Anda di halaman 1dari 31

Fakultas Hukum

HUKUM INTERNASIONAL LANJUTAN


HKSHK212116
Kelas B-2023
Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, SH., LL.M.

Hukum Humaniter Internasional


(Kekerasan Bersenjata dalam Hukum Internasional)
Topik bahasan:
1. Pengantar ● Sumber2 HHI
2. Jus ad bellum ● Prinsip2 HHI
● Prohibition against use of force ● Tantangan2 baru HHI
● Pembelaan diri 4. Jus post bellum
● Intervensi kemanusiaan ● Definisi dan konsep
3. Jus in bello ● Urgensi jus post bellum
● Berlakunya HHI ● Aspek temporan jus post bellum
Pengantar
Perang, Kekerasan Bersenjata, dan Restraint.
 Perang selalu mewarnai sejarah umat manusia sejak era kuno (perang tertua yang ditemukan bukti
arkeologisnya: 13.000 tahun lalu di Jabal al-Sahabah, Afrika)
 Setiap peradaban selalu memiliki ‘rules of restraint’ (pembatasan kekerasan)
 Era Kuno  Bangsa Yahudi (Taurat), Bangsa India (Mahabarat), Bangsa Romawi (Jus Gentium), dan lain-
lain
 Abad Pertengahan  Islam (Fiqh al-Siyar), Eropa (Law of Nations, termasuk Peace of Westphalia),
Jepang (Kojiki), dan lain-lain
 Era Modern  Kodifikasi hukum internasional: Konvensi Jenewa 1864, Konvensi Den Haag 1899, Piagam
Liga Bangsa-Bangsa 1920, dan lain-lain
 Tiga aspek hukum kekerasan bersenjata:
● Jus ad bellum
● Jus in bello
● Jus post bellum
Pengertian HHI
 Jean Pictet membagi HHI mjd:
o Hukum perang, yang termasuk didalamnya Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa,
 Hk Den Haag  mengatur cara dan alat berperang.
 Hk Jenewa  mengatur perlindungan korban perang, baik intl maupun bkn intl.
o Hukum HAM.
 Hukum humaniter :
o keseluruhan dari ketentuan dan kebiasaan yang mengatur perlindungan korban sengketa
bersenjata (perang).
o mrpk bagian dari ketentuan yg mengatur perlindungan korban perang  berbeda dg hk
perang yg mengatur perang itu sendiri dan segala sst yg menyangkut cara melakukan perang.

5
Konsep HHI:
 Humanity  melindungi & menjamin penghormatan thd manusia.
 Protection  menjamin bhw serangan yang dilakukan tdk menyebabkan korban ikutan.
 erga omnes  krn sumber hk HHI adl ius cogen, mk kewj yang muncul adl kewj erga omnes (tidak bisa
dikurangi, dihapus atau diganti).
Sumber Hukum HHI
 Hukum kebiasaan internasional o Konvensi IV, mengenai perlindungan orang-
 Beberapa Deklarasi, seperti Deklarasi Paris 1856, orang sipil
Deklarasi St. Petersburg 1868  Protokol Tambahan I dan II 1977 Konvensi
 Konvensi Den Haag 1899
Jenewa 1949
 Konvensi Den Haag 1907, terutama:
o Konvensi III tentang Cara Memulai Permusuhan.  The 1993 Convention on the prohibition of the
o Konvensi IV tentang Hk dan Kebiasaan Perang development, production, stockpilling and use of
di Darat. chemical weapons and on their destruction.
o Konvensi V ttg Neg. dan Orang Netral dlm  The 1995 San Remo Manual on international law
Perang di darat. applicable to conflict at sea.
o Konvensi XIII ttg Hak dan Kewajiban Neg Netral
Perang di Laut.  The 1995 Protocol relating to binding laser
 Konvensi Jenewa 1949, terdiri dari 4 Konvensi yaitu: weapons.
o Konvensi I, perlindungan korban perang di darat  The 1997 Convention on the prohibition of the
o Konvensi II, perlindungan korban perang di Laut use, stockpilling, production and transfer of anti-
o Konvensi III, mengenai Perlakuan tawanan personnel mines and on their destruction.
perang
Teori HHI
 Test theory  utk menunjukkan bhw HHI adl HI. bellum justum…
 minimum application  pr pihak msh bisa ● Syarat:
menambah ketentuan utk melindungi korban o Dilakukan o/ pihak yg wenang (juste titre)
perang & kombatan. o Didsrkan pd alasan yg adil & seimbang dg
 kejahatan paling serius di muka bumi  extra akibat perang (juste cause)
ordinary crime. o Terpaksa dilakukan krn tdk ada cara lain u/
 kerjasama sipil-militer  sinergi dlm dptkan keadilan (necessite)
perlindungan thd sipil dan militer. o Dilakukan mnrt hkm (juste conduite de la
 humanity intervention  memerangi guerre)
pelanggaran berat thd HAM. ● Pd dasarnya perang = perbuatan tdk sah, shg
 bellum justum  perang yang sah adl perang perang yg tdk sah tdk dpt hak mnrt HI (ex iniura
sbg tindakan balasan (pertahanan, pemulihan & ius non oritur)
penghukuman)  ajaran kaum naturalis u
membatasi penggunaan perang sbg sarana
politik suatu neg
Asas/Prinsip Dasar HHI
 pembatasan
 necessity (keterpaksaaan atau kepentingan)
 larangan menyebabkan penderitaan yang Turunan asas
tidak seharusnya.
 relevansi
 ke-kesatria-an .  efektifitas
 prinsip larangan menimbulkan kerugian yang  efisiensi
tidak perlu.  keberlanjutan
 kemanusiaan  legitimasi
 netralitas  akuntabilitas
 proporsionalitas
 kemerdekaan
 tidak memihak.
Doktrin dalam HHI

 Doktrin Martens  pr pihak hrs melaksanakan perlindungan dlm keadaan dan kondisi apapun.
Hal2 yg tdk diatur dlm PI ybs, penduduk & beligeren tetap tunduk pd perlindungan & ketentuan yg tlah
ditentukan oleh kebiasaan di antara neg beradab  hk perikemanusiaan & kesadaran umum
 Doktrin pertanggungjawaban individu  kejahatan perang, kejahatan thd kemanusiaan & genosida.
 Doktrin pertanggungjawaban negara  hub antar neg.
Ruang Lingkup HHI

Ius ad bellum: Hukum tentang


perang

The Hague Laws: Hukum


tentang Cara Berperang

Ius in bello: Hukum yang


Hukum Perang berlaku dalam perang
The Geneva Laws: Hukum
tentang Perlindungan Korban
Perang
Ius post bellum: Hukum transisi
perang-damai
Jus Ad Bellum
Prohibition against use of force
 Jus ad bellum: lawful reasons to wage war (alasan-alasan yang sah untuk berperang)
 Kaidah umum: The Prohibition Against the Threat or Use of Force (larangan mengancam atau
menggunakan kekerasan bersenjata)  Pasal 2(4) Piagam PBB.
● Pelanggaran terberatnya disebut agresi
● Prinsipnya berlaku bagi negara, tapi pasca Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1368 (2001) bisa
juga diberlakukan terhadap aktor non-negara
● Ada beberapa pengecualian, sebahagiannya open to debate.
Pembelaan Diri
 Self Defense (Pembelaan Diri)  Pasal 51 Piagam PBB
 Pembelaan diri menjadi justifikasi untuk menyerang oleh suatu negara jika negara tersebut atau suatu
negara X diserang secara militer oleh suatu negara Y.
 Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1368 (2001), self defense menjadi dalih suatu negara untuk
menyerang negara lain akibat serangan dari aktor non-negara  perdebatan keras terkait legalitas dan
implikasi.
 Pre-Emptive Self-Defense: suatu negara menyerang negara lain terlebih dahulu ketika diketahui atau
diduga kuat negara lain tersebut berencana menyerang.
Bolehkan?  perdebatan keras terkait legalitas dan implikasinya
 …
Intervensi Kemanusiaan
 Humanitarian Intervention (Intervensi Kemanusiaan)  intervensi militer kepada suatu negara karena
alasan kemanusiaan, ketika ada konflik berkepanjangan yang mengorbankan banyak sekali rakyat.
 Bolehkah melakukan humanitarian intervention jika diperintahkan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB?
 boleh
 Humanitarian intervention atas perintah Resolusi Dewan Keamanan PBB antara aturan dan praktek:
‘otorisasi’ vs Pasal 43 Piagam PBB?
 Bolehkah melakukan humanitarian intervention tanpa restu Dewan Keamanan PBB?  Perdebatan keras,
praktek negara 50-50, pakar-pakar mayoritas menolak.
 …
Jus in Bello
Berlakunya HHI
 Jus in Bello: lawful conducts of war (tatacara berperang yang sah)
 Disebut International Humanitarian Law (IHL)/Hukum Humaniter Internasional (HHI), sebab bertujuan
untuk ‘humanizing warfare, as much as possible’ (memanusiakan perang sedapat mungkin).
 Jus In Bello tidak berhubungan dengan jus ad bellum
 Merupakan negosiasi sulit antara idealisme humanity (kemanusiaan) dan pragmatism military necessity
(kebutuhan perang)
 Mulai berlaku ketika ada kekerasan bersenjata internasional dan non-internasional, tapi tidak berlaku pada
internal disturbance (gangguan-gangguan dalam negeri)
 …
Sumber-sumber HHI
 Dua Kelompok Awal HHI
