari SMK.
Tingkat pengangguran lulusan SMK yang sangat tinggi dapat terjadi
dikarenakan berbagai faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan tinggnya angka
pengangguran lulusan SMK adalah terjadinya kesenjangan soft skill yang dimiliki
siswa dengan profil tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Mariyah,
2011). Dilansir dari detik.com (2018), hasil kajian yang dilakukan oleh Bank
Dunia menyebutkan bahwa rata-rata soft skill siswa yang dimiliki oleh siswa
SMK lebih rendah dibandingkan dengan soft skill yang dimiliki oleh siswa SMA.
Bahkan di dalam sistem pendidikan SMK yang diterapkan saat ini, komposisi soft
skill hanya 10% saja yang termuat di dalam kurikulum (Sugandi, 2011). Hal ini
seharusnya tidak boleh terjadi mengingat berdasarkan tujuan diadakan pendidikan
SMK untuk menghasilkan lulusan siswa SMK yang mempunyai hard skill dan
soft skill seimbang yang sesuai dengan permintaan dunia kerja.
Soft skill merupakan salah satu kunci kesuksesan karir seseorang dalam dunia
kerja. Sebuah studi menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh
80% soft skill dan 20% ditentukan oleh hard skill serta aspek lain yang serupa
(Mansyurdin et al.:2015, 2). Di dalam kehidupan yang terjadi setiap harinya,
individu pasti akan dihadapkan oleh berbagai masalah serta tidak bisa hidup
sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Apalagi di dunia kerja dimana
tekanan yang ada sangat tinggi dan kekompakan tim sangat dijunjung tinggi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Maka individu yang supel, pantang menyerah,
mampu bekerja sama dan memiliki kecerdasan sosial yang mumpuni sangat
diperlukan oleh perusahaan. Empat contoh keterampilan tersebut merupakan
bagian dari soft skill. Soft skill sendiri dapat diartikan sebagai keterampilan tak
terlihat yang dimiliki oleh individu baik intrapersonal maupun interpersonal
sebagai penunjang kesuksesan individu dalam menjalani kehidupan.
Di era Revolusi Industri 4.0, soft skill merupakan keterampilan yang sangat
penting untuk dimiliki manusia. Di era ini, manusia tidak hanya bersaing dengan
sesama manusia akan tetapi manusia juga bersaing dengan kecanggihan robot,
mesin serta internet yang memiliki hard skill yang tidak kalah bagus
dibandingkan manusia. Hard skill sangat penting untuk dimiliki manusia namun
soft skill juga tidak kalah penting untuk dimiliki manusia terutama di era Revolusi
Industri 4.0 karena soft skill merupakan hal pembeda serta merupakan keunggulan
manusia yang tidak dimiliki oleh berbagai macam kecanggihan teknologi yang
ada saat ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mariyah (2011) terhadap siswa
SMK Program Keahlian Tata Busana menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan
antara soft skill yang dimiliki oleh siswa dengan soft skill yang dibutuhkan oleh
DU/DI. Menurut Mudlofir (2011) pendidikan kejuruan di Indonesia masih
mengutamakan prestasi hard skill yang mengedepankan Inteligent Quotient (IQ)
namun kurang mengedepankan Emotional Quotient (EQ) dan Social Quetiont
(SQ). Padahal kualifikasi yang dibutuhkan oleh pelaku dunia usaha tidak hanya
bertumpu pada hard skill akan tetapi juga soft skill. Hasil penelitian Widarto, et al.
(2016) mengenai profil tenaga kerja yang diharapkan oleh para pemilik usaha dan
industri menempatkan aspek soft skill calon tenaga kerja sebagai peringkat
pertama dengan presentase sebesar 28,33%.
Kesiapan kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu 1) faktor fisik, 2) faktor
keterampilan teknis, dan 3) faktor mental dan soft skill. Penelitian ini
memfokuskan pada soft skill siswa dalam aspek competencies yang terdiri dari
keterampilan berpikir kritis, kreatif, keterampilan bekerja sama dan keterampilan
berkomunikasi.
Dengan demikian peneliti ingin melakukan penelitian skripsi yang berjudul
“Analisa Soft Skill Siswa Dalam Menghadapi Dunia Kerja di Era Revolusi
Industri 4.0 (Studi Kasus Pada Siswa Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK
Cendika Bangsa)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana dan
mengapa soft skill siswa kompetensi keahlian akuntansi di SMK Cendika Bangsa
belum relevan dengan kebutuhan dunia kerja di era Revolusi Industri 4.0?
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah penelitian dibidang pendidikan dan menambah
sumbangan teori terutama tentang pendidikan soft skill dan dunia industri 4.0.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan apabila nanti
peneliti berkecimpung di dunia pendidikan.
b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan evaluasi dalam pendidikan soft
skill yang menunjang pengembangan kemampuan soft skill di era industri 4.0.
c. Bagi para pembaca, sebagai acuan pengetahuan khususnya dalam bidang
pendidikan soft skill di era 4.0.
D. Kajian Teori
1. Pentingnya Soft skill di Era Revolusi Industri 4.0
a. Pengertian Soft Skill
Soft skill merupakan keterampilan yang dimiliki oleh manusia sebagai
anugerah dari Tuhan dengan tujuan agar manusia memiliki martabat dan diakui
keberadaannya di lingkungan dimana manusia berada (Elfindri dalam Bagaswana,
2018:17). Sedangkan Ari Wibowo (2012:22) mengartikan soft skill sebagai
keterampilan yang dimiliki oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain
(keterampilan interpersonal) dan keterampilan manusia untuk berhubungan
dengan dirinya sendiri (kemampuan intrapersonal). Keterampilan interpersonal
berkaitan dengan kontak sosial yang dilakukan manusia terhadap seluruh anggota
yang ada di dalam sebuah kelompok. Misalnya keterampilan komunikasi, kerja
sama, menghargai perbedaan, dan menjaga kekompakan tim. Sedangkan
keterampilan intrapersonal merupakan keterampilan manusia untuk mengenal dan
mengendalikan emosi diri.
Soft skill merupakan kualitas yang dimiliki oleh tenaga kerja yang tidak
berkaitan dengan keterampilan teknis. Keterampilan ini merupakan keterampilan
tak kasat mata namun keberadaannya sangat penting di dalam dunia kerja
(Manara, 2014). Sedangkan Iyo Mulyono (2011:99) menyebutkan bahwa soft skill
merupakan pelengkap dari hard skill, yang serng dijadikan syarat bagi seseorang
untuk memeroleh jabatan dalam suatu pekerjaan.
Dari pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa soft skill
adalah keterampilan individu untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri maupun
dengan orang lain. Soft skill merupakan atribut sangat dibutuhkan di dalam
kehidupan bermasyarakat, utamanya di dunia kerja, karena dengan soft skill
seseorang dapat diakui oleh lingkungan sekitarnya serta dapat menunjukkan
prestasi yang gemilang di dunia kerja. Hard skill tidak dapat berdiri sendiri tanpa
adanya soft skill. Keberadaan antara hard skill dan soft skill sebaiknya seimbang,
seiring, dan sejalan.
b. Revolusi Industri 4.0
Dunia telah memasuki era baru yang bernama Revolusi Industri 4.0 yang
pertama kali dicetuskan di Jerman pada tahun 2011 dalam event Hannover Trade
Fair. Ciri utama dari Revolusi Industri 4.0 adalah perubahan pada dunia industri
yang mengombinasikan tiga unsur penting yaitu manusia, robot, dan big data
(Prasetyo dan Sutopo, 2018). Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep
automatisasi oleh mesin, robot dan atau sistem internet tanpa memerlukan bantuan
manusia dalam proses pengaplikasiannya. Dengan demikian dapat meningkatkan
efeisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya yang sangat menguntugkan bagi pelaku
industri.
Revolusi Industri 4.0 tidak muncul begitu saja, melainkan melewati proses
yang sangat panjang dikarenakan kehidupan manusia yang begitu dinamis.
Revolusi Industri pertama kali dicetuskan pada abad 18 yang ditandai dengan
peneuan mesin uap, menggantikann tenaga hewan dalam proses produksi
sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal. Selanjutnya pada
abad 19 sampai dengan abad 20, ditemukan listrik yang membuat biaya produksi
menjadi lebih murah. Era tersebut dikenal dengan Revolusi Industri 2.0. berlanjut
pada tahun 1970an, penggunaan sistem komputerisasi pada dunia industri mulai
dikenal. Sistem tersebut menjadikan proses produksi dapat dilakukan secara
masal, yng menandai terjadinya Revolusi Industri 3.0 (Prasetyo dan Trisyanti,
2017).

Gambar 1. Sejarah Revolusi Industri


(Sumber : Sipayung, 2016)
Revolusi Industri 4.0 secara fundamental merubah cara berfikir, cara
hidup, dan cara berinteraksi antar sesama manusia (Prasetyo dan Trisyanti, 2017).
Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai bidang , tidak hanya pada bidang teknologi, akan tetapi
juga bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Negara-negara di dunia pun mulai menyiapkan diri menghadapi Revolusi


Industri 4.0 dengan cara menjadikannya sebagai agenda nasional. Indonesia
sebagai bagian dari negara di dunia pun juga mempersiapkan diri dalam rangka
menghadapi Revolusi Industri 4.0. dengan mencanangkan roadmap Making
Indonesia 4.0. program tersebut merupakan proram jangka panjang nasional yang
bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebgai negara dengan ekonomi 10 besar
dunia di era Revolusi Inustri 4.0. Demi mencapai tujuan tersebut, pemerintah
melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas pada segala lini kehidupan bangsa
dan negara (Kemenperin, 2019).

Dikutip dari Kompasiana (2019), Airlangga Hartanto menyebutkan bahwa


Revolusi Industri 4.0 mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2011. Ditandai
dengan meningkatnya konektivits, interaksi, dan batas antara mesin, manusia, dan
sumber daya lainnya yang semakin berpusa pada teknologi informasi dan
komunikasi. Contoh Revolusi Industri 4.0 yang telah berjalan di Indonesia adalan
penerapan IoT (internet of things) dengan munculnya aplikasi seperti Go-Jek,
Bukalapak, dan Ruang Guru.

Revolusi Industri 4.0 memiliki dua sisi yang saling berlawanan yaitu
memunculkan peluang yang banyak sekaligus merupakan sebuah ancaman.
Revolusi Industri 4.0 dianggap sebagai peluang karena dapat meningkatkan
perekonomian suatu negara. Sedangkan Revolusi Industri 4.0 dianggap sebagai
sebuah anaman karena akan menimbulkan distruptif tenaga kerja manusia dar
adanya kemajuan teknologi. Sebuah kajian yang dilakukan oleh World Economic
Forum (2016), menyebutkan bahwa antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2020,
sekitar 5,1 juta jenis pekerjaan hilang. Lebih lanjut lagi, WEF memprediksi bahwa
teknologi akan menggeser sekitar 7,1 juta jenis pekerjaan yang sebelumnya
dilakukan oleh manusia (Winterton & Turner, 2019). Tentunya hal tersebut harus
menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk menyipkan SDM Indonesia yang
berdaya saig di era Revolusi Industri 4.0 sehingga dengan adanya Revolusi
Industri 4.0 dapat memberikan keutungan bagi Indonesia dan memperkokoh
perekonomian nasional.

c. Soft Skill Yang Dibutuhkan Dunia Kerja di Era Revolusi Industri 4.0
Soft Skill merupakan komplemen dari hard skill yang dapat menentukan
apakah seseorang dapat meraih kesuksesan di dunia kerja. Sebuah hasil studi
penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang di dunia kerja dipengaruhi
oleh soft skill sebesar 85% dan hanya 15% saja ditentukan oleh keterampilan
teknis. Oleh karena itu, kesiapan kerja seseorang sangat ditentukan dengan
seberapa besar seseorang tersebut dapat memahami dan mengembangkan soft skill
yag dimiliki (Conover, 2019).
Revolusi Industri 4.0 menyebabkan perubahan di dunia kerja dengan adanya
berbagai macam kemajuan teknologi. Perkembangan mesin, robot, dan internet
mulai menggusur jenis pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Studi
yang dilakukan oleh World Economic Forum memprediksi bahwa sekitar 7,1 jenis
pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia akan hilang digantikan oleh
kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 (Winterton & Turner, 2019).
Manusia di era Revolusi Industri 4.0 tidak hanya bersaing dengan sesama
manusia, melainkan juga bersaing dengan berbagai macam kecanggihan
teknologi. Oleh karena itu, manusia harus mampu meningkatkan kualitas diri agar
tidak tergantikan oleh teknologi.
Soft skill merupakan salah satu anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada
manusia. Soft skill dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang ada pada diri
manusia namu tak kasat mata. Keterampilan ini berkaitan dengan keterampilan
manusia untuk berhubungan dengan dirinya sendiri maupun kontak sosial dengan
orang lain. Soft skill merupakan pembeda antara manusia dengan teknologi.
Manusia dan teknologi sama-sama memiliki hard skill, namun soft skill hanya
dimiliki oleh manusia yang tidak dimiliki oleh teknologi.
Terutama di era Revolusi Industri 4.0, manusia harus mempunyai soft skill
yang baik karena soft skill merupakan keterampilan yang membedakan antara
manusia dengan teknologi. Sumber daya manusia yang dibutuhkan di era
Revolusi Industri 4.0 adalah manusia yang memiliki soft skill, kompetensi, dan
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman belajar (Sagala, 2017:32). NWT
Council merumuskan empat soft skill yng dibutuhkan di dalan dunia kerja yaitu
kualitas diri, keterampilan komunikasi, keterampilan bekerja sama, serta
keterampilan berpikir kritis dan kreatif (NWT, 2012:10).
Penjabaran keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kualitas Personal
Kualitas personal merupakan keterampilan intrapersonal pada individu yang
berkaitan dengan keterampilan individu untuk mengendalikan emosi dan
memimpin diri sendiri. Menurut NWT, kualitaS personal yang dibutuhkan di
dunia kerja adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1
Indikator Keterampilan Kualitas Diri

Atribut Soft Skill Indikator Soft Skill

 Berperilaku sopan dan santun


 Pantang menyerah
 Optimis
 Mandiri
 Menjunjung tinggi nilai
Indikator kualitas personal
kejujuran
 Manajemen waktu yang baik
 Manajemen stres yang baik
 Mampu mengendalikan emosi
 Melakukan pekerjaan dengan
senang hati

2) Keterampilan Komunikasi
Komunikasi merupakan keterampilan menyampaikan informasi untuk
mendapatkan pemahaman yang sama (Anggraini, 2015:33). Keterampilan
komunikasi yang baik merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang di dunia
kerja karena dengan komunikasi yang baik seseorang dapat berinteraksi dan
membangun relasi yang bagus dengan teman kerja maupun mitra usaha
(Connover, 2019:4).

Menurut Archma Sarma (2019) seseorang dikatakan memiliki keterampilan


komunikasi yang baik apabila orang tersebut mampu menyampaikn ide atau
pendapatnya secara jelas dan tepat serta memiliki kepercayaan diri untuk
berbicara di depan banyak orang. Visia Riyanita (2018:32) menyebutan bahwa
keterampilan komunikasi terdiri dari dua komponen yaitu mendengar secara aktif
dan kemauan untuk menghargai orang lain. Keterampilan mendengar secara aktif
yaitu keterampilan seseorang untuk mendengarkan dengan seksama ketika orang
lain berbicara atau menyampaikan pendapat. Sedangkan keterampilan menghargai
orang lain adalah keterampilan seseorang untuk bersikap terbuka dan mau
menghargai pendapat orang lain.
Dari pendapat di atas, maka indikator keterampilan berkomunikasi dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 1.2
Indikator Keterampilan Komunikasi
Atribut Soft Skill Indikator
 Dapat berbicara dengan jelas (tidak
berbelit-belit)
 Mampu menyampaikan pendapat dengan
Komunikasi jelas dan tepat
 Memiliki kepercayaan diri saat berbicara
di depan banyak orang
 Mendengarkan dan memperhatikan
dengan seksama ketika orang lain
berbicara
 Tidak menganggap remeh pendapat
orang lain
 Terbuka untuk menerima perbedaan
pendapat

3) Keterampilan Kerja Sama


Kerja sama merupakan keterampilan seseorang untuk bekerja dan bersinergi
dengan orang lain guna mencapai tujuan yang diinginkan. Di dunia kerja
keterampilan bekerja sama merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena
kemajuan suatu entitas dapat diraih apabila para karyawan yang ada di entitas
tersebut saling bersinergi dan kompak dalam meraih tujuan entitas (Connover,
2019:3).

Roger dan David (2002:30) menyebutkan terdapat lima unsur yang


menandakan proses kerja sama berlangsung secara baik. Kelima unsur tersebut
meliputi:
1) Salingketergantungan positif, yaitu terdapat pembagian tugas dan setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
2) Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat dari unsur yang
pertama. Jadi, setiap kelompok harus bertanggung jawab dengan tugas yang
telah diberikan dengan cara mengerjakan tugas tersebut dengan baik
3) Tatap muka, bertujuan untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Jadi, setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk tatap
muka dan berdiskusi guna memperkaya ide dan wawasan.
4) Komunikasi antar anggota, meliputi kesediaan setiap anggota kelompok untuk
mau mendengarkan dan bersedia mengutarakan pendapat.
5) Evaluasi proses kelompok, bertujuan untuk mengetahui hambatan dan
kekurangan selama proses kerja sama agar selannjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
Isjoni (2010:65) berpendapat siswa harus memiliki keterampilan khusus dalam
kerja sama. Keterampilan tersebut disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
tersebut berguna untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas. Ketrampilan
kooperatif tersebut dikemukakan oleh Lungdren dalam Isjoni (2010: 65-66)
sebagai berikut:
a) Menyamakan pendapat dalam suatu kelompok sehingga mencapai suatu
kesepakatan bersama.
b) Menghargai kontribusi setiap anggota kelompok.
c) Mengambil giliran dan berbagi tugas.
d) Berada dalam kelompok selama kegiatan kelompok berlangsung.
e) Mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya..
f) Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi terhadap tugas.
g) Meminta orang lain untuk untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas
h) Menyelesaikan tugas tepat waktu.
i) Menghormati perbedaan individu.
Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai indikator kerjasama
siswa, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kerjasama siswa adalah sebagai
berikut.
Tabel 1.3
Indikator Keterampilan Kerja Sama
Atribut Soft Skill Indikator
 Saling membantu sesama anggota dalam
kelompok (mau menjelaskan kepada
anggota kelompok yang belum jelas).
 Setiap anggota ikut memecahkan masalah
dalam kelompok sehingga mencapai
kesepakatan.
 Menghargai kontribusi setiap anggota
kelompok.
Kerja Sama  Setiap anggota kelompok mengambil giliran
dan berbagi tugas.
 Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan
berlangsung.
 Meneruskan tugas yang telah menjadi
tanggung jawabnya.
 Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi
dalam tugas kelompok.
 Menyelesaikan tugas tepat waktu.

4) Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif


Menurut Sastrawati (2011:6), keterampilan berpikir kritis adalah proses yang
melibatkan operasi-operasi mental seperti klasifikasi, induksi, deduksi, dan
penalaran. Sedangkan berpikir kreatif yaitu keterampilan dimana seseorang
memiliki rasa keisngintahuan yang tinggi, kaya akan ide, dan peka terhadap
permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya (Hendriana et al. 2018:112).
Keterampilan berpikir kritis dan kreatif sangat berkaitan satu sama lain.
Seseorang dapat berpikir kreatif didahului oleh proses berpikir kritis atas sesuatu
yang terjadi di lingkungannya (Hendriana et al. 2018:113). Menurut Ariyanti
(2018:32) keterampilan berpikir kritis dan kreatif terdiri dari dua keterampilan,
yaitu:
1) Berpikir kritis dan pemecahan masalah secara kreatif
Siswa SMK untuk dapat bekerja harus dapat mengingat, memahami, dan
mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Dengan memiliki
keterampilan berpikir kritis dan kreatif maka seseorang akan mampu untuk
belajar, memberikan alasan secara tepat, membuat keputusan, dan
menyelesaikan masalah. Selain itu, siswa juga mampu menyaring atas
informasi yang diperolehnya dan mampu mengecek kebenaran informasi
tersebut.
2) Empati dan proaktif
Keterampilan ini sangat dibutuhkan siswa di dunia kerja agar siswa terbiasa
peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Siswa seharusnya mempunyai
inisiatif untuk menawarkan bantuan pada yang membutuhkan, membenahi
sesuatu yang kurang tepat serta mampu bertindak tanpa adanya perintah.
Dari pendapat di atas, maka indikator berpikir kritis dan kreatif dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 1.4
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif

Atribut Soft Skill Indikator


 Siswa bersikap aktif dan reaktif
selama pembelajaran di kelas
 Siswa mampu mengecek kebenaran
atas informasi yang diperoleh
Keterampilan Berpikir Kritis  Siswa menunjukkan kepedulian
dan Kreatif
terhadap keadaan sekitarnya
 Siswa mampu memberikan saran atas
keadaan di sekitarnya
 Siswa mengerjakan tanggung
jawabnya tanpa menunggu instruksi
guru

2. Pengukuran Soft Skill


Soft skill merupakan keterampilan individu yang sifatnya kasat mata yang ada
di dalam diri individu sehingga dalam pengukurannya berbeda dengan
keterampilan abilitas individu. Di bawah ini merupakan cara pengukuran soft skill
menurut Wahyu Widhiarso (2009:39).
1) Self report, merupakan sekumpulan stimulus berupa pertanyaan atau
pernyataan daftar deskripsi diri yang direspon oleh individu.
2) Checklist, adalah jenis alat ukur afektif atau perilaku yang memuat
indikator, biasanya kata sifat atau perilaku yang diisi oleh seorang peneliti.
3) Pengukuran performansi, merupakan pengukuran terhadap proses atau
hasil kerja individu terhadap tugas yang diberikan.

3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan pendidikan kejuruan antara
lain; vocational education, technical education, professional education, dan
occupational education (Rasto, 2012). Hamalik dalam Rasto (2012),
mengemukakan pendidikan kejuruan adalah tempat dimana siswa melakukan
pengembangan bakat, memperoleh pendidikan dasar keterampilan, dan melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja. Djohar (2007)
mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai suatu bentuk pendidikan yang
menyiapkan siswa sebagai tenaga kerja yang profesioanl. Hal ini sejalan dengan
pendapat Byram dan Wrich dalam Rasto (2012), yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan tempat dimana diadakan pengajaran mengenai
cara bekerja yang efektif. Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk
menyiapkan siswa yang terampil sesuai dengan bidang yang dipilih dan setelah
lulus diharapkan dapat menjadi tenaga kerja yang profesional.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan yang
ada di Indonesia bagi para siswa sekolah menengah. Tujuan diadakannya SMK
tercantum dalam PP Nomor 29 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa pendidikan
kejuruan bertujuan untuk mencetak siswa yang siap memasuki dunia kerja dan
memiliki sikap profesionalisme. Tujuan tersebut diperkuat dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa tugas utama SMK
yaitu menyiapkan siswa yang terampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu,
yang pandai beradaptasi di lingkungan kerja, mampu melihat peluang kerja, serta
mampu mengembangkan diri di kemudian hari.
SMK memiliki perbedaan dibandigkan dengan SMA. Tujuan dari pendidikan
SMK adalah menyiapkan siswa untuk siap bekerja ketika sudah lulus dari SMK.
Sedangkan SMA lebih mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi pada
tingkat yang lebih tinggi. Dengan adanya perbedaan tujuan, materi serta metode
pembelajaran dan pengajaran pun juga berbeda. Materi yang diajarkan di SMA
merupakan materi-materi umum yang diperlukan sebagai latar belakang untuk
bekal belajar lebih lanjut mengenai kehidupan. Di SMK, materi yang diajarkan
menekankan pada keterampilan dan pengetahuan yang berguna untuk setiap
pekerjaan tertentu. Lebih lanjut, pendidikan dan pengajaran di SMA menekankan
pada metode membaca dan mengingat, sedangkan di SMK pendidikan yang
diajarkan menekankan pengalaman yang di dapat melalui praktik langsung di
sekolah maupun di DU/DI (Prosser dan Quigley dalam Rasto, 2012:10).
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi objek alamiah, yang berangkat dari data temuan, memanfaatkan
teori sebagai penjelas untuk kemudian berakhir dengan sebuah teori (Hidayat,
2012). Menurut Rahardjo (2017:4), penelitian kualitatif merupakan suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi untuk menyelidiki
sebuah fenomena dan masalah manusia.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah serta bersifat penemuan.


Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam dan
mengandung makna. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen
kunci sehingga memungkinkan peneliti untuk memahami masyarakat dan individu
secara personal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci (Ulfatin, 2013:21). Metode studi kasus mengeksplorasi suatu
masalah dengan batasan yang terperinci. Yin dalam Ulfatin (2013:18)
menyebutkan studi kasus merupakan strategi untuk meneliti pokok pertanyaan
how dan why juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan what. Metode
ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program,
aktivitas, peristiwa, atau individu. Data yang diperoleh biasanya lebih detail, lebih
bervariasi, dan lebih luas (Moelong, 2004).

Studi kasus merupakan studi mendalam yang hanya dilakukan pada satu
kelompok orang atau peristiwa (Bungin, 2017:132). Studi kasus menekankan
pada permasalahan khusus yang terjadi pada objek analisis. Dengan demikian,
peneliti ingin menyelidiki lebih jauh mengenai kondisi soft skill siswa dalam
kehidupan di sekolah serta relevansi soft skill siswa terhadap kebutuhan dunia
kerja dari prespektif pihak DU/DI. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui
faktor-faktor yang memengaruhi soft skill siswa SMK kompetensi keahlian
akuntansi di SMK Cendika Bangsa.

B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah
penelitian. Kehadiran peneliti di lapangan merupakan suatu hal yang wajib karena
berfungsi untuk mengumpulkan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,
2017:222). Dikarenakan fungsi peneliti yang sangat penting dalam sebuah
penelitian kualitatif, maka peneliti harus mempunyai “bekal” meliputi pemahaman
mengenai penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
dan kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian.
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengkaji berbagai literatur yang
berkaitan dengan bidang penelitian ini sehingga peneliti memiliki wawasan dan
pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan saat penelitian di lapangan.
Selanjutnya peneliti juga melakukan observasi awal di SMK Cendika Bangsa
yang bertujuan untuk mendapatkan data awal serta untuk menjalin silaturahmi
dengan pihak SMK Cendika Bangsa sehingga kehadiran peneliti dapat diterima
dengan baik.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan. Lokasi
dalam penelitian ini adalah SMK Cendika Bangsa Kepanjen. Alasan pemilihan
lokasi tersebut dikarenakan siswa kompetensi keahlian akuntansi belum
menunjukkan kepemilikan soft skill yang bagus padahal soft skill merupakan
atribut penting yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. SMK idealnya memberikan
pengetahuan hard skill dan pengembangan soft skill siswa yang dibutuhkan dunia
kerja. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk meneliti mengenai kondisi soft
skill siswa kompetensi keahlian akuntansi di SMK Cendekia Bangsa dan relevansi
soft skill siswa terhadap kebutuhan dunia kerja. Selain itu peneliti juga ingin
menyelidiki pola pendidikan dan pengembangan soft skill siswa dan faktor
penghambat pengembangan soft skill siswa sekolah di SMK Cendika Bangsa.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari
informan secara langsung seperti wawancara dan observasi. Sedangkan sumber
data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari informan
seperti dokumen mengenai kinerja siswa. Sumber data primer dalam penelitian ini
yaitu hasil wawancara dengan pihak terkait mengenai soft skill siswa serta lembar
hasil observasi soft skill selama kegiatan pembelajaran di sekolah. Sedangkan
sumber data sekunder diperoleh dari hasil penilaian pihak DU/DI mengenai soft
skill siswa kompetensi keahlian akuntansi yang ditunjukkan selama proses PKL.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data
(Sugiyono, 2017:224). Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data dilakukan
sebagai berikut.
1) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam situasi sosial
yang diteliti (Bungin, 2017:111). Wawancara dilakukan bertujuan untuk
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam terkait permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur
dimana peneliti membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu sebelum terjun ke
lapangan namun saat pelaksanaan wawancara tidak menutup kemungkinan bagi
peneliti untuk mengembangkan pertanyaan yang tidak terdapat di dalam daftar
pertanyaan guna memperoleh data yang dibutuhkan.
Dalam tahap studi pendahuluan, peneliti mewawancarai guru untuk
mengetahui permasalahan soft skill yang terjadi di SMK Cendika Bangsa
Kepanjen. Selain itu untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti juga
melakukan wawancara terhadap siswa kompetensi keahlian akuntansi yang sudah
melaksanakan praktik kerja industri dan tanggapan pihak DU/DI mengenai soft
skill siswa SMK Cendika Bangsa Kepanjen sebagai data pendukung. Selama
proses wawancara, peneliti harus siap mencatat apa yang disampaikan oleh
informan untuk kemudian dilakukan analisis data.
2) Observasi
Metode observasi merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian melalui pengamatan maupun penginderaan (Bungin, 2017:118).
Observasi pasif digunakan di dalam penelitian ini karena peneliti datang di tempat
kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan
oleh subjek penelitian. Salah satu kelebihan metode observasi adalah peneliti
dapat memperoleh data secara langsung dengan latar yang alami sehingga peneliti
dapat mengetahui kondisi subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian
ini, observasi dilakukan dengan cara mengamati soft skill siswa selama
pembelajaran di kelas. Alat bantu yang digunakan selama proses observasi adalah
pedoman observasi yang membantu peneliti agar tetap fokus pada tujuan penelitia.
Data hasil observasi dicatat dilembar hasil observasi untuk kemudian dilakukan
analisis data.
3) Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono,
2017:240). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya dari seseorang.
Menurut Sugiyono (2017:240), dokumen digunakan untuk memperkuat hasil dari
wawancara maupun observasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari
hasil penilaian DU/DI mengenai sof skill selama praktik kerja industri serta foto-
foto selama kegiatan penelitian berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengolah data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2017:245), proses
analisis data dilakukan saat pra-lapangan, lapangan, dan pasca-lapangan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data model Miles dan Huberman
dalam Sugiyono (2017:247) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data terdiri dari sebagai berikut.
1) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola terhadap data hasil temuan
peneliti (Ulfiatin, 2013:34). Reduksi data dapat juga diartikan sebagai proses
memilah data ke dalam kategori data penting, data pendukung, dan data yang
tidak penting dengan cara menandai kategori tersebut. Proses yang dilakukan
peneliti dalam tahap ini adalah dengan memilah data yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
2) Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara memaparkan data yang diperoleh
menjadi narasi-uraian. Proses yang dilakukan peneliti dalam tahap ini adalah
menyajikan data, mencari hubungan antara data yang ditemukan dan apa yang
perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
3) Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Dalam tahap akhir dilakukan proses verifikasi data dan penarikan
kesimpulan. Kesimpulan masih bersifat sementara dan dapat berubah jika data
yang ada tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Menurut Ulfiatin (2013:45),
untuk membuat kesimpulan yang kredibel harus didukung oleh data valid. Oleh
karena itu peneliti melakukan verifikasi data dengan menemukan bukti yang kuat
dan mendukung melalui triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Dengan
demikian peneliti dapat menghasilkan kesimpulan yang valid sesuai dengan
kondisi di lapangan.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pada penelitian ini pengecekan keabsahan data diperlukan untuk memastikan
apakah data yang diperoleh valid. Pengecakan keabsahan data dilakukan dengan
cara triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik dilakukan
dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data yaitu teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan
dengan cara melakukan pengumpulan informan lebih dari satu orang dalam hal ini
yaitu guru, siswa, dan pihak DU/DI. Kemudian dari hasil pengumpulan data
tersebut dilakukan cross check terhadap data yang ditemukan dari antar teknik
pengumpulan data maupun antar informan untuk menguji keabsahan data tersebut.
H. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan selama proses penelitian
berlangsung. Peneliti berperan aktif dalam tahap penelitian ini, dimulai dari
langkah-langkah pengumpulan data hingga menganalisis data. Tahapan yang
terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan/Pra-lapangan
Langkah awal di dalam penelitian ini adalah tahap perencanaan dimana peneliti
melakukan studi pendahuluan, menentukan fokus penelitian, menentukan batasan
masalah, dan rancangan saat melakukan penelitian di lapangan. Dalam tahap ini,
peneliti juga sudah menentukan situasi dan lokasi yang ingin diteliti serta
menentukan informan yang sesuai dengan topik penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan/Pengumpulan Data Lapangan
Dalam tahap ini peneliti sudah berada di lapangan dengan tujuan untuk
melakukan pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk mengenal serta menjalin
hubunga baik dengan para informan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu obesrvasi partisipan pasif, wawancara semi-terstruktur serta dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai guru, siswa serta pihak DU/DI.
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap soft skill siswa
selama pembelajaran di kelas sedangkan dokumentasi diambil dari penilaian soft
skill siswa oleh pihak DU/DI serta pengambilan foto selama proses penelitian.
Saat proses pengumpulan data di lapangan, peneliti sudah melakukan analisis data
dengan cara memilah dan menentukan data utama, data pendukung serta data
yang tidak mendukung penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara terus
menerus hingga menemukan titik jenuh.
3. Tahap Pelaporan/Pasca-lapangan
Tahap pelaporan merupakan tahap terakhir dalam proses penelitian ini. Dalam
tahap ini, peneliti melakukan proses penyempurnaan data serta malakukan
penyusunan laporan. Dalam penyusunan laporan peneliti harus memperhatikan
narasi-uraian yang disajikan agar runtut dan dapat dipahami pembaca.

Anda mungkin juga menyukai