PENDAHULUAN
kewirausahaan telah diprogramkan sampai ke dunia pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai
pada Perguruan Tinggi. Hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia saat ini sudah
mahasiswa dapat berperan sebagai wirausaha. Selain berguna untuk membuka lapangan pekerjaan
dan mengurangi pengangguran dikalangan sarjana, peningkatan jumlah wirausaha akan secara
pendidikan kewirausahaan didorong oleh pernyataan Sosiolog David Mc.Clelland (dalam Heri
Kuswara, 2012) bahwa sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi
Wirausahawan pada negara maju di dunia telah mencapai jumlah pengusaha melebihi 2
persen. Data menunjukkan Amerika Serikat memiliki 12,5 persen jumlah pengusaha dari total
penduduknya. Beberapa negara maju lainnya seperti Jepang 10 persen, Inggris 10 persen,
Singapura 7,5 persen. Bahkan negara berkembang seperti China 2,5 persen, India 2,5 persen dan
Malaysia 2,5 persen. Sedangkan bila dibandingkan dengan Indonesia yang saat ini baru memiliki
0,2 persen jumlah pengusaha dari total penduduk yang mencapai 237 juta jiwa (Elfindri, dkk, 2010
dalam Sulisianingsih.2015:3). Untuk memenuhi jumlah pengusaha sekitar 4,8 juta orang (2
persen), salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan kewirausahaan di
perguruan tinggi sebagai gerbang yang diharapkan dapat menghasilkan wirausaha baru dan
1
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Disebut
revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua
bidang. Hermann et al (2016) (dalam Yahya.2018:3) menambahkan, ada empat desain prinsip
industri 4.0. Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor,
dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things
(IoT) atau Internet of People (IoP). Sehingga pelaku wirausaha saat ini dihadapkan pada
persaingan yang didominasi oleh perubahan teknologi. Untuk mampu bersaing harus ada
perubahan dari segi pendekatan strategi bewirausaha serta pendidikan berirausaha yang tengah
dunia wirausaha maupun bisnis selalu berubah. Schumpeter mengatakan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang berhubungan dengan kegiatan creative destruction, (Schumpeter, 1934 dalam de
Klerk & Kruger, 2002),karena wirausaha secara terus menerus mengembangkan metode yang ada
dan produk-produk lama melalui pengenalan inovasi-inovasi baru (Morris, Lewis & Sexton,
1994). Sehingga, pendidikan kewirausahaan tidak hanya memberikan pengajaran dan pembekalan
hanya pada basic true dan monoton akan tetapi juga mengkombinasikan pula orientasi penerapan
teknologi yang ada sebagai bagian dari keseluruhan proses pendidikan kewirausahaan. Menurut
Trillling dan Fadel (2009), pembelajaran abad 21 berorientasi pada gaya hidup digital, alat
kewirausahaan yang dilakukan pada perguruan tinggi agar tetap mampu melahirkan lulusan yang
siap bersaing di era digital. Muatan pembelajaran abad 21 harus selalu menyesuaikan dengan
perubahan termasuk di era industri 4.0. Muatan pembelajaran diharapkan mampu memenuhi
2
keterampilan abad 21 (21st century skills); 1) pembelajaran dan keterampilan inovasi meliputi
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi,
berpikir kritis dan penyelesaian masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan
inovasi, 2) keterampilan literasi digital literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT, 3)
karir dan kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi sosial
dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan dan tanggung jawab (Trilling
& Fadel, 2009), sehingga penulis membuat judul makalah ini ” Elaborasi Pendidikan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB 1
KAJIAN TEORI
A. Pengetahuan Kewirausahaan
definisi yang disepakatai secara tunggal, bahwa pengetahuanmelibatkan proses kognitif yang
Apriliani (2015:12).
Pengetahuan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada
siswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk
memilih berwirausaha sebagai pilihan karir (Retno dan Trisnadi, 2012: 113). Pengetahuan
dan inovatif dalam mengembangkan peluang-peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang
kewirausahaan juga akan memperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai kewirausahaan hal ini
sesuai dengan pendapat Hasan. 199;248 dalam (Gunadhi.2006:21) menyatakan “jika suatu
disiplin ilmu diajarkan kepada seseorang atau sekelompok siswa, kalaupun tidak dinyatakan
secara tersurat, tujuan yang berhubungan dengan nilai merupakan salah satu tujuan pendidikan
disiplin itu”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam pembelajaran kewirausahaan, siswa
4
Dalam studinya Jones et all (2008) menemukan “Seperempat dari seluruh responden menyatakan
atau guna mahasiswa menambah pengetahuan mengenai seluk-beluk bisnis baik dari sisi soft
skill maupun hard skill sehingga mahasiswa mampu memanfaatkan peluang-peluang yang
ada di sekitarnya dalam menciptakan usaha sendiri setelah lulus maupun saat masih
kuliah.Selain itu perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan juga bertanggung jawab
terhadapa kemajuan bangsa. Menurut McClelland (2000), salah satu faktor yang menyebabkan
sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah wirausahawan yang terdapat di negara
pendidikan kewirausahaan juga harus selalu memperbaiki materinya. Perbaikan ini tentunya
didorong oleh dunia usaha yang telah mengalami perubahan otomatisasi bidang produksinya.
Otomatisasi yang ada dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang pesat yang dikapitalisasi oleh
negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika. Untuk mereaksi perkembangan tersebut,
terkait teknologi Industri 4.0. Fasilitas ini ada yang dibangun di lingkungan industri, di
perguruan tinggi (Kovar dkk, 2016) atau kerjasama antara keduanya (Landherr dkk, 2016
secara nyata kepada mahasiswa tentang bagaimana mengembangkan dunia wirausaha dengan
teknologi.
5
C. Era Industri 4.0 dan Tantangannya bagi Wirausahawan
Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam
skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya.
Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia
harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap
negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik,
swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola
menjadi peluang.
(Sung, 2017). Lebih spesifik, Hecklau et al (2016) menjelaskan tantangan industri 4.0
sebagai berikut :
6
2. Meningkatnya kebutuhan akan
inovasi:
a. Pemikiran wirausaha
b. Kreativitas,
c. Pemecahan masalah
d. Bekerja di bawah tekanan
e. Pengetahuan mutakhir
f. Keterampilan teknis
g. Keterampilan penelitian
h. Pemahaman proses
3. Permintaan untuk orientasi
layanan
yang lebih tinggi:
a. Pemecahan konflik
b. Kemampuan komunikasi
c. Kemampuan berkompromi
d. Keterampilan berjejaring
4. Tumbuh kebutuhan untuk kerja
sama
dan kolaboratif:
a. Mampu berkompromi dan
kooperatif
b. Kemampuan bekerja dalam tim
c. Kemampuan komunikasi
d. Keterampilan berjejaring
Tantangan Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai
sosial:
a. Kemampuan mentransfer
pengetahuan
b. Penerimaan rotasi tugas kerj
perubahan pekerjaan yang te
(toleransi ambiguitas)
c. Fleksibilitas waktu dan temp
d. Keterampilan memimpin
2. Peningkatan kerja virtual:
a. Fleksibilitas waktu dan temp
b. Keterampilan teknologi
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
3.Pertumbuhan kompleksitas proses
7
a. Keterampilan teknis
b. Pemahaman proses
c. Motivasi belajar
d. Toleransi ambiguitas
e. Pengambilan keputusan
f.Penyelesaian masalah
g. Keterampilan analisis
Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan
penggunaan data eksponensial:
a. Keterampilan teknis
b. Kemampuan analisis
c. Efisiensi dalam bekerja dengan
data
d. Keterampilan koding
e. Kemampuan memahami
keamanan TI
f. Kepatuhan
2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:
a. Mampu bekerja dalam tim
b. Kemampuan komunikasi virtual
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
e. Kemampuan untuk bersikap
kooperatif
Tantangan Lingkungan Perubahan iklim dan kelangkaan
sumber
daya:
a. Pola pikir berkelanjutan
b. Motivasi menjaga lingkungan
c. Kreativitas untuk
mengembangkan solusi
keberlanjutan baru
Tantangan Politik dan Aturan 1. Standarisasi:
a. Keterampilan teknis
b. Keterampilan koding
c. Pemahaman proses
2. Keamanan data dan privasi:
a. Pemahaman keamanan teknologi
informasi
b. Kepatuhan
8
Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2)
penyelarasan, dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang kelas
baru, 2) ruang belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan,
dan 6) manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa
dan 2) pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi, 1)
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam
skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya.
Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia
harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat
memperbaiki materinya. Perbaikan ini tentunya didorong oleh dunia usaha yang telah mengalami
perubahan otomatisasi bidang produksinya. Otomatisasi yang ada dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi yang pesat yang dikapitalisasi oleh negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan
10
Daftar Pustaka
11