Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KEGIATAN

PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG TUGAS


18 Februari – 19 Maret 2021

Oleh : Fahmi Khatib Nashiruddin


NIP : 19911106 202012 1 004

DIREKTORAT PENGADUAN PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI


DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DAN
KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

“Laporan Kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas”

disusun oleh,

Nama : Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.


NIP : 19911106 202012 1 004
Jabatan : Analis Hukum

disetujui oleh,

Kepala Sub Direktorat Penerapan Sanksi Administratif


Direktorat Pengaduan Pengawasan dan Sanksi Administrasi
Direktorat Jenderal
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Jakarta, 18 Maret 2021

Turyawan Ardi, S.Si., M.Si.


NIP 19680603 199803 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
Laporan akhir kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) pada
pelatihan dasar (Latsar) Calon pegawai negeri Sipil (CPNS) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dapat di selesaikan.
Tujuan penulisan laporan akhir kegiatan Penguatan Kompetensi tekhnis Bidang
Tugas (PKTBT) adalah untuk memenuhi penilaian akhir dan menjadi salah satu syarat
menjadi PNS. Memantapkakn sikap dan sifat semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pembedayaan masyarakat
Ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberikan
ilmu juga membantu dalam terlaksananya kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang
Tugas, terutama kepada Kasubdit Sanksi Administrasi PPSA, Kasie Penerapan Sanksi
Administrasi Bidang Sumber Daya Alam dan Kasie Penerapan Sanksi Administrasi Bidang
Industri, Prasarana dan Jasa yang telah memberikan waktu luang agar saya bisa fokus
dalam kegiatan PKTBT. Serta Kasubbag Tata Usaha yang telah memberikan kesediaan
waktu untuk bimbingannya. serta rekan rekan CPNS subdit PPSA.
Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan akhir ini, untuk itu saran
dan masukan terhadap penyempurnaan laporan akhir ini sangat diharapkan.

Jakarta, 18 Maret 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ....................................................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................................................. iii
Daftar Isi .........................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................................................1
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN PKTBT ............................................................................2
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................................................................2
B. Kegiatan Per Materi................................................................................................................2
1. Teknis Administratif ......................................................................................................2
a. Pengelolaan Kepegawaian ...................................................................................2
b. Tata Naskah Kedinasan.......................................................................................10
c. Pengelolaan Keuangan ........................................................................................20
d. Pengelolaan BMN ...............................................................................................25
2. Teknis Subtantif ...........................................................................................................34
a. Tugas dan Fungsi Organisasi .............................................................................34
b. Tugas dan Fungsi Jabatan Analis Hukum ...........................................................41
C. Tantangan dan Hambatan ....................................................................................................42
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................44
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................44
B. Saran ....................................................................................................................................44
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari sistem birokasi dalam
penyelenggaraan Pemerintah didalam sebuah Negara menjadi sebuah keniscayaan harus
memiliki kemampuan, integritas, professional dan inovatif dalam menjalankan tugas
dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. ASN dituntut untuk
memiliki kompetensi menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang semakin kesini
semakin kompleks. Dalam hal ini, Pemerintah melalui Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terus melakukan perbaikan dan pembaruan
secara berkelanjutan terkait sistem pengelolaan dan pengembangan kompetensi aparatur
untuk meningkatkan pelayanan prima.
Dimulai dari perekrutan Pegawai Negeri Sipil yang transparan, maka
selanjutnya ialah pengembangan sumber daya manusia yang baik. Sebagai bagian dari
bentuk dan upaya untuk mencapai tujuan terciptanya ASN yang berkompetensi,
memiliki kemampuan, integritas, professional dan inovatif maka diperlukan suatu
pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi melalui
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) pasal 63 ayat (3) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pasal 34 ayat (1), bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menjalani masa
percobaan. Masa percobaan dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan
terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung
jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Pelaksanaannya
dilakukan dengan memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat
pelatihan dan di tempat kerja. Untuk itu salah satu bagian pendidikan dan pelatihan
calon pegawai negeri sipil ialah Kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas
(PKTBT). Melalui proses ini, harapannya output dan tujuan pembelajaran PKTBT di
Lingkup Kementerian LHK ini dapat tercapai dengan baik sesuai tujuan dari pendidikan
dan pelatihan terhadapa CPNS.

B. Maksud dan Tujuan


Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Adanya Kegiatan Penguatan
Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) untuk Pegawai Negeri Sipil dimaksudnya
sebagai bagian dari ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk memperkuat kompetensi calon
pegawai negeri sipil (CPNS) dalam melaksanakan tugasnya sebelum benar-benar
ditugaskan menjadi PNS sebagai bagian dari penyelenggaraan pemeritahan. PKTBT
sebagai bagian dari Pelatihan Dasar CPNS diselenggarakan dengan tujuan agar CPNS
dapat menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai dengan
bidang tugasnya, agar proses, output dan tujuan pembelajaran PKTBT di Lingkup
Kementerian LHK ini dapat tercapai dengan baik.

1
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) dilaksanakan di
Instansi masing-masing asal peserta. Kegiatan ini dilaksanakan juga dengan proses
on job training. Lama waktu penyelenggaraan kegiatan ialah 20 hari kerja efektif
dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan narasumber dalam kegiatan PKTBT.
Tempat pelaksanaan kegiatan PKTBT berada di Gedung Manggala Wanabakti Blok
IV Lantai 4 dan pelaksanaannya dilakukan dengan teleconference via Zoom.
B. Kegiatan per materi
1. Teknis Administratif
a. Pengelolaan Kepegawaian
1) Dasar Hukum
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K)
yang bekerja pada instansi pemerintah. Singkatnya ASN terdiri dari PNS
dan P3K. PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan,
sedangkan P3K adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
Pemerintahan. Perbedaan dari pengertian ini adalah terkait tentang
jangka waktu, begitupun hak dan kewajiban yang diatur, yang akan
dijelaskan lebih lanjut. Dalam melakukan setiap aktifitas yang
dilakukan oleh PNS maupun P3K ada landasan hukum yang menjadi
dasar dilakukan atau tidak dilakukan aktifitas tersebut. Berikut
merupakan dasar hukum yang berkaitan dengan PNS, antara lain :
a) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b) Peraturan Pemerintah No. 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaaan
Pegawai Negeri Sipil
c) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
d) Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
e) Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
f) Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 Manajemen Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja
Proses pengadaan pegawai negeri sipil cukup panjang, karena melalui
beberapa tahapan. Tahapan pertama ialah dengan penyusunan analisis
beban kerja (ABK). ABK disusun untuk mengetahui jumlah kebutuhan
suatu jabatan pada unit kerja. Proses selanjutnya ialah penyusunan
Analisis Jabatan (anjab) dan Evaluasi Jabatan (evjab). Proses ini untuk
menyediakan informasi jabatan sebagai dasar dari program manajemen
kepegawaian sehingga dapat membuat peringkat jabatan. Proses lanjutan
ialah dengan menyusun peta jabatan, dengan menentukan tingkatan

2
jabatan yang tergambar dalam suatu sturktur unit organisasi dari tingkat
yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi.
Dari informasi tersebut, kemudian disusunlah penetapan formasi jabatan
yang didasarkan pada ABK untuk menentukan kebutuhan pegawai yang
dibutuhkan. Penetapan formasi yang dibutuhkan ini kemudian diajukan
ke instasi terkait berkenaan jumlah yang bisa diajukan. Proses
selanjutnya setelah ditetapkan formasinya, maka dilakukan proses
penerimaan dan pengangkatan CPNS. Prosenya dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi,
pengumuman hasil seleksi, masa percobaan CPNS. Pegawai yang lolos
masa percobaan dan memenuhi syarat yang ditentukan dapat diangkat
menjadi PNS.
2) Hak dan Kewajiban Pegawai Aparatur Sipil Negara
a) Hak
Terkait hak dan kewajiban ASN telah diatur dialam Undang-Undang
No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Didalam pasal 21
dijelaskan bahwa ASN berhak memperoleh :
PNS (Pasal 21) P3K (Pasal 22)
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas a. gaji dan tunjangan
b. cuti b. cuti
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua c. perlindungan dan
d. perlindungan dan d. pengembangan kompetensi.
e. pengembangan kompetensi
Dari hal ini ada perbedaan antara PNS dan P3K terkait hak. Pada P3K
tidak mendapatkan fasilitas dan jaminan pensiun serta jaminan hari
tua.
b) Kewajiban
Berkaitan dengan kewajiban, Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara juga mengatur didalam pasal 23,
bahwa setiap pegawai aparatur sipil negara wajib :
i. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
ii. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
iii. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang.
iv. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
v. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab.
vi. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan.
vii. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan
viii. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3) Tata Cara Pengajuan Cuti,
Berkaitan dengan cuti PNS telah diatur didalam ketentuan pasal 309
sampai dengan pasal 341 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017

3
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Cuti untuk PNS diberikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dan PPK dapat
mendelegasikan wewenangnya ke pejabat dilingkungannya. Untuk jenis
cuti ada beberapa macam, yakni:
a) Cuti tahunan
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil telah
bekerja minimal 1 Tahun secara terus menerus.
 Hak cuti tahunan diberikan selama 12 hari kerja.
 Diajukan oleh yang bersangkutan dengan mengajukan
permintaan tertulis kepada PPK.
 Jangka waktu cuti dapat ditambah paling lama 12 hari kalender
dalam hal hak cuti tahunan digunakan ditempat yang sulit
perhubungannya.
 Hak cuti yang tidak digunakan dalam tahun bersangkutan, maka
dapat digunakan ditahun berikutnya maksimal 18 hari kerja.
 Bila tidak digunakan lagi selama 2 tahun berturut, dapat
digunakan maksimal 12 hari pada tahun berikutnya.
 Hak cuti tahunan dapat ditangguhkan.
b) Cuti besar
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja paling singkat 5 tahun
secara terus menerus berhak cuti besar maksimal 3 bulan.
 dikecualikan untuk keperluan keagamaan seperti haji.
 Tidak berhak atas cuti tahunan pada tahun yang bersangkutan.
 Diberikan secara tertulis oleh PPK.
 Hak cuti besar dapat ditangguhkan penggunaannya oleh PPK
atau pejabat untuk memberikan hak atas cuti besar untuk paling
lama 1 (satu) tahun apabila kepentingan dinas mendesak, kecuali
untuk kepentingan agama.
c) Cuti sakit
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Pegawai Negeri Sipil yang mengalami sakit lebih dari 1-14 hari
diberikan cuti sakit dengan mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK atau pejabat yang menerima delegasi
wewenang untuk memberikan hak atas cuti dengan melampirkan
surat keterangan dokter.
 PNS yang sakit lebih dari 14 hari berhak mengajukan cuti sakit
secara tertulis dan melaporkan rutin bila sakit terus menerus
dengan melampirkan surat keterangan dokter, waktu paling lama
ialah 1 tahun dengan penambahan maksimal 6 bulan apabila
dibutuhkan dengan berdasarkan surat keterangan tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
 Bila PNS tidak sembuh dari penyakitnya sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas, bisa diberhentikan secara terhormat karena
sakit dengan mendapat uang tunggu sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

4
 Surat dokter memuat tentang pernyataan tentang perlunya
diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain yang diperlukan.
 PNS yang mengalami keguguran diberikan cuti selama 1,5 bulan.
 PNS yang mengalam kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas berhak atas cuti sakit sampai yang
bersangkutan sembuh.
d) Cuti melahirkan
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Cuti diberikan untuk kelahiran anak petama sampai dengan anak
ketiga selama menjadi Pegawai Negeri Sipil.
 Untuk anak keempat dan selanjutnya diberikan cuti besar.
 Cuti diberikan selama 3 bulan.
 Dilakukan dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
PPK atau pejabat yang menerima delegasi wewenang.
 Hak cuti diberikan oleh PPK secara tertulis.
e) Cuti karena alasan penting
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Istri, Suami, Orang Tua, Adik, Kakak, Mertua, Menantu, Sakit
keras atau meninggal.
 Melangsungkan perkawinan.
 Cuti diberikan untuk paling lama 1 bulan.
 Disampaikan secara tertulis dan disampaikan ke PPK, dalam hal
karena mendesak, maka dapat diberikan izin tersebut oleh pejabat
tertinggi tempat PNS bersangkutan bekerja.
f) Cuti Bersama
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Ditetapkan dengan keputusan presiden.
 Tidak mengurangi hak cuti tahunan.
g) Cuti di luar tanggungan negara
Setiap PNS berhak mendapat cuti ini dengan ketentuan:
 Diberikan kepada PNS yang telah bekerja paling singkat 5 tahun
secara terus menerus karena alas an pribadi dan mendesak.
 Diberikan cuti paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang paling
lama 1 tahun karena alasan penting.
 Tidak mendapat gaji.
Adapun tata cara Permintaan dan Pemberian Cuti diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 24 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil.