● Geneva Law: membatasi kekerasan agar tidak berdampak pada orang yang tidak atau sudah tidak
terlibat dalam kekerasan bersenjata (Konvensi Jenewa 1864, 1906, 1929 [dua buah sekaligus],
dikodifikasikan ulang tahun 1949 [empat buah sekaligus}
● Hague Law: membatasi means and methods of warfare atau sarana dan cara berperang (Konvensi
Den Haag 1899 dan 1907).
 Kawinnya Geneva Law dan Hague Law
● Protokol Tambahan I dan II, keduanya tahun 1977
 Banyak konvensi-konvensi lain yang mengatur rincian-rincian HHI, misalnya Convention on Certain
Conventional Weapons (1980), Convention on Cluster Munitions (1980), dan lain-lain.
 …
Prinsip-prinsip HHI
 Prinsip-Prinsip Umum HHI  Aturan-aturan HHI sering dirangkum dalam bentuk ‘prinsip-prinsip umum’
untuk memudahkan diseminasi:
● The Principle of Distinction: Memisahkan kombatan dan non-kombatan
● The Prohibition against Causing Unnecessary Suffering and Superfluous Injuries: Larangan
menimbulkan penderitaan dan kecederaan yang berlebihan.
● The Principle of Military Necessity: Kekerasan hanya dijustifikasi untuk mencapai keuntungan-
keuntungan konkrit yang sifatnya militer, yaitu melemahkan kekuatan militer musuh.
● The Principle of Proportionality: Ketika menyerang sasaran yang sah tapi berpotensi turut terkena
korban yang tidak sah, maka serangan hanya sah jika keuntungan militer sepadan dengan potensi
korban tidak sah tersebut.
● Command Responsibility: Komandan bertanggungjawab memastikan pasukannya mematuhi HHI, dan
dapat dipidana apabila ia (karena kealpaan atau kesengajaan) gagal mencegah dan menghukum
pasukannya yang melanggar HHI.
 …
Tantangan Baru HHI
 …
Jus Post Bellum
Definisi dan Konsep
 Jus Post Bellum  hukum yang mengatur transisi antara masa perang ke masa damai, supaya
perdamaian dapat terbentuk dan bertahan.
 Terutama dalam konflik bersenjata non-internasional akibat konflik horizontal, membangun kehidupan
bermasyarakat yang damai setelah sebelumnya saling membenci dan membantai.
 Jus Post Bellum merupakan sub-bidang hukum internasional yang masih baru mulai berkembang pesat
dalam dua dekade belakangan.
 Sebagian pakar menyatakan bahwa jus post bellum bukanlah sebuah bidang hukum baru, melainkan
koordinasi dan kerangka interpretasi antara norma-norma dan praktek yang sudah ada dalam kondisi
transisi perang menuju damai.
 …
Urgensi jus post bellum
 Di antara aspek Jus Post Bellum yang penting:
● Penyusunan perjanjian perdamaian yang baik
● Status tentara asing di daerah perang
● Kerusakan lingkungan akibat perang
● Keadilan bagi korban perang dan pendakwaan pelaku kejahatan perang
● Kebutuhan amnesti sebagai bagian rekonsiliasi
● Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
 …
Aspek Temporan jus post bellum
 …
Hubungan HHI & HAM
 Ada 3 teori: integrasiones, separatis, dan o Sifatnya: HHI mandatory; sdg HAM
komplementaris declaratory
o Saat berlakunya: HHI pd saat sengketa
 Teori integrasiones  keberadaan suatu sistem
bersenjata; sdg HAM situasi damai
hk berasal dari hk yg lain.
Menurut Marion Mushat:
1. Keberadaan HHI didasarkan HAM
a. HHI berhub dg akibat perang, HAM, berkaitan
Robertson: HAM mrpkn hak dasar setiap dg pertentangan antara pemerintah dg individu
manusia, yg berlakunya tanpa pembatasan b. HHI mulai berlaku pd saat HAM tdk berlaku
waktu, wilayah, suku/ras. HAM mrpk genus c. HAM tdk berlaku dlm perang, krn tlh diambil
sdg HHI mrpk species fungsinya oleh HHI
2. HHI menjadi dasar HAM. Secara kronologis  Teori Komplementaris  ant HHI dan HAM saling
HAM dikembangkan stlh HHI melengkapi dan pararel dalam perkembangan-
 Teori Separatis  HHI dan HAM dua sistem hk nya. Memang ada perbedaan, namun bukan
yg berbeda perbedaan yg dikedepankan ttp tujuannya yg
o Obyeknya: HHI. neg dg kesatuan lainnya; diutamakan.
sdg HAM, hub ant Pemerintah dg WN-nya
Persamaan dalam pengaturan
 Hak utk hidup  Ps. 3 DUHAM, Ps.6 ICCPR, KJ.1949
 Larangan Penyiksaan  Ps.5 DUHAM, Ps.7 ICCPR, KJ.1949
 Larangan Perbudakan  Ps.4 DUHAM, Ps. 8 ICCPR, Ps.4 ay 2 P II-77
 Jaminan Peradilan
 Jaminan perlakuan yg sama (non-diskriminasi)
 Dsb.
Persamaan dalam penerapan
 perkembangan HHI dipengaruhi oleh perkembangan hukum perlindungan HAM stl PD II.
 adanya pelanggaran HAM yg berlebihan mengakibatkan tjdnya ketegangan, kerusuhan, atau pertikaian
bersenjata. Dlm situasi dmk, penghormatan HAM akan smk kecil & dibutuhkan penerapan HHI.
 Konferensi Int’l ttg HAM di Teheran 1968, PBB pertimbangkan diaplikasikannya “human rights” dalam
konflik bersenjata.
 Hasil refleksi Konferensi Teheran, perumusan Pasal 75 Protokol I 1977 suatu pihak dalam pertikaian hrs
mendapatkan perlindungan dan diperlakukan scr perikemanusiaan, tanpa diskriminasi.
Perbedaan dalam penerapan
 Pd dasarnya HHI mrpk bag dari hukum perang, dan dianggap sebagai hkm yg paling tua dlm sistem HI.
Sdgk HAM mrpk bag hkm yg msh muda dlm system HI.
 Pada dasarnya HHI berlaku dlm situasi sengketa bersenjata. Sdgk HAM berlaku pada masa damai.
 HAM dimaksudkan untuk menjamin penghormatan dan kebebasan setiap orang dari penyalahgunaan
kekuasaan penguasa. Sdgk HHI bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap ancaman dan
bahaya akibat pertikaian bersenjata.
 Individu merupakan subyek aktif dalam HAM, sdgkan dalam HHI individu sebagai obyek perlindungan
hkm.
 Dlm sistem HHI, individu sekalipun mendapat manfaat dari perlindungan, ia tidak dapat langsung
mengajukan klaim atas pelanggaran yang terjadi. Sedangkan pada HAM dapat.
 Di tingkat intl, tujuan HAM menghukum setiap pelanggaran, sdgkn tujuan HHI lebih mengarah pd
peningkatan perlindungan dan solidaritas thd para korban.
 Hak yang diberikan oleh HHI bersifat tidak dapat ditolak (inalienable) oleh orang yang menerima, sdgkn
dlm sistem HAM setiap orang dpt menggunakan hak dan jaminan yg diberikan oleh HAM, sesuai dg
kepent-nya.
 Instrumen HAM ada yang berskala intl, regional, dan nasional, sdgk instrumen HHI hanya bersekala intl.
 Dalam Resolusi MU PBB 46/135 ttg situasi HAM di Kuwait ktk diduduki Iraq, telah mencampurkan
referensi ttg HHI dan HAM dlm teks yang sama.
 Komisi HAM yg didirikan utk promosikan implementasi HAM tdk lagi perhatikan pembedaan scr nyata ant
HAM dan HHI.
 Dalam perkembangannya, HHI mengikuti pendekatan yang sama dengan system HAM, dengan
memperluas berlakunya HHI bagi perlindungan penduduk sipil
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai