Anda di halaman 1dari 8

0

Pertanyaan.
1. Apa penyebab perang dan mengapa perang terjadi di dunia ini dan bagaimana
penyelesian perang generasi I dan II serta berikan dampaknya terhadap perang generasi
berikutnya ?
Jawab :
Apa penyebab perang dan mengapa perang di dunia ini adalah :
Perang (war) merupakan fenomena politik internasional dalam konstelasi
Hubungan Internasional bangsa-bangsa di dunia dalam sistem politik global. Keberadaan
perang sendiri sampai sekarang masih selalu ada (exist) terkait dengan sifat dasar
manusia yang berupa agressor. Sifat ini direpresentasikan oleh negara (state) sebagai
perwujudan aktor dalam tata politik internasional. Hal inilah yang membuat perang selalu
menarik untuk dibahas dan didiskusikan. Setelah dua perang dunia besar yaitu Perang
Dunia I pada tahun 1914-1918 dan Perang Dunia II yang dimulai pada tahun 1939 sampai
1945, serta Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang mengikuti dua
perang besar tersebut, warga dunia mengira perang dalam skala global atau internasional
akan sudah benar-benar hilang. Namun tidak demikian. Fenomena perang yang
nampaknya merupakan warisan hingga akhir abad ke-20 hingga abad ke-21 ini pun masih
tetap ada. Hal ini tidak bisa terlepas dari kepentingan negara bangsa untuk mencapai
national interestnya.
Dari uraian tersebut, maka penyebab terjadinya perang di antaranya adalah : 1
a. Perbedaan ideologi. Sebab terjadinya perang bisa timbul karena adanya
perbedaan Ideologi baik secara individu maupun kelompok. Ideologi merupakan
suatu konsep yang bersistem atau suatu paham tertentu yang dianut oleh
seseorang. Dalam sekala yang lebih luas, paham tersebut menjadi kepercayaan
dalam sebuah bangsa dan akan melawan siapa saja yang menentangnya
b. Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan. Keinginan untuk
memperluas wilayah kekuasaan juga merupakan salah satu sebab terjadinya
perang. Banyak melatarbelakangi peperangan pada zaman kerajaan dan
kekuasaan bersenjata pada masa perang dunia. Keinginan untuk memperluas
wilayah kekuasaan merupakan aktor penting bagi suatu bangsa yang ingin
memperluas pengaruh dan dominasi kekuatannya dalam berbagai bidang.
c. Perbedaan kepentingan. Sebab terjadinya perang yang paling sering terjadi
adalah adanya perbedaan kepentingan. Orang yang berselisih, biasanya
disebabkan adanya perbedaan kepentingan. Dalam sekala besar, suatu bangsa
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang, Diakses : 02/03/2023
1

yang sedang berselisih dengan bangsa lain hingga menimbulkan peperangan, juga
dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara keduanya. Perbedaan
kepentingan sebagai faktor penyebab perang ini bisa terjadi dalam segala bidang,
seperti kepentingan ekonomi, politik, agama, dan sebagainya.
d. Perampasan sumber daya alam (minyak, hasil pertanian, dll). Sebuah
bangsa yang makmur, biasanya identik dengan kekayaan alamnya yang melimpah.
Bangsa yang berhasil menggali dan memanfaatkan kekayaan alamnya tersebut
dapat membuat bangsanya makmur dan sejahtera. Akan tetapi, ternyata kekayaan
alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak atau bangsa lain untuk
merebutnya.

Mengapa perang terjadi di dunia ini ? Dengan melihat beberapa faktor tersebut
di atas mengapa perang terjadi di dunia ini bahwa peperangan terjadi di dunia ini
karena adanya golongan kuat yang merasa superior, merasa tertinggi, dan merasa
menguasai golongan yang lemah. Oleh sebab itu, selama rasa seperti yang dimiliki oleh
manusia, maka peperangan akan selalu ada baik dalam sekala kecil maupun besar, baik
era dahulu, sekarang, maupun masa yang akan datang.
Hal ini karena dapat dilihat bahwa dalam sejarah peperangan, perang sudah
dikenal bahkan sebelum adanya peradaban. Di dalam bukunya, Lawrence mengatakan
bahwa dalam penelitian arkeologi telah ditemukan berbagai bukti konflik bersenjata antar
suku yang terjadi pada masa prehistoric, antara lain bukti fosil manusia pada masa itu
yang mati terbunuh karena perang, senjata-senjata serta lukisan-lukisan batu di dalam
gua yang menceritakan pertempuran. Bukti lain menunjukkan bahwa separuh kerangka
dalam Nubian, sebuah kuburan prasejarah yang berusia 12.000 tahun, mereka tewas
karena kekerasan yang menggunakan senjata. 2

Bagaimana penyelesaian perang generasi I dan II serta berikan dampaknya


terhadap perang generasi berikutnya
a. Perang Generasi I (1648 - 1860)
Memiliki ciri formal, tertib, rapi, hal ini dikaitkan dengan kultur militer yang
penuh keteraturan dan membedakan antara warga sipil dan militer seperti seragam
dan pangkat. Perang dalam generasi I didominasi oleh pengerahan kekuatan orang
secara massive (massed man power), baik ditinjau dari jumlah dan keahlian
pasukan akan sangat menentukan .
2
www.wikipedia.co.id, War Before Civilization, diakses pada 02/03/2023
2

Peperangan Generasi I dimulai sejak sekitar tahun 1648 seiring dengan


peristiwa diperolehnya kedaulatan oleh Jerman sebagai sebuah negara sekaligus
mengakhiri “Perang 30 Tahun” yang terjadi antara negara-negara di kawasan
Eropa. Perang 30 tahun tersebut merupakan suatu perang yang sangat carut marut
namun pada dasarnya dilatar-belakangi oleh konflik antara kelompok penganut
Katholik dengan Protestan. Sejak peristiwa diperolehnya kedaulatan oleh Jerman
tersebut maka peperangan mulai dianggap sebagai salah satu cara bagi suatu
negara untuk mencapai kepentingannya setelah sebelumnya setiap peperangan
selalu berlatar belakang kepentingan agama. Ciri-ciri peperangan generasi I adalah
adanya penentuan medan/wilayah perang dengan batas-batas tertentu (garis batas
kiri/kanan dan depan/belakang) dan digunakannya musket (senapan api
sederhana) yang selanjutnya dikombinasikan dengan senjata tajam seperti panah,
sangkur dan lain-lain sampai pada pengembangannya menjadi senjata mesin.

b. Perang Generasi II
Perang dalam generasi ini mengedepankan daya tembak (massed
firepower) yang sebagian besar memanfaatkan tembakan meriam tidak langsung,
metode ini dikembangkan oleh tentara Perancis pada Perang dunia I. Ciri dari
generasi perang ini adalah daya tembak yang terkendali secara terpusat, terperinci
dan teratur bagi infantri, tank dan artileri dimana komandan sangat berperan.
Doktrin yang berkembang di generasi perang kedua ini adalah “The artilery
conquers, the cavalry as the attackers and the infantry occupies”. Motto yang
berkembang pada masa generasi perang pertama dan kedua adalah “close and
destroy”.

Penyelesaian perang generasi I dan II


Berdasarkan Pasal 5 Statuta Roma 1998, ICC memiliki yurisdiksi material
terhadap 4 jenis tindak pidana, yaitu:
a. Genosida;
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan;
c. Kejahatan perang; dan
d. Kejahatan agresi.
Kesimpulannya, Hukum Humaniter Internasional (HHI) memiliki aturan
dasar yang salah satunya larangan untuk membunuh orang-orang yang dilindungi.
Namun, pada kenyataannya ketika perang berlangsung, tidak dapat dipungkiri
3

bahwa pelanggaran terhadap HHI dapat terjadi. Pelanggaran tersebut dimaknai


dengan kejahatan perang. Tindakan kejahatan perang pada Perang Generasi I dan
II dapat menimbulkan tanggung jawab pidana secara individual. Berdasarkan
sejarah, terdapat beberapa peradilan pidana internasional ad hoc yang mengadili
pelaku kejahatan perang, seperti International Military Tribunal Nürnberg,
International Military Tribunal for the Far East, ICTY, dan ICTR. Selain itu, peradilan
pidana internasional yang bersifat tetap adalah ICC yang salah satu yurisdiksi
materialnya adalah kejahatan perang.

Dampaknya terhadap perang generasi berikutnya :


Perang selalu membawa dampak yang tak main-main. Menyentuh segala aspek
hidup. Mengingatkan generasi berikutnya bahwa perang tak pernah membawa
keuntungan. Dalam buku "History of The World War" (2019) karya Saut Pasaribu,
penderitaan dan kerugian yang diterima oleh bangsa yang menang pada perang sama
menderitanya dengan bangsa yang kalah perang. Dari sekian banyak perang, Dampak
Perang pada generasi berikutnya adalah :
a. Bidang Ekonomi Perang memberikan banyak dampak di bidang ekonomi.
Di antaranya, perekonomian dunia mengalami kekacauan. Ini membawa Amerika
Serikat muncul sebagai negara kreditur. Sementara Jerman dan Jepang tumbuh
menjadi negara industri.
b. Bidang Sosial Banyaknya korban perang mendorong masyarakat dunia
membentuk United Nation Relief Rehabilitation Administration (UNRRA). Tujuan
UNRRA yaitu menyediakan makanan bagi orang-orang terlantar, mengurus para
pengungsi akibat perang, dan mendirikan rumah sakit serta balai pengobatan.
Mereka juga membantu mengerjakan kembali tanah pertanian yang rusak karena
perang.
d. Bidang Politk. Perang juga berdampak pada bidang politik. AS yang keluar
sebagai pemenang, selanjutnya menjadi negara adikuasa. Uni Soviet juga berubah
menjadi kekuatan raksasa super power, yang jadi pesaing AS. Perebutan
hegemoni keduanya kemudian berkembang menjadi Perang Dingin. Ini memicu
munculnya politik aliansi yang berdasarkan kepad Collective Security, sehingga
timbul organisasi pakta pertahanan seperti NATO, PAKTA WARSAWA, SEATO,
dan METO. Perang Dingin juga mengakibatkan beberapa negara terpecah, seperti
Korea Utara dan Korea Selatan, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, serta Jerman
Timur dan Jerman Barat. Pasca-Perang Dunia II, perjuangan bangsa Asia-Afrika
4

untuk memperoleh kemerdekaan juga semakin tinggi. Perserikatan Bangsa-bangsa


(PBB) juga lahir menggantikan Liga Bangsa-bangsa (LBB), yang dianggap gagal.

Dampak Perang Dunia II di Bidang Budaya Dalam bidang budaya, Perang Dunia
II membuat ilmu pengetahuan berkembang pesat. Teknologi pun jadi lebih maju,
meski amat ironis karena harus dipicu perang besar terlebih dahulu

2. Didalam perang generasi I dan II yang telah disimpulkan oleh Pasis jelaskan dan
berikan tanggapan Pasis apakah dalam pelaksanaan perang tersebut masih relevan jika
taktik dan strategi perangnya di anut Kembali dalam perang modern ?
Jawab :
Konflik yang berujung dengan peperangan memang telah mendestruksi kehidupan
manusia dan alam. Sejarah mencatat, bahwa peperangan-peperangan yang terjadi di
dunia telah mengalami pergeseran dari masa ke masa, tidak hanya mengalami perluasan
aktor, tetapi juga mengalami perubahan dari segi tujuan, metode, bentuk pendanaan, dan
sebagainya. Dewasa ini, sifat dan karakteristik perang telah bergeser seiring dengan
perkembangan teknologi. Kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara
semakin kecil. Namun, adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-
perang jenis baru. Diantaranya, perang asimetris, perang hibrida, dan perang proxy.
Perang antar negara tidak sepenuhnya bergeser dari perang konvensional menuju
perang generasi keempat. Perang konvensional justru merupakan doktrin perang yang
abadi. Penguasaan medan pertempuran dengan senjata, tentara dan teknologi adalah
bukti kekuasaan atau kedaulatan suatu negara atas negara lain sehinggaperang darat,
laut dan udara tetap mutlak terjadi sepanjang masa. Adapun perang proxybisa saja
digunakan sebagai perang siasat sebelum perang konvensional berlangsung.
Melemahkan moralitas (demoralisasi) terhadap musuh saat ini menjadi hukum perang
yang penting. Hampir semua perang konvensional di dunia modern saat ini dimulai
dengan kampanye demoralisasi yang berperan menyudutkan musuh. Perang proxy tentu
saja berperan besar dalam memenangkan pertempuran yang sesungguhnya. Perang
proxy juga telah menemukan momentumnya pada era modern dan abad informasi saat ini.
Terlebih hari ini, terjadi perebutan berupa sumber-sumber daya alam yang penting seperti
minyak, air, beras, hutan, emas, dan energi serta daerah-daerah yang subur sumber daya
hayatinya, telah menjadi kebutuhan semua negara. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
ilmu dan sejarah perang konvensional masih perlu diajarkan di lembaga pendididkan.
5

Dari uraian tersebut, apakah dalam pelaksanaan perang generasi I dan II


tersebut masih relevan jika taktik dan strategi perangnya di anut Kembali dalam
perang modern, menurut Pasis hal tersebut kurang relevan, hal ini disebabkan : di era
modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal ini
tercermin dari doktrin angkatan perang suatu negara seperti "Barang siapa menguasai
ketinggian maka akan menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas
ketinggian harus dicapai oleh teknologi. Setiap negara akan menggunakan segala daya
dan upaya untuk memenangkan suatu peperangan. Agar peperangan dapat dimenangkan
maka perencana perang harus memperhatikan beberapa hal, yakni :
a. Tujuan perang yang jelas (clear objective),
b. Dukungan publik (public support) dari masyarakat sendiri,
c. Kekuatan militer yang efektif (effective military forces) dihadapkan dengan
kekuatan lawan,
d. Kemampuan musuh dan semangat bertempur/faktor moral serta strategi
yang unggul (superior strategy).
Untuk mengalahkan musuh maka strategi dan sumber daya yang dimiliki harus
lebih unggul. Selain itu, upaya yang dilakukan harus dapat mengungguli kekuatan
perlawanan musuh (enemy’s resistance). Hal ini mencakup dua hal penting yaitu
sumberdaya (means) dan kemauan bertempur (will).

3. Berikan tanggapan Pasis bagaimanakah skenario terbaik dalam penyelesaian


konflik antar negara berkaca pada sejarah perang generasi I dan II dan apakah perang
merupakan satu satunya cara penyelesaian konflik jika konflik tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan cara politik.
Jawab :

Menurut tanggapan Pasis mengenai skenario terbaik dalam penyelesaian


antar negara berkaca pada sejarah perang generasi I dan II adalah :
Peperangan yang saat ini banyak terjadi, sebenarnya memang bermula dari
adanya konflik. Konflik yang terjadi di sebuah negara ataupun antar negara itulah yang
kemudian menyebabkan terjadinya perang. Padahal, untuk menyelesaikan konflik tersebut
ada banyak cara lain yang bisa digunakan. Sebab perang itu bukanlah solusi dari segala
sesuatu, termasuk pula bukan solusi untuk menyelesaikan konflik.
Karena itulah, masyarakat dunia juga semestinya mengetahui dan menyadari akan
kerugian yang ditimbulkan dari peperangan tersebut. Selain karena peperangan saat ini
yang semakin brutal, perang yang terjadi saat ini pun seolah menjadi sebuah misi
6

pembunuhan. Oleh sebab itu, orang yang menyebabkan perang itu terjadi, sudah
selayaknya dihukum dan dipenjara.
Terjadinya perang itu dapat menghancurkan sebuah negara. Karena banyak
korban jiwa yang berjatuhan. Bahkan mirisnya lagi, banyak negara yang saat ini justru
saling beradu dalam peperangan dan tidak peduli siapa yang menjadi korbannya.
“Manusia saat ini sangat primitif. Mereka saling bertengkar dan membunuh satu sama lain.
Saling berperang untuk bisa menjadi pemenang. Tapi setelah mereka menang, apa yang
akan mereka dapat? Justru korban peperangan yang akan mereka dapatkan, karena
perang saat ini sangat brutal dan tidak memang siapa yang menjadi korbannya,”
tegasnya.
Konflik yang terjadi di suatu negara bisa saja dibuat menjadi sebuah peperangan.
Karena itulah mengajak pada semua elemen masyarakat dunia untuk tidak lagi
menyelesaikan konflik dengan perang. Selain itu, ia juga menganjurkan agar orang-orang
yang menyebabkan peperangan (inisiator perang) itulah yang seharusnya mendapatkan
hukuman dan dipenjara. “Perang itu adalah kejahatan yang sangat buruk sekali. Jika kita
bisa menghukum orang yang membunuh satu nyawa manusia, maka kita juga harus bisa
menghukum orang telah membunuh jutaan nyawa manusia. Mereka yang telah
membunuh jutaan manusia itu harus mendapatkan hukuman dan dipenjara, kalau kita
memang ingin mewujudkan perdamaian.
Sebab itu setiap orang pada dasarnya pasti menginginkan perdamaian bukan
peperangan. “Perdamaian itu menunjukkan jati diri setiap orang, bahwa mereka ingin
perdamaian. Kita menyadari untuk menghentikan peperangan dan mewujudkan
perdamaian di seluruh negeri yang sedang berkonflik itu, memang butuh proses. Tapi kita
tetap optimis bahwa perdamaian tersebut akan terwujud, dengan lebih bersabar dan bisa
mengambil langkah tepat untuk menghentikan perang tersebut. “Mungkin memang butuh
waktu untuk mewujudkan perdamaian di muka bumi ini. Tapi kita juga harus percaya dan
lebih bersabar untuk hal itu, serta harus bisa mengambil langkah yang tepat untuk
menghentikan perang. Dan setidaknya, langkah pertama yang bisa kita ambil saat ini
adalah melalui sekolah perdamaian ini
Berdasarkan uraian tersebut, apakah perang merupakan satu satunya cara
penyelesaian konflik jika konflik tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cara
politik.
Menurut Pasis perang bukanlah cara untuk menyelesaikan konflik. Ada banyak
cara yang bisa dilakukan suatu negara dalam menyelesaikan konflik yang terjadi, salah
satuanya seperti dengan cara berdialog atau saling bertukar budaya. Kita tidak bisa
7

menyelesaikan konflik itu dengan cara perang. Karena itu bukan solusi yang tepat. Salah
satu cara yang bisa kita lakukan dalam menghadapi dan menyelesaikan koflik yang itu
adalah dengan dialog atau melalui cultural movement (pertukaran budaya). Sekalipun
cultural movement ini adalah pola, tapi ini bisa jadi salah satu cara kita untuk mewujudkan
perdamaian dan bisa menyelesaikan konflik.
Selain melalui pertukaran budaya dan saling memahami budaya negara lain,
berdialog juga bisa dijadikan salah satu insturmen dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi. Belajar dari pengalaman konflik yang pernah terjadi pada perang generasi I dan II,
bahwa dialog itu juga merupakan salah satu cara untuk mewujudkan perdamaian. Di
Indonesia sendiri juga tidak pernah terlepas dari yang namanya konflik. Namun kita
berusaha untuk menyelesaikan konflik tersebut bukan dengan jalan perang, tapi dengan
berdialog dan saling bertukar serta memahami budaya daerah-daerah setempat.
Dari pengalaman tersebut kemudian kami jadikan pelajaran bahwa memang dengan
berdialog, konflik yang terjadi itu bisa diselesaikan dengan jalan damai. Cara ini tentunya
bisa menjadi kontribusi kita bagi dunia dalam mewujudkan perdamaian di muka bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Naskah Hanjar MP. Metodologi Riset dan Tulisan Militer.


2. https://www.umy.ac.id/perang-bukan-solusi-dari-konflik-inisiator-perang-harus-
dihukum-2, Diakses : 01/03/2023.
3. https://annisamardiana.wordpress.com/2011/01/25/faktor-faktor-penyebab-perang-
2/, Diakses : 01/03/2023.
4. https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/03/sebab-terjadinya-perang.html,
Diakses : 01/03/2023.
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Perang, Diakses : 01/03/2023
6. www.wikipedia.co.id, War Before Civilization, Diakses pada 02/03/2023
7. https://annisamardiana.wordpress.com/2011/01/25/faktor-faktor-penyebab-perang-
2/, Diakses : 01/03/2023.

Anda mungkin juga menyukai