PNS atau Calon PNS yang bersangkutan Pemberian Cuti


Pesetujuan Atasan
mengajukan permintaan secara tertulis Tahunan Oleh
PNS atau Calon
kepada Pejabat Yang Berwenang Pejabat yang
PNS
Memberikan Cuti. berwenang

5
4) Tata Cara Pengajuan Kenaikan Gaji Berkala
Pegawai Negeri Sipil dapat memperoleh kenaikan gaji secara berkala,
yakni setiap 2 tahun sekali. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2003 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001.
Tujuan pemberian gaji, tunjangan dan fasilitas bagi Pegawai Negeri Sipil
adalah sebagai berikut:
a) Memperoleh sumber daya manusia yang tepat
b) Mempertahankan para pegawai
c) Menjamin keadilan
d) Mampu memotivasi pegawai bekerja lebih optimal
e) Menghargai perilakunya
f) Mampu memelihara para pegawai dan keluarganya
g) Memenuhi peraturan hukum Besaran gaji PNS telah beberapa kali
diubah, perubahan terakhir yakni Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2019 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil. Kenaikan gaji
berkala dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Adapun proses pengajuan kenaikan gaji berkala sebagai berikut:

ASN Bagian TU Pimpinan


Satuan Kerja
Melengkapi Usulan
• Surat KGB Terakhir Kenaikan Usulan KGB
• SK KP Terakhir Pangkat
• SK PNS (Apabila
belum pernah
mendapatkan KGB)
• SK Disiplin (Apabila
pernah dijatuhi Setdijen
Hukuman Disiplin) Pemeriksaan Konsep Surat KGB dan
• SKP 1 Tahun terakhir
Penerbitan Surat

5) Pola Karir Pegawai Negeri Sipil


PNS memiliki jabatan yang menjelaskan kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggungjawab, wewenangm dan hak seorang ASN dalam
kerangka suatu satuan organisasi. Jabatan didalam lingkup birokrasi
pemerintah, antara lain :
No Jabatan Jabatan Fungsional Jabatan Pimpinan
Administrasi Tinggi
1 Jabatan Jabatan fungsional  JPT utama;
Administrator keahlian, terdiri  JPT madya; dan
sebagai pemimpin atas:  JPT pratama.
pelaksana seluruh a. Ahli utama;
kegiatan pelayanan b. Ahli madya;
dan administrasi c. Ahli muda; dan
d. Ahli pertama

6
2 Jabatan Pengawas Jabatan fungsional
sebagai pengawas keterampilan,
dalam pelaksanaan terdiri atas:
kegiatan a. Penyelia;
b. Mahir;
c. Terampil; dan
d. Pemula
3 Jabatan Pelaksana
sebagai pelaksana
kegiatan pelayanan
dan administrasi
pemerintahan dan
pembangunan

Untuk Jabatan Pimpinan Minggi memiliki fungsi memimpin dan


memotivasi setiap Pegawai ASN melalui:
• Kepeloporan
• Pengembangan kerja sama; dan
• Keteladanan.
6) Penilaian Kinerja Pegawai
Penilaian Kinerja dari PNS ini diukur melalui sasaran kinerja pegawai
(SKP) yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
a) Kegiatan Tugas Jabatan, Mengacu pada Penetapan Kinerja. Dengan
melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya pekerjaan
dibagi habis dari tingkat jabatan tertinggi sampai jabatan terendah
secara hierarki
b) Angka kredit untuk Jabatan Fungsional
c) Target, yang meliputi kuantitas (Target Output), kualitas (Target
kualitas), waktu (target waktu) dan biaya (target biaya)
Melalui SKP kinerja PNS dinilai, hasil dari penilaian ini memiliki
manfaat, yakni
a) Dasar pertimbangan dalam kebijakan perencanaan kuantitas dan
kualitas SDM PNS, serta kegiatan perancangan pekerjaan PNS
dalam organisasi.
b) Dasar pertimbangan dalam proses rekrutmen, seleksi, dan
penempatan PNS dalam jabatan, sesuai dengan kompetensi dan
prestasi kerjanya.
c) Dasar pertimbangan pengembangan karier dan pengembangan
kemampuan serta keterampilan PNS yang berkaitan dengan pola
karier dan program pendidikan dan pelatihan dalam organisasi.
d) Dasar pertimbangan pemberian penghargaan dengan berbasis
prestasi kerja seperti kenaikan pangkat, kenaikan gaji, tunjangan
prestasi kerja, promosi, atau kompensasi dan lain-lain.
e) Dasar peningkatan kinerja PNS dan kewajiban pegawai mematuhi
peraturan perundang-undangan.
7) Tata Cara Pengajuan Kenaikan Pangkat dan Jabatan.
Sebagai bentuk penghargaan dan disiplin bagi PNS, PNS diberikan
penghargaan bila yang memiliki kinerja baik dan akan diberikan sanksi
dan disiplin pegawai bila memiliki kinerja yang buruk. Kinerja dari PNS
ini diukur melalui sasaran kinerja pegawai (SKP) yang terdiri dari

7
kegiatan tugas jabatan dan target kerja dalam hal kuantitas, kualitas,
waktu dan biaya. Dalam hal perilaku PNS juga dinilai, meliputi orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan
kepemimpinan. Salah satu penghargaan yang diberikan kepada PNS
ialah kenaikan pangkat dan jabatan. Kenaikan pangkat memiliki
beberapa jenis, antaralain :
a) Kenaikan pangkat reguler, syaratnya sebagai berikut :
 Fotokopi Surat Keputusan pengangkatan terakhir dan dilegalisir;
 Asli P2K, SKP, CSKP dengan nilai baik setiap unsur (nilai
minimal 76),selama 2 tahun terakhir;
 Fotocopy SLTUD bagi Golongan IId ke IIIa dan dilegalisir;
 Fotocopy SK Sanksi bagi yang pernah dikenakan sanksi dan
dilegalisir;
Syarat-syarat tersebut dibuat dalam bentuk softfile dan masukkan
didalam CD atau flashdisk dengan menyertakan keterangan
nama dan NIP PNS.
b) Kenaikan pangkat pilihan struktural, syaratnya sebagai berikut :
 Fotokopi Surat Keputusan Pangkat terakhir dan dilegalisir;
 Asli P2K, SKP, CSKP dengan nilai baik setiap unsur (nilai
minimal 76),selama 2 tahun terakhir;
 Fotocopy Surat Keputusan jabatan terakhir dan dilegalisir;
 Fotocopy Surat Keputusan Pelantikan dan dilegalisir;
 SPMT (Surat Perintah Melaksanakan Tugas)
 Fotocopy Surat Keputusan Jabatan Atasan yang baru apabila
dimutasikan (pada waktu diusulkan kenaikan pangkatnya) dan
dilegalisir;
 Fotocopy Surat Keputusan pemberhentian sementara dari Jabatan
Fungsional bila sebelumnya sebagai pejabat fungsional dan di
legalisir.
c) Kenaikan Pangkat Pejabat Fungsional, syaratnya sebagai berikut :
 Fotokopi Surat Keputusan Pangkat terakhir dan dilegalisir;
 Asli P2K, SKP, CSKP dengan nilai baik setiap unsur (nilai
minimal 76),selama 2 tahun terakhir;
 PAK asli dan Fotocopy PAK berkesinambungan dan dilegalisir
 Fotocopy sertifikat uji kompetensi dan dilegalisir (bagi yang alih
jenjang Jabatan);
 Fotocopy Pernyataan Pelantikan dan dilegalisir (bagi yang alih
jenjang Jabatan);
 Fotocopy dan legalisir Surat Keputusan pemberhentian
sementara dari Pejabat Fungsional, Pengangkatan, Pengaktifan
kembali sebagai Pejabat Fungsoional (apabila Pejabat Fungsional
tersebut pernah tugas belajar, kenaikan pangkat sebagai pejabat
fungsional).

8
Alur proses kenaikan pangkat sebagai berikut :

ASN Unit Kerja Ditjen Gakkum

Menyiapkan dan Usulan Berkas diperiksa


menyampaikan Kenaikan kelengkapannya
berkas persyaratan Pangkat dan diusulkan ke
kenaikan pangkat Biro Kepegawaian

BKN Biro Kepegawaian


Biro kepegawaian
Berkas diproses Berkas diproses dan
NPT diproses untuk
untuk penerbitan dikirim ke BKN untuk
dilakukan pencetakan
NPT. Penerbitan NPT (Nota
SK Kenaikan Pangkat
Persetujuan Teknis

8) Disiplin Pegawai
Kinerja PNS yang tidak baik dapat diberikan sanksi disiplin pegawai.
Displin pegawai ini ada beberapa tingkatan, sebagai berikut:
No Ringan Sedang Berat
1 Teguran lisan Penundaan kenaikan Penurunan pangkat 1
gaji berkala selama 1 tingkat lebih rendah
tahun selama 3 tahun
2 Teguran Penundaan kenaikan Pemindahan dalam
tertulis pangkat selama 1 rangka penurunan
tahun jabatan setingkat lebih
rendah
3 Pernyataan Penurunan pangkat Pembebasan dari
tidak puas setingkat lebih jabatan
secara tertulis rendah selama 1
tahun
4 Pemberhentian dengan
hormat tidak atas
permintaan sendiri
5 Pemberhentian tidak
dengan hormat

9) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil


Pegawai Negeri Sipil dalam berkerja dan berperilaku diharuskan
menjaga kodeetiknya dalam menjalankan tugasnya, sebab apabila tidak
menjaga dengan baik, dapat diberhentikan sebagai PNS. Sebagaimana
diatur didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pegawai
Negeri Sipil dan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil bahwa PNS dapat diberhentikan. Beberapa hal berikut jenis
pemberhentian sebagai PNS:
a) PNS diberhentikan dengan hormat karena:
 Meninggal dunia

9
 Atas permintaan sendiri
 Mencapai batas usia pensiun
 Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini, atau
 tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban.
b) PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan tidak berencana.
c) PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
 Atas permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin
PNS tingkat berat.
 Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.
 Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik, atau
 Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana
yang dilakukan dengan berencana.
d) PNS diberhentikan sementara, apabila:
 Diangkat menjadi pejabat negara
 Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstructural.
 Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

b. Tata Naskah Kedinasan


1) Dasar aturan tentang Naskah Kedinasan;
Tata Naskah Kedinasan dan Pengarsipan pada lingkup Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah diatur melalui Peraturan
Menteri. Peraturan Menteri LHK Nomor P.63/Menlhk-Setjen/2015
tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Nomor P.44/Menlhk-setjen/2016 tentang Pedoman Tata Kearsiapan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2) Naskah Dinas
Naskah dinas adalah komunikasi tulis sebagai alat komunikasi kedinasan
yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di
lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan. Untuk tata naskah dinas sendiri merupakan
penyelenggaraan komunikasi tulis yang meliputi pengaturan jenis,
format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan
penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan dalam
komunikasi kedinasan. Pengertian kearsipan merupakan hal-hal yang
berkenaan dengan arsip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

10
sedangkan Tata Kearsipan adalah kegiatan pengelolaan arsip sejak
dibuat, diterima, diproses, disimpan, sampai dengan disusutkan. Dari
pengertian tersebut dapat digambarkan, bahwa naskah dinas ini berupa
surat yang dikeluarkan pejabat berwenang untuk berkomunikasi
sedangkan arsip itu merupakan surat naskah dinas yang sudah dibuat,
diterima, dan/atau diproses itu kemudian disimpan dan disusutkan dan
menjadi arsip sehingga dikemudian hari dapat lihat kembali.
3) Jenis-jenis Naskah Dinas
Berdasarkan
a) Naskah Dinas Arahan
Naskah ini merupakan naskah dinas yang memuat kebijakan pokok
atau kebijakan pelaksanaan menjadi pedoman dan dilaksanakan
dalam penyelenggaraan tugas dan kegiatan setiap instansi
pemerintah yang berupa produk hukum yang bersifat pengaturan,
penetapan dan penugasan. Bentuk dari produk hukum ini antara
lain:
i. Naskah Dinas Pengaturan sesuai dengan tingkatannya yang
sifatnya pengaturan, terdiri atas Peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan, standar operasional prosedur (SOP) dan Surat
Edaran.
 Peraturan yakni naskah dinas yang sifatnya mengatur,
memuat kebijakan pokok, bersifat umum, berlaku untuk
seluruh satuan organisasi/unit kerja dan dapat merupakan
dasar bagi penyusunan naskah dinas lainnya. Contohnya
ialah Surat Keputusan Menteri.
 Pedoman, yakni naskah dinas yang memuat acuan yang
bersifat umum di lingkungan instansi pemerintah yang perlu
dijabarkan ke dalam petunjuk operasional dan penerapannya
disesuaikan dengan karakteristik instansi/organisasi yang
bersangkutan.
 Petunjuk Pelaksana, yakni naskah dinas pengaturan yang
memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan
pelaksanaannya.
 Standar Operational Prosedur (SOP) yakni naskah dinas
yang memuat serangkaian petunjuk tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana, kapan harus dilakukan, dimana dan
oleh siapa dilakukan.
 Surat Edaran yakni naskah dinas yang memuat
pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap penting
dan mendesak.
ii. Naskah Dinas Penetapan, dibedakan menjadi 2 macam, yakni:
 Keputusan yang memuat kebijakan yang bersifat
menetapkan, tidak bersifat mengatur dan merupakan
pelaksanaan kegiatan, yang digunakan untuk: (1)
Menetapkan/mengubah status kepegawaian/ personal/
keanggotaan/ material / peristiwa; atau (2) Menetapkan/
mengubah/ membubarkan suatu kepanitiaan/ tim; atau (3)
menetapkan pelimpahan wewenang.

