Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

Syahrul F.K
BAHAN KAJIAN
(MATERI PEMBELAJARAN)
1. Pengertian Hukum Pidana Internasional
2. Ruang Lingkup Hukum Pidana Internasional.
3. Definisi Kejahatan/Tindak Pidana Internasional.
4. Tindak Pidana Internasional tentang Kejahatan Genosida
5. Tindak Pidana Internasional tentang Kejahatan terhadap Kemanusiaan
6. Tindak Pidana Internasional tentang Kejahatan Perang
7. Tindak Pidana Iinternasional tentang Kejahatan Agresi
8. Tanggung Jawab negara terhadap Tindak Pidana Internasional
9. Penegakan Hukum Pidana Internasional
10. Yurisdiksi
11. Ekstradisi
12. Interpol
13. Pengadilan Pidana Internasional Ad-hoc
14. Pengadilan Pidana Internasional Permanen
PENGERTIAN UMUM DAN RUANG LINGKUP
KEJAHATAN PERANG
• “War crimes are serious violations of • Apa itu pelanggaran (tidak) serius?
customary or, whenever applicable,
treaty rules belonging to the corpus of • Apa itu hukum humaniter? Apakah
the international humanitarian law of pelanggaran hukum humaniter =
armed conflict”–Antonio Casesse
kejahatan perang?
• “A war crime is a serious violation of • Apa itu konflik bersenjata?
the laws and customs applicable in
armed conflict (also known as Bagaimana ruang lingkupnya?
international humanitarian law)
which gives rise to individual criminal
responsibility under international law
”–Robert Cryer et. al
HUKUM HUMANITER
• Hukum Humaniter = “a set of • Art 2 (4) UN
international rules, established by Charter:
treaty or custom, which are Jus Ad 1.Self-defence (Art.
51)
specifically intended to solve Bellum 2.UN Authorization
humanitarian problems, directly
arising from international or non-
international armed conflicts, and
which, for humanitarian reasons, • Hukum
limit the right of Parties to a conflict Humaniter/Konfl
to use the methods and means of Jus In ik
Bersenjata/Huku
warfare of their choice or protect Bello m Perang
persons and property that are, or
may be, affected by conflict”
PENGATURAN HUKUM HUMANITER
• Aneka hukum dan kebiasaan perang sejak zaman kuno, abad pertengahan, hingga abad 19:
Lieber Code, 1863—American Civil War.
• Perkembangan:
 ICRC (1863) dan Konvensi Jenewa I (1864)—Geneva Law: aturan yang melindungi
warga sipil dan eks-kombatan (hors de combat); Hague Law the Hague Conventions of
1899 and 1907): aturan tentang alat dan metode berperang.
• Kodifikasi:
 4 Konvensi Jenewa 1949: 1. melindungi yang sakit dan terluka di medan perang; 2.
melindungi yang sakit, terluka, dan yang karam di laut; 3. melindungi tahanan perang; 4.
melindungi warga sipil
 2 Protokol Tambahan 1977: 1. Konflik bersenjata internasional; 2. Konflik bersenjata non-
internasional (internal).
• Aturan hukum lain: larangan penggunaan senjata tertentu (seperti senjata biologis,
kimiawi, dan ranjau anti-prajurit); dan larangan penggunaan tentara anak (child soldier).
PRINSIP-PRINSIP HUKUM HUMANITER
• Non-kombatan harus dihindarkan dari berbagai bentuk serangan; kategori ini tidak
hanya mencakup warga sipil tetapi juga ex-kombatan, seperti tawanan perang dan
para pejuang yang menjadi hors de combat karena terluka, sakit, karam (di laut) atau
telah menyerah; Kombatan harus membedakan sasaran militer (military objectives)
dan penduduk sipil, dan hanya menyerang sasaran militer—(prinsip pembedaan);
• Dalam menyerang sasaran militer, kombatan harus mengambil langkah-langkah
untuk menghindari atau meminimalisir kerusakan sipil dan menahan diri dari
melakukan serangan yang akan menyebabkan kerusakan sipil yang berlebihan—
(prinsip proporsionalitas);
• Ada aturan mengenai sarana dan metode perang, demi mengurangi penderitaan yang
tidak perlu dan untuk menjaga penghormatan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan
—(prinsip kehormatan dan prinsip kemanusiaan).
KONFLIK BERSENJATA (UNSUR KONTEKSTUAL):
INTERNASIONAL DAN INTERNAL
“An armed conflict exists whenever there is
• Subjek: States
a resort to armed force between States or • Objek:
protracted armed violence between Konflik Armed/Military
governmental authorities and organized bersenjata Forces
armed groups or between such groups Internasional
within a State.”
“International humanitarian law applies
from the initiation of such armed conflicts
• Subjek: organized
and extends beyond the cessation of armed forced ...
hostilities until a general conclusion of Konflik
bersenjata • Objek: Protracted
peace is reached; or, in the case of internal non- Armed Violence
conflicts, a peaceful settlement is achieved” internasional
ICTY Appeal Chambers (Tadic Case)
ASAL-USUL KEJAHATAN PERANG
• Peace Treaty of Versailles in 1919: violations of ‘the laws and customs of
war’
• Nuremberg Charter 1945 (meminjam aturan ‘Hague Regulations’) Art. 6
(b)
• 4 Konvensi Jenewa 1949 (termasuk AP 1) menetapkan beberapa ‘grave
breach’ (pelanggaran berat) yang menjadi yurisdiksi universal—menjadi
hukum kebiasaan internasional.
• Diterapkan dalam ICTY (statute), ICTR, SCSL Statute, Iraq Special
Tribunal.
• Diatur dalam statuta ICC 1998
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
DAN KEJAHATAN PERANG
Hukum Humaniter Kejahatan Perang (War Crimes)

Subjek: Pemerintah atau pihak yang bertikai dalam Subjek: Individu (kombatan, hors de combat, warga
konflik bersenjata sipil)

Objek: Seluruh pelanggaran dalam situasi konflik Objek: Pelanggaran serius (grave breach) terhadap
bersenjata hukum humaniter

Konsekuensi hukum bagi pelanggaran: State Konsekuensi hukum bagi pelanggaran: Individual
responsibility dan/atau criminal responsibility criminal responsibility

Diatur dalam: seluruh norma (perjanjian internasional Diatur dalam: perjanjian internasional (Statuta ICC,
dan kebiasaan internasional) dan prinsip mengenai ICTY, ICTR, Nuremberg) dan kebiasaan internasional
konflik bersenjata (1907 Hague Regulations)
KEJAHATAN PERANG:
PASAL 8 AYAT 2 STATUTA ROMA
2. Untuk keperluan Statuta ini, “kejahatan perang” berarti:
a) Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa tertanggal 12 Agustus 1949, yaitu masing-
masing dari perbuatan berikut ini terhadap orang-orang atau hak-milik yang dilindungi
berdasarkan ketentuan Konvensi Jenewa yang bersangkutan:
i. Pembunuhan yang dilakukan dengan sadar;
ii. Penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk percobaan biologis;
iii. Secara sadar menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau kesehatan;
iv. Perusakan meluas dan perampasan hak-milik, yang tidak dibenarkan oleh kebutuhan militer
dan dilakukan secara tidak sah dan tanpa alasan;
v. Memaksa seorang tawanan perang atau orang lain yang dilindungi untuk bertugas dalam
pasukan di Angkatan Perang lawan;
vi. Secara sadar merampas hak-hak seorang tawanan perang atau orang lain yang dilindungi atas
pengadilan yang jujur dan adil;
vii. Deportasi tidak sah atau pemindahan atau penahanan tidak sah;
viii. Menahan sandera.
b) Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan yang dapat diterapkan dalam konflik bersenjata
internasional, dalam rangka hukum internasional yang ditetapkan, yaitu salah satu perbuatan-perbuatan
berikut ini:
i. Secara sengaja melancarkan serangan terhadap sekelompok penduduk sipil atau terhadap setiap orang sipil
yang tidak ikut serta secara langsung dalam pertikaian itu;
ii. Secara sengaja melakukan serangan terhadap objek-objek sipil, yaitu, objek yang bukan merupakan
sasaran militer;
iii. Secara sengaja melakukan serangan terhadap personil, instalasi, material, satuan atau kendaraan yang
terlibat dalam suatu bantuan kemanusiaan atau misi penjaga perdamaian sesuai dengan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejauh bahwa mereka berhak atas perlindungan yang diberikan kepada objek-
objek sipil berdasarkan hukum internasional mengenai sengketa bersenjata;
iv. Secara sengaja melancarkan suatu serangan dengan mengetahui bahwa serangan tersebut akan
menyebabkan kerugian insidentil terhadap kehidupan atau kerugian terhadap orang-orang sipil atau
kerusakan terhadap objek-objek sipil atau kerusakan yang meluas, berjangka-panjang dan berat terhadap
lingkungan alam yang jelas-jelas terlalu besar dalam kaitan dengan keuntungan militer keseluruhan secara
konkret dan langsung dan yang dapat diantisipasi;
v. Menyerang atau membom, dengan sarana apa pun, kota-kota, desa, perumahan atau gedung yang tidak
dipertahankan atau bukan objek militer;
vi. Membunuh atau melukai seorang lawan yang, setelah meletakkan senjata atau tidak mempunyai sarana
pertahanan lagi, telah menyerahkan diri atas kemauannya sendiri;
vii. Memanfaatkan secara tidak benar bendera gencatan senjata, atau bendera atau lencana dan seragam militer
dari pihak lawan atau milik Perserikatan Bangsa-Bangsa, maupun tanda-tanda khusus dari Konvensi
Jenewa, yang menyebabkan kematian atau luka-luka serius pada individu-individu tertentu;
viii. Pemindahan, secara langsung atau tidak langsung, oleh Pasukan Pendudukan
terhadap sebagian dari penduduk sipilnya sendiri ke wilayah yang didudukinya, atau
deportasi atau pemindahan semua atau sebagian dari wilayah yang diduduki itu baik
di dalam wilayah itu sendiri maupun ke luar wilayah tersebut;
ix. Secara sengaja melakukan serangan terhadap gedung-gedung yang digunakan untuk
tujuan-tujuan keagamaan, pendidikan, kesenian, keilmuan atau sosial, monumen
bersejarah, rumah sakit dan tempat-tempat di mana orang-orang sakit dan terluka
dikumpulkan, sejauh bahwa tempat tersebut bukan objek militer;
x. Membuat orang-orang yang berada dalam penguasaan suatu pihak yang bermusuhan
menjadi sasaran perusakan fisik atau percobaan medis atau ilmiah dari berbagai jenis
yang tidak dapat dibenarkan oleh perawatan medis atau rumah sakit dari orang yang
bersangkutan ataupun yang dilakukan tidak demi kepentingannya, dan yang
menyebabkan kematian atau sangat membahayakan kesehatan orang atau orang-
orang tersebut;
xi. Membunuh atau melukai secara curang orang-orang yang berasal dari bangsa atau
angkatan perang lawan;
xii. Menyatakan bahwa tidak akan diberikan tempat tinggal bagi para tawanan;
xiii. Menghancurkan atau merampas hak-milik lawan kecuali kalau penghancuran atau
perampasan tersebut dituntut oleh kebutuhan perang yang tak dapat dihindarkan;
xiv. Menyatakan penghapusan, penangguhan atau tidak dapat diterimanya dalam suatu pengadilan
hak-hak dan tindakan warga negara dari pihak lawan;
xv. Memaksa warga negara dari pihak yang bemusuhan untuk ambil bagian dalam operasi perang
yang ditujukan terhadap negaranya sendiri, bahkan kalau mereka berada dalam dinas lawan
sebelum dimulainya perang;
xvi. Menjarah kota atau tempat, bahkan apabila tempat tersebut dikuasai lewat serangan;
xvii. Menggunakan racun atau senjata yang dibubuhi racun;
xviii. Menggunakan gas yang menyesakkan napas, beracun atau lain-lain dan semua cairan, bahan
atau peralatan yang serupa;
xix. Menggunakan peluru yang melebar atau menjadi rata dengan mudah di dalam badan
seseorang, seperti misalnya peluru dengan selongsong keras yang tidak seluruhnya menutupi
intinya atau yang ditusuk dengan torehan;
xx. Menggunakan senjata, proyektil dan material serta metode peperangan yang merupakan suatu
sifat yang dapat menimbulkan kerugian yang luar biasa besar atau penderitaan yang tidak
perlu atau yang secara hakiki tidak pandang bulu dengan melanggar hukum internasional
mengenai sengketa bersenjata dengan syarat bahwa senjata, proyektil dan material serta
metode peperangan tersebut merupakan masalah pokok dari suatu larangan menyeluruh dan
dimasukkan dalam lampiran kepada Statuta ini, dan dengan amendemen yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan relevan yang diatur dalam pasal 121 dan 123;
xxi. Melakukan kebiadaban terhadap martabat pribadi, terutama perlakuan yang mempermalukan
dan merendahkan martabat manusia;
xxii. Melakukan perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, kehamilan
paksa, sebagaimana didefinisikan dalam pasal 7, ayat 2(f), sterilisasi yang
dipaksakan, atau suatu bentuk kekerasan seksual lain yang juga merupakan
pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa;
xxiii. Memanfaatkan kehadiran seorang sipil dan orang lain yang dilindungi untuk
menjadikan beberapa tempat, daerah atau pasukan militer tertentu kebal
terhadap operasi militer;
xxiv. Secara sengaja menujukan serangan terhadap gedung, material, satuan dan
angkutan serta personil medis yang menggunakan lencana yang jelas dari
Konvensi Jenewa sesuai dengan hukum internasional;
xxv. Secara sengaja memanfaatkan kelaparan orang-orang sipil sebagai suatu
metode peperangan dengan memisahkan mereka dari objek-objek yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup mereka, termasuk secara sadar menghambat
pengiriman bantuan sebagaimana ditetapkan berdasarkan Konvensi Jenewa;
xxvi. Menetapkan wajib militer atau mendaftar anak-anak di bawah umur lima belas
tahun ke dalam angkatan bersenjata nasional atau menggunakan mereka untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pertikaian.
KEJAHATAN PERANG:
PASAL 8 AYAT 2 HURUF C DAN D
STATUTA ROMA
c. Dalam hal suatu konflik bersenjata yang bukan merupakan suatu persoalan internasional, pelanggaran
serius terhadap pasal 3 yang umum bagi empat Konvensi Jenewa tertanggal 12 Agustus 1949, yaitu,
salah satu dari perbuatan berikut ini yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak ambil bagian aktif
dalam pertikaian, termasuk para anggota angkatan bersenjata yang telah meletakkan senjata mereka dan
orang-orang yang ditempatkan di luar pertempuran karena menderita sakit, luka, ditahan atau suatu sebab
lain:
i. Kekerasan terhadap kehidupan dan orang, khususnya pembunuhan dari segala jenis, pemotongan anggota
tubuh (mutilasi), perlakuan kejam dan penyiksaan;
ii. Melakukan kebiadaban terhadap martabat orang, khususnya perlakuan yang mempermalukan dan
merendahkan martabat;
iii. Menahan sandera;
iv. Dijatuhkannya hukuman dan dilaksanakannya hukuman mati tanpa keputusan yang dijatuhkan oleh suatu
pengadilan yang ditetapkan secara reguler, yang menanggung semua jaminan hukum yang pada umumnya
diakui sebagai tak terelakkan.
d. Ayat 2 (c) berlaku bagi sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional dan dengan demikian tidak
berlaku bagi keadaan-keadaan kekacauan dan ketegangan dalam negeri, seperti misalnya huru-hara,
tindakan kekerasan secara terpisah dan sporadis atau perbuatan-perbuatan lain yang sama sifatnya.
KEJAHATAN PERANG:
PASAL 8 AYAT 2 HURUF E (I-VI)
STATUTA ROMA
e. Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam konflik bersenjata yang
tidak bersifat internasional, dalam rangka hukum internasional yang ditetapkan, yaitu salah satu dari
perbuatan-perbuatan berikut ini:
i. Secara sengaja melakukan serangan terhadap penduduk sipil atau terhadap masing-masing penduduk sipil
yang tidak ikut serta secara langsung dalam pertikaian;
ii. Secara sengaja melakukan serangan terhadap gedung, material, satuan dan angkutan serta personil medis
yang menggunakan lencana Konvensi Jenewa sesuai dengan hukum internasional;
iii. Secara sengaja melakukan serangan terhadap personil, instalasi, material, satuan atau kendaraan yang
terlibat dalam bantuan kemanusiaan atau misi penjaga perdamaian sesuai dengan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa sepanjang mereka berhak atas perlindungan yang diberikan kepada orangorang dan objek-
objek sipil berdasarkan hukum perang;
iv. Secara sengaja melakukan serangan terhadap gedung-gedung yang digunakan untuk keperluan keagamaan,
pendidikan, kesenian, keilmuan atau sosial, monumen bersejarah, rumah sakit dan tempat-tempat di mana
orang-orang yang sakit dikumpulkan, dengan syarat bahwa hal-hal tersebut bukan sasaran militer;
v. Menjarah suatu kota atau tempat, sekalipun tempat itu dikuasai lewat serangan;
vi. Melakukan perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, kehamilan paksa, sebagaimana
ditetapkan dalam pasal 7, ayat 2(f), sterilisasi yang dipaksakan, dan suatu bentuk lain kekerasan seksual
yang juga merupakan pelanggaran serius terhadap pasal 3 yang umum bagi empat Konvensi Jenewa
KEJAHATAN PERANG:
PASAL 8 AYAT 2 HURUF E (VII-XII) DAN F
STATUTA ROMA
VII. Memberlakukan wajib militer atau mendaftar anak-anak di bawah umur lima belas tahun ke dalam angkatan
bersenjata atau menggunakannya untuk ikut serta secara aktif dalam pertikaian;
VIII. Mengatur perpindahan penduduk sipil dengan alasan yang berkaitan dengan sengketa, kecuali kalau keamanan
orang-orang sipil tersebut terancam atau alasan militer yang amat penting menuntutnya;
IX. Membunuh atau melukai secara curang seorang lawan tempur;
X. Menyatakan bahwa tidak akan diberikan tempat tinggal kepada tawanan;
XI. Menempatkan orang-orang yang berkuasa dari pihak lain dalam sengketa itu sebagai sasaran mutilasi atau
pemotongan anggota tubuh secara fisik atau percobaan medis atau suatu jenis percobaan ilmiah yang tidak dapat
dibenarkan oleh perlakuan medis, perawatan gigi atau rumah sakit dari orang yang bersangkutan ataupun tidak
melaksanakan demi kepentingannya, dan yang menyebabkan kematian atau menimbulkan bahaya serius terhadap
kesehatan dari orang atau orang-orang tersebut;
XII. Menghancurkan atau merampas hak milik dari seorang lawan kecuali kalau penghancuran atau perampasan tersebut
sangat dituntut oleh kebutuhan dari sengketa tersebut;
f. Ayat 2(e) berlaku untuk sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional dan dengan demikian tidak berlaku bagi
situasi-situasi kekacauan dan ketegangan dalam negeri, seperti misalnya huru-hara, tindakan kekerasan secara
terpisah dan sporadis atau perbuatan-perbuatan lain dengan sifat yang sama. Ayat ini berlaku terhadap sengketa
bersenjata yang berlangsung dalam wilayah suatu Negara apabila terjadi sengketa bersenjata yang berkelanjutan
antara para pejabat pemerintah dan kelompok bersenjata terorganisasi atau antara kelompok-kelompok semacam itu.
KLASIFIKASI KEJAHATAN PERANG
1. Kejahatan terhadap non-kombatan.
2. Kejahatan terhadap kombatan musuh atau warga sipil, dengan menggunakan
metode perang yang dilarang (prohibited methods of war)—Ex:
membunuh/melukai hors de combat/tahanan perang.
3. Kejahatan terhadap kombatan musuh atau warga sipil, dengan menggunakan
alat/senjata perang yang dilarang (prohibited means of war)—Ex: senjata
biologi/kimia.
4. Kejahatan terhadap orang dan objek yang dilindungi secara khusus—Ex: tim
medis, organisasi kemanusiaan, anggota PBB.
5. Kejahatan dengan menggunakan tanda dan/atau lambang yang dilindungi, untuk
tujuan yang tidak benar—Ex: bendera putih/negara/organisasi kemanusiaan.
NORMA, PRINSIP, DAN NILAI DALAM
HUKUM KEJAHATAN PERANG
1. Objek: Sasaran militer (military objectives) yang Sasaran Militer mencakup
dilarang—Prinsip pembedaan kombatan, baik yang sedang
a) Melindungi warga dan objek sipil, serta Hors de bertugas atau tidak, serta
combat (non-kombatan) objek: yang menurut sifat,
b) Melindungi pihak yang memberikan bantuan lokasi, tujuan atau
kemanusiaan penggunaannya memberikan
2. Metode perang yang dilarang (prohibited methods of kontribusi yang efektif untuk
war)—Prinsip kehormatan dan prinsip aksi militer dan bila
kemanusiaan kehancuran total atau
a) Melindungi penyalahgunaan aturan sebagian, penangkapan atau
3. Alat/senjata perang yang dilarang (prohibited means netralisasi, dalam keadaan di
of war)—Prinsip proporsionalitas waktu tersebut, menawarkan
a) Melindungi warga sipil: inherently indiscriminate keuntungan militer yang
b) Melindungi kombatan: unnecessary suffering pasti.
KEJAHATAN TERHADAP
KEMANUSIAAN DAN KEJAHATAN
PERANG
Crimes Against Humanity War Crimes
Tidak mesti terjadi dalam konflik bersenjata Terjadi dalam konflik bersenjata
Serangan sistematis dan meluas terhadap penduduk Bisa terisolasi; bisa serangan sistematis dan meluas
sipil; tdk bisa terisolasi terhadap penduduk sipil/musuh
Terfokus melindungi ‘korban’, terlepas dari apapun Terfokus melindungi ‘musuh’ (WNA) diantara para
nasionalitasnya—prinsip perlindungan HAM pihak yang berperang—prinsip resiprositas/self-interest
dlm hukum perang
Mengatur perilaku setiap pihak yang ditujukan terhadap Mengatur perilaku dalam medan perang; termasuk
warga sipil/penduduk segala tindakan yang bertentangan dengan tujuan
militer.
Dimensi internasional: serangan terhadap warga Dimensi internasional: kejahatan perang dalam konflik
sipil/penduduk bersenjata

Anda mungkin juga menyukai