Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN PENDAYAGUNAAN & PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN


“Memahami Peran Serta Masyarakat Dunia Usaha dan Dunia Industri
Dalam Pendidikan”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pendayagunaan &
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pendidikan, dengan Dosen pengampu Dr. Masduki
Ahmad, SH,MM.

Disusun oleh :
Farhan Rama Putra (1445151055)
Nadya Faradilla (1445150047)
Kelas : MP 2015 A

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-

Nya kami masih diberikan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah ini. Dan juga kepada Dr. Masduki Ahmad, SH,MM selaku dosen mata

kuliah Manajemen Pendayagunaan & Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Pendidikan yang senantiasa mengajar dan membimbing kami serta telah membagi

ilmunya kepada kami.

Makalah ini berjudul “Memahami Peran Serta Masyarakat Dunia Usaha

dan Dunia Industri Dalam Pendidikan” yang merupakan salah satu tugas dari

mata kuliah Manajemen Pendayagunaan & Pemberdayaan Masyarkat Dalam

Pendidikan, salah satu mata kuliah di dalam prodi Manajemen Pendidikan,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Semoga makalah ini dapat

menambah pengetahuan bagi para pembaca. Dan semoga kedepannya, kami dapat

memperbaiki isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Jakarta, 18 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan

potensi, kecakapan,dan karakteristik pribadi peserta didik. Pendidikan

merupakan aspek terpenting dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang menghasilkan manusia berkualitas, memiliki kemampuan

profesional, pengetahuan, keterampilan serta wawasan yang luas. Hal tersebut

sesuai dengan tujuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berisi, Pendidikan bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga

kerja yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tingkat menengah

sesuai dengan bidangnya. Misi utama SMK adalah untuk mempersiapkan

peserta didik sebagai calon tenaga kerja yang memiliki kesiapan untuk

memasuki dunia usaha/industri. Slameto (2010:59) menyatakan, “Kesiapan

adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi”. Selain itu, SMK

merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat bekerja di perusahaan. SMK tidak

1
hanya memberi materi secara teori, tetapi juga memberikan materi

keterampilan yang akan menjadi bekal bagi pelaku pendidikan untuk

memasuki persaingan dunia usaha/industri yang semakin kompetitif.

Lulusan dari SMK diharapkan memiliki daya saing, berpeluang untuk

memasuki dunia usaha/industri, dan diharapkan mereka mampu

mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai dalam kehidupan masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 menjelaskan tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

baik untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk masyarakat.

Dunia usaha/industri sebagai pemakai lulusan dari dunia pendidikan

sudah selayaknya turut bertanggung jawab terhadap mutu lulusan dunia

pendidikan. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik adalah

langsung melaksanakan kegiatan-kegiatan kerja yang sesuai dengan kegiatan

dunia usaha/industri yang bersangkutan. Jadi dalam praktik dunia

usaha/industri peserta didik belajar menerapkan keterampilan-keterampilan

kejuruan yang telah didapatkannya dalam kegiatan praktikum di sekolah.

Dengan demikian peserta didik akan memperoleh pengalaman yang berharga

tentang wawasan dunia usaha/industri yang sesungguhnya. Anwar (2006:46)

menyatakan bahwa secara teknis siswa SMK dalam jangka waktu tertentu

dikirim ke dunia kerja (DUDI) untuk bekerja pada jenis profesi tertentu yang

sesuai dengan bidang studinya. Dengan modal ini, maka siswa akan lebih

familiar terhadap dunia kerja, sehingga setelah lulus akan lebih mudah

2
beradaptasi karena berbekal keahlian profesi yang pernah dipaparkan dari

dunia kerja. Selain itu, lulusan SMK kelak lebih profesional menekuni

profesinya di DUDI.

Kemitraan antara dunia usaha dan sekolah merupakan jalinan

kerjasama yang dilakukan untuk memperoleh masukan atau keuntungan bagi

kedua belah pihak. Misalkan pada dunia usaha, dengan adanya kemitraan ini

dapat meningkatkan SDM dan mengurangi pengangguran. Pada pihak sekolah

dapat meningkatkan kualitas lulusan yang siap didik untuk memasuki dunia

usaha. Hubungan kemitraan antara dunia usaha dengan SMK merupakan

wujud kesejahteraan bagi kedua belah pihak yakni meningkatkan mutu bagi

dunia usaha dan meningkatkan lulusan yang terserap dalam dunia usaha.

Kerjasama yang dilakukan oleh SMK dengan dunia usaha/industri adalah

berawal dari kegiatan prakerin/PSG. Anwar (2006:48) berpendapat bahwa di

sekolah peserta (siswa) memperoleh teori yang bersifat kognitif dan akademis,

dan sebagian vokasiolan melalui magang di dunia kerja sehingga lebih

mengenal lapangan yang sesungguhnya. Sedangkan Wena (1997:47)

menyatakan bahwa pendidikan sistem ganda hanya mungkin dapat

dilaksanakan jika ada kesediaan dan kemauan dunia industri/perusahaan yang

menjadi institusi pasangan sekolah kejuruan melaksanakan bersama program

pendidikan kejuruan. Oleh karena itu, pihak lembaga pendidikan/sekolah

dituntut untuk mampu menjalin kerjasama dengan dunia industri/usaha.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembahasan

3
D. Manfaat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Dunia Usaha dan Dunia Industri


Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) merupakan salah satu

elemen yang penting dalam dunia ketenagakerjaan karena dunia usaha dan

dunia industri merupakan salah satu penyerap tenaga kerja yang cukup

dominan.

Dunia Usaha/Industri (DU/DI) merupakan mitra pemerintah dan

masyarakat yang paling penting dalam merespon kebijakan pemerintah. Tanpa

dukungan DU/DI kebijakan ini tidak akan berjalan dengan baik. Dengan

demikian, sebagai salah satu komponen pendidikan, dunia industri memiliki

peran yang strategis dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan

sekolah.1

DU/DI merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa dilepaskan

dengan keikut sertaan dalam permasalahan pendidikan. Karena sekolah dan

masyarakat merupakan dua komunitas yang saling melengkapi antara satu

dengan lainnya, bahkan ikut memberikan warna terhadap perumusan model

pembelajaran tertentu di sekolah oleh suatu lingkungan masyarakat tertentu

pula. Sekolah berperan dalam melestarikan dan memindahkan nilai-nilai

kultur pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama yang dianut

para guru dan peserta didiknya kepada generasi penerus dan untuk menjamin

1
Anik Dhian Ekawati, Hubungan Kerja Sekolah Dengan DU/DI (Studi Situs SMK Neegeri Donorojo
Kabupaten Pacitan) (

5
kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan sosial dengan menjadi pelaku aktif

dalam perbaikan masyarakat.2

Menurut Suwati:

Dunia usaha dan dunia industry merupakan institusi pasangan

terpenting bagi dunia pendidikan dalam proses pembelajaran, misalnya dalam

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang merupakan bentuk proses pembelajaran

yang dilakukan di sekolah dan di dunia usaha dan dunia industry.3

Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan adanya penyesuaian

antara dunia usaha dan dunia industry dengan dunia pendidikan sebagai

sumber penghasil tenaga kerja. Dengan adanya kemitraan antara sekolah

dengan dunia usaha dan dunia industry, maka akan tercipta suatu bentuk kerja

sama antara DU/DI dan sekolah dengan kesadaran saling menguntungkan dan

membutuhkan. Kerja sama dalam membangun kemitraan antara dunia industry

dan lembaga pendidikan akan menjadi kekuatan yang besar untuk

memenangkan persaingan di pasar global. Melalui kerja sama tersebut, akan

memperoleh output dan outcome yang optimal yaitu terciptanya sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

dunia kerja. Dengan demikian sekolah harus menjalin kemitraan yang saling

menguntungkan antara sekolah dengan dunia usaha/dunia industry serta

berbagi tanggung jawab sesuai potensi yang dimiliki oleh masing-masing.

C. Peran Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam Pendidikan

2
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 234
3
Suwati, Sekolah Bukan Untuk Mencari Pekerjaan (Jakarta: Pustaka Grafia,2008), h. 149

6
B. Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Masyarakat Dunia

Usaha dan Dunia Industri

Kemitraan pada dasarnya sering kali digunakan dalam kaitannya

dengan kerjasama antar lembaga yang akan melakukan suatu kegiatan

kerjasama. Dalam The American Heritage Dictionary, kemitraan (partnership)

didefinisikan sebagai relationship beetwen individuals or group that is

characterized by mutual cooperation and responsibility, as for the

achievement of a specified goals.4 Kemitraan pada esensinya adalah dikenal

dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara

individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodji, kemitraan adalah suatu

kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau

organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.5

Tujuan menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industry

adalah untuk mempercepat waktu penyesuaian bagi lulusan sekolah kejuruan

dalam memasuki dunia kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu

sekolah menengah kejuruan. Pelaksanaan kemitraan sekolah dengan dunia

kerja juga merupakan suatu strategi dalam mengatasi keterbatasan sumber

daya yang ada disekolah dalam rangka mengembangkan sekolah.

Dalam hal mengembangkan kemitraan antara sekolah dengan industry,

sekolah harus bersikap bahwa sekolah lebih berkepentingan, dengan sikap

seperti ini, sekolah harus mengambil inisiatif mendekati industry, juga yang

4
Nana Rukmana D.W, Strategic Partnering For Education Management (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 59
5
Julia Febrianti, dalam Skripsi berjudul: Manajemen Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan 14
Jakarta dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (Jakarta: Program Sarjana Universitas Negeri Jakarta,
2014), h. 12

7
perlu dipikirkan adalah agar yang ditawarkan sekolah tersebut sesuatu yang

benar-benar dapat dirasakan menguntungkan bagi industry.

Menurut Uemura yang dikutip oleh Nurkholis menyatakan bahwa

tujuan dari membangun kemitraan sebagai bagian dari partisipasi masyarakat:

1. Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan sehingga siswa

dapat belajar lebih baik & lebih siap menghadapi perubahan zaman

2. Karena keterbatasan sumber daya terutama financial yang dimiliki

pemerintah

3. Meningkatkan relevansi pendidikan karena selama ini pendidikan selalu

tertinggal dari perkembangan IPTEK di masyarakat

4. Mendorong terselenggaranya sistem pendidikan yang adil

5. Mengurangi konflik yang terjadi di sekolah6

Kemitraan yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) merupakan sebuah strategi

pembelajaran yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Kemitraan dilakukan selain karena tuntutan kurikulum juga sebagai upaya

pengembangan keterampilan peserta didik SMK dalam bentuk kerja nyata

industry yang diharapkan juga dapat memberikan keuntungan bagi industry

untuk memanfaatkan peserta didik sebagai tenaga kerja bantu level

operasional dan juga industry. Pola kerjasama bisa dilakukan secara

berkesinambungan, dan secara teknis sekolah yang harus berinisiatif untuk

menginformasikan kepihak industry mengenai jadwal dan waktu, sehingga

antara industry dan sekolah secara bersama membuat komitmen dengan


6
Ibid. h.14

8
industry MoU, sebagai panduan pola kerjasama akan dilengkapi dengan SOP

(Standar Operasional Prosedur) yang lebih detail.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai