Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH OVERTIME (LEMBUR) TANPA DIBAYAR

TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN


PEGAWAI

(Studi Kasus pada PT. Busana Indah Global Sukabumi)

MAKALAH

Diajukan sebagai Salah Satu


Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh:
LEDY SRI HASTUTI
2122121006

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
Pendahuluan

Di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menciptakan hasil

produksi yang semakin berkualitas. Hal ini membuat perusahaan mempunyai

harapan untuk tercapainya produktivitas yang tinggi dalam bidang pekerjaannya.

Sumber Daya Manusia (SDM) dengan produktivitas yang tinggi dapat

meningkatkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Faktor manusia yang

dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja seperti kebutuhan biologis,

masalah tidur, dan kelelahan kerja, bahkan dikatakan bahwa penurunan

produktivitas tenaga kerja dilapangan sebagian besar disebabkan oleh kelelahan

kerja.

Menurut International Labour Organitation (ILO) setiap tahun sebanyak

dua juta pekerja meninggal dunia karena keceelakaan kerja yang di sebabkan oleh

faktor kelelahan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan dari 58.115 sampel, 18.828

diantaranya (32,8%) mengalami kelelahan. Sedangkan jika pekerja mengalami

kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan, maka akan berdampak

langsung pada tingkat produktivitas kerja.

Perekonomian nasional Indonesia juga tidak bisa terlepas dari era

globalisasi yang telah melanda di dunia akhir-akhir ini. Dampak yang secara

langsung dirasakan yaitu perkembangan dunia usaha dalam negeri yang juga

mengalami kemajuan yang cukup pesat baik yang dilakukan oleh pemerintah

maupun swasta. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perkembangan


industry-industri diberbagai macam bidang usaha yang secara otomatis

mengakibatkan persaingan dunia usaha yang semakin ketat.

Industry garment sebagai salah satu industry utama pemuas kebutuhan

masyarakat atas sandang pun terus mengalami peningkatan. Bergesernya alas an

kebutuhan dan perhatian masyarakat baik kaum perempuan maupun kaum laki-

laki pada pakaian sekarang ini tidak hanya sebagai alat penutup tubuh, tetapi juga

sebagai pemberi prestise dan pemuas rasa seni. Hal ini menuntut industry garment

untuk bisa menghasilkan produk berkualitas dan sesuai dengan perkembangan

dunia mode yang terus berkembang.

Industry garmen di Indonesia selain merambah pasar lokal sekarang ini

banyak yang sudah mencapai pasar internasional melalui ekspor dan impor. Ini

membuktikan bahwa produk Indonesia telah mampu bersaing dengan produk luar

negeri. Kualitas dan harga produk garmen Indonesia juga cukup mampu bersaing

dengan produk-produk luar negeri. Yang dihasilkan oleh industry garmen yaitu

berupa bahan baku yang diproduksi sampai menghasilkan pakaian jadi.

Fashion dimasa sekarang menjadi salah satu gaya hidup yang sangat

popular dan bergengsi dalam tatanan dunia modernisasi. Fashion masa sekarang

identic digunakan sebagai ajang status sosial seseorang dan gaya hidup

masyarakat globalisasi. Maraknya perkembangan industri pakaian mayoritas

sangat berkembang pesat dalam kancah modernisasi ini, ditinjau dari besarnya

kemampuan suatu industri fast fashion dalam meningkatkan pendapatan nasional


beserta nilai ekspor. Perkembangan industry ini dapat juga ditinjau berdasarkan

data dari CNBC Indonesia bahwa perkembangan fashion menyumbang sekitar

18% atau setara dengan enam belah triliun.

Industri pakaian ini merupakan suatu industri jenis manufaktur yang

kegiatan pekerjaannya menggunakan mesin yang mengolah bahan mentah

menjadi bahan jadi nantinya mempunyai hasil jual dalam hal ini berupa pakaian.

Mengingat industri garmen ini industri terbesar di dunia dengan menekan angka

pertumbuhan ekspor yang tinggi dan besar, maka pergerakan industri dalam

bidang pakaian ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat karena mode gaya

pakaian dunia terus diperbaharui sehingga menghasilkan produksi pakaian-

pakaian yang mengikuti trend atau mode pakaian dunia modern. Fast fashion

adalah istilah yang dipakai oleh industri tekstil dalam memproduksi pakaian

ready to wear (siap pakai). Mengingat tujuan dari fast fashion ini merancang

pakaian model terbaru menjadi suatu produk dengan harga ekonomis dengan

tujuan menaikan minat pembeli atau konsumen dan produksinya selalu mengikuti

jumlah model pakaian terbaru yang dihasilkan sebanyak-banyaknya dalam hal

produksi.

Industri ini singkatnya industri yang besar menyertakan para pekerja dan

para pengusaha. Pengusaha memiliki peran yang kuat dalam hubungan kerja yakni

seperti pekerjaan, upah, dan perintah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya industry

ini menimbulkan akibat eksploitasi ini menimbulkan akibat eksploitasi ini

menimbulkan akibat eksploitasi terhadap waktu kerja bagi pekerja atau buruh.
Eksploitasi dalam arti ini yaitu terjadi sebagai bentuk kepentingan ekonomi sama

sekali tidak mempertimbangkan rasa kepedulian dan adilan serta kompensasi

kesejahteraan. Sehingga kerusakan lingkungan serta isu ketenagakerjaan menjadi

permasalahan baru yang ditimbulkan dari pelaksanaan fast fashion ini. Perihal isu

ketenagakerjaan, pihak pengusaha lalai terhadap keselamatan pekerja, eksploitasi

terhadap jam kerja dan gaji yang kurang setimpal dengan jam kerja serta

terlambatnya para pekerja mendapat gaji.

Industri fast fashion pada mulanya industri model kapitalis dimana hanya

memfokuskan pada pekerja dengan upah ekonomis atau dibawah standar. Para

pekerja ini banyak didapatkan di negara ekonomi kurang maju layaknya

Indonesia. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan permintaan pasar yang

menginginkan pakaian-pakaian dan brand ternama dengan harga yang minimalis.

Maka dari itu pengusaha sangat menekan biaya produksi seminimal mungkin. Hal

tersebut mengakibatkan terjadi eksploitasi terhadap para pekerja dimana

eksploitasi ini menumbuhkan distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang tidak

seimbang. Adapun para pekerja yang sudah melakukan kesepakatan dan telah

disepakati atau kontrak kerja akan tetapi banyak pelanggaran kesepakatan. Para

pekerja memilih diam tidak mempunyai pilihan dan tetap bekerja demi memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya. Secara sosial ekonomis kedudukan pengusaha tentu

lebih tinggi disbanding pekerja atau dengan kata lain terjadi hubungan antara

penguasa (pengusaha) dan yang dikuasai (buruh/pekerja) sehingga dalam

hubungan kerja ini tetap mengakibatkan terjadinya eksploitasi terhadap pekerja.


Di Indonesia, hubungan kerja pengusaha dengan para pekerja tertuang

dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Bab 10

pasal 102 ayat (1) mengenai hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi

menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan

melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan. Peraturan UU ketenagakerjaan ini apabila dilihat pasal 53 yang

dimana menyampaikan agar pengusaha wajib memperhatikan kontrak kerja dan

memadai sarana dan prasarana memberikan pelayanan, melaksanakan

pengawasan, dan terjaminnya penggajihan para pekerja menjadi tanggung jawab

pengusaha sesuai perjanjian kerja yang telah disepakati. Sehingga nantinya bila

terjadi pelanggaran hubungan kerja yang merugikan para pekerja hal ini jelas

melanggar kesepakatan yang telah dibuat dan termasuk kedalam bentuk

eksploitasi dimana menyangkut hak asasi. Mengingat pekerja memiliki peran

menjalankan kewajiban dan menerima haknya yakni hak utama tersebut meliputi

waktu kerja, upah, jaminan sosial, dan layanan kesejahteraan.

Apabila kita melihat ketentuan Pasal 28 D Ayat (2) Undang-Undang Dasar

1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia menyatakan bahwa “setiap orang

berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak

dalam hubungan kerja”. Berdasarkan ketentuan ini tentunya negara harus

menjamin suatu perlakuan yang adil dan setara terhadap pekerja, baik dalam

pemberian gaji, jam kerja, dan jenis pekerjaan. Akan tetapi implementasi
dilapangan banyak pekerja yang bekerja melewati jam kerja yang telah ditentukan

dan menerima gaji yang tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.

Bahkan masih banyak pekerja-pekerja industri fast fashion ternama tidak

dibayar dengan upah yang sesuai dan mencukupi untuk hidup yang layak serta

waktu kerja yang tidak sesuai aturan. Salah satu contoh ketidak adilan terhadap

kaum pekerja dalam industri fast fashion di Indonesia yakni terjadi pada PT.

Busana Indah Global, Karang Tengah Cibadak yang memperkerjaan pekerjanya

dengan waktu kerja sekitar 11 sampai 12 jam tanpa dihitung uang lembur serta

pihak pekerja hanya mendapatkan gaji sesuai upah minimum regional saja

(UMR). Tindakan eksploitasi terhadap waktu kerja para kerja para pekerja

tersebut menyebabkan para pekerja tidak memiliki waktu banyak dengan keluarga

penyebabnya tidak lain karena faktor waktu kerja yang berlebihan sehingga para

pekerja menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mengabdikan diri pada

perusahaan sehingga waktu dengan keluarga terkesan singkat. Selain itu tentunya

para pekerja tentunya membutuhkan upah yang cukup dari waktu kerja yang

berlebih atau kerja lembur yang didapatkan dalam memenuhi kebutuhan dirinya

dan keluarganya sesuai upah standar minimun yang ditentukan Undang-Undang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana pengaruh overtime tanpa dibayar terhadap produktivitas

pegawai di PT. Busana Indah Global?

2. Bagaimana pengaruh overtime tanpa dibayar terhadap Kesehatan pegawai

di PT. Busana Indah Global?

3. Bagaimana pengaruh overtime tanpa dibayar terhadap produk yang

dihasilkan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui produktivitas pegawai di PT. Busana Indah Global

2. Mengetahui Kesehatan pegawai di PT. Busana Indah Global

3. Mengetahui produk yang dihasilkan pada PT. Busana Indah Global


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kerja Lembur

Kerja lembur yaitu pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan,

atas dasar perintah dari atasan yang melebihi jam kerja pada hari-hari

biasa kerja. Atau pekerjaan yang dilaksanakan pada hari istirahat

mingguan karyawan atau pada hari libur resmi. Prinsip kerja lembur ini

pada dasarnya bersifat sukarela atau tidak ada paksaan, terkecuali pada

kondisi tertentu pekerjaan harus segera diselesaikan bagi kepentingan

perusahaan.

Menurut Thomas (2002), pengertian kerja lembur yaitu pekerjaan

tambahan yang dilakukan diluar jam kerja yang melebihi 40 jam kerja

perminggu atau kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang

tidak mungkin diselesaikan dalam hari kerja normal. Di Indonesia,

ketentuan kerja lembur diatur oleh Menteri Tenaga Kerja dengan

dikeluarkannya SK Menteri Tenaga Kerja No. 580/M/BM/BK/1992 pasal

2 dan 3, yang menyebutkan bahwa kerja lembur merupakan waktu dimana

seseorang pekerja bekerja melebihi dari jadwal waktu yang berlaku, yaitu

7 jam sehari dan 40 jam seminggu.

a. Mekanisme Kerja Lembur


Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 13 Tahun

2003 dan Pasal 3 Kepmenakertrans No. 102/MEN/IV/2004 tentang

Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur menyatakan secara

tegas bahwa “Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling

banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam

dalam 1 (satu) minggu”. Meskipun dalam Undang-undang Nomor

13 Tahun 2003 telah secara tegas membatasi waktu kerja lembur

seperti tersebut diatas, tetapi karena pertimbangan kepentingan

perusahaan dan dunia usaha, ketentuan Undang-undang tersebut

oleh Keputusan Menakertrans No. 102/MEN/VI/2004 sedikit

dikoreksi seperti yang tercantum pada pasal 3 ayat 2 yang

menyatakan bahwa “Ketentuan waktu lembur seperti tersebut

diatas termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat

mingguan atau harian resmi”. Ketentuan Keputusan Menakertrans,

hendaknya jangan dipandang dari sudut ketentuan tesebut

bertentangan dengan peraturan perusahaan yang lebih tinggi yaitu

Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tetapi sebaiknya harus

dipandang dari adanya kebutuhan dunia usaha yang memerlukan

kerja lembur lebih dari 40 (empat puluh) jam dalam seminggu yang

oleh Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tidak diakomodir.

Disamping itu, ketentuan Keputusan Menakertrans mengenai kerja

lembur pada hari istirahat mingguan dan libur nasional tidak melanggar
kepentingan dan hak para pekerja, karena untuk menjalankan kerja lembur

harus atas persetujuan dari para pekerja atau buruh yang bersangkutan,

sehingga para pekerja tidak dapat dipaksa untuk melakukan kerja lembur.

Dengan adanya ketentuan waktu kerja lembur pada hari istirahat mingguan

dan hari libur resmi atau nasional, maka memungkinkan waktu kerja

lembur lebih dari 40 (empat puluh) jam dalam seminggu.

b. Indicator Kerja Lembur

Untuk mengukur variabel kerja lembur, digunakan indikator-

indikator sebagai berikut:

1. Waktu lembur

2. Upah lembur yang diterima

3. Beban kerja yang diberikan

c. Kewajiban Perusahaan

1. Membuat daftar pelaksaan kerja lembur yang memuat nama

para pekerja atau buruh yang bekerja lembur dan lamanya

waktu kerja lembur.

2. Membayar upah lembur

3. Memberikan kesempatan istirahat secukupnya. Waktu

istirahat itu harus mengacu pada ketentuan Pasal 79 ayat (2)

huruf a Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 yang

menetapkan bahwa “istirahat antara jam kerja, sekurang-

kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)


jam terus menerus dan waktu istirahat tidak termasuk jam

kerja”.

4. Memberikan makan dan minum sekurang-kurangnya 1.400

(seribu empat ratus) kalori apabila kerja lembur selama 3

(tiga) jam atau lebih. Pemberitahuan makanan tidak boleh

diganti dengan uang, hal ini dimaksudkan agar Kesehatan

para pekerja dapat tetap terpelihara.

d. Dampak kerja lembur

Berikut dampak dari implementasi sistem kerja lembur

(overtime):

a. Dampak Positif

Kata lembur memang sudah tidak aneh lagi untuk

para pekerja atau karyawan perusahaan. Beberapa

karyawan sangat suka memperoleh bagian lembur karena

mereka bisa mencari penghasilan tambahan. Bahkan

sekarang ini eksistensi kerja lembur menjadi semacam

komponen yang paling dibutuhkan oleh karyawan untuk

menambah jumlah penghasilan. Dengan lembur, maka ada

baiknya kitab isa memperoleh sangat banyak keuntungan.

Selain dari uang yang bertambah, kita juga bisa

mendapatkan nilai positif dari atasan. Ini penting bagi kita


dan jenjang karir tentunya. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga

jika lembur itu sesuatu hal yang sulit untuk dikerjakan.

Dampak positif dari sistem kerja lembur yang dirasakan

karyawan yaitu:

a. Memperoleh nilai lebih dari atasan

Dengan adanya lembur, pastikan atasan anda tahu anda

lembur. Hal ini sangat berguna karna atasan anda pasti

menyukai jika karyawan atau bawahannya bekerja lembur

apalagi hasilnya produktif. Hal ini dapat memberikan anda

nilai lebih dan ini bagus untuk karir anda.

b. Mendapatkan pemasukan tambahan

Dengan mengikuti lembur, maka kita dapat mendapatkan

pemasukan tambahan. Ini adalah hal yang utama dalam

lembur. Jadi anda bisa menikmatinya nanti disaat menerima

upah anda.

1. Dampak Positif

Bekerja lembur memang menghasilkan banyak

keuntungan, dari pekerjaan yang lebih efisien, bisa

mendukung percepatan karier juga bisa mendapatkan

tambahan penghasilan. Tetapi tidak untuk aspek lain si

karyawan atau si pekerja. Dari hasil penelitian juga

didapatkan bahwa dari segi waktu, terdapat pembagian


waktu yang kurang proposional. Dimana dengan kerja

lembur (overtime), secara otomatis porsi waktu terhadap

pekerjaan dalam perusahaan lebih banyak dari pada porsi

waktu untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Selain dari itu, ada sisi pisikologis yang harus

dicermati. Implikasinya sangat kompleks mulai dari

masalah pribadi, keluarga hingga masalah sosial. Dari sisi

pribadi contohnya, faktor gangguan Kesehatan seperti

stress, kecapean, darah tinggi hingga stroke yaitu hal yang

kerap ditemui disamping pola makan yang tidak baik

tentunya. Dari sisi keluarga, waktu untuk berkumpul

dengan keluarga jadi dikorbankan. Hubungan antar anggota

keluarga menjadi kurang harmonis dan solid. Disamping itu

kepedulian akan perkembangan anak-anak juga seolah

terabaikan. Bahkan tidak jarang, banyak keluarga yang

berantakan akibat masalah tersebut. Secara sosial, mereka

juga sering kali dipandang sebagai anggota masyarakat

yang tidak ingin bersosialisasi dilingkungannya. Studi yang

dipimpin Marianna Virtanen dari Finnish Institute of

Occupationnal Health dan University College London ini

melibatkan sekitar 2.000 pegawai sipil usia paruh baya di

Inggris. Studi mendaptkan hubungan kuat antara kerja


lembur dan depresi. Korelasi ini muncul tanpa

mengabaikan sejumlah faktor pemicu depresi seperti gaya

hidup, demografi, dan aktivitas lainnya yang

mempengaruhi tingkat depresi.

Sedangkan menurut penelitian, risiko menderika

penyakit jantung iskemik pada pekerja Wanita meningkat

karena adanya tekanan pekerjaan yang terlalu berat.

Penyakit jantung iskemik sering disebut juga sebagai silent

killer. Banyak diantara para penderita tidak menyadari

bahwa mereka mengidap penyakit ini karena mereka tidak

merasakan gejalanya. Studi penelitian terdahulu sudah

menyebutkan adanya keterkaitan antara stress ditempat

kerja dan risiko penyakit jantung. Akan tetapi studi ini

hanya berfokus kepada kalangan pria. Sedangkan pada

perusahaan garment ini kebanyakan dari karyawannya

hamper 75% itu pekerja Wanita. Pada riset lain yang

dilakukan di New York terhadap 2.200 pekerja pria dan

Wanita. Mereka disurvey mengenai pekerjaan dan efek

yang dirasakan pada kestabilan kejiwaan. Rata-rata jam

kerja dalam waktu seminggu yaitu 40 jam. Riset tersebut

membuktikan para pekerja yang memiliki jam kerja lebih

lama dari biasanya mengalami masalah dalam kejiwaan.


Tidak hanya berpengaruh pada menurunnya kinerja, mental

pekerja juga dapat menjadi taruhannya. Dr. Marianna

Virtanen mengatakan bahwa waktu kerja berpengaruh pada

fungsi kognitif seseorang.

Ketika hal ini berlangsung lama, maka akan

berpengaruh kepada Kesehatan jiwa pekerja tersebut.para

pekerja yang mempunyai jam kerja 55 jam mengalami

penurunan kestabilan yang parah dalam jangka waktu lima

tahun. Para ahli menilai, penemuan ini membawa sebuah

pesan betapa pentingnya keseimbangan antara hidup dan

pekerjaan bagi Kesehatan pekerja. Agen Penelitian Kanker

Internasional (IARC) baru-baru ini memutuskan untuk

memasukan point tentang bekerja pada malam hari kedalam

daftar pekerjaan beresiko kanker. Pada daftar tersebut juga

termasuk sinar ultraviolet, karbon hitam, mesin

pembuangan uap, zat-zat pewarna berbahaya dan yang

lainnya. Ilmuan Jepang dari University of Occupational and

Environmental Health mengadakan sebuah eksperimen,

mereka mengamati 14.000 orang selama 10 tahun.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pekerja

yang bekerja dengan jam kerja yang fleksibel lebih banyak

menderita kanker prostat dibandingkan dengan mereka


yang bekerja dengan jam kerja yang normal. Pakar

Denmark dari Institute of Cancer Epidemiology memeriksa

7.000 wanita berusia 30 hingga 54 tahun. Ditemukan bahwa

para pekerja Wanita yang bekerja setidaknya selama enam

bulan lamanya pada malam hari memiliki peluang lebih

tinggi mengidap tumor payudara. Richard Stevens seorang

professor dari Connecticut University Health Center yaitu

ilmuan pertama yang mengamati interkoneksi antara

bekerja malam hari dan kanker payudara pada tahun 1987.

Ilmuan menyelidiki alasan merebaknya kanker payudara

pada tahun 1930-an, dimana saat itu banyak perusahaan

yang mulai menetapkan 24 jam kerja penuh dalam sehari

dengan mempekerjakan Wanita sebagai buruh siang dan

malam.

Walaupun demikian, fenomena yang terjadi saat ini,

posisi overtime (kerja lembur) telah bergeser menjadi satu

kebutuhan untuk para karyawan menambah hasil

pendapatannya. Karena pada dasarnya, seiring dengan

naiknya harga komponen kebutuhan pokok sehari-hari

sehingga terjadinya inflasi, ternyata tidak diimbangi dengan

naiknya upah dan gaji pokok yang signifikan. Istilah

kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) yang terjadi itu


tidak sebanding dengan naiknya harga-harga kebutuhan

pokok dipasaran. Sehingga jika tidak ada tambahan

pemasukan dari lembur kerja dan hanya mengandalkan dari

gaji pokok saja tidak bisa cukup. Dan inilah fakta yang

terjadi dilapangan pada saat ini.

e. Keuntungan dan Kerugian Penerapan Kerja Lembur

Meskipun dari berbagai penelitian menunjukan bahwa kerja

lembur menghasilkan produktivitas yang rendah, tetapi pada

penerapannya di lapangan sering kali tidak bisa dihindari.

Keuntungan dan kerugian pada penerapan kerja lembur antara lain

yaitu sebagai berikut:

1. Keuntungan

a. Menaikkan penghasilan tenaga kerja, sehingga dapat

menjadi daya tarik bagi tenaga kerja yang terampil yang

dibutuhkan oleh perusahaan.

b. Meminimumkan kebutuhan penarikan tenaga kerja.

Perubahan jumlah tenaga kerja, naik ataupun turun,

biasanay menghasilkan produktivitas yang rendah.

2. Kerugian

a. Turunnya produktivitas jika pekerjaan tidak didasarkan

pada kecepatan peralatan.


b. Turunnya penghasilan tenaga kerja jika kerja lembur

dihentikan dapat membuat tenaga kerja kecewa, sehingga

dapat menurunkan kecepatan kerjanya supaya perlu

dilanjutkan dengan lembur.

2. Pengertian Produktivitas

1. Produktif

Kata produktif berasal dari kata produk yang berarti (output, a

thing produced) sedangkan producer sendiri berarti badan atau orang yang

memproduksi sesuatu dan arti dari produktif atau productive yaitu kata

sifat yang diberikan pada sesuatu yang mempunyai kekuatab ataupun

kemampuan untuk memproduksi sesuatu. Taliziduhu Ndraha (1999:44).

Sedangkan menurut T. Handoko (2000:6) produktif yaitu

pengubahan masukan masukan sumber daya (bahan mentah, tenaga kerja,

modal, informasi) menjadi barang barang dan jasa jasa yang lebih berguna.

2. Pengertian Produktivitas

Menurut Dewan Produktivitas Nasional, produktivitas mempunyai

pengertian yaitu: (Umar, 1999:9)

a. Sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu

kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih

baik dari hari ini.

b. Perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan

sumber daya yang digunakan (input).


Dengan arti lain, produktivitas mempunyai 2 (dua) dimensi.

Dimensi pertama yaitu efektivitas yang mengarah kepada pencapaian

untuk kerja yang maksimal yaitu: pencapaian target yang berkaitan dengan

kualitas, kuantitas, dan juga waktu. Kedua yaitu efesiensi yang berkaitan

dengan upaya membandingkan input dan juga realisasi penggunanya atau

bagaimana pekerjaan dilaksanakan.

Menurut Handoko (2011:210) produktivitas yaitu hubungan antara

masukan masukan dan keluaran keluaran suatu sistem produktif. Dalam

teori, sering mudah mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi

masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan

sama, produktivitas naik. Begitu juga bila lebih sedikit masukan

digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga naik.

Sedangkan menurut Daryanto (2012:41) produktivitas adalah

sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah

barang atau jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,

mdal,tanah, energi, dll) untuk menghasilkan hasil tersebut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

Kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dapat mempunyai

pengaruh yang penting terhadap perusahaan pada tahun-tahun yang akan

datang dan bisa mempertahankan juga mengembangkan usahanya. Selain

itu, produktivitas manusia sasaran yang sangat strategis karena

peningkatan faktor faktor lain juga sangat tergantung pada kemampuan


tenaga manusia yang memanfaatkannya waktu yang lebih singkat.

Produktivitas tenaga kerja bisa dirumuskan pada (Ravianto, 1985:27)

jumlah produk yang dihasilkan


Produktivitastenaga kerja=
satuan waktu

Bila ukuran produktivitas hanya dikaitkan dengan satuan waktu

kerja saja, maka jelas bahwa produktivitas tenaga kerja tergantung kepada

ketrampilan dan keahlian tenaga kerja secara fisik.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

sebuah organisasi atau perusahaan:

1. Faktor Teknis

Faktor teknis yaitu faktor yang meliputi penentuan lokasi, tata letak

dan juga ukuran pabrik atau mesin produksi yang tepat, penggunaan

mesin dan peralatan yang benar, teknis penelitian, dan pengembangan

juga penerapan komputerisasi dan otomatisasi pada produksi yang

bersangkutan. Bila perusahaan menggunakan teknologi terbaru dengan

tepat, maka produktivitas juga akan semakin tinggi.

