Disusun Oleh:
Nama : Dinar Nur Jayanti, S. Farm., Apt.
NIP : 19951216 201903 2 011
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.1/ III b
Jabatan : Apoteker Ahli Pertama
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pangkat/Golongan : IIIb
Dengan Judul:
Laporan aktualisasi ini telah disetujui untuk diujikan dalam seminar Rancangan
Aktualisasi Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Pemerintah Kabupaten Purworejo.
Dewan Penguji
ii
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH:
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan III Tahun 2019
NIP.199512162019032011
Di Bapelkes Semarang
Meita Darmiastuty, SKM, M.Kes Murcita, S.Pd, M.Kes Suseno, S.Kep., Ners
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan
rancangan aktualisasi ini. Penulis sebagai peserta Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemerintah Kabupaten Purworejo tahun 2019 di
Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Semarang mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian rancangan kegiatan
aktualisasi ini, diantaranya:
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
Tujuan Khusus................................................................................................ 3
Visi, Misi, Tujuan, Moto dan Nilai UPT Puskesmas Kemiri ......................... 4
v
Gagasan Penyelesaian Isu ............................................................................ 20
Kesimpulan................................................................................................... 39
Saran ............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Matrik Gagasan Kegiatan Pemecahan Isu dikaitkan dengan Nilai-nilai
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
UPT Puskesmas Kemiri merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Purworejo yang mempuyai fasilitas ruang obat yang melayani resep rawat jalan dari
berbagai poli dan rawat inap. Pengkajian dan Pelayanan Resep di Ruang Obat
Puskesmas Kemiri yang belum sesuai standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
dikarenakan belum ada Tenaga Kefamasian yang mempunyai kompetensi tersebut dan
Standar Operasional Prosedur yang belum mengacu PMK No 74/2016 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Puskesmas. Apabila tidak dilakukan peningkatan pengkajian dan
pelayanan resep di Ruang Farmasi UPT Puskesmas Kemiri sesuai Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas dapat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam skrining
(identifikasi) awal resep yang akan berdampak pada kesalahan persyaratan
administrasi, kesalahan dalam pertimbangan farmasetik dan klinis, kesalahan kegiatan
penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat sehingga pasien akan
mendapatkan pengobatan yang tidak rasional.
Oleh karena itu, dengan adanya Apoteker yang mempunyai kompetensi dalam
pengkajian dan pelayanan resep dan dengan adanya perbaharuan SOP Peresepan,
Pemberian Obat kepada Pasien dan Pelabelan diharapkan akan mampu meningkatkan
pelayanan farmasi klinik khususnya pada pengkajian dan pelayanan resep dengan
memastikan bahwa proses dari awal awal resep diterima dan dilakukan skrining sampai
pasien memperoleh obat beserta informasinya sehingga setiap pasien mendapatkan
pengobatan yang rasional dan pasien memahami tentang obat yang didapatnya.
2
1.2.2 Tujuan Khusus
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2.2 Nilai Dasar PNS
Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar sebagai
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi dan tugasnya
sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di tanamkan kepada setiap ASN
maka perlu di ketahui indikator-indikator dari kelima kata tersebut, yaitu:
2.2.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai,
sedangkan responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Pengertian
lebih lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:
2.2.1.1 Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan penting dalam menciptakan hal tersebut.
2.2.1.2 Transparansi
Transparansi diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/ institusi.
2.2.1.3 Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
2.2.1.4 Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab
juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
2.2.1.5 Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda maupun orang.
2.2.1.6 Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini akan
melahirkan akuntabilitas.
2.2.1.7 Keseimbangan
5
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus
disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
2.2.1.8 Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
2.2.1.9 Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapainya tujuan akhir(1).
2.2.2 Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap
bangsanya. Dalam arti luas, nasionalisme diartikan sebagai pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai- nilai pancasila yang diarahkan
agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara tersebut kepentingan pribadi atau golongan, menunjukkan
sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa,
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang
rasa.
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai kemerdekaan
dan kebebasan masyarakat dalam memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.
Nilai-nilai ketuhanan menjiwai nilai- nilai lain yang dibutuhkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara seperti persatuan, kemanusiaan, permusyawaratan, dan keadilan
sosial. Dengan berpegang teguh pada nilai ketuhanan diharapkan dapat memperkuat
pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan
6
memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang
diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi landasan tindakan dan
perilaku kita sebagai PNS. Negara memerlukan sosok PNS yang mampu menentukan
kebijakan dan arah pembangunan dengan mempertimbangkan keselarasan antara
kepentingan nasional dan kemaslahatan global. Perpaduan antara sila pertama dan
kedua Pancasila menuntut pemerintah dan peyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat Indonesia. Dengan
berlandaskan prinsip kemanusiaan, berbagai tindakan perilaku yang bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia menggambarkan bahwa bangsa Indonesia juga
memiliki ciri-ciri gotong royong, guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan. Dengan
semangat gotong royong, Negara Indonesia harus mampu melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia. Negara diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan. Semangat gotong royong
juga dapat diperkuat dalam kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan terus menerus
mengembangkan pendidikan kewarganegaraan dan multikulturalisme yang dapat
membangun rasa keadilan dan kebersamaan dilandasi dengan prinsip-prinsip kehidupan
publik yang lebih partisipatif dan non diskriminatif.
Sila keempat, Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila ini mengandung ciri- ciri demokrasi
yang dijalankan di Indonesia, yakni kerakyatan (kedaulatan rakyat), permusyawaratan
(kekeluargaan), dan hikmat kebijaksanaan. Demokrasi yang bercirikan kerakyatan
bermakna negara menghendaki persatuan tersebut kepentingan perseorangan dan
golongan. Kekeluargaan bermakna penyelenggaraan pemerintah didasarkan atas
semangat kekeluargaan diantara keragaman bangsa Indonesia dengan mengakui adanya
kesamaan derajat. Dan hikmat kebijaksanaan menghendaki adanya landasan etis dalam
berdemokrasi.
Sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Komitmen
keadilan memiliki dimensi yang luas. Peran negara dalam mewujudkan rasa keadilan
sosial, setidaknya ada dalam empat kerangka, yaitu: 1) perwujudan relasi yang adil
disemua tingkat sistem kemasyarakatan; 2) pengembangan struktur yang menyediakan
kesetaraan kesempatan; 3) proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber
daya yang diperlukan; dan 4) dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan
7
keputusan bagi semua orang (LAN RI, 2015). Perwujudan negara sejahtera sangat
ditentukan oleh integritas dan mutu penyelenggara Negara, disertai dukungan rasa
tanggung jawab dan rasa kemanusiaan dari semua warga.
Setiap pegawai ASN wajib memiliki jiwa nasionalisme Pancasila yang kuat dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya. Jiwa nasionalisme Pancasila ini harus menjadi dasar dan
mengilhami setiap langkah dan semangat bekerja untuk bangsa dan negara. Pegawai
Negeri Sipil sebagai bagian dari ASN harus senantiasa taat menjalankan nilai-nilai
Pancasila dan mengaktualisasikan-nya dengan semangat nasionalisme untuk menjalankan
tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu
bangsa.
ASN sebagai pelaksana kebijakan publik merupakan aparat pelaksana segala
peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang
dan sektor pemerintah. Undang-undang ASN juga memberikan jaminan kepada aparatur
sipil bebas dari intervensi kepentingan politik, bahkan bebas dari intervensi atasan yang
memiliki kepentingan subyektif. Hal ini mendorong ASN yang berorientasi pada
kepentingan publik. Prinsip penting yang harus diperhatikan ASN dalam menjalankankan
fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik adalah: 1) ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam mengimplementasikan kebijakan publik; 2)
ASN harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik; dan 3)
ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Pelayanan masyarakat (publik) adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang
dilaksanakan aparatur pemerintah. Untuk melakukan fungsi sebagai pelayan publik, ASN
harus memiliki keahlian tertentu yang harus dimiliki sesuai dengan profesi ASN. Dengan
terwujudnya ASN yang profesional akan mendorong terwujudnya reformasi birokrasi yang
lebih baik sehingga tercipta kemajuan bangsa dan negara.
Pentingnya peran PNS sebagai salah satu pemersatu bangsa, disebutkan dalam
Pasal 2 ayat 1 UU Nomor 5 tahun 2014 terkait asas, prinsip, nilai dasar, dan kode etik dan
kode perilaku, dimana asas-asas dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN
ada 13, salah satunya adalah asas persatuan dan kesatuan. Hal ini berarti seorang ASN
dalam menjalankan tugas dan fungsinya senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta berpegang pada prinsip adil dan netral. Netral artinya
tidak memihak salah satu kelompok/golongan. Sedangkan adil berarti ASN dalam
melaksanakan tugasnya tidak boleh diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
8
Dengan bersikap adil dan netral, maka ASN akan mampu menciptakan kondisi yang
aman, damai, dan tentram di lingkungan kerja dan di masyarakat(2).
2.2.3 Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Pada prinsipnya ada tiga dimensi etika publik yaitu dimensi kualitas pelayanan
publik, dimensi modalitas, dan dimensi tindakan integritas publik. Etika publik
menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika publik
membentuk integritas pelayanan publik. Dengan adanya prinsip moral tersebut
diharapkan ASN mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas
dalam pelayanan publik. Dimensi modalitas dalam etika publik dicerminkan oleh unsur-
unsur akuntabilitas, transparansi, dan netralitas. Sedangkan dimensi tindakan integritas
publik memiliki makna kualitas dari pejabat publik yang sesuai dengan nilai, standar,
aturan moral yang diterima masyarakat
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:
a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila;
b. setia dalam mempertahankan UUD 1945;
c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
d. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
f. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
m. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
9
n. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir (3).
10
2.2.5.5 peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan
orang lain;
2.2.5.6 jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
2.2.5.7 tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang
kita kerjakan dalam bentuk apapun;
2.2.5.8 sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas
terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
2.2.5.9 adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan
maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi(5).
11
ASN mempunyai kewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Kewajiban dan tanggung jawab pegawai ASN disebutkan dalam UU ASN adalah: 1) setia
dan taat pada pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah; 2) menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang; 4) menaati ketentuan peraturan perundangundangan; 5) melaksanakan
tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; 6)
menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7) menyimpan rahasia
jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan 8) mersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
Selain itu, ASN juga diberikan hak agar setiap ASN melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik dan dapat meningkatkan produktivitas untuk menjamin
kesejahteraan ASN. Hak PNS sesuai dengan ketentuan dalam UU ASN adalah PNS
berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan
jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi.
ASN merupakan profesi yang berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku.
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dan kode perilaku ini
sangat penting dalam birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut
antara lain, Pertama, sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/ Aparatur Sipil Negara
dalam menjalankan tugas dan kewenangan agar tindakannya dinilai baik. Kedua, sebagai
standar penilaian sifat, perilaku,dan tindakan birokrasi publik/ Aparatur Sipil Negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya (6).
12
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima pelayanan.
Seorang ASN terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Kesadaran seluruh anggota ASN untuk memberikan
kontribusi terhadap upaya perbaikan kualitas pelayanan publik di Indonesia akan
memberikan implikasi strategis jangka panjang untuk mengubah kinerja birokrasi dalam
memberikan pelayanan publik.Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip-
prinsip yang digunakan untuk merespon berbagai kelemahan yang melekat pada tubuh
birokrasi. Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah
partisipatif, transparansi, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan
efisien, aksesibel, akuntabel, berkeadilan.
Undang-undang ASN menjelaskan bahwa ASN sebagai profesi berdasarkan pada
prinsip-prinsip:
2.3.2.1 Nilai dasar;
2.3.2.2 Kode etik dan kode perilaku;
2.3.2.3 Komitmen, integritas moral, dan tanggungjawab pada pelayanan
publik;
2.3.2.4 Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
2.3.2.5 Kualifikasi akademik;
2.3.2.6 Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
2.3.2.7 profesionalitas jabatan(7).
13
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan
WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan
bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Pentingnya WoG untuk diterapkan dalam pemerintahan saat ini. Pertama, karena adanya
faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan,
program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintah yang lebih
baik. Juga adanya perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang
lebih kompleks. Kedua, karena adanya faktor internal yaitu ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat adanya kompetisi sektor pembangunan.
WoG sebagai pendekatan yang dilakukan pemerintah untuk mendukung
fungsi penting dan utama instansi pemerintah yaitu sebagai perangkat pemberi pelayanan.
Pelayan yang diberikan harus memenuhi level atau kualitas yang diharapkan oleh
masyarakat umum. Terutama untuk menghadapi masyarakat yang semakin maju dan
persaingan global yang ketat. Pendekatan WoG dapat dilakukan baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal, diantaranya:
2.3.3.1 Penguatan koordinasi antar lembaga;
2.3.3.2 Membentuk lembaga koordinasi khusus;
2.3.3.3 Membentuk gugus tugas; dan
2.3.3.4 Koalisi sosial.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Pertama, pelayanan yang bersifat
administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan masyarakat. Praktek WoG dalam jenis pelayanan administrasi dapat dilihat
dalam praktek-praktek penyatuan penyelenggaraan izin dalam satu pintu. Kedua,
pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan
lainnya. Ketiga, pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan barang yang
dibutuhkan warga masyarakat misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lainnya. Keempat, pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan
hukuman dan peraturan perundang-unndagan maupun kebijakan publik yang mengatur
sendi-sendi kehidupan masyarakat. Adapun pola pelayanan publik dibedakan dalam 5 (lima)
macam pola pelayanan yaitu pola pelayanan teknis fungsional, pola pelayanan satu atap, pola
pelayanan satu pintu, pola pelayanan terpusat, dan pola pelayanan elektronik (8).
14
2.4 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
2.4.1 Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2.4.2 Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
2.4.3 Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
2.4.4 Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik yang akan diaktualisasikan diantaranya yaitu:
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2.4.5 Persyaratan administrasi meliputi:
2.4.5.1 Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
15
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan
pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket,
menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
16
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1. Unit Kerja
Unit kerja yang digunakan oleh penulis untuk mengaktualisasikan pemecahan isu
adalah Ruang Obat UPT Puskesmas Kemiri – Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo. Di
Ruang Obat/ Farmasi menditribusikan obat ke poli-poli yang terdapat di dalam gedung dan
ruang gedung UPT Puskesmas Kemiri serta melayani resep yang berasal dari rawat inap
maupun rawat jalan. Resep yang masuk ke Ruang Obat/ Farmasi kemudian dilakukan
proses penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan obat, pelabelan, double check serta
penyerahan obat disertai informasinya. Proses penyerahan obat disertai pemberian
informasinya dilakukan oleh Apoteker. Penulis mempunyai jabatan sebagai Apoteker Ahli
Pertama yang mempunyai Satuan Kerja Pegawai :
8 Konseling obat
9 konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya
12 Memberikan edukasi untuk melakukan pengobatan sendiri khususnya penyakit yang ringan
13 Mengkaji Resep
15 Merekapitulasi daftar usulan perbekalan farmasi dalam rengka penghapusan perbekalan farmasi
16 Keanggotaan dalam organisasi profesi apoteker sebagai anggota aktif tingkat kabupaten
17
3.2.Isu Yang Diangkat
Dalam Permenkes No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas meliputi standar Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai serta Pelayanan Farmasi Klinik. Salah satu kegiatan dalam Pelayanan
Farmsi Klinik yaitu pengkajian dan pelayanan resep yang merupakan kegiatan menelaah
resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Ceklis telaah resep sebagai bentuk
dokumentasi dari kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dapat dicantumkan pada lembar
resep atau pada lembar tersendiri yang terpisah dari lembar resep, meliputi
18
merubah langkah kegiatan, jika SOP tidak diubah maka tidak ada aturan mendasar.
Skrining / pengkajian resep merupakan kunci pertama dan utama serta penting dilakukan
sebagai langkah awal bagaimana selanjutnya dilakukan dispensing dan pemberian
informasi obat. Ceklist skrining yang terdapat pada lembar resep belum sesuai dengan
Peraturan Mneteri Kesehatan no 74 Tahun 2019 tentang Pelayanan Farmasi klinik. Catatan
pengobatan pasien atau Patien Medicated Report atau catatan pengobaan pasien yang
berfungsi sebagai dokumentasi jika terdapat ketidaksesuaian pada resep belum tersedia di
ruang obat. Media infromasi yang mendukung dalam cara penggunaan obat masih belum
tersedia.
Dampak yang dapat timbul jika isu tersebut belum terselesaikan dapat menyebabkan
kesalahan dalam skrining (identifikasi) awal resep yang akan berdampak pada kesalahan
persyaratan administrasi, kesalahan dalam pertimbangan farmasetik dan klinis, kesalahan
kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat sehingga pasien akan
mendapatkan pengobatan yang tidak rasional.
Pengkajian dan pelayanan resep di Ruang Obat UPT Puskesmas Kemiri yang
belum memenuhi standar kefarmasian di Puskesmas diangkat menjadi isu dikarenakan
sebelumnya masih terdapat beberapa kendala. Isu tersebut jika dibiarkan akan
menimbulkan dampak yang berkelanjutan terhadap proses dispensing dan penyerahan
19
informasi obat kepada pasien/ keluarga pasien sehingga pasien tidak mendapatkan
pengobatan yang seharusnya serta bersiko menyebabkan terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan.
20
MATERIAL MAN
SDM kurang
Media informasi Tidak ada kompeten
obat belum salinan resep
memadai
Jumlah SDM
Tidak ada Kurang
Pengkajian dan
Ceklis skrining form PMR
pelayanan resep di
belum sesuai
Ruang Obat UPT
Puskemas Kemiri
belum sesuai standar
SOP belum update
Pelayanan
Pasien yang Skrining resep
belum sesuai
Kefarmasian di
terkadang kurang
paham tentang Puskesmas
obatnya Tidak ada
PMR
MILIEU METHOD
21
Berdasarkan kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan dari isu yang diangkat, maka
dilakukan penjabaran faktor penyebab apa aja yang menyebabkan Pengkajian dan pelayanan
resep di Ruang Obat UPT Puskesmas Kemiri yang belum memenuhi standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas. dengan menggunakan diagram Fish Bone dengan menggunakan
empat variable yaitu Man, Methode, Milleu dan Material dan dipatkan beberapa akar masalah
seperti yang tertera pada Tabel 3.2.
22
Setelah didapatkan beberapa faktor yang menyebabkan Pengkajian
dan pelayanan resep di Ruang Obat UPT Puskesmas Kemiri yang belum
memenuhi standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas maka didapatkan
gagasan pemecah isu yaitu Upaya Peningkatan Pengkajian dan Pelayanan
Resep di Ruang Farmasi UPT Puskesmas Kemiri sesuai dengan Standar
Pelayanan Kefamasian di Puskesmas. Didasarkan fish bone diatas belum
sesuai standar dikarenakan keterbatasan waktu saat off campus maka akan
dilakukan kegiatan yang terdapat pada Tabel 3.3 Kegiatan yang akan
dilakukan.
No Kegiatan Sumber
1 Perbaharuan Standar Operasional Prosedur Peresepan dan Pelabelan SKP
2 Pembuatan ceklist pengkajian dan pelayanan resep pada lembar resep. SKP
Pembuatan Patien Medicated Record sebagai salah satu bentuk
3 dokumentasi ketidaksesuaian pada resep. Inovasi
4 Pembuatan Copy atau salinan resep Inovasi
5 Pembuatan Leaflet petunjuk cara penggunaan obat dengan benar Inovasi
23
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Membuat draft 1. Melakukan Memperoleh Notulensi Akuntabilitas Dengan adanya
konsultasi dukungan dan Menyampaikan gagasan Tersedianya alur dan standar
pembaharuan
dengan atasan pengarahan dengan jelas, terpercaya dan standar Pengkajian Pengkajian dan
Standar
mentor terkait terkait draft terbuka. dan Pelayanan Obat Pelayanan Obat
Operasional
kegiatan pembaharuan yang sesuai dengan yang sesuai
Prosedur
SOP standar Pelayanan dengan standar
Peresepan dan Nasionalisme
Diwujudkan dengan adanya Kefarmasian di Pelayanan
Pelabelan
musyawarah mencapai Puskesmas sebagai Kefarmasian di
tujuan bersama (sila ke 4) perwujudan Visi Puskesmas
Puskesmas yaitu “ sehingga dapat
Menjadi Puskesmas mewujudkan tata
Etika publik
Melakukan konsultasi Terdepan Dalam nilai organisasi :
dengan professional dan Pelayanan Kesehatan 1.Disiplin
sopan santun. di Purworejo’ dan 2.Objektif
Misi Puskesmas 3.Responsif
Menyelenggaran
Komitmen Mutu
Mendengarkan Upaya Pelayanan
danmenerima saran dengan Dasar Yang
baik Berkualitas.
Antikorupsi
Berani menyampaikan
gagasan secara mandiri
24
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
2. Merancang Tersedianya draft Draft Akuntabilitas
draft pembaharuan pembaharua Referensi yang diperoleh
pembaharuan SOP n SOP dapat dipertanggung
SOP sesuai jawabkan
litelatur
Etika Publik
Mempelajari litelatur sebagai
bentuk taat kepada
peraturan
Antikorupsi
Membuat rancangan SOP
dengan kerja keras, gigih,
focus dan mandiri
25
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
tujuan bersama (sila ke 4)
Etika publik
Melakukan konsultasi
dengan professional dan
sopan santun.
Antikorupsi
Berani menyampaikan
gagasan secara mandiri
4.Sosialisasi draft Pemahaman Foto Akuntabilitas
SOP baru di petugas terkait Melakukan soalisasi sebagai
Ruang Obat dan mengenai draft bentuk tangungjawab
penulis resep SOP baru
Etika Publik
Membangun Komunikasi
dengan sopan, santun dan
jelas
Komitmen Mutu
Sebagai bentuk efektifitas
kegiatan agar berkelanjutan
26
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
2. Membuat 1. Membuat Adanya Rancagan Akuntabilitas Adanya ceklis telaah Dengan ceklis
ceklis skrining rancangan Rancagan design design Referensi yang diperoleh resep dan telaah resep pada
resep pada design ceklis ceklis skrining ceklis dapat dipertanggung meningkatnya telaah lembar resep
lembar resep. skrining kefarmasian pada skrining jawabkan resep sehingga pasien baru, sehingga
Membuat kefarmasian lembar resep kefarmasian mendapatkan dapat
ceklis skrining pada lembar pada lembar Etika Publik pengobatan yang mewujudkan tata
resep pada resep sesuai resep Mempelajari litelatur sebagai rasional sebagai nilai organisasi :
lembar resep. litelatur bentuk taat kepada perwujudan Visi 1.Disiplin
peraturan Puskesmas yaitu “ 2.Objektif
Menjadi Puskesmas 3.Responsif
Antikorupsi Terdepan Dalam
Membuat rancangan design Pelayanan Kesehatan
ceklis telaah resep dengan di Purworejo’ dan
kerja keras, gigih, focus dan Misi Puskesmas
mandiri Menyelenggaran
Upaya Pelayanan
2. Melakukan Mendapatkan Notulensi Akuntabilitas Dasar Yang
konsultasi dan dukungan dan Menyampaikan gagasan Berkualitas.
meminta persetujuan dengan jelas, terpercaya dan
persetujuan terhadap terbuka.
mentor rancangan design
ceklis skrining Nasionalisme
pada lembar resep Diwujudkan dengan adanya
27
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
musyawarah mencapai
tujuan bersama (sila ke 4)
Etika publik
Melakukan konsultasi
dengan professional dan
sopan santun.
Komitmen Mutu
Mendengarkan
danmenerima saran dengan
baik
Antikorupsi
Berani menyampaikan
gagasan secara mandiri
3. Melakukan Pemahaman Foto Etika publik
sosialisasi ceklis Tenaga Teknis Melakukan kunjungan secara
skrining pada Kefarmasian dan profesional dan
lembar resep baru penulis resep berkomunikasi dengan
kepada penulis tentang caklis luwes
resep dan Tenaga skrining
Teknis kefarmasian
28
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
Kefarmasian. Whole of Government
Melakukan komunikasi dan
koordinasi antar profesi
29
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
Antikorupsi
Berani menyampaikan
gagasan secara mandiri
Antikorupsi
Membuat rancangan PMR
dengan kerja keras, gigih,
focus dan mandiri
Komitmen Mutu
Membuat PMR yang
merupakan inovasi
30
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Meminta Mendapatkan Notulensi Etika publik
persetujuan persetujuan terkait Melakukan dengan
mentor terkait form Patien professional dan sopan
form Patien Medicated Record santun.
Medicated
Record Antikorupsi
Meminta persetujuan Mentor
sebagai bentuk dispilin, taat
kepada alur peraturan
Komitmen Mutu
Sebagai bentuk efektifitas
kegiatan agar bercontinou
31
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
4. Membuat 1. Melakukan Mendapatkan Foto Akuntabilitas Meningkatnya Dengan adanya
Salinan Resep konsultasi dukungan dan Menyampaikan gagasan kepuasan dan pelayanan
(Inovasi) dengan mentor saran tentang dengan jelas, terpercaya dan kepercayan pasien kefarmasian
pembuatan salinan terbuka. dengan adanya berupa salinan
resep pelayanan salinan resep, sehingga
Nasionalisme resep sebagai dapat
Diwujudkan dengan adanya perwujudan Visi mewujudkan tata
musyawarah mencapai Puskesmas yaitu “ nilai organisasi :
tujuan bersama (sila ke 4) Menjadi Puskesmas 1.Disiplin
Terdepan Dalam 2.Objektif
Etika publik Pelayanan Kesehatan 3.Responsif
Melakukan konsultasi di Purworejo’ dan
dengan professional dan Misi Puskesmas
sopan santun. Menyelenggaran
Upaya Pelayanan
Komitmen Mutu Dasar Yang
Mendengarkan Berkualitas
danmenerima saran dengan
baik
Antikorupsi
Berani menyampaikan
gagasan secara mandiri
32
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
2.Membuat Adanya Rancangan Akuntabilitas
design salinan Rancangan design design Referensi yang diperoleh
resep dengan salinan resep salinan dapat dipertanggung
litelatur resep jawabkan
Etika Publik
Mempelajari litelatur sebagai
bentuk taat kepada
peraturan
Antikorupsi
Membuat rancangan PMR
dengan kerja keras, gigih,
focus dan mandiri
Komitmen Mutu
Membuat salinan resep yang
merupakan inovasi
3. Meminta Mendapatkan Notulensi Etika publik
persetujuan persetujuan dari Melakukan dengan
kepada mentor mentor professional dan sopan
terhadap santun.
design salinan
33
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
resep Antikorupsi
Meminta persetujuan Mentor
sebagai bentuk dispilin, taat
kepada alur peraturan
Pelayanan Pubik
Responsif dalam hal
memenuhi public
4. Sosialisasi Tenaga Teknis Foto Akuntabilitas
salinan resep Kefarmasian Melakukan soalisasi sebagai
kepada Tenaga mendapatkan bentuk tangungjawab
Teknis pemahaman
Kefarmasian terkait Salinan Etika Publik
Resep Membangun Komunikasi
dengan sopan, santun dan
jelas
Komitmen Mutu
Sebagai bentuk efektifitas
kegiatan agar bercontinou
34
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
5 Membuat 1. Mencari Tersedianya Materi Akuntabilitas Meningkatkan Dengan
leaflet tentang referensi untuk materi leaflet leaflet Referensi yang diperoleh pengetahuan dan pemberian
Penggunaan materi leaflet yang bermutu dapat dipertanggung pemahaman pasien informasi obat
Obat yang jawabkan terhadap aturan menggunakan
Benar (inovasi) penggunaan obat. leaflet, sehingga
Etika Publik sebagai perwujudan dapat
Mempelajari litelatur sebagai Visi Puskesmas yaitu mewujudkan tata
bentuk taat kepada “ Menjadi Puskesmas nilai organisasi :
peraturan Terdepan Dalam 1.Disiplin
Pelayanan Kesehatan 2.Objektif
Antikorupsi di Purworejo’ dan 3.Responsif
Membuat rancangan PMR Misi Puskesmas
dengan kerja keras, gigih, Menyelenggaran
focus dan mandiri Upaya Pelayanan
Dasar Yang
Berkualitas
2. Membuat Tersedianya design Anti Korupsi
design leaflet leaflet yang leaflet Bekerja keras untuk
berkualitas membuat leaflet
35
Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Bukti
Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
3. Melakukan Memperoleh Notulensi Nasionalisme
konsultasi dukungan dan Diwujudkan dengan adanya
dengan atasan persetujuan untuk musyawarah mencapai
tentang materi membuat leaflet tujuan bersama (sila ke 4)
leaflet
Etika publik
Melakukan konsultasi
dengan profesionaldan
kepedulian
4. Mencetak Tersedianya Leaflet Komitmen Mutu
Leaflet leaflet yang Mencetak leaflet dengan
berkualitas hati-hati
agar dihasilkan leaflet yang
bermutu
Pelayanan Publik
Memudahkan masyarakat
jika terdapat
ketidakpahaman ttg
penggunaan obatnya (efektif
dan efisien)
36
3.4 Dampak Positif Jika Isu Terpecahkan
Berikut adalah dampak positif jika isu terpecahkan:
1) Menyediakan alur dan standar Pengkajian dan Pelayanan Obat yang sesuai dengan
standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
2) Meningkatnya telaah resep sehingga pasien mendapatkan pengobatan yang rasional.
3) Meningkatnya pencatatan dan dokumentasi tentang pengobatan pasien
4) Meningkatnya kepuasan dan kepercayan pasien.
5) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap aturan penggunaan
obat.
37
3.6 Jadwal Pelaksanaan
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Isu yang ditetapkan di unit kerja yaitu Pengkajian dan pelayanan resep
di Ruang Obat UPT Puskesmas Kemiri yang belum memenuhi standar
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
4.1.2 Gagasan inisiatif untuk memecahkan isu yaitu Upaya Peningkatan
pengkajian
4.1.3 Kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan isu diunit kerja yaitu:
4.1.3.1 Perbaharuan Standar Operasional Prosedur Peresepan dan
Pelabelan
4.1.3.2 Pembuatan ceklist pengkajian dan pelayanan resep pada
lembar resep.
4.1.3.3 Pembuatan Patien Medicated Record sebagai salah satu
bentuk dokumentasi ketidaksesuaian pada resep.
4.1.3.4 Pembuatan Copy atau salinan resep
4.1.3.5 Pembuatan Leaflet petunjuk cara penggunaan obat dengan
benar
4.1.4 Tahapan dari setiap kegiatan untuk memecahkan isu diunit kerja telah
ditetapkan beserta
4.1.5 Keterkaitan substansi mata pelatihan yaitu nilai-nilai dasar ASN
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitemen Mutu, dan
Anti Korupsi) dalam pelaksanaan tahapan kegiatan untuk memecahkan
isu di unit kerja telah ditetapkan.
4.1.6 Kontribusi setiap kegiatan terhadap visi misi organisasi telah
ditetapkan.
4.1.7 Kontribusi setiap kegiatan terhadap nilai organisasi telah ditetapkan.
4.1.8 Dampak jika kegiatan-kegiatan inisiatif dilakukan telah ditetapkan.
4.1.9 Dampak jika nilai dasar PNS (ANEKA) tidak diaktualisasikan dalam
tugas dan jabatan telah ditetapkan.
39
4.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
41