PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan dunia usaha dan dunia industri dalam era
yang harus semakin terampil serta peningkatan penguasaan suatu bidang teknologi
tertentu sebagai upaya pemenuhan permintaan dalam dunia usaha dan dunia
industri. Peran manusia sebagai sumber daya sangat dibutuhkan karena manusia
manusia adalah faktor utama yang berperan dalam kegiatan produksi, namun
pentingnya manusia sebagai alat produksi masih kurang efisien dilihat dari segi
dapat menutup kekurangan manusia sebagai alat produksi utama, karena dengan
yang jauh lebih baik. Akan tetapi disisi lain penggunaan teknologi yang modern
juga memberikan peluang lebih besar terhadap resiko kecelakaan kerja. Oleh
sebab itu, sikap kewaspadaan dan ketelitian sangat diperlukan agar dapat
karena dapat berakibat pada kerugian baik material maupun manusia sebagai
operator produksi itu sendiri dari kecelakaan yang paling ringan sampai paling
1
berat. Keadaan lingkungan sekitar tempat bekerja juga memiliki pengaruh
terhadap tenaga kerja, oleh karenanya lingkungan yang aman dan sehat sangat
oleh semua pihak termasuk pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mengeluarkan
undang tersebut akan mendorong pelaku dunia usaha maupun dunia industri agar
kecelakaan kerja.
114.148 kasus pada tahun 2018 dan sebanyak 77.295 kasus pada tahun 2019.
sebagai sarana dalam usaha mencetak sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga nantinya dapat menjadi tenaga kerja yang terampil dan penurunan kasus
2
Pendidikan sebagai sarana dalam menghasilkan sumber daya yang
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserrta didik secara aktif mengembangkan potensi
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai sarana penghasil SDM yang
sekolah. Sekolah merupakan lembaga sebagai sebuah sistem sosial yang memiliki
besifat aktif kreatif artinya sekolah sebagai penghasil sesuatu yang bermanfaat
dalam dunia industri. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15,
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Berdasarkan definisi
diatas, konsep SMK sebagai lembaga sekolah berbasis kejuruan diartikan bahwa
sekolah SMK tidak hanya menciptakan output atau lulusan yang hanya cerdas
secara teori dan ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu SMK
3
Adapun tujuan SMK sebagai lembaga pendidikan menengah kejuruan
dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah untuk :
(1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
Mengembangkan potensi siswa agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab, (3)
potensi siswa agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara
(1) menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada serbagai tenaga kerja tingka menengah
menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri
di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan (4) Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai
dengan program keahlian yang dipilih. Dengan demikian bisa diambil kesimpulan
4
bahwa pendidikan menengah kejuruan bertujuan menciptakan output atau lulusan
yang tidak sekedar memiliki ilmu pengetahuan dan sikap yang baik, akan tetapi
membekali para lulusan dengan ketrampilan khusus dan kesiapan untuk masuk
secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan menurut Paryanto (2008)
mendefinisikan praktik adalah suatu pewujudan dari suatu teori dalam bentuk
kerja nyata atau suatu pelaksanaan pekerjaan yang didasar oleh suatu teori
tertentu.
berhadapan langsung dengan alat-alat dan bahan praktik dan tentunya memiliki
resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Banyak perusahaan kini membuat peralatan
yang serba modern dan canggih guna meningkatkan nilai produktivitas, untuk itu
kerjapun semakin meningka jika cara pemakaiannya tidak sesuai dengan Standar
5
pengetahuan dan kecerobohan dalam melaksanakan praktik akan membuat efek
yang sangat fatal (kecelakaan kerja), yang secara langsung atau tidak langsung
berdampak merugikan baik bagi siswa maupun bagi sekolah. Untuk itu
pengetahuan akan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan faktor yang
Putut (dalam Putri 2017) menjelaskan (a) Jenis bahaya yang terdapat di
bahaya bising, getaran dan listrik, fasilitas pekerja, dan organisasi kerja; (b)Rerata
tingkat resiko bahaya yang terdapat di bengkel atau laboratorium SMK meliputi:
tidak berbahaya (68 kasus atau 54%), perlu tindakan penanganan (43 kasus atau
34%), dan perlu prioritas tindakan penanganan (10 kasus atau 8%), sedangkan
lainnya sebesar 4% atau 6 kasus tidak ada datanya; (c) Pengendalian bahaya
dengan urgensi tinggi pada kondisi beresiko untuk dilakukan prioritas tindakan
perbaikan pada kasus yang perlu tindakan perbaikan, sedangkan yang terakhir
adalah mempertahankan dan memperbaiki kondisi pada kasus yang tidak perlu
atau laboratorium.
kecelakaan kerja tentunya menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh semua
6
pihak yang bekerja dalam bengkel. Kesadaran akan perilaku K3 perlu ditanamkan
dengan tingkat bahaya yang tinggi membuat siswa diharuskan untuk memiliki
semua pihak termasuk siswa yang terlibat langsung dengan dunia kerja otomotif
tersebut dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan karena kecelakaan kerja.
Untuk itu, bagi siswa sebelum terjun langsung dengan lingkungan kerja yang
tentang K3, terutama bagi siswa klas X. Pengetahuan tersebut bisa diperoleh dari
mata pelajaran khusus K3 dan mata pelajaran praktikum. Akan tetapi, siswa kelas
diberikan sejak kelas X sebagai bekal mereka untuk terlibat dalam dunia kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah hal yang mesti diperhatikan
pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, serta menjamin semua sumber produksi agar dapat digunakan secara aman
7
dan efisien. Di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta khususnya program keahlian
dengan praktik dan tidak diberikan secara langsung dalam sebuah mata pelajaran.
praktik di bengkel. Hal ini terlihat saat praktikum kerja las, siswa merasa K3 tidak
cenderung berorientasi pada hasil bukan pada proses dan prosedurnya sehingga
Beberapa siswa ketika melaksanakan praktik kerja pengelasan tidak sesuai dengan
SOP seperti tidak memakai wearpack, kacamata las, bahkan tidak menjaga
kebersihan bengkel.
Selain itu, dalam melaksanakan praktik kerja las siswa juga masih suka
kecelakaan kerja mengingan praktik kerja las merupakan pekerjaan yang memiliki
resiko tinggi. Penggunaan alat-alat keselamatan kerja juga dirasa kurang praktis
demikian, perlu adanya penekanan terlebih dahulu kepada para siswa sebelum
standar untuk praktik kerja las agar proses praktikum berjalan dengan lancar dan
8
Kurang tegasnya tindakan yang dilakukan guru untuk memberikan efek
jera kepada siswa yang melanggar aturan juga menjadi penyebab siswa
kepada para siswa ketika sedang melakukan praktikum sehingga resiko akibat
kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Selain itu, guru juga hendaknya selalu
harus dimiliki oleh semua siswa mengingat resiko akibat kecelakaan kerja dapat
terjadi kapan saja. Pembiasaan sikap dan berperilaku K3 selama kegiatan praktik
di sekolah sangat penting dilakukan agar suatu saat siswa juga terbiasa
tentu saja berakibat pada resiko kecelakaan kerja yang semakin tinggi pula.
Mengabaikan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti kaca mata las dapat
mengakbatkan cidera pada mata karena tidak mampu menahan silaunya sinar
yang harus sesuai dengan fungsiya juga harus ditekankan karena selain dapat
penerapan K3 ketika praktik harus selalu diterapkan untuk membentuk sikap kerja
yang baik sebagai cerminan sumber daya yang berkualitas untuk bekal nantinya
ketika memasuki dunia usaha dan dunia industri. Berdasarkan hal-hal yang sudah
9
dipaparkan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan
B. Identifikasi Masalah
dengan tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti tidak memakai
4. Pemberian sanksi dari guru yang masih kurang tegas bagi siswa yang tidak
Yogyakarta adalah dari faktor gurunya, apabila faktor ini dirasa kurang tegas
10
C. Pembatasan Masalah
masalah serta keterbatasan peneliti dari segi waktu maupun biaya, maka perlu
penelitian hanya berfokus pada masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini,
kerja las.
D. Rumusan Masalah
las ?
11
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah diatas, tujuan yang telah dicapai dari
kerja las.
F. Manfaat Penelitian
tentang K3.
a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan acuan
Yogyakarta
12
b. Diharapkan dapat menjadi acuan serta sarana pengembangan ilmu
13