2. Faktor Produksi

Faktor produksi yaitu faktor yang meliputi perencanaan,

pengkoordiniran dan pengendalian produksi, pemakaian bahan baku

yang berkualitas baik serta penyederhanaan dan juga standarisasi

proses produksi. Jila smua faktor produksi bisa berjalan dengan sangat

baik makan akan meningkatkan produktivitas.

3. Faktor Organisasi/ Perusahaan


Faktor organisasi/perusahaan yaitu faktor yang berkaitan dengan jenis

organisasi yang dipakai, pengartian dengan jelas otoritas dan juga

tanggung jawab setiap individu dan departemen serta pembagian kerja

dan spesialitas terhadap pekerjaan yang dikerjakan.

4. Faktor Personil

Faktor personil yaitu faktor yang secara langsung mempengaruhi

produktivitas sebuah perusahaan. Individu atau tenaga kerja yang tepat

harus ditempatkan diposisi yang tepat juga. Tenaga kerja yang telah

lulus seleksi harus diberikan pelatihan dan pengembangan yang tepat

serta memberikan kondisi dan lingkungan kerja yang baik. Individu

yang sudah menjadi karyawan ini harus termotivasi dengan sangat

baik, baik itu secara finansial ataupun motivasi nonfinansial.

Keamanan pekerjaan, kesempatan memberikan pendapat atau saran

dan kesempatan untuk dipromosi juga secara langsung mempengaruhi

produktivitas kerja suatu perusahaan.

5. Faktor Finansial (Keuangan)

Keuangan merupakan jantung dari sebuah bisnis, oleh karena itu, harus

terdapat perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik terhadap

keuangan ataupun modal kerja. Pemborosan atupun pengunaan modal

keuangan harus dihindari. Manajemen juga harus memperhitungkan

dengan sangat baik pengenbalian atas modal yang mereka


investasikan. Keuangan yang dikelola dengan baik akan meningkatkan

produktivitas suatu perusahaan atau organisasi.

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah topik permasalahan yang dikaji dalam penelitian.

Walau begitu, pengertian objek penelitian sering kali tertukar dengan subjek

penelitian. Hal ini tentu saja membingungkan khususnya bagi peneliti pemula

karna definisi antara objek dan subjek riset memang berhubungan namun

khususnya dalam riset sosial keduanya tidak sama.

Menurut (Sugiyono, 2017) mengartikan objek penelitian sebagai berikut:

“Objek penelitian yaitu sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal yang objektif”

Objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengaruh lembur tanpa

dibayar terhadap produktivitas, Kesehatan pegawai dan produk yang dihasilkan di

PT. Busana Indah Global. Peneliti mengambil objek tersebut untuk melihat

apakah kerja lembur tanpa dibayar itu berpengaruh terhadap produktivitas,

Kesehatan pegawai dan produk yang dihasilkan.

3.2 Metodologi Penelitian


Metode penelitian yaitu langkah yang dimiliki dan dilaksanakan oleh

peneliti untuk menghasilkan informasi atau data serta melakukan pengamatan

pada data yang telah didapatkan itu. metode Penelitian juga menghasilkan berupa

gambaran rancangan penelitian diantaranya: prosedur dan langkah yang harus

dijalankan, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data

tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis. Metode penelitian

menurut (Subagyo, 1997) adalah sebagai berikut:

“metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk mendapatkan

Kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Dalam

penelitian diperlukan adanya beberapa teori untuk membantu memilih salah satu

metode yang relevan terhadap permasalahan yang diajukan, mengingat bahwa

tidak setiap permasalahan yang diteliti tentu saja berkaitan dengan kemampuan si

peneliti, biaya dan alokasi. Pertimbangan tersebut mutlak diperlukan, dan peneliti

tidak bisa diselesaikan dengan sembarang metode penelitian”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut (Sugiyono, 2017) metode penelitian kualitatif yaitu sering disebut

penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan dengan cara ilmiah (natural

setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini

lebih banyak digunakan penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai

metode kualitatif.
Penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini yaitu penelitian

deskriptif. Menurut (Sugiyono, 2005) deskriptif adalah suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

3.3 Variabel Penelitian dan Operasional Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu sebuah konsep dan fokus yang ditelaah dan

mempunyai nilai yang beragam yang kemudian akan ditarik kesimpulannya.

Menurut (Sugiyono, 2017) mendefinisikan variabel penelitian yaitu

sebagai berikut:

“Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal itu,
kemudian ditarik kesimpulan”.
Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis mempunyai variabel

penelitian yang dapat diidentifikasi berdasarkan jenis variabel penelitian, sebagai

berikut :

3.3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang akan

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu kerja overtime

(X1). Overtime kerja dapat diartikan sebagai jadual kerja yang melebihi 40 (empat

puluh) jam waktu kerja per minggu atau kerja yang dilakukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan dalam hari kerja

normal (Thomas, 2002).

3.3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu produktivitas

(Y1), Kesehatan pegawai (Y2).Produktivitas merupakan suatu perbandingan antara

hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan

(input). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 250:2019).

Kasmir dalam Marwansyah (2016:266) berpendapat bahwa Kesehatan

kerja adalah upaya untuk menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja.

Artinya jangan sampai kondisi lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak

sehat atau sakit.

3.3.2 Operasional Variabel

Operasional variabel diperlukan dalam suatu penelitian karena operasional

variabel adalah suatu konsep yang diperlukan untuk mendeskripsikan dan

memudahkan dalam menetapkan variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang akan diteliti, yaitu overtime

kerja (X) sebagai variabel terikat. produktivitas (Y1) dan Kesehatan pegawai (Y2)

sebagai variabel bebas.


3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Pada penelitian kualitatif tidak mengenal populasi dan sampel. Populasi

dan sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi

sosial (social situation) tertentu (Djam’an Satori, 2007:2)

Menurut (Sugiyono, 2011:297) mengatakan bahwa situasi sosial terdiri

dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Yang menjadi tempat penelitian adalah PT. Busana

Indah Global yang didalamnya terdapat karyawan dan mempunyai tugasnya

masing-masing. Adapun untuk gambar skema populasi penelitian disajikan

sebagai berikut:

Tempat
(PT. Busana Indah
Global)

Pelaku
Tempat PT. Busana
Indah Global (karyawan)

Aktivitas
(produktivitas kerja,
Kesehatan pegawai)

Gambar 3.1

Skema Populasi Penelitian


Pada penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sampel purposive

yang fokus pada informan yang dipilih yang banyak akan kasus untuk

pembelajaran yang lebih mendalam.

3.4.2 Sampel

Menurut (Akdon dan Hadi, 2005:96) mengatakan bahwa sampel adalah

bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel

penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

dapat mewakili seluruh populasi.

Konsep sampel pada penelitian ini yaitu sebagian kecil dari populasi yang

diambil pada prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara

representative.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu merupakan alat yang dipakai untuk

merekam data. Teknik pengumpulan data yang dipakai penulis yaitu sebagai

berikut:

1. Wawancara

Wawancara yaitu teknik yang dipakai untuk mendapatkan data dengan

cara melakukan Tanya jawab baik lisan maupun tulisan pada pemilik,

karyawan, dan juga konsumen pada perusahaan. Wawancara

dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang prosedur pada

persediaan, dan gambaran tentang perusahaan.

2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan, dokumen, atau berkas lain yang ada pada objek penelitian.

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang catatan dan

dokumen yang dipakai pada sistem informasi akuntansi pengendalian

persediaan, dan laporan hasil dari sistem dan struktur organisasi pada

perusahaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan penulis pada penelitian ini untuk

menjawab rumusan masalah yaitu teknik analisis deskripstif. Menurut (Sugiyono,

2009:29) metode analisis deskriptif yaitu suatu metode yang berfungsi untuk

mendeksripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis

dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Menurut (Sugiyono, 2007) mengemukakan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara. Catatan lapangan dan dokumentasi. Dengan cara mnegorganisasikan

data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit. Melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Namun pada penelitian

kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan

dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai

pengumpulan data. Adapun tahapan analisis data selama proses dilapangan

bersamaan dengan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Meruduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola nya dan membuang data

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Pengumpulan Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplay data atau

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif , penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya.

3. Kesimpulan
Langkah terakhir dalam analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman

yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh

peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredible.

Anda mungkin juga menyukai