Anda di halaman 1dari 1

Indonesia Harus Miliki SDM Kemaritiman Handal-4

Pembangunan sektor maritim/kelautan merupakan salah satu prioritas utama Presiden Joko
Widodo. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, jumlah stok ikan nasional 7,3 juta
ton pada 2015 terus meningkat pada 2016 dan 2017 menjadi sebesar 9,93 juta ton dan 12,5 juta
ton. “Angka-angka tersebut menggambarkan melimpahnya potensi perikanan di Indonesia yang
tentu saja perlu juga didukung dengan ketersedian SDM yang memiliki kapasitas untuk dapat
mengelola potensi besar tersebut,” demikian ujar Tri Nuke Pudjiastuti, Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam
sambutannya pada Webinar “Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di Sektor Perikanan:Refleksi
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada Penelitian dan Kebijakan Masa Kini” yang diselenggarakan
secara daring oleh Pusat Penelitian Kependudukan LIPI pada Selasa (25/5).

Menurut Tri Nuke, dalam rangka menyambut masa keemasan Indonesia dan menyongsong
bonus demografi, diperlukan SDM terampil dalam penguasaan teknologi agar mampu bersinergi
dengan pasar global. Selain itu, kerjasama dengan pihak industri juga perlu didorong agar dapat
mengoptimalkan penggunaan teknologi ke pelosok nusantara. “Formulasi desain kurikulum
pendidikan yang mengadopsi kebutuhan teknologi bagi industri harus sesuai dengan dinamika
industri teknologi kelautan global 2030,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Herry Yogaswara, mengungkapkan
pendidikan dan pelatihan vokasi di sektor perikanan perlu mengakomodasi kebutuhan global,
nasional dan lokal untuk menjawab berbagai tantangan aktual. “SDM berkualitas yang dibentuk
melalui pendidikan dan pelatihan vokasi sektor perikanan tersebut akan mengisi pasar kerja
perikanan baik di industri perikanan maupun usaha perikanan skala kecil. Kebutuhan akan
tenaga kerja yang memiliki kapasitas dan ketrampilan menjadi sangat urgen,” jelas Herry.

Pada kesempatan yang sama, Anggi Afriansyah, Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
menyoroti bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi di bidang kemaritiman yang sangat besar
terutama di sektor perikanan. “Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok dengan nilai
volume 6,48 juta ton atau menyumbang 7,38% perikanan tangkap di dunia,” jelas Anggi. Periode
2010-2040 diperkirakan menjadi periode emas bagi Indonesia. “Dalam periode ini Indonesia
memiliki jendela kesempatan atau window of opportunity dalam bidang kependudukan,” lanjut
Anggi.

Menurut Anggi, pemanfaatan potensi perikanan belum optimal. “Pemanfaatan potensi perikanan
pada saat ini masih memiliki hambatan dan tantangan yang besar terutama karena adanya
kompleksitas persoalan dalam berbagai aspek:sumberdaya manusia, kelembagaan, pendanaan,
teknologi dan kurikulum,” tegas Anggi. Hal ini bisa dikaitkan dengan refleksi pemikiran Ki Hadjar
Dewandono bahwa diperlukan sekolah khusus (valkschool) yang menguntungkan masyarakat.
“Ki Hadjar Dewantara menyarankan sekolah-sekolah tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
alam masing-masing. Arus utama dalam penguatan pendidikan vokasi dalam ide Ki Hadjar
Dewantara ialah produksi lokal yang ada di wilayah masing-masing. Dengan semua potensi
alam dan ekonomi lokal yang dimiliki wilayah tersebut, bangunan pendidikan dan pelatihan
vokasi dikokohkan untuk menunjang kedua hal tersebut,” jelasnya.

Dari sini ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil bahwa sektor kemaritiman belum
mendapatkan perhatian yang memadai dalam proses pembanganan pendidikan dan pelatihan
vokasi di Indonesia, di mana proses yang ada berfokus pada pendidikan formal dan berbasis
pada industri. “Selain itu juga terjadi ketidaksesuaian sistem, materi, dan praktik Pendidikan dan
Pelatihan Vokasi sektor perikanan dengan kebutuhan kualifikasi di dunia kerja, “Dibutuhkan
kebijakan tata kelola pelatihan vokasional sektor perikanan untuk mengelola lembaga pendidikan
dan pelatihan vokasi non formal dalam suatu koordinasi dan mendekatkan pada link and match,”
ungkap Anggi. (Rdn)

Anda mungkin juga menyukai