11
 Penetapan Angka Kredit untuk penetapan angka yang
diberikan pejabat yang berwenang sebagai hasil penilaian
kuantitatif dan kualitatif atas prestasi yang dicapai oleh
pejabat fungsional.
iii. Naskah Dinas Penugasan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
 Instruksi yang memuat perintah atau arahan dalam
melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas yang bersifat
penting.
 Surat Perintah adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat
yang berwenang, ditujukan kepada bawahan atau pegawai
lainnya yang berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu.
 Surat Tugas adalah naskah dinas dari atasan atau pejabat
yang berwenang yang ditujukan kepada bawahan atau
pegawai lainnya yang berisi penugasan untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan
tugas dan fungsi.
b) Naskah Dinas Korepondensi
Naskah ini terdiri dari 3 jenis, yakni :
i. Naskah Dinas Korespondensi Intern
Nota Dinas adalah naskah dinas intern lingkup unit eselon I atau
eselon II dan unit kerja berlokasi di daerah yang dibuat oleh
pejabat dalam melaksanakan tugas guna menyampaikan
laporan, pemberitahuan, pernyataan, permintaan atau
penyampaian kepada pejabat lain. Nota Dinas memuat hal yang
bersifat rutin, berupa catatan ringkas, disampaikan dari bawahan
kepada atasan atau yang sejajar, dan dapat langsung dijawab
dengan disposisi oleh pejabat yang dituju.
Memorandum adalah naskah dinas intern yang bersifat
mengingatkan suatu masalah, menyampaikan arahan,
peringatan, saran, pendapat kedinasan. Memorandum
disampaikan dari atasan kepada bawahan.
ii. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern bentuknya berupa surat
dinas yang didalamnya memuat pelaksanaan tugas pejabat
dalam menyampaikan informasi kedinasan berupa
pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah
dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain
di luar instansi/organisasi yang bersangkutan.
iii. Surat Undangan adalah surat dinas yang memuat undangan
kepada pejabat/pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk
menghadiri suatu acara kedinasan tertentu, seperti: rapat,
upacara, dan pertemuan.
c) Naskah Dinas Khusus
Merupakan naskah dinas yang memiliki sifat kekhususan tersendiri,
antara lain:
 Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan
bersama tentang objek yang mengikat antar kedua belah pihak
atau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum
yang telah disepakati bersama. Surat perjanjian terdiri dari dua
macam, yaitu: Perjanjian dalam negeri dan Perjanjian

12
Internasional. Perjanjian dalam negeri adalah kerja sama
perjanjian dalam negeri antar instansi baik di pusat maupun
daerah dibuat dalam bentuk kesepahaman bersama atau
perjanjian kerja sama.

 Surat Kuasa  Surat Panggilan


 Berita Acara  Surat Pernyataan Pelantikan
 Surat  Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas
Keterangan  Surat Pernyataan Menduduki Jabatan
 Surat  Laporan
Pengantar  Telaahan Staf
 Pengumuman  Formulir
 Surat Izin  Naskah Dinas Elektronik
4) Penyusunan Format Naskah Dinas
Susunan format dalam Naskah Dinas secara umum terdiri dari beberapa
bagian, yakni: bagian kepala, bagian batang tubuh dan bagian kaki.
Format dalam setiap naskah dinas sesuai dengan jenis naskah dinasnya.
Beberapa format naskah dinas dalam jenis naskah dinas, antara lain:
a) Peraturan Menteri
i. Bagian Kepala terdiri dari judul, pembukaan, konsideran, dasar
hukum, dan diktum.
Judul yang memuat
 keterangan mengenai jenis, nomor, tahun penetapan dan nama
peraturan;
 nama peraturan dibuat secara singkat dan mencerminkan isi
peraturan;
 judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di
tengah margin, tanpa diakhiri tanda baca.
Pembukaan menggunakan
 frase “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”
yang ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah
margin;
 nama jabatan pejabat yang menetapkan ditulis dengan huruf
kapital yang diletakkan di tengah margin dan diakhiri dengan
tanda baca koma. Contoh: “MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,”.
Konsiderans diawali dengan kata ”Menimbang”
 konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan
peraturan;
 pokok-pokok pikiran pada konsiderans memuat unsur
pengaturan lebih lanjut dari peraturan yang lebih tinggi yang
menjadi latar belakang pembuatannya;
 pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwa
peraturan dianggap perlu untuk dibuat adalah kurang tepat
karena tidak mencerminkan tentang latar belakang dan alasan
dibuatnya peraturan.;

13
 jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, tiap-tiap
pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang
merupakan kesatuan pengertian;
 tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan
dirumuskan dalam satu kalimat yang diawali dengan kata bahwa
dan diakhiri dengan tanda baca titik koma.
Dasar Hukum diawali dengan kata ”Mengingat”
 dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan
perundang-undangan dan peraturan perundang-undangan yang
memerintahkan pembuatan perundang-undangan tersebut;
 peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar
hukum hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatan
sama atau lebih tinggi;
 kika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan
dasar hukum lebih dari satu, urutan pencantuman perlu
memperhatikan tata urutan peraturan perundang-undangan, dan
jika tingkatannya sama disusun secara kronologis berdasarkan
saat pengundangan atau penetapannya;
 Undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan menteri
perlu dilengkapi dengan pencantuman “Lembaran Negara
Republik Indonesia” dan “Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia” atau“ Berita Negara Republik Indonesia”
yang diletakkan di antara tanda baca kurung.
Diktum, terdiri dari :
 kata ”MEMUTUSKAN”, yang ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital tanpa spasi di antara suku kata dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua serta diletakkan di tengah margin;
 kata ”Menetapkan”, yang dicantumkan sesudah kata
Memutuskan, disejajarkan ke bawah dengan kata “Menimbang”
dan “Mengingat” Huruf awal kata “Menetapkan” ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua;
 nama yang tercantum dalam judul peraturan perundang-
undangan dicantumkan lagi setelah kata ”Menetapkan”,
didahului dengan pencantuman jenis peraturan perundang-
undangan.
ii. Bagian Batang Tubuh peraturan memuat :
 semua substansi peraturan perundang-undangan yang
dirumuskan dalam pasal-pasal;
 substansi yang pada umumnya dikelompokkan ke dalam:
ketentuan umum; materi pokok yang diatur; ketentuan sanksi
administratif (jika diperlukan); ketentuan peralihan (jika
diperlukan); ketentuan penutup.
iii. Bagian Kaki peraturan terdiri dari :
 tempat (kota sesuai dengan alamat instansi) dan tanggal
penetapan peraturan;
 nama jabatan pejabat yang menetapkan, yang ditulis dengan
huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca koma;
 tanda tangan pejabat yang menetapkan peraturan;

14
 nama lengkap pejabat yang menandatangani peraturan, yang
ditulis dengan huruf kapital, tanpa mencantumkan gelar.
iv. Pengabsahan sebagai suatu pernyataan bahwa sebelum digandakan
dan didistribusikan dengan sah, suatu peraturan telah dicatat dan
diteliti sehingga dapat diumumkan oleh pejabat yang
bertanggungjawab dibidang hukum atau administrasi umum.
Pengabsahan dicantumkan dibawah ruang tanda tangan sebelah kiri
bawah, yang terdiri dari kata :
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal XX XX XXXX
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA,

(NAMA PEJABAT)
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
...NOMOR ...
serta dibubuhi tanda tangan pejabat yang berwenang. Penutup
untuk pengabsahan dicantumkan kalimat: Peraturan Menteri ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Hal tersebut agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Hal yang perlu diperhatikan Naskah asli peraturan menteri yang
diparaf harus disimpan sebagai arsip dan yang diedarkan berupa
salinan yang ditandatangani oleh Kepala Biro Hukum.
b) Surat Tugas berisi penugasan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
tugas dan fungsi dari atasan kepada bawahaanya. Surat tugas dibuat
dan ditandatangani oleh atasan atau pejabat yang berwenang sesuai
lingkup wewenang, dan tanggungjawabnya.
i. Bagian Kepala terdiri dari :
 Kop naskah dinas, yang berisi lambang negara dan nama
abatan (untuk pejabat negara) atau logo dan nama instansi
(untuk non pejabat negara), yang ditulis dengan huruf kapital
secara simetris;
 Kata “SURAT TUGAS”, yang ditulis dengan huruf kapital
secara simetris;
 Nomor, yang ditulis di bawah tulisan surat tugas.
ii. Bagian Batang Tubuh terdiri dari :
 Konsiderans meliputi dasar pertimbangan yang memuat
alasan ditetapkannya surat tugas. Memuat ketentuan yang
dijadikan landasan surat tugas tersebut;
 Diktum dimulai dengan frasa “Memberi Tugas”, yang ditulis
dengan huruf kapital dicantumkan secara simetri diikuti kata
“Kepada” di tepi kiri serta nama dan jabatan pegawai yang
mendapat tugas. Di bawah kata kepada ditulis kata“Untuk”
disertai tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
iii. Bagian Kaki terdiri dari :
 tempat dan tanggal surat tugas;

15
 nama jabatan pejabat yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya, dan
diakhiri dengan tanda baca koma;
 tanda tangan pejabat yang menugasi;
 nama lengkap pejabat yang menandatangani surat tugas, yang
ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya;
 Cap dinas.
iv. Distribusi dan Tembusan
 surat tugas disampaikan kepada yang mendapat tugas;
 tembusan disampaikan kepada pejabat/instansi terkait.
v. Hal yang perlu diperhatikan
 Bagian konsiderans memuat pertimbangan atau dasar.
 Jika tugas merupakan tugas kolektif, daftar pegawai yang
ditugasi dimasukkan ke dalam lampiran yang terdiri dari
kolom nomor urut, nama, pangkat, NIP, jabatan, dan
keterangan.
 Surat tugas tidak berlaku lagi setelah tugas yang termuat
selesai dilaksanakan.
c) Nota Dinas ialah naskah dinas intern lingkup unit eselon I atau eselon
II dan unit kerja berlokasi di daerah yang dibuat oleh pejabat dalam
melaksanakan tugas guna menyampaikan laporan, pemberitahuan,
pernyataan, permintaan atau penyampaian kepada pejabat lain.
Nota Dinas memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan ringkas,
disampaikan dari bawahan kepada atasan atau yang sejajar, dan dapat
langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang dituju. Nota
dinas dibuat oleh pejabat dalam satu lingkungan satuan organisasi
sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya.
i. Bagian kepala nota dinas terdiri dari:
 kop naskah dinas yang berisi nama instansi/satuan organisasi
yang ditulis secara simetris di tengah atas;
 kata “NOTA DINAS”, yang ditulis dengan huruf kapital
secara simetris;
 kata “NOMOR”, yang ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
 singkatan “Yth.”, ditulis dengan huruf awal kapital, diikuti
dengan tanda baca titik;
 kata “Dari”, yang ditulis dengan huruf awal kapital;
 kata “Hal”, yang ditulis dengan huruf awal kapital;
 kata “Tanggal”, yang ditulis dengan huruf awal kapital.
ii. Bagian batang tubuh nota dinas terdiri dari alinea pembuka, isi dan
penutup ditulis secara singkat, padat dan jelas.
iii. Bagian kaki nota dinas terdiri dari tanda tangan, nama pejabat dan
tembusan (jika perlu).
iv. Hal yang perlu diperhatikan, nota dinas tidak dibubuhi cap dinas
dan tembusan nota dinas berlaku di lingkungan intern instansi.

16
5) Menyusun Naskah Dinas;
a) Kop Surat
KOP Peruntukan Tanda Tangan
KOP Surat tanpa alamat Naskah Dinas Arahan, Eselon 1
Penetapan dan
Penugasan

Naskah Dinas,
Korespondensi Intern
KOP Surat dengan Naskah Dinas Lainnya Eselon II kebawah
alamat

Cap Keterangan
Kode pada kiri stampel “XI” untuk Ditjen
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (PHLHK)

Kode pada kanan stempel:


Kode * (Bintang) : Ditjen PHLHK
Kode I : Setditjen PHLHK
Kode II : Sub direktorat
Cap Paraf Koodinasi
NO Jabatan Paraf Tanggal
1 Eselon II
2 Eselon III
3 Eselon IV
4 …….. (Penyusun Konsep)
b) Huruf dalam Naskah Dinas yang digunakan jenis huruf Arial dengan
ukuran 12, sedangkan naskah dinas pengaturan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Ruang Tanda Tangan ditempatkan pada bagian kaki naskah dinas,
memuat nama jabatan Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, dan
Kepala Badan. Untuk jabatan Menteri dirangkaikan dengan nama
instansi.
i. Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah
baris kalimat terakhir.
ii. Nama jabatan diletakkan pada baris pertama tidak disingkat.
iii. Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat paragraf.
iv. Nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat
mengatur, ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yang
menandatangani naskah dinas yang bersifat tidak mengatur ditulis
dengan huruf awal kapital.
v. Jarak ruang antara tanda tangan dan tepi kanan kertas adalah ± 3
cm, untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang.
d) Spasi Surat
Isi surat dinas diketik 1 spasi dan diberi jarak 1,5 - 2 spasi di antara
paragraf yang satu dengan paragraf yang lainnya. Surat yang terdiri

17
atas 1 paragraf jarak antar barisnya adalah 2 spasi. Pemagrafan
ditandai dengan ± 6 ketuk atau spasi.
e) Kertas
i. Naskah dinas menggunakan kertas jenis HVS 80 gram.
ii. Naskah dinas yang nilai digunakan untuk waktu yang lama
menggunakan kertas jenis HVS lebih dari 80 gram.
iii. Naskah dinas perjanjian luar negeri menggunakan kertas yang
ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri.
iv. Surat Dinas yang asli menggunakan kertas berwarna putih dengan
kualitas terbaik white bond.
v. Kertas yang digunakan untuk naskah dinas korespondensi adalah
A4 yang berukuran 297 x 210 mm (81/4 x 113/4 inci). Di samping
kertas A4, untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertas
dengan ukuran berikut:
 A3 kuarto ganda (297 x 420 mm)
 A5 setengah kuarto (210 x 148 mm)
 Folio (210 x 330 mm)
 Folio ganda (420 x 330 mm)
f) Batas/Tepi ditentukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada
peralatan yang digunakan untuk membuat naskah dinas, yaitu:
 ruang tepi atas: apabila menggunakan kop naskah dinas, 2 spasi di
bawah kop, dan apabila tanpa kop naskah dinas, sekurang-
kurangnya 2 cm dari tepi atas kertas;
 ruang tepi bawah: sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah
kertas;
 ruang tepi kiri: sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas;
 ruang tepi kanan: sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas.
g) Warna Tinta
Tinta yang digunakan untuk surat-menyurat berwarna hitam,
sedangkan untuk penandatanganan surat berwarna hitam atau biru tua.
h) Tingkat Keamanan
 Sangat Rahasia disingkat (SR): tingkat keamanan isi surat dinas
yang tertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dan
keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke
tangan yang tidak berhak, surat ini akan membahayakan
keamanan dan keselamatan negara.
 Rahasia disingkat (R): tingkat keamanan isi surat dinas yang
berhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara.
Jika disiarkan secara tidak sah atau jatuh ke tangan yang tidak
berhak, surat ini akan merugikan negara.
 Biasa disingkat (B): tingkat keamanan isi suatu surat dinas yang
tidak termasuk dalam butir a dan b. Namun, itu tidak berarti
bahwa isi surat dinas tersebut dapat disampaikan kepada yang
tidak berhak mengetahuinya.
Surat yang mengandung materi dengan tingkat keamanan tertentu
(Sangat Rahasia dan Rahasia) harus dijaga keamanannya dalam
rangka keamanan dan keselamatan negara. Tanda tingkat keamanan
ditulis dengan cap (tidak diketik) berwarna merah pada bagian atas
dan bawah setiap halaman surat dinas. Jika Surat Dinas tersebut

18
disalin, cap tingkat keamanan pada salinan harus dengan warna yang
sama dengan warna cap pada surat asli.
i) Kecepatan Penyampaian
 Amat segera/kilat, surat dinas harus diselesaikan/disampaikan
pada hari yang sama dengan batas waktu 24 jam.
 Segera, surat dinas harus diselesaikan/disampaikan dalam batas
waktu 2 x 24 jam.
 Biasa, surat dinas harus diselesaikan/disampaikan menurut
urutan yang diterima oleh bagian pengiriman.
j) Penjabat Penandatangan Naskah Dinas
Pejabat Penandatangan Naskah Dinas
 Atas nama (a.n)  Digunakan jika pejabat yang menandatangani
naskah dinas telah diberi kuasa oleh pejabat yang
bertanggungjawab.
 Pelaksana Tugas (Plt.)  Digunakan apabila pejabat yang
berwenang menandatangani naskah dinas belum ditetapkan.
 Pelaksana Harian (Plh.)  Digunakan apabila pejabat yang
berwenang menandatangani naskah dinas tidak berada ditempat.
k) Penomoran Surat

6) Kewenangan Pejabat Penandatangan Naskah Kedinasan


Pejabat memiliki kewenangannya masing-masing, berikut merupakan
wewenang pejabat di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan berdasarkan P.63

No Naskah Dinas Menteri Eselon Eselon Eselon UPT Eselon


I II III E.III IV
1 Peraturan √
2 Peraturan √
Bersama
3 Keputusan √ √ √(Intern)
4 Pedoman √
5 Petunjuk √
Pelaksanaan
6 Instruksi √ √

19
7 Standar √ √ √
Operasional
Prosedur (SOP)
8 Surat Edaran √ √ √
9 Surat Perintah √ √ √ √
10 Surat Tugas √ √ √ √
11 Surat Dinas √ √ √ √
12 Memorandum √ √ √ √ √ √
13 Surat Undangan √ √ √ √ √ √
14 Surat Perjanjian √ √ √ √
15 Surat Kuasa √ √ √
16 Berita Acara √ √ √ √ √ √
17 Surat Keterangan √ √ √ √ √ √
18 Surat Pengantar √ √ √ √ √ √
19 Pengumuman √ √ √ √
20 Laporan √ √ √ √ √ √
21 Nota Dinas √ √ √

7) Kegiatan Tata Persuratan


Contoh Persuratan dimasukkan didalam lampiran pada laporan PKTBT
ini.

c. Pengelolaan Keuangan
1) Dasar Hukum
a) Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
d) Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Nomor P.7/Setjen/Rokeu/Keu.1/11/2020 tentang
Pedoman Standar Biaya Kegiatan Tahun Anggaran 2021 Lingkup
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.
2) Struktur dan Mekanisme Pengelolaan Keuangan
Tata kelola Keuangan Negara diatur didalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Secara terminologi Keuangan
Publik = Keuangan Negara = Keuangan Pemerintah = Aktifitas Finansial
Pemerintahan. Keuangan Negara menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa “semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”
Namun di Indonesia ditetapkan pendekatan yang digunakan untuk
merumuskan keuangan negara, yakni sisi objek, sisi subjek, proses dan
tujuan. Aktifitas kegiatan pemerintah dituangkan dalam bentuk angka
yang selanjutnya dituangkan didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau untuk APBD.

20
Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Presiden
Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Negara

Dikuasakan

Menteri Keuangan Menteri/ Pimpinan


Lembaga Negara Gubernur/Bupati/
Walikota = Pemda
Selaku Pengelola
Fiskal dan Wakil Selaku Pengguna
Pemerintah dalam Anggaran/ Pengguna Selaku Kepala
Kepemilikan Barang Kementerian Pemda untuk
Kekayaan Negara Negara/ Lembaga mengelola
yang Dipisahkan yang Dipimpinnya keuangan daerah
dan mewakili
Pemda dalam
Kepemilikan
Kekayaan Daerah
yang dipisahkan

Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain


mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan Undang-Undang

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan


keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Kekuasaan tersebut oleh presiden dikuasakan kepada Menteri Keuangan,
Menteri/Pimpinan lembaga, dan kepada Gubernur,/bupati/walikota.
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas
sebagai berikut :
a) menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya.
b) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
c) melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang
dipimpinnya.
d) melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara.
e) mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.
f) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya.
g) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara
/lembaga yang dipimpinnya.

21
h) melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.

APBN sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang


disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam penyusunan APBN ada
prose siklus, yakni putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara
berulang dengan tetap dan teratur. Rangkaian kegiatan berawal dari
Perencanaan s.d. Pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap
dan teratur setiap tahun anggaran.

a) Tahap Perencanaan dan Penganggaran


i. Perumusan Kebijakan Presiden yang digunakan sebagai bahan
acuan dan pertimbangan pada penyusunan arah, prioritas, dan
kebijakan tahun yang direncanakan dalam APBN.
ii. Penyusunan Kebijakan dan Kapasitas Fiskal RAPBN, terdiri
dari: Penyusunan Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan
Parameter APBN, Proyeksi Pendapatan dan Hibah, Proyeksi
Belanja, Penyusunan Proyeksi Pembiayaan Anggaran dan
Penyusunan Postur RAPBN.
iii. Menyusun perkiraan pagu anggaran yang diberikan kepada
kementerian / lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan
Rencara Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga (RKAKL)
iv. Penyusunan RAPBN dimulai dari pembicaraan pendahuluan
dengan DPR, Penetapan pagu Anggran dan penyusunan RAPBN
serta Nota Keuangan.
b) Tahap Pembahasan APBN
RAPBN dan Nota Keuangan yang disampaikan oleh Presiden kepada
DPR kemudian dibahas oleh beberapa instansi, antara lain:
i. Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Pemerintah yang diwakili
dari Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional
(Bappenas) dan Gubernur BI

22
ii. Rapat kerja Komisi I sampai XI dengan mitra kerjanya
membahas RKA-KL
iii. Rapat paripurna membahas penyampaian laporan hasil tingkat I
di Badan Anggaran, serta Pernyataan persetujuan/ penolakan dari
setiap fraksi.
iv. Penyampaian pendapat akhir pemerintah
c) Tahap Penetapan APBN
i. Apabila Rancangan APBN disetujui dan ditetapkan oleh DPR
menjadi APBN, tugas pemerintah selanjutnya adalah
menetapkan Alokasi Anggaran KL.
ii. Kementerian Keuangan menetapkan Alokasi Anggaran yang
dijadikan dasar menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) oleh K/L
d) Tahap Pelaksanaan APBN
i. Untuk melaksanakan APBN harus berdasarkan DIPA yang berisi
rencana penerimaan dan pengeluaran satuan kerja tersebut
ii. Proses pelaksanaan APBN dilaksanakan oleh satuan kerja
masing-masing K/L dan pencairan anggarannya melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yakni Ditjen.
Perbendaharaan dengan dokumen Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).
e) Pelaporan dan Pencatatan APBN
K/L dan Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan
pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
f) Pertanggungjawaban APBN
Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan
Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan negara dan badan lainnya.
3) Pejabat Perbendaharaan
a) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut
i. Menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
ii. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara.
iii. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan
dan perintah pembayaran atas beban anggaran belanja
Negara.
iv. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan.
v. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana.

23
vi. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan
kegiatan dan penarikan dana.
vii. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
viii. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan
anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b) Tugas dan Wewenang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
i. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana berdasarkan DIPA.
ii. menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk
rencana penarikan dananya.
iii. menyusun perhitungan kebutuhan Uang Persediaan (UP) /
Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebagai dasar pembuatan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP)-UP) / (TUP).
iv. mengusulkan revisi DIPA kepada KPA.
v. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
vi. membuat, menandatangani dan melaksanakan
perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa.
vii. melaksanakan kegiatan swakelola.
viii. memberitahukan kepada Kuasa Bendahara Umum Negara
(BUN) atas perjanjian/ kontrak yang dilakukannya.
ix. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.
x. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara.
xi. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti
mengenai hak tagih kepada negara.
xii. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan
yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja
pegawai.
c) Tugas dan Wewenang Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar (PPSPM)
i. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung:
kelengkapan dokumen pendukung SPP; kesesuaian penanda
tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK; kebenaran
pengisian format SPP; kesesuaian kode BAS pada SPP
dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker; kebenaran
formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan
barang/jasa; kebenaran pihak yang berhak menerima
pembayaran pada SPP sehubungan dengan
perjanjian/kontrak/surat keputusan; kebenaran perhitungan
tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak
yang mempunyai hak tagih; kepastian telah terpenuhinya
kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang
mempunyai hak tagih kepada negara dan kesesuaian prestasi

24
pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
ii. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak
memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.
4) Dokumem Pertanggungjawaban Keuangan Pada Suatu Kegiatan.
Perlu diperhatikan bahwa dalam sistem dan mekanisme Pembayaran
dalam kegiatan meliputi beberap hal:
a) Uang Persediaan/ Tambahan Uang Persediaan (UP)/(TUP) yang
dalam hal ini digunakan meliputi kegiatan operasional sehari-hari
dan pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin
dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung.
b) Pembayaran langsung, yang meliputi Atas dasar adanya perjanjian
kerja, surat keputusan, surat tugas dan surat perintah kerja
Untuk proses pembayaran, dapat diajukan melalui beberapa proses
mekanisme sesuai dengan kegiatannya, sebagai contoh dalam kegiatan
perjalanan dinas. Berikut, dokumen yang disiapkan dan dilengkapi
dalam Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) untuk melaksanakan Tugas,
yaitu :
 Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)
 Surta Perintah Tugas (SPT)
 Tagihan penginapan, biaya transportasi (termasuk tiket kereta atau
pesawat)
 Pengeluaran lain yang dibuktikan dengan Nota pembayaran (sesuai
dengan pagu anggaran)
Dokumen diajukan ke bendahara untuk dimintakan permintaan
pembayaran ke PPK atau PPSPM. Proses selanjutnya dimintakan
pembayaran ke KPPN yang kemudian divalidasi permintaan
pembayaran tersebut sehingga terbit Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).

d. Pengelolaan Barang Milik Negara


1) Pengertian dan Dasar Hukum Pengelolaan Baran Milik Negara
(BMN)
Pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara, dijelaskan bahwa BMN merupakan semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah. Barang milik negara memerlukan pengelolaan dan penatausahaan
yang memadai baik secara fisik hukum maupun akutansi. Pemantauan
dan penatausahaan yang baik ini akan sangat berguna dalam menjaga
kondisi fisik, pengamanan, pengakuan, peralihan hak, penilaian dan
praktik akutansi yang terkait dengan barang tersebut.
Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan mengenai pengelolaan
Barang Milik Negara, antara lain :
a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah
b) PMK Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara
c) PMK Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara, sebagaimana telah diubah PMK
Nomor 87/PMK.06/2016

25
d) PMK Nomor 166/PMK.06/2015 tentang Penilaian Barang Milik
Negara
e) PMK Nomor 14/PKM.06/2016 tentang Tata Cara Penjualan Barang
Milik Negara Berupa Kendaraan Perorangan Dinas Kepada Pegawai
Aparatur Sipil Negara, Anggota Tentara Nasional Indonesia, Atau
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Tanpa Memalui
Lelang
f) PMK Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara
g) PMK Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa
Barang Milik Negara
h) PMK Nomor 78/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara
i) PMK Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
j) PMK Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang
Milik Negara
k) PMK Nomor 52/PKM.06/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.06/2012 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara
l) PMK Nomor 69/PMK.06/2015 tentang Tata Cara Rekonsiliasi
Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Berdasarkan jenisnya BMN diklasifikasikan menjadi : barang tidak
bergerak, barang bergerak, barang persediaan, konstruksi dalam
pekerjaan, dan aset tak berwujud.
a) Barang tak bergerak merupakan aset tetap yang tidak dapat
dipindahkan dalam pelaksanaan pekerjaannya, seperti tanah, jalan,
jembatan, bangunan gedung, rambu-rambu, tugu/tanda batas (pagar),
dan barang tak bergerak lainnya.
b) Barang bergerak merupakan aset tetap yang dapat dipindahkan dalam
pelaksanaan pekerjaannya, seperti peralatan dan mesin, aset bergerak
lainnya baik yang tak berwujud.
c) Barang persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang memiliki fungsi untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk
dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Contohnya seperti barang habis pakai, barang tak abis
pakai dan barang bekas dipakai.
d) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) merupakan aset yang sedang
dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan atau
proses perolehannya belum selesai pada akhir periode akuntansi.
contohnya seperti tanah, peralatan, mesin, gedung, jalan, jembatan
dan aset tetap lainnya.
e) Aset tak berwujud merupakan aset yang bentuknya tidak berwujud.
Bentuknya dari aset tak berwujud ini seperti software aplikasi, hak
cipta, hasil kajian atau penelitian dan aset tak berwujud lainnya.
2) Pengelolaan Barang Milik Negara

26
Kebijakan dalam pengelolaan aset dan barang milik Negara harus
bertujuan agar BMN dapat teroptimalisasi, efisiensi dan efektif untuk
sekaligus mendukung tugas dan kegiatan dari penyelenggaraan
Pemerintah. Pengelolaan terdiri dari pengelolaan yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Di Pemerintah Pusat Menteri
Keuangan selaku BUN merupakan pengelola barang, sedangkan
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna barang dan dapat
memberikan kuasa pengguna atas barang kepada kepala kantor/satker.
Di Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Wali kota sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan barang, sedangkan sekretaris daerah sebagai
pengelola barang dan kepala kantor/satker perangkat daerah sebagai
pengguna barang. Berikut alur dalam pengelolaan BMN:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2006 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara, dalam pengelolaan BMN itu meliputi
beberapa hal, yakni :
a) Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
Perencanaan Kebutuhan BMN sebagai kegiatan yang merumuskan
rincian kebutuhan BMN untuk menghubungkan pengadaan barang
yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar
dalam melakukan tindakan yang akan datang. Perencanaan tersebut
disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan
fungsi kementerian atau Lembaga serta ketersediaan BMN yang ada.
Untuk perencanaannya meliputi perencanaan dalam pengadaan,
pemeliharaan, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan.
Sebagai salah satu dasar dalam pengusulan penyediaan anggaran
untuk kebutuhan baru dan angka dasar serta penyusunan rencana

27
kerja dan anggaran, perencanaan kebutuhan BMN juga berpedoman
pada standar barang, standar kebutuhan dan standar harga. Dalam
standar barang dan standar kebutuhan ditetapkan oleh pengelola
barang setelah dikoordinasikan dengan instansi terkait.
b) Pengadaan
Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan
akuntabel. Kegiatan pengadaan barang/jasa merupakan kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa.
c) Penggunaan
Dalam penggunaan BMN, dikelola dan ditatausahakan Barang Milik
Negara/Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang
bersangkutan. Untuk penggunaan BMN dapat ditetapkan status
penggunannya, yakni sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
departemen/Lembaga yang bersangkutan atau dioperasikan oleh
pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas
pokok dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang bersangkutan. Penetapan status penggunaan
BMN dilakukan oleh yang Pejabat berwenang, yakni:
i. Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang menetapkan status
penggunaan BMN dalam hal:
 BMN berupa tanah dan/atau Bangunan
 BMN selain tanah dan/atau Bangunan, yang memiliki bukti
kepemilikan (contohnya seperti sepeda motor, mobil, kapal,
dll); dan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai
perolehan diatas Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah).
 BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dilakukan pemindahtanganan berupa Penyertaan Modal
Pemerintah Pusat
ii. Menteri/Kepala Lembaga selaku Pengguna Barang menetapkan
status penggunaan BMN dalam hal:
 Alat utama sistem persenjataan (Alutsista)
 BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai
dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai
dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) per unit/satuan
Penggunaan Barang ditetapkan oleh Pengelola Barang dengan
tahapan:
i. Pengguna Barang melaporkan BMN yang diterimanya kepada
Pengelola Barang disertai dengan usul penggunaan
ii. Pengelola Barang meneliti usulan dan menetapkan Status
Penggunaan BMN dimaksud
Barang BMN sebelum dilakukan pengelolaannya harus ditetapkan
penetapan status penggunaan (PSP) kecuali:
i. Barang persediaan
ii. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
iii. Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan

28
iv. Barang yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana
penunjang tugas pembantuan yang sudah direncanakan untuk
diserahkan
v. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya
(BPDBPS)
vi. Aset Tetap Renovasi (ATR)
vii.
d) Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan pendayagunaan Barang Milik Negara atau
Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan
fungsi Kementerian/ Lembaga/satuan kerja perangkat daerah
dan/atau optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan. Bentuk Pemanfaatan Barang Milik
Negara/Daerah berupa:
i. Sewa, dapat disewakan kepada pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
ii. Pinjam Pakai, dapat dimanfaatkan dengan penyerahan
penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu
tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang.
iii. Kerja Sama Pemanfaatan, dimanfaatkan dalam pendayagunaan
Barang Milik Negara/Daerah oleh pihak lain dalam jangka
waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara
bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan
lainnya.
iv. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna
Bangun Guna Serah adalah Pemanfaatan Barang Milik
Negara/Daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya
diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Bangun
Serah Guna adalah Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
v. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur merupakan kerja sama
antara Pemerintah dan Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan
infrastruktur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

e) Pengamanan dan pemeliharaan


Pengamanan ini meliputi dalam pengelolaan barang, pengguna
barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan
pengamanan terhadap Barang Milik Negara/Daerah yang berada
dalam penguasaannya. Objek pengamanan ialah Barang Milik

29
Negara yang dapat berupa, antara lain tanah, bangunan, kendaraan
bermotor, serta selain tanah, bangunan, dan kendaraan bermotor.
Ruang lingkup dalam pengamanan BMN meliput 3 aspek, berikut
ini:
Pengamanan
Administrasi Fisik Hukum
Pembukuan Mencegah penurunan fungsi Melengkapi bukti status
kepemilikan
Inventarisasi Mencegah penurunan jumlah Menyimpan dokumen
bukti kepemilikan
Pelaporan Mencegah kehilangan
Tanah dan bangunan dengan
pemagaran dan pemasangan
tanda batas.
Non tanah dan bangunan
dengan penyimpanan dan
pemeliharaan

f) Pemeliharaan
BMN dilakukan pemeliharaan agar semua barang selalu dalam
kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Bentuk pemelihaaran terdiri dari 3, yaitu:
i. Pemeliharaan ringan dilakukan sehari-hari oleh unit pemakai/
pengurus barang/ penanggung jawab barang tanpa membebani
anggaran.
ii. Pemeliharaan sedang dengan melakukan pemeliharaan dan
perawatan secara berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran.
iii. Pemeliharaan berat dengan melakukan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli
yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi
dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan
pembebanan anggaran.
g) Penilaian
Penilaian BMN dilakukan untuk penyusunan neraca Pemerintah,
Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, dan dikecualikan untuk
pemanfaatan pinjam pakai atau pemindahtanganan untuk hibah.
Penilaian BMN dilakukan oleh Penilai Pemerintah, atau Penilai
Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penilaian dilakukan
untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
h) Pemindahtanganan;
Pemindahtanganan BMN bentuk kegiatan pengalihan kepemilikan
Barang Milik Negara. BMN yang sudah tidak diperlukan dalam
penyelenggaraan tugas Pemerintahan Negara dapat dilakukan
pemindahtanganan. Terdapat beberapa alasan BMN dilakukan
dipindahtangankan seperti:
i. Untuk efisiensi pengeluaran biaya pemeliharaan dan karena
secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara.
ii. Untuk optimalisasi Barang Milik Negara yang berlebih.

30
iii. Sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
iv. Untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan, optimalisasi penggunaan BMN, atau tidak
tersedia dan dalam APBN.
v. Untuk kepentingan sosial, keagamaan,kemanusiaan, dan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
vi. BMN tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh
BUMN/D atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki
Negara/Daerah,baik yang sudah ada maupun yang akan
dibentuk.
Bentuk Pemindahtanganan BMN antara lain dengan cara penjualan;
tukar menukar; hibah; dan Penyertaan Modal Pemerintah
i) Penghapusan
Penghapusan merupakan tindakan untuk menghapus Barang Milik
Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari
pejabat yang berwenang. Tujuannya untuk membebaskan Pengelola
Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya. Penghapusan BMN dilakukan dengan menerbitkan
keputusan Penghapusan dari Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang. Penghapusan dari Daftar BMN
dilakukan dalam hal ;
i. Sudah beralih kepemilikannya (Pemindahtanganan)
ii. Pemusnahan
iii. Sebab-sebab lain
Penghapusan BMN dengan tindak lanjut pemusnahan, dilakukan
dengan ketentuan :
iv. Tidak dapat digunakan
v. Tidak dapat dimanfaatkan
vi. Tidak dapat dipindahtangankan
vii. Alasan lain sesuai ketentuan UU
j) Penatausahaan
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
i. Pembukuan sebagai kegiatan pendaftaran dan pencatatan
BMN ke dalam Daftar Barang yang ada pada Pengguna
Barang/ Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola Barang
menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pembukuan
dilakukan menurut penggolongan dan kodefikasi barang yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan saat ini
menggunakan aplikasi. Untuk aset lancer masuk kedalam
aplikasi persediaan, sedangkan aset tetap dan lainnya masuk
kedalam aplikasi SIMAK-BMN.
ii. Inventarisasi sebagai kegiatan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan BMN. Inventarisasi berfungsi untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi BMN yang
sebenarnya dan mempermudah pengelolaan BMN.
Mekanisme dan jangka waktu inventarisasi, yakni :

31
Jenis BMN Mekanisme Jangka Waktu
Persedian dan Opname Fisik Minimal 1 tahun
KDP sekali
Selain Pesediaan Sensus Minimal 5 tahun
dan KDP sekali
Dokumen pelaksanaan yang diperlukan dan dokumen
keluaran dari pelaksanaan Inventarisasi :
a. Label sementara dan permanen;
b. Kertas Kerja Inventarisasi (KKI);
c. Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) BMN
iii. Pelaporan sebagai kegiatan penyusunan dan penyampaian
data dan informasi yang dilakukan oleh unit akuntansi yang
melakukan Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang/
Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaporan ini
disusun menurut perkiraan neraca yang terdiri dari :
aset lancar (persediaan); aset tetap (tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, aset tetap
lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan); dan aset lainnya
(aset tak berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga dan
aset tetap yang dihentikan dari penggunaan operasional
pemerintahan)
k) Pembinaan, pengawasan dan penilaian.
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan BMN dan
menetapkan kebijakan dalam hal Kebijakan Umum BMN dan/atau
kebijakan teknis BMN. Untuk engawasan dan pengendalian
dilaksanakan oleh pengguna barang
Pengguna Barang Pengelola Barang
Pemantauan Pemantauan
Penertiban Investigasi
Objek Pengawasan dan Pengendalian
Pengguna Barang Pengelola Barang
Penggunaan Penggunaan
Pemanfaatan Pemanfaatan
Pemindahtanganan Pemindahtanganan
Penatausahaan
Pemeliharaan
Pengamanan

3) Contoh Daftar Inventaris Barang Ruangan


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010
tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Megara, untuk
menginvetarisasi ada penggolongan dan kodefikasi BMN. Penggolongan
sebagai kegiatan untuk menetapkan secara sistematis mengenai BMN ke
dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub
kelompok. Untuk kodefikasi adalah pemberian kode BMN sesuai dengan
penggolongan masing-masing BMN. Dalam kodefikasi ada kode lokasi.
Kode Lokasi terdiri 18 (delapan belas) angka/digit dengan susunan
sebagai berikut:
XXX . XX . XXXX . XXXXX . XXX . KP
Tiga angka/digit pertama : menunjukkan kode Pengguna Barang

32
Dua angka/digit kedua : menunjukkan kode Eselon I
Empat angka/digit ketiga menunjukkan kode Wilayah
Enam angka/digit keempat : menunjukkan kode kuasa pengguna barang
Tiga angka/digit kelima : menunjukkan kode Pembantu Kuasa
Pengguna Barang
Penjelasan:
a) Kode Pengguna Barang, mengacu kepada kode Bagian Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
b) Kode Eselon I, mengacu kepada Kode Unit Eselon I Bagian
Anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
c) Kode Wilayah, mengacu kepada Kode Propinsi. Unit kerja pada
kantor pusat Kementerian Negara/Lembaga dan unit eselon-1, kode
wilayah diisi dengan 00.
d) Kode Kuasa Pengguna Barang, mengacu kepada Kode Satuan Kerja
pada Kode Bagian Anggaran.
e) Jenis Kewenangan (JK), memuat uraian yang terdiri dari Jenis
Kewenangan Kantor Pusat (KP), Kantor Daerah (KD),
Dekonsentrasi (DK), dan Tugas Pembantuan (TP).
Contoh :
Satuan Kerja pada Kantor Pusat Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Direktorat Pengaduan Pengawasan dan Sanksi
Administrasi (PPSA) menggunakan kode lokasi sebagai berikut :
Unit Kerja Kode Lokasi
Kemen-LHK RI : 029.00.0000.000000.000
Ditjen Penegakan Hukum LHK : 029.10.0000.000000.000
Setditjen Penegakan Hukum LHK : 029.10.0199.000000.000
Bagian Dit PPSA : 029.10.0199.400424.000.KP
Terkait Kode Barang terdiri dari 10 (sepuluh) angka/digit yang terbagi
dalam lima kelompok kode dengan susunan sebagai berikut:
X . XX . XX . XX . XXX
Satu angka/digit pertama : menunjukkan kode Golongan Barang
Dua angka/digit kedua : menunjukkan kode Bidang Barang
Dua angka /digit ketiga menunjukkan kode Kelompok Barang
Dua angka /digit keempat : menunjukkan kode Sub Kelompok Barang
Tiga angka/digit kelima : menunjukkan kode Sub-sub Kelompok
Barang
Sebagai contoh untuk barang :
Kode Barang : Nama Barang
3.05.02.01.002 : Meja Kerja Kayu

3.05.02.01.999 : Besi Pembatas Meja Kerja kayu

33
3.05.01.05.048 : LCD Proyektor/infocus

3.01.03.15.006 : Mini Digital Video Recorder

3.01.03.15.004 : Detector Camera Scanner

2. Teknis Substantif
a. Tugas dan Fungsi Organisasi
Direktorat Pengaduan Pengawasan dan Sanksi Administrasi (PPSA)
Pada waktu sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian
Kehutanan adalah Kementerian yang terpisah. Pada masa Pemerintah
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kementerian Kehutanan digabung menjadi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Kementerian Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan.
Salah satu struktur organisasi didalam Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ialah Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan (Ditjen
Gakkum). Ditjen Gakkum ini memiliki 5 sub Direktorat, yakni Sekretariat
Direktorat Jenderal, Direktorat Pengaduan Pengawasan dan Sanksi
Administrasi (PPSA), Direktorat Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
(PSLH), Direktorat Pencegahan dan Pengamanan Hutan (PPH) dan
Direktorat Penegakan Hukum Pidana (PHP). Ditjen Gakkum merupakan
Ditjen yang tergolong baru dan tidak ada di Kementerian lainnya. Ditjen
Gakkum memiliki nilai internalisasi yang menjadi pegangan, yakni
integritas, profesional, responsif dan inovatif.

34
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
memeliki fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan pencegahan,
pengawasan, pengamanan, penanganan pengaduan, penyidikan,
penerapan hukum administrasi, perdata, dan pidana dalam ranah
lingkungan hidup dan kehutanan, serta dukungan operasi penegakan
hukum lingkungan hidup dan kehutanan.
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pencegahan,
pengawasan, pengamanan, penanganan pengaduan, penyidikan,
penerapan hukum administrasi, perdata, dan pidana dalam ranah
lingkungan hidup dankehutanan, serta dukungan operasi penegakan
hukumlingkungan hidup dan kehutanan.
3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan pencegahan, pengawasan, pengamanan, penanganan
pengaduan, penyidikan, penerapan hukum administrasi, perdata, dan
pidana dalam ranah lingkungan hidup dan kehutanan, serta dukungan
operasi penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan.
4) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan
pencegahan, pengawasan, pengamanan, penanganan pengaduan,
penyidikan, penerapan hukum administrasi, perdata dan pidana dalam
ranah lingkungan hidup dan kehutanan, serta dukungan operasi
penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan.
5) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanan urusan
urusan penyelenggaraan pencegahan, pengawasan, pengamanan,
penanganan pengaduan, penyidikan, penerapan hukum administrasi,
perdata dan pidana dalam ranah lingkungan hidup dan kehutanan, serta
dukungan operasi penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan di
daerah.
6) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencegahan,
pengawasan, pengamanan, penanganan pengaduan, penyidikan,
penerapan hukum administrasi, perdata, dan pidana dalam ranah
lingkungan hidup dan kehutanan, serta dukungan operasi penegakan
hukum lingkungan hidup dan kehutanan.
Salah satu unit tugas di Ditjen Gakkum ialah Direktorat PPSA. Direktorat
PPSA ini merupakan pintu masuk pertama dalam proses penegakan hukum
lingkungan hidup dan kehutanan untuk merespon dan mendukung
pelaksanaan penegakan hukum secara tegas dan konsisten dalam ranah
lingkungan hidup dan kehutanan sebagaimana yang dilakukan unit kerja
eselon II lain di dalam Ditjen Gakkum.
1) Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.18/MENLHK- II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat PPSA
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan,
koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, bimbingan teknis, evaluasi
bimbingan teknis, dan supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang
pengaduan, pengawasan, dan sanksi administrasi lingkungan hidup dan
kehutanan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Direktorat PPSA
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

35
a) Penyiapan perumusan kebijakan penanganan pengaduan,
pengawasan perizinan dan pengenaan dan penerapan sanksi
administrasi perizinan lingkungan hidup dan kehutanan.
b) Penyiapan pelaksanaan kebijakan penanganan pengaduan,
pengawasan perizinan dan pengenaan dan penerapan sanksi
administrasi perizinan lingkungan hidup dan kehutanan.
c) Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan penanganan
pengaduan, pengawasan perizinan dan pengenaan perizinan
lingkungan hidup dan kehutanan.
d) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria penanganan
pengaduan, pengawasan perizinan dan pengenaan dan penerapan
sanksi administrasi perizinan lingkungan hidup dan kehutanan.
e) Pemberian bimbingan teknis, evaluasi bimbingan teknis, dan
supervisi pelaksanaan urusan pengawasan perizinan lingkungan
sektor-sektor sumber daya alam, industri dan jasa, penanganan
pengaduan dan pengenaan dan evaluasi pengenaan sanksi
administrasi perizinan lingkungan hidup dan kehutanan di daerah.
f) Pelaksanaan administrasi Direktorat.

2) Struktur Organisasi

3) Komposisi Sumber Daya Manusia (SDM)


Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat PPSA, memperlukan
jabatan fungsional pengawas lingkungan hidup (PLH) yang memiliki
kewenangan untuk melakukan penanganan pengaduan, pengawasan
penaatan serta penerapan sanksi administratif. Direktorat PPSA terdiri
dari direktur, 3 (tiga) kepala subdirektorat dengan masing-masing
dibawahi oleh 2 (dua) kepala seksi, dan kepala sub bagian tata usaha.
Dalam pelaksanaan tugas harian, Direktorat PPSA juga dibantu oleh
tenaga honorer di masing- masing unit eselon III.
Berdasarkan data per Desember 2019, Direktorat PPSA memiliki
pegawai sebanyak 71 orang yang terdiri dari 57 orang (PNS) dan 14
orang (PPNPN) yang tersebar dimasing-masing Subdirektorat dan
Subbagian Tata Usaha. Direktorat PPSA membawahi Pejabat Pengawas

36
Lingkungan Hidup (PPLH) diseluruh Indonesia dengan jumlah PPLH
sebanyak 145 orang per Desember 2019.
4) Capaian Kinerja
Sebagai bagian dari bentuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
melalui dengan kegiatan prioritas penguatan kelembagaan dan
penegakan hukum di bidang sumber daya alam dan lingkungan.
dilakukan melalui tugas dan fungsi Direktorat PPSA untuk
melaksanakan penanganan pengaduan, pengawasan penaatan dan
penerapan sanksi administrasi. Periode tahun 2015-2019 merupakan
periode 5 (lima) tahun pertama pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
PPSA. Pencapaian Direktorat PPSA yang telah terealisasi dalam
kegiatan sebagai berikut :
a) Pengelolaan pengaduan Dit. PPSA mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PermenLHK) Nomor
P.22/MENLHK/SETJEN/SET.l/3/2017 tentang Tata Cara
Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan diatur. Pengadu dapat
menyampaikan pengaduan terkait pelanggaran dibidang lingkungan
hidup dan kehutanan melalui kanal yang disediakan baik secara
online maupun offline. Periode tahun 2015 – 2019 ada 4.135
Pengaduan yang masuk, jumlah ini telah melampaui target yang
ditetapkan dalam renstra tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 3.750
pengaduan atau sekitar 141% dari jumlah target.
b) Pengawasan terhadap Ketaatan
Periode tahun 2015 – 2019 ada 5.145 pengawasan ketaatan terhadap
Perizinan Perusahaan yang dilakukan. Jumlah itu telah melampaui
target pengawasan yang ditetapkan dalam renstra tahun 2015-2019
sebanyak 2.550 pengawasan atau sekitar 201% dari target.
c) Sanksi Administrasi
Penerbitan sanksi administratif hanya dilaksanakan oleh unit kerja
Direktorat PPSA. Periode tahun 2015 – 2019 ada penerbitan sanksi
administrasi berupa teguran tertulis sebanyak 23; paksaan
pemerintah sebanyak 736; pembekuan izin sebanyak 21; pencabutan
izin sebanyak 4 dan surat peringatan sebanyak 427. Keseluruhnya
ada 1.364 sanksi administrasi yang diterbitkan, jumlah itu melebihi
target pengenaaan sanksi administrasi dari 425.
5) Kendala yang dihadapi oleh setiap bidang, yaitu
a) Penanganan Pengaduan
i. Belum optimalnya penggunaan website dan aplikasi
penanganan pengaduan berbasis android
ii. Belum optimalnya koordinasi dengan pas Gakkum dan
pemerintah daerah
iii. Jumlah verifikator yang belum mencukupi akibat bertambahnya
jumlah aduan
iv. Peningkatan kapasitas dan dukungan teknis penanganan
pengaduan.
b) Pengawasan Penaatan
i. Belum selesainya peraturan terkait pengawasan penaatan
lingkungan hidup.

37
ii. Belum semua daerah memperoleh bimbingan teknis dan
pembinaan terkait pelaksanaan pengawasan penaatan perizinan
iii. Belum adanya data base perizinan di bidang kehutanan.
iv. Kapasitas Pengawas Lingkungan Hidup yang perlu ditingkatkan
c) Penerapan Sanksi Administrasi
i. Belum dapat melakukan pengawasan sanksi administrasi
secara masif dikarenakan sumber daya manusia yang tidak
banyak.
ii. Belum taatnya perusahaan terhadap kewajiban sanksi
administrasi.
iii. Belum memiliki standar operasional prosedur (SOP) untuk
penerapan sanksi administrasi.
iv. Belum semua daerah berdasarkan kewenangannya melakukan
penegakan hukum administrasi.
v. Adanya gugatan tata usaha negara (TUN) atas keputusan sanksi
administratif yang dikenakan.
vi. Belum selesainya peraturan terkait jangka waktu penerapan
sanksi administratif dan denda keterlambatan sanksi
adminstratif.
vii. Terdapat hasil pengawasan yang belum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar
operasional prosedur (SOP) pengawasan.
viii. Kapasitas penyusun sanksi administrasi yang perlu
ditingkatkan.
6) Analisi SWOT 2020-2024
a) Strength (kekuatan)
Memiliki kewenangan berdasarkan aturan perundang-undangan;
i. Memiliki instrumen penegakan hukum administrasi
ii. Memiliki SDM PPLH yang tersebar di seluruh Indonesia (5
BPPHLHK)
iii. Memiliki peraturan-peraturan terkait pengaduan, pengawasan
dan sanksi administrasi
iv. Memiliki teknologi untuk melakukan penanganan pengaduan,
pengawasan penaatan dan penerapan sanksi administrasi
v. Jumlah dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
meningkat
vi. Peningkatan jumlah sarana dan prasarana
vii. Komitmen pimpinan yang tinggi di tingkat internal
viii. Kuatnya dukungan anggaran dari Parlemen
b) Opportunity (tantangan)
i. Ekspektasi masyarakat tinggi terhadap kinerja Ditjen Gakkum
ii. Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan menjadi
program prioritas nasional
iii. Keterlibatan dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
hidup semakin meningkat
iv. Pembaruan perundang-undangan yang mengatur perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup
v. Adanya program pembinaan pengelolaan lingkungan hidup di
unit kerja dan institusi lain

38
vi. Ditjen Gakkum telah memiliki Balai Pengamanan dan
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan di 5
(lima) wilayah dan pas gakkum hampir di setiap provinsi
c) Weakness (Kelemahan)
i. PPLH belum berfungsi dan bertugas sesuai dengan kebutuhan
utama
ii. Jumlah dan kompetensi SDM yang belum merata
iii. Belum seluruh kegiatan memiliki SOP
iv. Ketimpangan jumlah pegawai berdasarkan gender
v. Adanya perbedaan kapasitas antara SDM dengan permasalahan
pengaduan, pengawasan dan sanksi administrasi.
vi. Peraturan terkait pengawasan menggunakan peraturan lama.
d) Threat (Ancaman)
i. Berkembangnya jumlah tipologi dan modus kejahatan LHK
ii. lnformasi antar unit kerja belum sepenuhnya dapat diakses.
iii. Harapan masyarakat akan rasa keadilan masyarakat dan dalam
waktu yang singkat sesuai dengan tuntutan.
iv. Sebagaian besar Pemerintah Daerah tidak melakukan
penegakan hukum LHK.
v. Keterbatasan anggaran penegakan hukum LHK di daerah.
vi. Jumlah dan kualitas SDM Pemerintah daerah yang tidak
memadai.
vii. Adanya gugatan terhadap sanksi administrasi yang dijatuhkan
ke pelanggar.
viii. Peraturan terkait penegakan hukum yang saling tumpeng tindih
7) Rencana Stratergis Tahun 2020-2024
Demi terwujudnya visi Presiden dan Wakil Presiden ditahun 2020-2024
yakni "Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, diwujudkan dalam 9
misi, salah satu misi yang diusung adalah “Terwujudnya Keberlanjutan
Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan
Masyarakat”. Kementerian LHK mewujudkannya dalam 4 misi, yakni
a) Mewujudkan hutan yang lestari dan lingkungan hidup yang
berkualitas.
b) Mengoptimalkan manfaat ekonomi sumber daya hutan dan
lingkungan secara berkeadilan dan berkelanjutan.
c) Mewujudkan keberdayaan masyarakat dalam akses kelola hutan baik
laki-laki maupun perempuan secara adil dan setara.
d) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
4 Misi ini menjadi dasar juga dalam visi dan misi dari Ditjen Gakkum,
yakni "Terwujudnya Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang berkualitas dan berkeadilan demi keberlanjutan sumber
daya hutan dan Lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat
dengan misi :
a) Penegakan Hukum lingkungan hidup dan kehutanan yang efektif
melalui sumber daya manusia yang berintegritas, professional,
responsif dan inovatif serta berkesetaraan gender;
b) Penegakan Hukum lingkungan hidup dan kehutanan berbasiskan
sains dan teknologi yang mengedepankan norma dan budaya hukum;

39
c) Penguatan ekosistem penegakan hukum LHK melalui
pengembangan instrumen, kelembagaan, tata kelola kolaboratif,
kapasitas sumber daya manusia serta dukungan pengambilan
keputusan;
d) Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan yang konsisten,
bermartabat dan terpercaya.
8) Inovasi
Untuk mewujudkan visi dan misi yang sudah ditentukan diperlukan
sebuah program atau kegiatan inovasi. Beberapa program inovasi yang
dapat dilakukan:
a) Penguatan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria dalam setiap
melaksanakan tugas dan kegiatan di Direktorat PPSA.
b) Penanganan pengaduan akan dilaksanakan dengan lebih cepat,
akurat, efisien dan terintegrasi dengan seluruh pemerintah daerah
maupun \ instansi lain yang menangani pengaduan lingkungan
hidup dan kehutanan. Disamping itu, pelaksanaan penanganan
pengaduan akan distandarisasi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
c) Peningkatan kapasitas kompetensi baik dalam penanganan
pengaduan, kapasitas PLH dalam pengawasan, kapasitas dalam
menyusun sanksi, sehingga setiap SDM memiliki standar dan
kompetensi yang sama dalam bidangnya masing-masing untuk
mendukung proses penegakan hukum bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.
d) Peningkatan sarana dan prasarana di Direktorat PPSA guna
mendukung kegiatan penanganan pengaduan, pelaksanaan
pengawasan dan penerapan sanksi administrasi selama lima tahun ke
depan dengan cara pemeliharaan dan pengadaan sarana dan
prasarana sesuai dengan perkembangan teknologi agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsi secara optimal. Pengelolaan sarana
dan prasarana meliputi standarisasi, distribusi, pemeliharaan yang
akan dipantau secara kontinu sehingga dapat dipergunakan secara
maksimal.
e) Meningkatkan Kerja sama antar para pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal. Koordinasi antar instansi internal lingkup
Ditjen Gakkum termasuk Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan tugas dan fungsi dari Ditjen Gakkum.
Pemanfaatan Teknologi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya antara lain
dengan menggunakan data base berbasis IT. penggunaan UAV dan
pengindraan jarak jauh untuk mengakuisisi data, penggunaan software untuk
menganalisis kebijakan, serta pemanfaatan teknologi lainnya. Direktorat
PPSA terkoneksi dengan Centre of Intelligence Ditjen Gakkum sehingga
data yang didapatkan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk penegakan
hukum lingkungan hidup dan kehutanan secara lebih komprehensif dan
maksimal.

40
b. Tugas dan Fungsi Jabatan Analis Hukum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2020 Tentang
Jabatan Fungsional Analis Hukum, Tugas Jabatan Fungsional Analis Hukum
yaitu melakukan kegiatan analisis dan evaluasi di bidang peraturan
perundang- undangan dan hukum tidak tertulis, pembentukan peraturan
perundang-undangan, permasalahan hukum, pengawasan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, dokumen perjanjian dan pelaksanaan
perjanjian, pelayanan hukum, perizinan, informasi hukum, dan advokasi
hukum. Ruang lingkup dari tugas dan fungsi dibidang hukum meliputi
beberapa hal, antara lain
1) Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dalam hal ini meliputi:
a) Rancangan Peraturan Perundang-undangan
b) Rancangan Peraturan Pemerintah sebagai aturan pelaksana
c) Rancangan Peraturan Presiden
d) Rancangan Peraturan Menteri
Dalam menyusun peraturan perundang-undangan tersebut harus
memperhatikan aturan terkait pembuatan peraturan perundang-
undangan seperti Undang-undang No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik itu terdiri dari :
a) Kejelasan tujuan
b) Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
c) Kesesuaian antara jenis
d) Hieraraki dan materi muatan
e) Dapat dilaksanakan
f) Kejelasan rumusan
g) Keterbukaan.
Untuk materi muatan peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan beberapa asas, yakni:
a) Pengayoman
b) Kemanusiaan
c) Kebangsaan
d) Kekeluargaan
e) Kenusantaraan
f) Bhineka Tunggal Ika
g) Keadilan
h) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i) Ketertiban dan kepastian hukum dan/atau
j) Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.
2) Advokasi Hukum, meliputi dari:
a) melaksanakan advokasi dalam perkara perdata, tata usaha negara,
dan uji materiil peraturan perundang-undangan
b) melaksanakan advokasi di luar persidangan (nonlitigasi)
c) melaksanakan advokasi hukum secara adjudikasi
d) melaksanakan advokasi hukum di forum alternatif penyelesaian
sengketa.
Beberapa hal yang harus dikuasai dan dipahami oleh seorang yang
memiliki tugas advokasi hukum meliputi :

41
a) Tata Cara dan Pelaksanaan pembelaan hukum Direktorat Jenderal
Penegakkan Hukum
b) Standar Operational Prosedur Penanganan Praperadilan, Gugatan
Pidana, Gugatan Perdata, dan Gugatan Tata Usaha Negara
c) Pelaksanaan pendampingan dan pembelaan hukum
d) Evaluasi pembelaan Hukum

3) Penelaahan dan Pertimbangan Hukum, membuat telaah dan


pertimbangan hukum terkait permasalahan tentang hukum maupun
solusi terkait permasalahan hukum. Khususnya di lingkungan Direktorat
Jenderal Penegakkan Hukum, penelaahan hukum diperlukan untuk
melihat aduan yang masuk apakah masuk didalam aduan yang menjadi
ranah penegakan hukum lingkungan dan kehutanan. Hal lainnya terkait
merancang suatu sanksi yang akan dikenakan kepada usaha dan/atau
kegiatan yang telah terbukti melakukan pelanggaran dibidang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penelaahan rancangan sanksi
administrasi dan pencabutan sanksi administrasi wajib memperhatikan
berita acara pengawasan dan laporan hasil pengawasan secara cermat dan
teliti. Dalam menyusun sanksi administrasi dan pencabutan sanksi
administrasi juga harus dilakukan dengan memperhatikan legalitas
kewenangan, prosedur yang tepat, ketepatan penerapan sanksi dan
kepastian tiadanya cacat yuridis dalam penerapan sanksi serta unsur
kehati-hatian.

C. Hambatan dan Tantangan


1. Hambatan
Dalam kegiatan PKTB yang dilaksanakan ada beberapa hambatan didalam
proses pelaksanaannya, antara lain:
a) Sistem PKTB dengan On Job Training kurang efektif untuk memahami
secara teori sehingga tidak bisa fokus.
b) Proses pelaksanaanya yang tidak secara langsung dan menggunakan
teleconference karena adanya pandemi virus Covid 19 membuat
pelaksanaannya kurang berkesan dalam berinteraksi dengan sesama rekan
CPNS dan narasumber.
c) Proses PKTB sebagai bagian dari penguatan kompetensi yang juga bagian
dari penguatan jaringan baik antar individu dan kelompok kurang terjalin
dengan kuat karena dalam pelaksanaannya tidak dilakukan secara langsung.
d) Kegiatan yang menggunakan teleconference belum didukung seluruhnya
oleh ketersediaan sarana dan prasarana, baik itu jaringan internet, kuota
internet, dan hardware untuk berkomunikasi karena terkadang jaringan
tidak baik, atau hardware tidak mendukung
2. Tantangan
Selesai PKTBT ke depan tentunya ada tantangan kedepan setelah proses
PKTBT, antara lain:
a) Pegawai negeri sipil sebagai bagian dari sumber daya manusia indonesia
harus mampu meningkatkan kualitas kompetensinya dan memiliki daya
saing, sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan
efisien untuk dapat mendorong peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat.

42
b) Membentuk Pegawai negeri sipil yang profesional, berkarakter yang
dibentuk oleh sikap perilaku bela negara, nilai-nilai dasar aparatur sipil
negara yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan
anti korupsi, pengetahuan tentang kedudukan dan peran pns dalam negara
kesatuan republik indonesia serta menguasai bidang tugasnya.
c) Tantangan dimasa pandemi, menjadikan PNS harus kreatif dan inovatif
dalam melaksanakan tugas dan fungsi secara optimal dengan
memanfaatkan teknologi.

43
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penguatan Kompetensi Teknis Bidang Tugas Direktorat untuk CPNS menjadi


penting, sebagai modal awal dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-
masing dalam instansinya. Pelaksanaan PKTBT ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan penguatan secara teknis kepada CPNS agar dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. PKTBT merupakan salah satu bagian dari bentuk upaya
untuk mewujudkan ASN yang berkompetensi, memiliki kemampuan, integritas,
professional. Selain itu PKTBT menjadi bagian dalam penguatan jaringan rekanan
sesama CPNS lainnya. Melalui PKTBT ini kita bisa mengenali rekan rekan kita,
mengenali tugas dan tanggungjawab, mengenali hak dan kewajiban kita sebagai
ASN.

B. Saran
1. Dalam pelaksanaanya kedepan, PKTBT diharapkan dilaksanakan lebih awal saat
CPNS sudah mulai melaksanakan tugasnya, karena menjadi modal dasar bagi
CPNS untuk mengenali lingkungan, tugas, tanggungjawab, hak dan
kewajibannya.
2. Pendalaman terkait peningkatan kompetensi CPNS harus terus dilakukan
melalui pelatihan dan pendidikan lebih lanjut terutama mengenai tugas dan
fungsi jabatan.

44
B. Dokumentasi

Foto: Pembukaan PKTBT dan Arahan Foto: Kegiatan PKTBT dan Pengelolaan
Pimpinan Instansi Kepegawaian

Foto: Kegiatan Penjelasan Tugas dan Fungsi Foto: Kegiatan Penjelasan Tugas dan Fungsi
Organisasi PPSA Organisasi PPSA
Foto: Kegiatan Penjelasan Tata Naskah dan Foto: Kegiatan Penjelasan Tata Naskah dan
Kearsipan Kearsipan

Foto: Kegiatan Penjelasan Pengelolaan Foto: Kegiatan Penjelasan Pengelolaan Keuangan


Keuangan Negara Negara
Foto: Kegiatan Penjelasan Pengelolaan Barang Foto: Kegiatan Penjelasan Pengelolaan Barang
Milik Negara Milik Negara

Foto: Kegiatan Penjelasan Tugas dan Fungsi Foto: Kegiatan Penjelasan Tugas dan Fungsi
Jabatan Jabatan
C. Contoh Surat

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT PENGADUAN, PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI

SURAT TUGAS
Nomor: ST. 30 /PPSA/PSA/GKM.0/ 2/2021

DIREKTUR PENGADUAN, PENGAWASAN, DAN SANKSI ADMINISTRASI

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan sanksi administratif terhadap


usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
izin lingkungan, serta izin pelindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan
b. bahwa dalam rangka pengawasan sebagaimana tersebut pada butir
a perlu diterbitkan Surat Tugas Direktur Pengaduan, Pengawasan,
dan Sanksi Administrasi.

Dasar : 1. Pasal 71 sampai dengan Pasal 74 dan Pasal 76 Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015
tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan
Penaatan Lingkungan Hidup bagi Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup;
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: SP DIPA-
029.10.1.465025/2021 tanggal 23 November 2020 tentang Surat
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Petikan TA 2019,
Satker Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor Nomor SK.1234/Menlhk-PHLHK/PPSA/
GKM.0/12/2019 tentang Penerapan Sanksi Administratif Paksaan
Pemerintah kepada PT Agro Makmur Raya tanggal 23 Desember
2020;
MEMBERI TUGAS:

Kepada : 1. Nama : Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.,


NIP : 199111062020122004
Jabatan : Pengawas Lingkungan Hidup Pertama
2. Nama : Fairuz Hanisah, S.Si., M.H.
NIP : 199101012015122002
Jabatan : Pengawas Lingkungan Hidup Pertama

Untuk : 1. Melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan sanksi administratif


terhadap PT Makmur Jaya di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara;
2. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah melaksanakan tugas,
membuat laporan hasil pengawasan dimaksud.
Waktu : Selama 5 (lima) hari, tanggal 15 – 19 Februari 2021.
Tempat : Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
Biaya : Dibebankan kepada DIPA BA-029 Direktorat Jenderal Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun Anggaran 2021.

Jakarta, 8 Februari 2021


Direktur,

TTD

Ibrahim Muttaqin, S.H., M.A.


NIP 197712091993031001

Tembusan:
Direktur Jenderal Penegakan Hukum LHK
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT PENGADUAN, PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI
Alamat: Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 4 Jl. Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta 10270 Telepon/Faximile (021) 57902925

Jakarta 8 Ferbuari 2021


Nomor : S. 20 /PPSA/PSA/GKM.0/ 3 /2021
Sifat : Biasa
Hal : Dukungan kegiatan

Yth. Penanggung Jawab PT Freeport


Jalan Ir. Soekarno Nomor 1, Kelurahan Bitung Timur
Kecamatan Timika, Kota Timika,
Provinsi Papua

Dalam rangka tindak lanjut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor SK.1234/Menlhk-PHLHK/PPSA/GKM.0/12/2019 tentang
Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah kepada PT Freeport tanggal 23
Desember 2020, bersama ini diberitahukan bahwa Direktorat Pengaduan,
Pengawasan, dan Sanksi Administrasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan akan melakukan pengawasan pelaksanaan penaatan sanksi administratif
pada tanggal 15 – 19 Frebuari 2021.
Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan bantuan Saudara untuk dapat
mempersiapkan data dan dokumen terkait pelaksanaan pemenuhan sanksi
administratif dimaksud.

Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Direktur,

TTD.

Ibrahim Muttaqin, S.H., M.A.


NIP 197712091993031001

Tembusan:
Direktur Jenderal Penegakan Hukum LHK
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT PENGADUAN, PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI
Alamat: Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 4 Jl. Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta 10270 Telepon/Faximile (021) 57902925

NOTA DINAS
Nomor: ND. 39 /PPSA/Subdit-3/3/2021

Yth. : Direktur Pengaduan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi


Dari : Kasubdit. Penerapan Sanksi Administrasi
Hal : Penyampaian Laporan Hasil Pengawasan Penaatan Pelaksanaan Sanksi
Administratif
Lampiran : 1 (satu) berkas
Tanggal : 15 Maret 2021

Bersama ini terlampir kami sampaikan laporan hasil pengawasan penaatan


pelaksanaan sanksi administratif terhadap:
Hasil Pengawasan
Jenis
No. Nama Lokasi
Kegiatan Belum
Kewajiban Taat
Taat
1. PT Freeport Pertambangan Kota Timika 3 3 -
Provinsi Papua

Berdasarkan matrik di atas, perlu disampaikan bahwa PT Makmur Jaya telah


melaksanakan seluruh kewajiban dalam sanksi administratif sehingga kami
merekomendasikan untuk diberikan keputusan pencabutan sanksi administratif;

Demikian kami sampaikan mohon arahan lebih lanjut.

Turyawan Ardi
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
SURAT PERJALANAN DINAS Nomor : 77 /PPK.04/SA/ 2 /2021
catatan : logo dan tulisan kementrian simetris

1. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Pengaduan Pengawasan dan Sanksi Administrasi

2. Nama/NIP Pegawai yang melaksanakan Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.


19911106202012000

3. a. Pangkat dan Golongan a. Penata Muda Tk. I (III/a)

b. Jabatan/Instansi b. Analis Hukum

c. Tingkat Biaya Perjalanan Dinas c. Golongan D

4. Maksud perjalanan dinas Melaksanakan Kegiatan Pengawasan Penaatan PT Freeport

5. Alat angkut yang dipergunakan pesawat, mobil dan ferry

6. a. Tempat berangkat a. Jakarta


b. Tempat tujuan b. Kota Timika, Papua
7. a. Lamanya perjalanan dinas a. 5 Hari
b. Tanggal berangkat b. 15 Februari 2021

c. Tanggal harus kembali c. 19 Februari 2021


8. Pengikut : Nama Tanggal Lahir Keterangan

1.
2.

3.
4.

5.
9. Pembebanan Anggaran
a. Instansi a. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

b. Akun b. 5430. 001. 051.D.524111

10. Keterangan Lain-lain ST. 30 /PPSA/SA/GKM.0/2/2021

* Coret yang tidak perlu Dikeluarkan di : Jakarta

Tanggal : 8 Februari 2021

Pejabat Pembuat Komitmen


Dit. Pengaduan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi

Beny Bastiawan, S.Kom., M.Sc


NIP. 19640307 199203 1 001
I. Berangkat dari : Jakarta
(tempat kedudukan)
Ke : Papua
Pada tanggal : 15 Februari 2021

II. Tiba di : Berangkat dari : 0


Pada tanggal : Papua Ke : Papua
Kepala Kabid Penaatan Lingkungan Pada tanggal : Jakarta
DLH Prov. Papua Kepala 23 januari 2021

Syarif Amien, SP Syarif Amien, SP


NIP. 19790528 200501 1 004 NIP. 19790528 200501 1 004

IV. Tiba di : Berangkat dari :


Pada tanggal : Ke :
Kepala : Pada tanggal :
Kepala

V. Tiba di : Jakarta Telah diperiksa dengan keterangan bahwa perjalanan


(tempat kedudukan) tersebut atas perintahnya dan semata - mata untuk
Pada tanggal : 19 Februari 2021 kepentingan jabatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Pembuat Komitmen


Direktorat PPSA Direktorat PPSA

Turyawan Ardi, S.Si., M.Sc Turyawan Ardi, S.Si., M.Sc


NIP. 19680603 199803 1 001 NIP. 19680603 199803 1 001

VI. Catatan Lain - lain

VII. PERHATIAN
PPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba serta Bendahara Pengeluaran
bertanggungjawab berdasarkan peraturan-peraturan Keuangan Negara apabila Negara menderita rugi akibat kesalahan, kelalaian dan kealpaannya.
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Direktorat Pengaduan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi

RINCIAN BIAYA PERJALANAN DINAS

Lampiran SPD Nomor : …./PPK.01/PENGADUAN/3/2020


Tanggal : sesuai tanggal sppd

NO. PERINCIAN BIAYA JUMLAH KETERANGAN

1 Uang Harian / Lumpsum


@ Rp 580,000 ,- x 5 hari Rp 2,900,000 ,-

2 Tiket/Angkutan /Transport
sewa mobil Rp1,000,000 x 5 hari Rp 5,000,000 ,-
Pesawat Jkt-Timika PP Rp14,000,000 x 1 kali Rp 14,000,000 ,- Garuda
Transport Bandara PP Rp512,000 x 1 kali Rp 512,000 ,-
Rp 0 ,-

4 Hotel
Hotel Rp718,000 x 5 hari Rp 3,590,000 ,- Timika Poenya
Rp 0 ,-
Rp 0 ,-

5 Tes Rapid Antigen


Jakarta Rp105,000 x 1 kali Rp 105,000 ,- Klinik Sehat
Papua Rp505,000 x 1 kali Rp 505,000 ,- Klinik Stepnik Medika

JUMLAH Rp 26,612,000 ,-
Terbilang : Dua Puluh Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Seratus Rupiah

Jakarta,

Telah dibayar sejumlah Telah menerima jumlah uang sebesar


Rp 26,612,000 ,- Rp 26,612,000 ,-
Dua Puluh Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Dua Puluh Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Sembilan

Bendahara Pengeluaran, Yang menerima,

NIP. 19881209 201504 2 002 Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.


NIP. 19881209 201504 2 002 19911106202012000

PERHITUNGAN SPD RAMPUNG

Ditetapkan sejumlah : Rp 26,612,000 ,-


Yang telah dibayar semula : Rp 26,612,000 ,-
Sisa kurang / lebih : Rp 0 ,- Pejabat Pembuat Komitmen
Direktorat PPSA

Beny Bastiawan, S.Kom., M.Sc


NIP. 19640307 199203 1 001
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Tahun Anggaran : 2021

DITJEN PENEGAKAN HUKUM LHK Nomor Buku :

MAK :

KUITANSI / BUKTI PEMBAYARAN


Sudah Terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran DIPA BA-029.10.1.465025 / 2021
Satker Kantor Pusat Direktorat Jenderal PHLHK

Jumlah Uang : Rp 26,612,000

Terbilang : Dua Puluh Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Seratus Rupiah

Untuk Pembayaran : Melaksanakan Kegiatan Pengawasan Penaatan PT Freeport

Jakarta,
Yang Menerima/Pelaksana,

Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.


19911106202012000

Setuju dibebankan pada mata anggaraan berkenaan, Lunas dibayar Lunas dibayar
An. Kuasa Pengguna Anggaran Pada Tanggal, Pada Tanggal,
Pejabat Pembuat Komitmen Bendahara Pengeluaran, BPP,
Direktorat PPSA

Beny Bastiawan, S.Kom., M.Sc Desti Sundari, A.Md Lia Apriyani, SE


NIP. 19640307 199203 1 001 NIP. 19881209 201504 2 002 NIP. 19830426 200912 2 006
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SATUAN KERJA KANTOR PUSAT DIREKTORAT JENDERAL PHLHK
DIREKTORAT PENGADUAN, PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRASI

SURAT PERINTAH BAYAR


Tangal: Nomor :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan kepada Bendahara Pengeluaran agar
melakukan pembayaran sejumlah :

Rp 26,612,000

Terbilang : Dua Puluh Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Sembilan Ribu Seratus Rupiah

Kepada : Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H.


Untuk pembayaran : Melaksanakan Kegiatan Pengawasan Penaatan PT Freeport

Dibebankan pada : DIPA BA-029.10.1.465025 / 2021


Kegiatan, output, MAK :
Kode :

Lunas di bayar, Diterima Jakarta,


Bendahara Pengeluaran Penerima Uang An. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
Direktorat PPSA

Desti Sundari, A.Md Fahmi Khatib Nashiruddin, S.H. Beny Bastiawan, S.Kom., M.Sc
NIP. 19881209 201504 2 002 19911106202012000 NIP. 19640307 199203 1 001

Anda mungkin juga menyukai