TERORIS(ME):
AKTOR & ISU GLOBAL
ABAD XXI
i
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian
atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya
tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.
ii
PENGANTAR PENULIS
iii
penyerangan oleh kaum teroris, maka Amerika Serikat
melakukan berbagai kampanye dan perang memberantas aksi,
gerakan dan organisasi teroris di seantero dunia.
iv
Sebagai negara yang terbuka terhadap dunia luar,
Indonesia terkena imbas dari perang global melawan
terorisme. Terlebih lagi di saat hampir berdekatan dengan
tragedi WTC dan Pentagon, 11 September 2001, Indonesia
mengalami serangan teroris dari para kaum teroris yang
diduga dilakukan oleh jaringan Jamaah Islamiyah (JI), dengan
adanya Bom Bali 1 pada bulan Oktober 2002. Disusul
kemudian dengan Bom Bali II tahun 2005, pengeboman
beberapa kedubes asing di Jakarta, obyek vital asing, hotel JW
Marriot, dan berbagai pengeboman yang terjadi secara
sporadis di beberapa wilayah Indonesia sampai dengan
sekarang ini.
v
Tenggara, sebagian besar penduduknya beragama muslim/
Islam, dan memiliki keragaman agama, etnis, dan budaya
yang komplek sehingga Barat sangat menginginkan agar
supaya kaum teroris di Indonesia dapat ditekan ruang
geraknya dan diberantas sampai ke akar-akarnya, agar supaya
kepentingan Barat di Indonesia dapat terjamin keamanannya
dengan kondusif. Amerika Serikat menyadari bahwa jaringan
terorisme di Indonesia memiliki tautan dan relasi dengan
jaringan terorisme internasional, Al Qaeda, sehingga
penguatan Densus 88 AT menjadi prioritas bagi kepentingan
Barat. Terlebih lagi, Amerika Serikat khawatir apabila kaum
teroris berhasil merebut pemerintahan dan mengubah ideologi
Pancasila menjadi Ideologi Islam, maka sudah pasti Barat akan
ketakutan karena akan sangat membahayakan keamanan
regional dan global.
vi
Internasional, Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Sebagai hand out kuliah, maka buku ini kemudian dilakukan
perbaikan dan pengeditan sana sini sehingga berhasil menjadi
sebuah buku yang layak dibaca oleh berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap penanganan terorisme di Indonesia,
khususnya para dosen, mahasiswa, kalangan TNI, Polri dan
pengamat terorisme. Semoga buku ini dapat menambah
khazanah pustaka tentang terorisme di Indonesia. Amin.
vii
DAFTAR ISI
BAB 1
Hubungan Internasional dan Terorisme ......................... 1
A. HAM dan Hubungan Internasional................................ 4
B. Terorisme: Kembali Ke High Politics? ............................. 5
C. HAM versus Terorisme:
“Global Antiterrorism Governance” .................................... 12
D. Konteks Domestik Indonesia .......................................... 15
BAB 2
Dunia dan Terorisme ............................................................ 19
A. Amerika Serikat dan Ideologi “Politik Realis” ............. 19
B. Terorisme: Konstelasi Baru dalam Politik
Internasional....................................................................... 29
C. Global Antiterrorism Governance ........................................ 35
D. Aktor dan Isu Global Abad XXI ...................................... 42
BAB 3
Osama Bin Laden dan Terorisme ....................................... 49
A. Osama Bin Laden: Pahlawan atau Teroris? ................... 49
B. Osama Bin Laden: Dalang Tragedi WTC
dan Pentagon? .................................................................... 51
viii
BAB 4
Indonesia dan Terorisme .................................................... 55
A. Reformasi: Radikalisme, Terorisme dan Civil Society ... 55
B. Relasi Islam dan Negara Pasca Tragedi Bom Bali ....... 59
C. Relasi Al Qaeda dan Jamaah Islamiyah ........................ 68
BAB 5
TNI dan Terorisme ............................................................... 73
A. TNI, Terorisme dan Perkembangan Lingkungan
Strategis .............................................................................. 74
B. TNI, Terorisme, dan Stabilitas Nasional ........................ 78
C. Daya Dorong TNI Terlibat Dalam Penanganan
Terorisme ........................................................................... 81
D. Peluang dan Kendala TNI ............................................... 84
BAB 6
Polri dan Terorisme .............................................................. 89
A. Polri, Densus 88 AT, dan Terorisme ............................... 89
B. Intelijen Polri dan Terorisme ........................................... 95
ix
x
BAB 1
HUBUNGAN INTERNASIONAL
DAN TERORISME
1
Nama asli Nostradamus, sang peramal kontroversial ini, adalah Michel de
Notredame, lahir pada tanggal 14 Desember 1503 di sebuah kota kecil St. Remy di
Perancis. Ia meninggal tahun 1966, tepat seperti yang diramalkannya sendiri. Tentang
ramalannya terhadap tragedi WTC dan Pentagon ini dikutip dari Tim Redaksi Hot
Copy, Osama Bin Laden: Teroris atau Mujahid?, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2001), hlm. 72 - 74
2
Laporan kronologis-komprehensif mengenai tragedi serangan 11 September 2001 ini
dapat dibaca pada Adian Husaini, Jihad Osama versus Amerika, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 30 - 35
3
Dikutip dari ZA. Maulani, Perang Afghanistan: Perang Menegakkan Hegemoni
Amerika di Asia Tenggara, (Jakarta: Dalancang Seta, 2002)
4
Mengenai politik luar negeri AS pasca tragedi WTC dan Pentagon dapat dilihat
dalam laporan Fokus Kompas, Minggu, 14 Oktober 2001, hlm. 25 – 34.
5
Lihat Mirriam Budiadrjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), hlm. 120
6
Banyak dikutip dari Edy Prasetyono, Hak Asasi Manusia dalam Hubungan
Internasional, (Jakarta: CSIS, Maret 1992), hlm. 2 – 3. Sub Bab ini banyak mengutip
dari buku Edy Prasetyono sehingga penulis memohon ijin secara tertulis dalam
catatan kaki ini untuk mengutipnya mengingat tulisan beliau sangat bagus sekali dan
patut untuk disebarluaskan kepada khalayak dunia akademis agar supaya dapat
dibaca dan dipahami oleh semua pihak tentang nilai-nilai HAM dalam konteks global.
7
Edy Prasetyono, Ibid., Meskipun sejak berakhirnya Perang Dunia II, diformulasikan
hak asasi manusia yang dicetuskan melalui pernyataan hak asasi sedunia 1948,
Internasional Bill of Rights 1966, dan Perjanjian Helsinki 1975, dalam
implemenatsinya banyak mengalami kegagalan. Sebab umumnya adalah karena
perhatian internasional terfokus pada isu high politics perang Dingin yang dalam
beragam kasus telah menenggelamkan isu-isu HAM. Bahkan AS misalnya, yang
menamakan dirinya sebagai pelindung HAM dan demokrasi, selama perang Dingin
harus bekerjasama dengan pemerintah militer di banyak negara sebagai koordinasi
globalnya menghadapi Uni Soviet. Uraian tentang ambivalensi AS dalam
melaksanakan HAM dapat dibaca pada Sidik Jatmika, AS Penghambat Demokrasi,
(Yogyakarta: Tarawang Press, 2000) dan Chandra Muzaffar, Hak Asasi Manusia
dalam Tata Dunia Baru: Menggugat Dominasi Global Barat, (Bandung: Mizan, 1995).
8
Edy Prasetyono, Ibid. Pendukung utama pandangan ini adalah Michael Walzer, Just
and Unjust Wars, (New York: Basic Books, 1977).
9
Edy Prasetyono, Ibid. Uraian lebih lanjut tentang logika berpikir Thomas Hobbes ini
dapat dilihat dalam Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung: Mizan,
1993), hlm. 73 – 80. dan juga dapat dilihat dalam Harwanto Dahlan, Al qur’an dan
Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Fisipol UMY, 1996), hlm. 36 –37.
10
Edy Prasetyono, Ibid. Lebih jauh tentang hal ini, baca Charles Beitz, Political Theory
and International Relations, (Princeton: Princeton University Press, 1979), hlm. 97 -
102
11
Edy Prasetyono, Ibid. Lebih jauh tentang hal ini, baca Carol C. Gould, Rethinking
Democracy: Freedom and Social Cooperation in Politics, Economy, and Society, (New
York: Cambridge University Press, 1988), hlm. 354 – 356.
12
Edy Prasetyono, Ibid. Perdebatan ini kemudian mengundang dua penafsiran yang
berbeda tentang HAM. Pertama, bahwa isu ham adalah alat negara-negara Barat
untuk mengejar kepentingan sendiri sekaligus strategi untuk melakukan intervensi ke
negara lain. Kedua, bahwa isu ham adalah suatu keharusan sejarah manusia yang
tak terelakkan. Lebih jauh untuk bahan bacaan tentang hal ini, baca Morton H.
Halperin dan Jeane M. Woods, “Ending the Cold War at Home”, dalam Foreign Policy,
No. 81 (Winter 1980-1991), hlm. 141.
13
Mengenai dinamika perubahan sistem internasional pasca perang Dunia II beserta
dampak ikutannya ini dapat dilihat secara mendalam dalam Walter S. Jones, Logika
Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi Politik Internasional dan Tatanan
Dunia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 47 – 54 dan S.L. Roy
Diplomasi, terjemahan Harwanto& Mirsawati, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm.
104 – 110.
14
Dikutip dari Ali Alatas, Tatanan Politik Dunia Abad XXI”, dalam Kompas, 28 Juni
2000; Mari Elka Pangestu, “Tatanan Ekonomi Dunia Abad Ke-21 dan Implikasinya
bagi Indonesia”, Kompas, 28 Juni 2000, hlm. 30.
15
Agus Subagyo, Modernitas, Humanisme dan Krisis Kemanusiaan, Kompas, 18
Januari 2001, hlm. 4
16
Agus Subagyo, Amerika Serikat dan Ideologi Politik Realis, Radar Jogja (Group
Jawa Pos), 24 Oktober 2001, hlm. 4
17
Terorisme telah menjadi isu utama di awal millennium ketiga dan teroris sebagai
aktor global abad XXI. Terorisme telah menggeser isu HAM dalam politik
internasional. Lihat Agus Subagyo, Teroris, Aktor Global Abad XXI, Kompas, 16
November 2001, hlm. 4
18
Lebih lanjut tentang langkah-langkah Bush pasca tragedi WTC dan Pentagon
melawan terorisme global, lihat Agus Subagyo, Doktrin Bush, Terorisme, dan
Anarkisme Internasional, Pikiran Rakyat, 12 Desember 2001.
19
Agus subagyo, HAM versus Terorisme, Bernas, 9 Desember 2001, hlm. 4
20
Adian Husaini, Op cit. Dan juga dapat dibaca pada Noam Chomsky, Maling Teriak
Maling: Amerika Sang Teroris?, cetakan II, (Bandung: Mizan, 2001).
21
Dikutip dari Encyclopedia Americana, (USA: Glorier Incorporated, 1993), hlm. 34
dan juga dapat diperiksa dalam Grant Wardlaw, Political Terrorism: Theory, Tactic,
and Counter-Measures, (Cambridge: Cambridge University Press, 1982), hlm. 1 – 2.
22
Perburuan terorisme global tanpa mengindahkan prinsip-prinsip HAM oleh AS ini
menimbulkan ketegangan-ketegangan di kawasan Asia. Di Asia Tenggara, isu
kehadiran militer AS telah memancing ketegangan intra negara ASEAN. Di Timur
Tengah, Irak dan Iran direncanakan untuk diserang AS dengan dalih melindungi
terorisme. Di Asia Timur, ketegangan di semenanjung Korea makin menghangat
karena dipicu oleh pernyataan-pernyataan kontroversial AS. Isu terorisme dan
manuver-manuver Bush telah berimplikasi kritis terhadap stabilitas kawasan. Lihat
Rene L. Pattiradjawane, Terorisme Global: Berdampak Kritis bagi Kerjasama
Kawasan, Kompas, 24 Februari 2002, hlm. 3
23
Agus Subagyo, Dari Intervensi Humaniter menuju Intervensi Antiterorisme, Pikiran
rakyat, 6 Januari 2002, hlm. 4.
24
Agus Subagyo, “Global Antiterrorism Governance”, Radar Jogja (Group Jawa Pos),
27 Februari 2002, hlm. 6
25
Ibid
26
Kompas, 21 dan 22 Maret 2002, hlm. 1 - 2
27
Rien Kuntari, Indonesia dan Terorisme: Upaya Indonesia, Kompas, 17 Februari
2002, hlm. 3
28
Agus Subagyo, Menyoal RUU Antiterorisme, Bernas, 9 Maret 2002, hlm. 4
29
Bambang Cipto, “Mempersoalkan Urgensi Penerapan dan Kandungan Pelanggaran
HAM dalam RUU pemberantasan Terorisme”, Makalah disampaikan dalam seminar
”RUU Pemberantasan Terorisme”, yang diselenggarakan LBH Yogyakarta – PKBH
UMY, 11 Maret 2002.
Buku:
Adian Husaini, Jihad Osama versus Amerika, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001),
Bambang Cipto, “Mempersoalkan Urgensi Penerapan dan
Kandungan Pelanggaran HAM dalam RUU
pemberantasan Terorisme”, Makalah disampaikan
dalam seminar ”RUU Pemberantasan Terorisme”,
yang diselenggarakan LBH Yogyakarta – PKBH
UMY, 11 Maret 2002.
Carol C. Gould, Rethinking Democracy: freedom and Social
Cooperation in Politics, Economy, and Society, (New
York: Cambridge University Press, 1988)
Chandra Muzaffar, Hak Asasi Manusia dalam Tata Dunia
Baru: Menggugat Dominasi Global Barat, (Bandung:
Mizan, 1995).
Charles Beitz, Political Theory and International Relations,
(Princeton: Princeton University Press, 1979)
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung:
Mizan, 1993)
Edy Prasetyono, Hak Asasi Manusia dalam Hubungan
Internasional, (Jakarta: CSIS, Maret 1992)