PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia (Kemristekdikti, 2018a). Menyiapkan lulusan yang berkualitas
dan mampu bersaing secara global, dan menguasai perkembangan teknologi
merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting bagi masa depan suatu
negara (Kanematsu & Barry, 2016). Dengan demikian, dukungan dan peran
pendidikan tinggi diharapkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di
tengah persaingan global pesatnya perkembangan teknologi informasi.
Berkait dengan konteks Amanat dari Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2015–2019) yang menyatakan bahwa
peranan iptek diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian
nasional (Kemristekdikti, 2017).
Oleh karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran sains merupakan salah satu
tantangan bagi para dosen di program Studi Pendidikan Sains. Sejalan dengan alasan
tersebut (Susilo, 2014) menyatakan bahwa dosen dihadapkan pada tantangan
bagaimana menyiapkan calon-calon guru biologi (sains) yang profesional, yang
adaptif terhadap perkembangan zaman. Adaptif dalam arti dapat menyesuaikan
dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1
(Sudira, 2015). Penekanan dari life-based learning ialah pengembangan ilmu
pengetahuan untuk berkontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat
secara seimbang dan harmonis, sehingga menjadi sumber daya manusia yang andal.
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan makalah ini Strategi Pembelajaran berbasis
kehidupan (Life Based Learning) terintegrasi STEM untuk meningkatkan kompetensi
dan karakter siswa dan untuk menyiapkan para siswa dalam menghadapi era revolusi
industry 4.0.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan
daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang massif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Kemristekdikti, 2018a).
Sehubungan dengan pandangan tersebut (Zhong, et al., 2017) menyatakan Generasi di
era industri 4.0 memegang komitmen peningkatan fleksibilitas di bidang manufaktur,
secara massal, dengan kualitas dan produktivitas yang lebih baik. Imbasnya,
Perubahan pesat yang dialami masyarakat karena pesatnya perkembangan teknologi
informasi membawa banyak dampak pada kehidupan manusia, secara umum bersifat
positif dan negatif (Hariastuti et al., 2017).
3
Konseptualisasi kapabilitas bagi calon guru IPA” adalah suatu kepercayaan
individu (self efficacy) dalam menerapkan konsep teoretis bidang keilmuan IPA, teori
pedagogi, karakteristik perkembangan peserta didik, dan membangun kemampuan
kinerja (berpikir kritis, penyelesaian masalah, komunikasi, kolaborasi, dan
penguasaan teknologi digital) melalui pengalaman empiris, serta sikap (tanggung
jawab) yang memperhatikan dan menerapkan budaya baik bangsa Indonesia (gotong
royong, bhineka tunggal ika, sopan santun) dalam situasi yang sudah dikenal maupun
situasi baru (Subekti, Susilo, Ibrohim, & Suwono, 2017).
4
memperkayakan pengetahuan saintifik yang diperlukan untuk bekerja di era
berasaskan pengetahuan ekonomi (Suwono et al., 2017).
Di abad 21 saat ini peran pendidikan tinggi menjadi penting untuk membekali
kemampuan guru terutama mahasiswa calon guru untuk mampu berperan aktif dalam
mengembangkan kapabilitas. Seseorang dikategorikan cakap (capable) adalah
mereka yang tahu bagaimana cara belajar; kreatif; memiliki tingkat self-efficacy yang
tinggi; dapat menerapkan kompetensi dalam situasi baru dan akrab; dan bekerja
dengan baik dengan orang lain.
5
bahwa belajar dari kehidupan adalah belajar yang sesungguhnya. Dengan kata lain
sekolah sejati bagi manusia adalah kehidupannya itu sendiri. Untuk itu, bekerja di
Abad 21 membutuhkan kreativitas berpikir dan bekerja dengan cara berkolaborasi
dengan orang-orang dari berbagai disiplin kerja dan sosial dan budaya kerja yang
berbeda (Sudira, 2015).
6
keluar bagi masalah kualitas SDM dan daya saing masing-masing negara (Firman,
2015).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industry dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis
dalam kehidupan manusia.
2. Life-based learning ialah pengembangan ilmu pengetahuan untuk
berkontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat secara
seimbang dan harmonis, sehingga menjadi sumber daya manusia yang andal.
3. Generasi di era industri 4.0 memegang komitmen peningkatan fleksibilitas di
bidang manufaktur, secara massal, dengan kualitas dan produktivitas yang
lebih baik. Revolusi industry 4.0 meliputi adanya persiapan untuk system
pembelajaran yang lebih inovatif pada perguruan tinggi, atau menyesuaikan
dengan kurikulum yang ada terkait perkembangan teknologi yang begitu
pesat.
4. Pendidikan STEM memiliki banyak manfaat potensial bagi individu dan
bangsa secara keseluruhan.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang cara membelajarkan,
bagaimana mengukur, serta mengevaluasinya dalam mengimplementasikan
pembelajaran STEM untuk menyiapkan peserta didik yang siap menghadapi
tantangan Revolusi industri 4.0
8
Daftar Pustaka
Asghar, A., Ellington, R., Rice, E., Johnson, F., & Prime, G.M. 2012. Supporting
STEM Education in Secondary Science Contexts. Interdisciplinary Journal of
Problem-Based Learning, 6(2), 85-125.
Feldon, D.F., Shukla, K.D., & Anne Maher, M. 2016. Faculty–student coauthorship
as a means to enhance STEM graduate students’ research skills. International
Journal for Researcher Development, 7(2), 178- 191.
Firman, H. 2015. Pendidikan Sains Berbasis STEM: Konsep, Pengembangan, dan
Peranan Riset Pascasarjana. Paper presented at the Seminar Nasional
Pendidikan IPA dan PKLH Program Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.
Hariastuti, R.T., Prawitasari, J.E., Handarini, D.M., & Atmoko, A. 2017. The
development of critical thinking skills based of patrap triloka’s Ki Hadjar
Dewantara. International Journal of Development Research, 7(7), 13606–
13611.
Kanematsu, H., & Barry, D. M. 2016. STEM and ICT Education in Intelligent
Environments. London: Springer International Publishing Switzerland.
Rialita, N. 2018. Era Revolusi Industri 4.0, Pembelajaran PT Harus Lebih Inovatif.
Retrieved from http://sumut.pojoksatu.id/ 2018/01/17/era-revolusi-industri-4-0-
pembelajaran- pt-harus-lebih-inovatif.
Subekti, H., Susilo, H., Ibrohim, & Suwono, H. 2017. Patrap Triloka Ethno-
Pedagogy With Research-Based Learning Settings to Develop Capability of
Pre-Service Science Teachers: Literature Review. Paper presented at the 1 st
International Conference on Mathematics, Science, and Education (ICoMSE
2017), Malang.
9
Sudira, P. 2015. Pengembangan Model “Lis-5c” pada Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Cakrawala Pendidikan, 34(1), 1–11.
Suwono, H., Pratiwi, H. E., Susanto, H., & Susilo, H. 2017. Enhancement of
students’ biological literacy and critical thinking of biology through socio-
biological case-based learning. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(2), 213–
220.
Zhong, R. Y., Xu, X., Klotz, E., & Newman, S. T. 2017. Intelligent Manufacturing in
the Context of Industry 4.0: a Review. Engineering, 3(5), 616–630.
10