Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI

Nama : Asya’adah, S.Pd.


NDH :9
Kelompok : III (Tiga)
Angkatan : CXXXIV
Unit Kerja : SD Negeri 1 Parangargo
Jabatan : Ahli Pertama – Guru kelas
Judul kasus :

Revolusi Industri 4.0 :


Tantangan dan Peluang untuk Optimalisasi Pelayanan Publik

Revolusi industri pertama atau 1.0 dimulai pada abad ke-18. Hal itu ditandai dengan
penemuan mesin uap untuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai tinggi. Misalnya di
Inggris, saat itu, perusahaan tenun menggunakan mesin uap untuk menghasilkan produk tekstil.
Sedangkan pada revolusi industri kedua atau 2.0 dimulai pada tahun 1900-an dan ditandai
dengan ditemukannya tenaga listrik. Kemudian, di era revolusi industri ketiga atau 3.0,
ditenggarai oleh perkembangan semikonduktor dan proses otomatisasi industri pada tahun 1970
atau 1900-an. Dengan kata lain, dunia sedang bergerak memasuki era digitalisasi. Industri
Manufaktur, Industri Kesehatan, Industri Pertanian dan sebagainya. Hingga saat ini sebagian
negara masih menerapkan industri ini. Pada revolusi industri keempat atau 4.0, efisiensi mesin
dan manusia sudah mulai terkonektivitas dengan internet of things. Ragam diantaranya Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), Unmanned Vehicles (UAV), Mobile Technology
(5G), Shared Platform, Block Chain, Robotics dan Bio-Technology. Saat ini perkembangan
teknologi begitu pesat dan tidak bisa terbendung lagi. Digitalisasi sudah mulai memasuki celah-
celah kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan Teknologi tersebut kemudian banyak dimanfaatkan
oleh sektor privat/ swasta. Banyak perusahaan bahkan industri kecil kreatif yang menggunakan
teknologi digital dalam mengembangkan usaha mereka. Sebut saja Gojek, Uber dan Grab
perusahaan yang konsen dalam penyediaan jasa transportasi melalui system online. Beberapa
waktu lalu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan peta jalan (road map)
"Making Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam menghadapi era Revolusi
Industri 4.0. Dengan diluncurkannya peta jalan tersebut pemerintah kini berpacu mempersiapkan
diri untuk menghadapi gelombang disrupsi. Namun, apakah Pemerintah mampu memanfaatkan
era serba digital tersebut dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik?
Pelayanan public dan perkembangan tekhnologi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/ atau pelayanan
administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Kemudian keterkaitan
dengan pelayanan publik dan era revolusi Industri 4.0 saat ini, sebetulnya telah jelas terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ada Pasal yang
mengatur bahwa Pelayanan Publik harus memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan
kepada masyarakat. Merujuk pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, disebutkan bahwa "Dalam rangka memberikan dukungan informasi
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem Informasi yang
bersifat nasional" sementara di Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi yang
terdiri atas Sistem Informasi Elektronik atau Non elektronik yang sekurang-kurangnya
meliputi; profil penyelenggara, profil pelaksana, standar pelayanan, maklumat pelayanan,
pengelola pengaduan dan penilaian kinerja. Maka dari itu sudah cukup jelas bahwa setiap
penyelenggara diwajibkan untuk menyediakan sistem informasi secara nasional. Dengan begitu
tidak lain teknologi informasi berperan besar dalam rangka pemenuhan sistem tersebut untuk
skala nasional. Hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat
menyesuaikan penyelenggaraan pelayanannya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 saat ini, yaitu dengan menerapkan pelayanan publik yang berbasis Teknologi
(digital). Sebab, dengan teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci
pada suatu pelayanan akan terwujud, maka tidak heran pelayanan di sektor privat/ swasta
biasanya akan lebih baik karena pemanfaatan teknologi yang semakin canggih dalam proses
pemberi pelayanannya untuk menjaga kepercayaan pelanggan sehingga usaha yang dijalankan
akan terus produktif. Mestinya hal itu juga diterapkan oleh Pemerintah sebagai penyelenggera
pelayanan publik, terlebih jumlah "pelanggan" yang mengakses pelayanan di sektor publik lebih
besar dibandingkan disektor private/ swasta. Maka apabila Pemerintah ingin mendapatkan
kepercayaan dari "pelanggan" dalam hal ini masyarakat yaitu seharusnya Pemerintah mulai
serius untuk memanfaatkan teknologi digital diera Revolusi Industri 4.0. dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Sehingga bukan hanya sektor privat/swasta saja yang dapat mengambil
keuntungan dari sebuah kemajuan teknologi saat ini tetapi juga disektor publik. Sebetulnya saat
ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai Kementrian
yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan yang memiliki fungsi
merumuskan dan menetapkan kebijakan terkait pelayanan publik sudah mulai memanfaatkan
Teknologi Informasi untuk mengaplikasikan UndangUndang dalam menyediakan informasi
secara nasional tersebut yaitu dengan diundangkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional (SIPPN).
Di dalam Peraturan tersebut pada Pasal 3 disebutkan bahwa Menteri, Pimpinan Lembaga,
Gubernur, Bupati, Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama BUMD wajib memastikan
penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN setelah berlakunya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sehingga Menpan RB meluncurkan aplikasi SIPPN yang dapat diakses melalui
http://sipp.menpan.go.id/ sebagai wadah informasi pelayanan publik semua instansi
penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah, kementrian/
lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD. Namun, SIPPN yang sedang
dikembangkan oleh MenpanRB tersebut masih belum sempurna dikarenakan belum semua
pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data infromasi pelayanan publik
dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.
Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah satu
kendala belum efektifknya aplikasi tersebut.
Padahal, dengan SIPPN tersebut pelayanan publik di Indonesia akan saling terintegrasi.
Maka semua informasi terkait pelayanan publik dapat diakses melalui aplikasi SIPPN tersebut,
selain itu SIPPN merupakan wujud pengawasan dan partisipasi masyarakat yang efektif sehingga
tercegahnya penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Tata Kelola Pemerintah Sistem E-Government yang merupakan upaya pemerintah dalam
mengimplementasikan pemanfaatan komputer, jaringan komputer dan teknologi informasi untuk
menjalankan pemerintahan terutama pelayanan publik masih sangat minim. Masih sedikit
Kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah yang memanfaatkan teknologi dalam proses
pelayanan publik. Padahal jika E-Government sendiri diterapkan disetiap pemerintahan maka hal
tersebut sejalan dengan Revolusi Industri 4.0.
E-Government memiliki banyak manfaat dalam sistem berdemokrasi yang saat ini kita
terapkan diantaranya meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah, masyarakat,
swasta, maupun koordinasi antar instansi yang berbasis internet. Selain itu untuk mewujudkan
pelayanan yang transparan, meningkatkan akuntabilitas dari proses penyelengaraan
pemerintahan, menghemat anggaran pemerintah, serta memudahkan alur informasi yang dapat
diakses secara terbuka guna mewujudkan cita-cita good governance dan open government pada
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Sehingga sudah saatnya pemerintah dengan serius
memperhatikan dan mengayomi masyarakat yang masih belum melek teknologi agar tetap
bertahan dan terus berkembang mengikuti tuntunan zaman.

Pertanyaan : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang
terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
Pada revolusi industri keempat atau 4.0 perkembangan teknologi begitu pesat.
Digitalisasi sudah memasuki kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan Teknologi banyak
dimanfaatkan oleh sektor privat/ swasta dalam mengembangkan usaha. Beberapa waktu lalu
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan peta jalan (road map) "Making
Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat menyesuaikan
penyelenggaraan pelayanannya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 saat
ini, yaitu dengan menerapkan pelayanan publik yang berbasis Teknologi (digital). Setiap
penyelenggara diwajibkan untuk menyediakan sistem informasi secara nasional. Dengan begitu
tidak lain teknologi informasi berperan besar dalam rangka pemenuhan sistem tersebut untuk
skala nasional.
Di dalam Peraturan tersebut pada Pasal 3 disebutkan bahwa Menteri, Pimpinan Lembaga,
Gubernur, Bupati, Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama BUMD wajib memastikan
penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPNSehingga Menpan RB meluncurkan
aplikasi SIPPN yang dapat diakses melalui http://sipp.menpan.go.id/ sebagai wadah informasi
pelayanan publik semua instansi penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari
pemerintah daerah, kementrian/ lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD. Akan
tetapi aplikasi tersebut belum efektif karena belum semua pemerintah daerah maupun
kementrian/lembaga menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-masing instansinya ke
aplikasi SIPPN tersebut serta Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi
tersebut untuk mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN.
Aktor yang terlibat dan peran setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus yaitu :
1. Menpan RB : Untuk mendorong instansi tersebut untuk mengintegrasikan data pelayanan
publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN
2. Pemerintah : memanfaatkan teknologi digital diera Revolusi Industri 4.0. dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
3. Pemerintah daerah dan: menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-masing
instansinya ke aplikasi SIPPN
4. Masyarakat : mengawasi dan berpartisipasi dalam upaya penyalahgunaan kewenangan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pertanyaan : Melakukan analisis terhadap :


A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan
konteks deskripsi kasus.
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban:
A. Ditinjau dari nilai akuntabilitas, Rasa sadar akan tanggung jawab yang diberikan masih
kurang, hal tersebut dapat dilihat dari sebagian pemerintah daerah maupun
kementrian/lembaga belum menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-masing
instansinya ke aplikasi SIPPN.
Di tinjau dari nilai nasionalisme yaitu jika aplikasi SIPPN tidak berjalan dengan maksimal
maka rasa keadilan bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud karena aka ada perbedaan
dalam penyelenggaraan pelayanan public ,seperti melayani dengan melihat golongan
seseorang.
Ditinjau dari nilai Etika Publik masyarakat yang menjadi pengawasan dan partisipasi akan
berpikiran dan berkomentar negative ke pemerintah karena pelayanan publik yang tidak
sesuai dengan arahan peraturan mentri no 13 tahun 2017.
Di tinjau dari segi komitmen Mutu jelas tidak berjalannya aplikasi SIPPN dengan maksimal
dapat menyebabkan pekerjaan tidak bisa efektif dan efisien dikarenakan pelayanan public
yang seharunya bisa melalui 1 aplikasi harus dilakukan melalui berbagai sector.
Dari segi anti korupsi dengan tidak berjalannya aplikasi SIPPN dengan maksimal dapat
menyebabkan tidak maksimalnya pengawasan dari masyarakat sehingga dapat terjadi
penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS


1. Penyalahgunaan kewengan pelayanan publik karena tidak efektifnya penerapan aplikasi
SIPPN
2. Menurunnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah karena tidak menyesuaikan
penyelenggaraan pelayanannya kepada masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0
saat ini, yaitu dengan menerapkan pelayanan publik yang berbasis Teknologi (digital).
3. Managemen mutu dalam pelayanan publik tidak terwujud karena kunci pada suatu pelayanan
akan terwujud, apabila teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan diterapkan.

Pertanyaan : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban:
1. Meningkatkan efektivitas penggunaan aplikasi tersebut dengan memperkuat kewenangan
Menpan RB untuk mendorong instansi supaya mengintegrasikan data pelayanan publik tiap
instansi ke aplikasi SIPPN. Dengan adanya wewenang ataupun aturan yang jelas dan tegas,
pemerintah daerah ataupun kementrian/Lembaga diharapkan bersungguh-sungguh
menjalankan tugas yang diberikan oleh Menpan RB, diantaranya pemerintah daerah maupun
kementrian/Lembaga ditugaskan untuk menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-
masing instansinya.
2. Peningkatan komunikasi dan koordinasi antar Lembaga agar mengetahui kendala apa saja
yang diperoleh. Sehingga permasalahan yang timbul dapat terpecahkan dengan segera. Hal
ini sangat penting karena komunikasi dan kordinasi yang baik akan meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau kementrian. Dengan memberikan contoh
komunikasi dan koordinasi yang baik masyarakat akan semakin percaya terhapat kinerja
pemerintah ataupun kementrian/Lembaga negar
3. Memberikan batas waktu kepada pemerintah daerah maunpun kementrian/Lembaga dalam
menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-masing instansinya. Dengan adanya
batas waktu tersebut akan meningkatkan rasa tanggung jawab. Sehingga proses menginput
data bisa segera selesai
4. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengawasan dan pelaporan, sehingga pemerintah
pusat atau kementrian mengetahui pelayanan publik secara digital terlaksana dengan baik .
Dengan adanya pengawasan tersebut pemerintah daerah akan berupaya bekerja dengan
maksimal agar mendapatkan dukungan yang positif dari masyarakat

Pertanyaan : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan


pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban:
1. Konsekuensi tidak pernah terlepas dari penerapan kebijakan publik yang baru, Misalnya:
2. Tidak meratanya penerapan pelayanan publik secara digital dengan menggunakan aplikasi
SIPPN disetiap daerah atau kementrian/Lembaga.
3. Masyarakat belum terbiasa menggunakan aplikasi pelayan publik berbasis digital. Oleh
karena itu penting bagi pemerintah yang telah menginput data informasi pelayanan publik
agar memberikan edukasi kepada masyarakat umum.
4. Pemberian kewenangan yang sangat besar kepada suatu kementrian dapat menyebabkan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan kementrian tersebut. Bahkan bias menimbulkan
kasus KKN terutama Nepotisme.
5. Pemberian batas waktu dapat menyebabkan pengisian informasi pelayanan public tidak
maksimal dikarenakan hanya mengejar waktu yang diberikan oleh pemerintah pusat
sedangkan sarana dan prasarana setiap instansi berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai