Anda di halaman 1dari 118



NEGOSIASI HUKUM DAN POLITIK

KARYA MUH. KHAMDAN

Copyright © Muh Khamdan

Editor: Haidan
Penyunting: M. Nasrurrahman
Penata Letak: Nur Habibi
Desain Cover: Abydesain

ISBN: 978-602-98228-1-6

Cetakan I: Desember 2010

Penerbit Parist Kudus


Alamat:
Jl. Conge Ngembalrejo Kotak Pos 51 Kudus 59322
Gedung PKM Lt.1 STAIN Kudus
email: paradigmainstitut@yahoo.com


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pemberi tanpa
pilih kasih, maka penulis dapat menyusun buku ini untuk memberikan gambaran
perenungan atas perjalanan penegakan hukum dan tatanan penyelenggaraan
pemerintahan yang ada.
Buku ini merupakan buah pemikiran penulis yang awalnya bertebaran di berbagai
media massa terkait dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang mengindikasikan
berlangsungnya proses negosiasi hukum dengan kepentingan kekuasaan. Secara
spesiik, tulisan ini mencoba menggambarkan sistem hukum yang akan selalu
dinamis dengan berbagai kepentingan sehingga membutuhkan prinsip keadilan, dan
penulis ingin menempatkan moralitas sebagai cara pandang memahaminya.
Penulis menyadari bahwa tulisan yang ada sangat mungkin terjadi pengulangan
di satu bagian dengan bagian lainnya karena cara pandang penulis yang sama
terhadap suatu masalah. Untuk itulah apa yang tersajikan di dalam buku ini bisa
menjadi gabungan yang belum utuh, namun setidaknya telah berpijak pada satu
kesatuan tematik.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan dengan adanya support dan motivasi
dari keluarga besar di Pringtulis Nalumsari Jepara Jawa Tengah. Kedua orangtua
yang penuh kemuliaan, Abah (Alm) H. Abdullah Chandiq dan Siti Aminah yang
dengan doa-doa mulianya telah memberikan didikan terbaik, juga untuk semua
saudara tercinta dari mbak Hanif Mifrohah dan ipar Wiji Sulamto, kak Hasan Asy’ari
dan ipar Nana beserta ketiga ponakan, Ina, Kia, dan Ivan. Mbak Zakiyah dan ipar
Munir, Nang Muhammad Syaifudin, Genduk Atik Amrina dan Izvina Maliya.
Semua rekan kerja widyaiswara BPSDM dan semua pegawai di Kementerian
Hukum dan HAM RI. Demikian juga para peneliti di Paradigma Institute Kudus yang
telah kritis mengklasiikasikan tulisan penulis menjadi dalam susunan yang tematis.
Penulis sadar masih terdapat kekurangan di dalam penulisan ini, sehingga
sangat diharapkan adanya masukan konstruktif untuk perbaikan di masa mendatang.
Wallahul muwaiq ila aqwamith thoriq.

Depok, Desember 2010


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I HUKUM DAN MORALITAS
1. Runtuhnya Moralitas Hukum 1
2. Teknologi dan Supremasi Moral 3
3. Hati Nurani dan Korps Korupsi 5
4. Anarkhisme Para advokat 7
5. Kedaulatan (Barter) Hukum 9
6. Krisis Hukum di Negara Hukum 11
BAB II HUKUM DAN POLITIK KEBIJAKAN
1. Menagih Amanat Konstitusi 13
2. Silaturrahim Politik Century 19
3. Negosiasi Hukum dan Politik 21
4. Keterbukaan Informasi vs Rahasia Negara 25
5. Keadilan (bukan) di Pengadilan 30
6. Hukum yes Politik no 35
BAB III HUKUM DAN DEMOKRASI
1. Melawan Mahalnya Demokrasi 39
2. Penguatan Civic Education 41
3. Teror terhadap Demokrasi 49
4. Anas dan Desentralisasi Demokrat 54
5. Learning Center Partai Politik 58
BAB IV HUKUM DAN KEARIFAN LINGKUNGAN
1. Meneguhkan Hak Veto Lingkungan 58
2. Jangan Melupakan Ekoterorisme 64
3. Meneguhkan Paradigma Ekoterorisme 69
4. Hakim Hijau dan Supremasi Lingkungan 72
5. Pudarnya Pesona PLTN 76

BAB VI HUKUM DAN ISU SOSIAL


1. Meneguhkan Kembali Desa Hukum 95
2. Membenahi Kelemahan Intelijen 101
3. Delik Prahara Pemenjaraan Arthalyta 106
4. Imperialisme Bahasa Indonesia 111
5. Mangrove Center dan Perda Pesisir 115

BIODATA PENULIS

v
1
HUKUM DAN MORAL

Runtuhnya Moralitas Hukum

M
asyarakat baru saja melhat kejadan hukum yang merusak
moraltas sehngga berkembang perseps bahwa kn
sudah tdak ada lag keadlan d lembaga penegak hukum.
Pertama, putusan hakm terhadap Mnah (55) yang dganjar  bulan 5
har penjara dengan masa percobaan 3 bulan atas dakwaan pencuran
3 buah kakao d perkebunan mlk PT Rumpun Sar Antan (RSA),
Banyumas.
Belum hlang keheranan publk, hukum juga memaksa Basar dan
Koll mendekam dalam LP Kelas A Kota Kedr karena mencur sebutr
semangka seharga Rp 5.000. Keterkejutan memuncak ketka hukum
melalu PT Banten menuntut Prta Mulyasar menggant kerugan
materal dan mmateral kepada RS Omn Rp 204 juta karena dakwaan
pencemaran nama bak atas pelayanan buruk yang dkeluhkan melalu
surat elektronk.


Terakhr, Mansh (40) dan tga kerabatanya Rabu (0/2) menjalan
persdangan d PN Batang atas sangkaan mencur 4 klogram kapuk
randu d perkebunan PT Segayung, Kecamatan Tuls, Batang. Sdang
dlanjutkan Senn (4/2) n, untuk mendengarkan ekseps penashat
hukum terdakwa tersebut.
Kejadan-kejadan hukum tu pada akhrnya menmbulkan
pengaruh sosal yang bermakna bag masyarakat, lalu tak kalah
pentng untuk dpaham, kejadan hukum tu akan meruntuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap pengadlan sebaga sumber keadlan.
Mengapa kejadan n berdampak pada pengadlan? Seberapa pentng
pengaruhnya?
Pengadlan adalah jantung hukum tu sendr karena menjad
laboratorum bedah atas paket perundang-undangan, profesonal
hukum melaksanakan fungs, produk keadlan, dan pertarungan antara
moral dan kepentngan-kepentngan lan.
Untuk tulah berkembang adagum klask d duna hukum bahwa
sebak atau seburuk apapun teks perundang-undangan maka produk
keadlan yang dhaslkan tetap tergantung pada sosok-sosok yang
menjalankannya. D snlah pentngnya moraltas hukum yang harus
dpegang oleh penguasa pengadlan.
Pernyataan tu dapat dkatakan suatu jawaban atas fenomena
hlangnya keadlan d pengadlan adanya kasus Mnah, Basar-Koll,
dan Prta Mulyasar. D ss lan, semuanya merupakan kelompok
masyarakat kelas bawah sehngga menjad bukt langsung bahwa
hukum belum dapat dcerna oleh masyarakat awam.
Hukum dan moral sama-sama berkatan dengan tngkah laku
manusa agar selalu bak, namun postvsme hukum yang murn
justru tdak memberkan kepastan hukum. Itulah sebabnya, hukuman
terhadap Amr Mahmud, sopr d BNN hanya karena sebuah pl ekstas
justru dkena hukuman 4 tahun oleh Pengadlan Neger Jakarta Barat,
sedangkan jaksa Ester dan Dara yang telah menggelapkan 343 butr
ekstas hanya dvons  tahun.
Hukum merupakan postvas nla moral yang berkatan dengan
kebenaran, keadlan, kesamaan derajat, kebebasan, tanggung jawab,
dan hat nuran manusa. Hukum sebaga postvas nla moral adalah
legtmas karena adl bag semua orang.
Tanpa moral, hukum tdak mengkat secara nalar karena moral
mengutamakan pemahaman dan kesadaran subjek dalam mematuh
hukum. Hal n sebagamana dungkapkan K Bertens bahwa qud
leges sne morbus yang memlk art apa gunanya undang-undang
kalau tdak dserta moraltas.
Moral jelas menjad senjata ampuh yang dapat membungkam
2
kesewenangan hukum dan pertmbangan kepentngan lan dalam
penegakan keadlan d pengadlan. Mnah, mansh cs, Basar, dan
Koll secara substans hukum memang melakukan pelanggaran berupa
delk pencuran, namun secara moral mest dpaham bahwa keadlan
d tengah lalu lntas hukum modern adalah menekankan pada struktur
rasonal, prosedur, dan format.
Jka hal n dtadakan, maka akan menegaskan tulsan Harold
Rothwax dalam buku Gulty- The Collapse of the Crmnal Justce
System bahwa masyarakat modern tdak lag mencar keadlan tetap
mencar kemenangan dengan segala cara. Setdaknya hal demkan
dapat terbaca dalam kasus Prta yang menjad tersangka pencemaran
nama bak Omn Internatonal Hosptal Alam Sutera Tangerang. Prta
dtuduh setelah menuls keluhan pelayanan rumah sakt tu terhadap
drnya melalu nternet.

Ranah Publik
Keluhan yang dkrm dalam emal ke beberapa temannya semula
merupakan ranah prbad, tetap kemudan surat elektronk tersebut
masuk dalam malng lst sehngga menjad ranah publk. Subjektvtas
muncul karena dalam konteks tersebut, moraltas dalam pengadlan
tdak membaca adanya Prta sebaga korban yang membutuhkan
keadlan melankan rumah sakt tersebut sebaga korban.
Menurut Thomas Aqunas dalam buku On the Book of Job,
keadlan akan musnah dalam dua kemungknan, yatu karena sebuah
kebjaksanaan yang tdak bjaksana atau karena perbuatan tdak terpuj
dar seseorang yang memlk kekuasaan atas pengadlan.
Masyarakat harus melakukan check and balances agar hukum
benar-benar memlk vs moral, yatu mengutamakan kesamaan
perlakuan d hadapan hukum tanpa ada dskrmnas, sedangkan
profesonal hukum harus melakukan lompatan penafsran atas hukum
postf.
Secara kebetulan, kejadan yang menmpa Mnah, mansh cs,
Basar, Koll, dan Prta, sekalgus ketmpangan kasus antara Ester-
Dara dan Amr Mahmud akan menjad gerbang sosalsas grats untuk
pembelajaran masyarakat dalam ranah hukum pdana dan perdata.
Perlu menyosalsaskan kembal tentang pentngnya pemahaman
hukum dan kesadaran hukum yang berwawasan moraltas d masyarakat
melalu dua doman pencapaan. Pertama, pengembangan atas desa
sadar hukum. Kedua, adanya penddkan hukum rakyat secara dn
agar masyarakat mampu mengawal penegakan keadlan bak secara
prosedural maupun moral.
Dalam kenyataan tersebut, kasus-kasus hukum itu adalah konlik
3
antara hukum dan moral sehngga membawa konds pertarungan nla-
nla keadlan yang harus djunjung dalam pengadlan. Oleh karena
tu prnsp epkea mest djunjung sebaga suatu nterpretas terhadap
hukum postf bukan menurut naskah hukum melankan menurut
semangat keadlan moral kebatnan pemegang kuasa pengadlan.
Epkea bermaksud mempertahankan esens hukum yang bersfat
ntrnsk dan tdak tertuls, bukan dalh pengngkaran atas hukum yang
berlaku.
Pasal 28D Ayat  UUD 945 menyatakan bahwa setap orang berhak
atas pengakuan, jamnan, perlndungan, dan kepastan hukum yang
adl. Hasl amandemen n memlk ms agar tdak terjad pembaran
penguasa pengadlan menjatuhkan vons sesua kepentngan tertentu,
tetap memlk semangat berdasarkan pada keadlan.
Jelas bukan suatu keadlan kalau gara-gara pencuran semangka
seharga Rp 5.000, negara harus menanggung baya makan Basar
dan Koll d penjara yang jumlahnya lebh dar berlpat-lpat ganda.
Bukankah putusan hakm justru merugkan negara?
Moral hukum berupa ”adl” n menjadkan para hakm untuk
terdorong menggal rasa keadlan substantf (substantve justce)
darpada terbelenggu ketentuan UUU (procedural justce). Setdaknya
hal tersebut telah menjad dasar kepada semua hakm mengngat bahwa
setap putusan, hakm selalu menegaskan kalau putusan yang dbuat d
pengadlan adalah ”dem keadlan berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa”, bukan ”dem kepastan hukum berdasarkan Undang-Undang”.
Karena tu, keadlan harus dskap sesua karakter masng-masng.
Masyarakat telah menyakskan betapa smpang-surnya keadaan
hukum yang tdak member kepastan keadlan terutama pada masyarakat
kelas bawah. Untuk tu profesonal hukum harus mengharga nla-nla
kemanusaan dalam menegakkan hukum untuk menegakkan keadlan
(iat iustitia) dengan mengusakan kesesuaan antara kebenaran formal
dan kebenaran materal atau mengedepankan kebajkan dan kepatutan
(prudence dan equity) agar keadlan d pengadlan tetap memlk
moraltas sehngga mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Harian Suara Merdeka, 14 Desember 2009

4
UU ITE dan Supremasi Moral

P
rta Mulyasar harus berhadapan dengan pengadlan, setelah
putusan sela Pengadlan Neger (PN) Tangerang yang
membebaskannya dbatalkan oleh Pengadlan Tngg (PT)
Banten. Ibu dengan dua putra n oleh Kejaksaan Neger Tangerang
djerat dengan pasal 45 jo pasal 27 (3) UU No /2008 tentang
Informas dan Transaks Elektronk ((UU ITE). UU yang semestnya
member angn segar bag pengguna teknolog nformas dan
komunkas elektronk, sebalknya menjad UU yang menakutkan
karena mengancam kebebasan dengan jerat kejahatan elektronk
berupa pencemaran nama bak.
Dar snlah prahara hukum tu terjad karena delk pencemaran
nama bak jelas menjad senjata ampuh yang dapat membungkam
demokras berpendapat. Prta menjad tersangka pencemaran nama
bak yang dtuduhkan RS OMNI Internasonal Hosptal Alam Sutera
Tangerang, setelah menuls keluhan pelayanan RS OMNI terhadap
drnya melalu nternet.
Majels hakm PN Tangerang pada 25 Jun lalu telah mengabulkan
ekseps (keberatan) terdakwa pencemaran nama bak RS Omn
Internatonal, Prta dan menolak semua dakwaan jaksa penuntut umum
5
(JPU). Menurut ketua majels, Hakm Tuppu, surat dakwaan JPU batal
dem hukum dengan alasan tdak memenuh syarat sebagamana yang
tercantum dalam Pasal 43 ayat 2 huruf b KUHAP. Tdak terma
putusan tersebut, JPU langsung melakukan perlawanan (verzet) atas
putusan tu dan oleh Pengadlan Tngg Banten putusan PN Tangerang
dbatalkan, sehngga secara otomats dakwaan Prta yang terdahulu
danggap sah. Dar snlah dapat dbedakan poss antara supremas
prosedural dengan supremas moral d dalam proses hukum.
UU ITE yang dundangkan pada 2 Aprl 2008 sebaga cyber
law pertama d Indonesa, merupakan bentuk perlndungan kepada
seluruh masyarakat dalam dalam rangka menjamn kepastan hukum,
khususnya berkenaan dengan maraknya kegatan berbass elektronk.
Mater yang datur dalam UU n adalah hal baru dalam sstem hukum
Indonesa, sepert penyelesaan sengketa, perlndungan data, pengakuan
transaks dan alat bukt elektronk semacam e-banking, e-commerce,
atau e-buy, dan nama doman atas Hak Kekayaan Intelektual. Dar
alasan d atas, keberadaan UU ITE dharapkan mampu memberkan
dasar hukum bag transaks elektronk agar tmbul keteraturan sosal
yang memudahkan masyarakat salng bertransaks.
Poss UU ITE adalah wujud apresas dalam menykap
konvergens d bdang telekomunkas dan nformatka (telematka)
yang memlk mplkas luas d tengah masyarakat dan berpotens
melakukan kejahatan pada permasalahan hukum. Persoalan n perlu
dfaham ketka msalnya terdapat pengubahan data elektronk tertentu
melalu penyadapan, pemalsuan, dan publkas yang tdak sebenarnya.
Maka keberadaan 3 bab dan 54 pasal pada UU ITE sesungguhnya
cukup komprehensf dan mengakomodas semua hal tentang duna
sber, bahkan menyangkut berbaga aspek hukum, sepert hukum
transnasonal, hukum perdata, hukum admnstras, dan hukum
pdana.
Secara kebetulan, kejadan yang menmpa Prta Mulyasar menjad
gerbang sosalsas grats dalam ranah hukum pdana dan perdata pada
UU ITE tersebut. Masalah meyangkut dengan hak asas manusa
dalam menyampakan pendapat dan ketentuan sanks pdana yang
berlebhan sekalgus memberatkan karena mplementas peraturan
harus memberkan keadlan bag masyarakat. Oleh srkumstans,
keterbatasan, dan ntenstas waktu yang kurang, maka membawa
nterpretas hukum yang subjektf terutama menyangkut pencemaran
nama bak d dalam UU ITE tersebut.
Perlu dsosalsaskan kembal bahwa d dalam UU ITE setdaknya
mengatur dua doman permasalahan. Pertama, adanya pengakuan
transaks elektronk dan dokumen elektronk dalam kerangka

pembuktian hukum. Kedua, adanya pengklasiikasian tindakan-
tndakan yang tergolong pelanggaran hukum dalam penyalahgunaan
teknologi informasi. Di antaranya yang masuk dalam klasiikasi ini
adalah pembobolan nformas rahasa, penpuan, persangan bsns
yang curang, dan hacking. Sementara tu pencemaran nama bak yang
mengancam kemerdekaan berpendapat, sejak awal dalam rumusan
RUU pada tahun 2003 tu, sudah mendapatkan perlawanan dan gagal
untuk uj materl d Mahkamah Konsttus. Ibaratnya, supremas
moral telah dkalahkan oleh supremas prosedural sehngga keputusan
yang salah melalu prosedur yang benar maka sult untuk dgugat.
Setdaknya pasal 27, 28, dan pasal 29 pada Bab VII memlk
mplkas pada pelanggaran hak asas manusa karena membelenggu
kebebasan masyarakat untuk memperoleh dan menyampakan
nformas yang secara konsttusonal djamn oleh pasal 28F UUD 945.
Pasal-pasal tersebut tetap bertahan karena mengacu pada perlunya
batas dan rambu-rambu dalam kebebasan berpendapat d masyarakat,
kendat dalam pasal 30 KUHP juga sudah mengatur adanya batasan
kebebasan berpendapat yang tdak mencemarkan nama bak phak
lan. Masuk akal memang perlunya rambu-rambu kemerdekaan
berpendapat, tetap kenyataan menunjukkan konsekuens berbeda
sebagamana dalam Prta Mulyasar yang harus kembal berhadapan
dengan pengadlan karena campur aduknya delk materl pada aturan-
aturan yang ada.
Penuls poltk Perancs, Alexs de Tocquelle pernah menyebut
bahwa kebebasan nformas d tengah masyarakat adalah sebaga
oksgen demokras. Pernyataan n jad sangat hperbols, namun
dalam kenyataannya hal tersebut mendapatkan pembenaran bahwa d
semua rezm-rezm pemerntahan yang dktator akan berrng dengan
pemenggalan kebebasan nformas. D sampng rezm pemerntahan,
kalangan pemodal atau berdut juga selalu merampas hak-hak
masyarakat atas nformas dan berpendapat dengan dalh pencemaran
nama bak. Untuk tulah akhrnya demokras mengalam “sesak nafas”
perjalanannya.
Thomas Fredman, kolumns luar neger untuk The New York
Times, dalam bukunya The Lexus and the Olive Tree membedakan
tga macam demokratsas, yatu teknolog, nformas, dan keuangan.
D balk ketganya tu, revolus teknolog memankan peranan
pentng dalam hal penngkatan kapastas masyarakat mengakses
dan mendapatkan nformas yang luar basa. Adalah benar dan
tepat hadrnya era sbernetka merupakan wujud peradaban terakhr
sebagaimana diuraikan oleh Alvin Tofler yang membagi tahapan
umat manusa dalam tga gelombang, berupa era agrars, era ndustr,
7
dan era nformas yang akhrnya mencptakan global village.
Dengan latar belakang tu, “tempora mutantur, nos et mutamur
in Illis” yang berart zaman berubah membuat masyarakat juga
berubah bersamanya. Kekecewaan dan kebngungan yang dpcu
dar subjektvtas pasal dalam UU ITE menegaskan bahwa persoalan
tu perlu dajukan kembal ke Mahkamah Konsttus untuk duj
materl, terlebh pasal-pasal tentang pencemaran nama bak yang
sudah tdak relevan d masa sekarang. Adalah hak pemerntah dan
DPR memberlakukan UU dan peraturan yang dbuatnya, tetap
adalah hak masyarakat juga untuk kut mengawal perbakan dan
pelaksanaannya.
Apa yang dlakukan Prta lebh lanjut ternaung dalam pasal 9
Deklaras Unversal Hak Asas Manusa (Universal Declaration of
Human Rights) PBB yang menyebutkan bahwa setap orang berhak
untuk berpendapat dan mengeluarkan ekspresnya serta mencar,
menerma, dan menyebarkan nformas atau de gagasan. Dengan
berpedoman pada deklaras tersebut, nformas adalah mlk masyarakat
dan hal yang mampu mengawal demokras untuk tetap hdup karena
akan mencptakan klm pelayanan publk yang lebh terbuka dan
transparan, sehngga mematkan upaya pembodohan massal serta
pemsknan struktural sstemk.

Harian Suara Merdeka, 11 Agustus 2009

8
Hati Nurani dan Korps Korupsi

P
erode kedua pemerntahan Presden Suslo Bambang
Yudhoyono belakangan n dwarna banyak perkara hukum
yang berkepanjangan. Mash segar dalam ngatan bagamana
kasus Ccak vs Buaya yang merepresentaskan permanan kekuasaan
antara KPK dan kepolsan. Belum tuntas, gemuruh kasus Bank Century
memasung knerja Wakl Presden, Boedono, dan Menter Keuangan,
Sr Mulyan. Kn korps korups terbongkar d semua nstans penegak
hukum melalu nuran pengakuan terbuka mantan Kepala Badan
Reserse dan Krmnal (Bareskrm) Mabes Polr, Komsars Jenderal
Susno Duadji tentang maia pajak.
Fenomena n menark karena pertarungan hat nuran dengan
korps korups telah mampu membongkar sebuah lngkaran setan
persekongkolan perpajakan. Korps Kepolsan telah mengambl
tndakan terhadap Kompol Arafat, AKP Sr Sumantr, bahkan mencopot
Brgjend Edmond Ilyas dar poss Kapolda. Korps Kejaksaan Agung
juga telah mencopot Cyrus Snaga sebaga Assten Pdana Khusus
Kejaksaan Tngg Jawa Tengah, yang seharusnya dapat djerat dengan
ancaman pdana.

9
Pembongkaran “maia” hukum tersebut juga memiliki dampak
sstemk terhadap korps Kementeran Keuangan dengan munculnya
aktor dari Direktorat Pajak, Gayus Tambunan dan Bahasyim Assiie
yang bermplkas pada gugatan reformas brokras dan kebjakan
remuneras. Bahkan arus kuat kasus pajak tersebut sangat mungkn
akan menyangkut phak-phak yang tdak pernah terduga, sebagamana
telah muncul nsal SJ yang dungkapkan SusnoDuadj sebaga
makelar kasus pajak.
Berbaga pelajaran kasus-kasus yang terjad dalam penndakan
praktk korups belum mampu mengokohkan relas keadlan hukum
dan moraltas dalam konsentras upaya mencptakan brokras yang
bersh sekalgus bertndak sesua dengan pendekatan hat nuran.
Bahkan pengungkapan praktik persekongkolan maia hukum dari
anggota d dalam korps, justru serng terancam dengan tuduhan
pelanggaran kode etk dan bahkan aduan pencemaran nama bak.
Untuk tulah dapat dfaham jka Susno Dudaj merasa perlu memnta
perlndungan hukum dan perlndungan poltk kepada DPR.
Sebagamana kasus yang pernah dungkap audtor BPK,
Kharansyah, masa kepemmpnan Anwar Nasuton pada 2005, dengan
lebh nyaman a melaporkan kepada KPK darpada ke nsttusnya.
Hadah kata-kata yang berkembang dar atasannya saat tu berupa
ngn mencar populartas, kampungan, ancaman pemecatan, stupd,
dan sebaganya. Kegagalan sstem akuntabltas vertkal dar bawahan
kepada atasannya langsung dan atasannya akan melanjutkan ke atasan
berkutnya sampa yang tertngg, membuktkan bahwa korups d
neger n merupakan sebuah jarngan laba-laba.
Oleh karena tu pulalah langkah Susno Duadj untuk membershkan
korps kebanggaannya dar kungkungan Makelar Kasus (Markus)
dengan memberkan laporan terlebh dulu ke Satuan Tugas (Satgas)
Anti-maia Hukum daripada ke institusinya dapat difahami karena
adanya ketdakpercayaan dengan akuntabltas vertkal yang selama
n terjad dalam organsas pemerntahan termasuk Mabes Polr.
Kenyataan tersebut mengingatkan terbongkarnya jaringan maia polisi
Sdney, New South Wales (NSW), Australa, oleh Koms Wood (99)
yang mengagetkan banyak negara, dan tu karena bantuan seorang
pols yang memlk pangglan hat nuran untuk kut membongkar
kejahatan yang terjad d korps-nya.
Dengan demkan, dmanapun hukum hampr cenderung telah
datur oleh kekuatan uang dan bsns. Perstwa terbongkarnya
kekuatan uang dalam proses hukum secara gamblang terlhat dar
0
rekaman Anggodo Wdjojo dengan berbaga petngg nsttus penegak
hukum yang dperdengarkan dalam perjalanan sdang perkara Chandra
M Hamzah-Bbt Samad Ranto d Mahkamah Konsttus. Anggodo
begtu leluasa mengatur perkara melalu sejumlah pejabat d kejaksaan
dan kepolsan. Tdak hanya tu, masyarakat juga pernah menyakskan
bagamana jaksa Urp Tr Gunawan dtangkap KPK ketka melakukan
transaks perkara dengan Artalyta Suryan.
Memnjam stlah Habermas, manusa akan kehlangan daya
krtsnya karena terbua oleh mater-mater yang bersfat semu,
yatu uang. Hal demkan mendukung kepolsan untuk terbua
dengan mater semu karena memlk poss dan legtmas sebaga
aparat kontrol sosal dar pemerntah yang mempunya monopol
kekuasaan. Poss hukum pols yang memlk otortas berhadapan
dengan masyarakat, sepert mencurga, menahan, atau menggeledah
melahrkan kedgdayaan pols terhadap masyarakat. Ironsnya hal
tersebut harus dhadap Susno Duadj tu sendr.
Tdak mampunya hukum memberkan keadlan publk dakbatkan
ketdakberanan aparat penegak hukum bertndak progresf. Dalam
suasana semangat tngg untuk menegakkan supremas hukum
(the cry for supremacy of law), Profesor Satjpto Rahardjo selalu
mengampanyekan agar penegak hukum tdak menjad tawanan
undang-undang. Dalam hal n, kredo dekonstruks hukum tersebut
mengsyaratkan bahwa hukum bukan sekadar peraturan tetap
adanya perlaku terbuka untuk melakukan plhan-plhan determnas
berkehendak memberkan keadlan kepada masyarakat.
Masyarakat telah menyakskan betapa smpang-surnya keadaan
hukum yang tdak member kepastan keadlan. Untuk tu para
profesonal hukum harus mengharga nla-nla kemanusaan dalam
menegakkan hukum untuk menegakkan keadilan (iat iustitia) dengan
mengedepankan kebajkan dan kepatutan (prudence dan equty) agar
kepastan dan keadlan hukum terjaga. Dan Susno Duadj setdaknya
berusaha menunjukkan, lewat hati nurani maia hukum dapat dilawan
kendat telah membangun korps korups sendr.
www.kabarkeadilan.com, 29 April 2010


2
Anarkhisme Para Advokat

A
narkhsme advokat menjad tontonan menark dalam
perjalanan hukum d neger n. Anarkhsme yang dlakukan
oleh advokat Kongres Advokat Indonesa (KAI) tu terjad d
gedung Mahkamah Agung setelah muncul Surat Edaran Mahkamah
Agung kepada ketua pengadlan tngg se-Indonesa bertanggal 25 Jun
200 nomor 089/KMA/VI/200 tentang Penyumpahan Advokat yang
hanya mengaku Perhmpunan Advokat Indonesa (Perad) sebaga
organsas tunggal dan menyshkan organsas advokat lannya.
Tuntutan para punggawa hukum yang berujung anarkhs terkat
berebut benar dalam organsas pengacara (bar association) ternyata
tak jauh berbeda dengan anarkhsme-anarkhsme jalanan yang
selama n terjad d masyarakat. Hal tersebut jelas akan mencdera
kepercayaan masyarakat atas hukum karena akan berkembang stgma
bahwa ahl hukum saja ketka tdak mendapatkan ketdakadlan pada
akhrnya membenarkan kekerasan apalag masyarakat yang awam
hukum.
Sebaga advokat yang bergelut dengan hukum, seharusnya ketka
dhadapkan pada rasa ketdakadlan akbat tndakan MA, maka
dapat menempuh melalu mekansme hukum yang ada. Jka terjad

3
pelanggaran pdana dengan kecurgaan pemalsuan dokumen tentu
dapat dlakukan jalur pelaporan ke pols. Pun jka rasa ketdakadlan
muncul akbat adanya pasal 28 ayat () UU Advokat yang mewajbkan
wadah tunggal advokat, maka UU tersebut dapat duj melalu
keberadaan Mahkamah konsttus (MK).
Aspek kejwaan berupa marah, kecewa, ketdaksetujuan, atau
merasa dlanggar hak keadlannya dalam hukum, sudah tentu
harus dsalurkan melalu prosedur hukum. Dan nlah yang telah
dtunjukkan oleh mantan menter Kehakman dan hak Asas Manusa,
Yusrl Ihza Mahendra ketka tdak sepaham tentang legaltas jabatan
Hendarman Supandj sebaga Jaksa Agung dengan mengajukan uj
mater UU Nomor  Tahun 2004 tentang Kejaksaan pada Mahkamah
Konsttus.
Secara nstrumental hukum merupakan sarana untuk mencptakan
dan memelhara ketertban, stabltas dan predktabltas, melestarkan
nla-nla budaya dan mewujudkan keadlan, sarana penddkan
untuk pengadaban masyarakat sekalgus mengesahkan perubahan
masyarakat. Dengan demkan hukum berfungs memanusakan
penggunaan kekuasaan dalam masyarakat agar yang kuat tdak
sewenang-wenang melakukan penndasan terhadap yang lemah atau
tdak salng memangsa (homo hommini lupus).
Memakna prahara d kalangan advokat, tdak akan ada yang
mengngkar bahwa kalangan advokat merupakan kalangan yang
memlk pemahaman hukum tertngg d masyarakat, dan tentunya
mengetahu tentang keberadaan fungs hukum sehngga dharapkan
menjad poner tentang kesadaran hukum pada masyarakat. Untuk
tulah kranya terdapat kepentngan tertentu yang tdak tertampung
sehngga menmbulkan rasa ketdakdlan dan berbuah pada demo
brutal oleh para advokat KAI.
Kepatuhan seseorang termasuk para advokat terhadap hukum
merupakan suatu varabel yang membutuhkan dukungan empat
varabel lan. Pertama, compliance atau adanya harapan suatu mbalan
terhndar dar hukuman. Kedua, identiication yatu suatu kepatuhan
yang terjad karena adanya hubungan bak dengan pemegang
kewenangan. Ketga, internalization yang berart seseorang patuh
karena sesua dengan nla-nla yang dyaknnya. Keempat, karena
kepentngan-kepentngan yang terjamn dalam hukum yang ada.
Dalam hal demkan, aks advokat KAI memang memalukan,
namun d ss lan jelas menunjukkan bahwa ada kepentngan yang
tdak terjamn dalam hukum terutama UU Advokat yang menghendak
organsas profes advokat secara tunggal. Upaya beradab dan sopan
melalu Memorandum of Understanding (MoU) antara KAI dan Perad
4
sudah berlangsung, namun MA yang berfungs sebaga medator
justru menelkung dengan terbtnya Surat Edaran yang menegaskan
KAI. Untuk tu kearfan harus djunjung dengan menjaga kepentngan
bersama dalam legalstk formal yang berdasarkan pada ranah
sosologs dan keadlan.
Dalam hal kesadaran hukum setdaknya dpengaruh adanya
pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sekalgus skap terhadap
hukum. Dengan demkan, tentu dketahu bahwa kalangan advokat
adalah kalangan yang memlk kesadaran hukum terbak d tengah
masyarakat. Namun ketka terjad anarkhsme oleh para advokat tu
sendr, hal n menunjukkan adanya apatisme hukum d kalangan
advokat neger n sehngga memudarkan kepatuhan hukum d
kalangan advokat KAI.
Pelaksanaan-pelaksanaan hukum tdak boleh merugkan orang
lain serta konlik yang ada dapat diselesaikan dengan nilai-nilai
hdup kesopanan dan keadaban. Pada ss lan, penyadaran hukum
berkonsttus harus dperluas ke semua lapsan agar mampu mengawal
kepastan hukum dan mencegah terjadnya manuver kekuasaan dalam
kedaulatan hukum atau usaha menang sendr atas nama hukum.

5

Kedaulatan (Barter) Hukum

S
alah satu su pelk atas laporan dan rekomendas Panta Khusus
(Pansus) kasus Century telah menemukan jawaban bahwa
mayortas fraks d DPR mengaku adanya pelanggaran hukum
dan pelanggaran lan sehngga perlu dlanjutkan dalam ranahnya
masng-masng. Dalam katan n, persoalan belum berhent karena
dalam proses selanjutnya sangat dbutuhkan konsoldas pengawasan
terutama menyangkut persoalan hukum. Terlebh sepert dsnyalr
ICW tentang adanya ndkas barter perkara sehngga mencdera
kedaulatan hukum dem menghambat pengungkapan kasus Century.
Tdak cukup hanya sampa d sana, kn kta juga dsadarkan
kalau para penyelenggara negara memlk “amuns perkara hukum”
yang tersmpan untuk salng menyerang atau memuluskan proses
transaks tawar-menawar poltk. Betapa bangsa yang secara umum
dpandang sebaga bangsa yang santun sepertnya mengalam evolus
kesantunan penuh rvaltas sesua dengan kepentngan tertentu. Kubu
parta demokrat msalnya, menghembuskan su tunggakan pajak Grup
Bakre sebesar Rp 2 trlun untuk menjnakkan kekrtsan Parta Golkar.
Bahkan staf khusus Presden sepert And Aref dan Velx Wangga
mencoba berperan sebaga “pahlawan” dengan mengumbar su L/C

7
iktif milik kader PKS, Misbakhun. Terakhir, 19 politisi dindikaskan
menerma dana ïlegal” terkat pemlhan Deput Gubernur BI, Mranda
Goeltom.
Berangkat dar tulah setdaknya terbangun kekhawatran
supremas dan kedaulatan hukum benar-benar terancam oleh suatu
permanan kepentngan, d masa sekarang atau bahkan sepanjang
waktu karena “amuns perkara” mash tersmpan. Sangat dsayangkan
hukum harus tergrng dalam penympangan kekuasaan yang tergolong
political corruption, yatu penggunaan kekuasaan untuk keuntungan
prbad dan keuntungan golongan elte tertentu. sepanjang n berbaga
profesonal hukum berusaha untuk merubah ctra hukum yang telah
turun derajat agar bsa kembal menjad lebh bak memberkan
keadlan (dispensing justice), namun hal demkan tentu akan
mengalam kesultan memperoleh kepercayaan masyarakat karena
para profes hukum seolah telah kehlangan orentas dan dealsme.
Terlepas dar hasl pansus Century dan keputusan sdang
parpurna, demokras slaturrahm yang dtanda adanya lob-lob
dan upaya tawar-menawar kepentngan justru menguatkan memor
kolektf publk sebagamana Marc Galanter menulskan profesonal
hukum lebh cenderung mementngkan kekuasaan dan bsns darpada
penegakan keadlan dan kebenaran. Terkuaknya perkara-perkara
hukum sebaga senjata lob atau melemahkan kekrtsan anggota
Pansus Century, pada akhrnya mempertontonkan adanya tebang plh
penanganan kasus hukum memang benar-benar terjad selama n.
Tdaklah mengherankan jka bangsa n ddera pada masalah krusal
mengena pengkhanatan fungs hukum yang terdr dar dua hal.
Pertama, hukum mengungkapkan pandangan hdup, nla-nla
budaya, dan nla-nla keadlan. Hukum selalu tertanam d dalam suatu
struktur sosal tertentu, tdak ada hukum jka tdak ada masyarakat.
Manusa adalah makhluk sosal (zoon politicon) yang secara kodratnya
selalu mencar orang lan untuk salng bernteraks. Dalam proses
tersebut ada kepentngan prbad dan kepentngan bersama yang
dalam relasinya sering terjadi konlik kepentingan sehingga memaksa
untuk membuat ketentuan tertentu yang dsebut nla. Kedua, secara
nstrumental hukum menjad sarana untuk mencptakan dan memelhara
ketertban, stabltas dan predktabltas, melestarkan nla-nla budaya
dan mewujudkan keadlan, sarana penddkan untuk pengadaban
masyarakat sekalgus mengesahkan perubahan masyarakat. Dengan
demkan hukum berfungs memanusakan penggunaan kekuasaan
dalam masyarakat agar yang kuat tdak sewenang-wenang atau tdak
salng memangsa (homo hommini lupus).
Dar kedua fungs d atas, kranya fakta adanya upaya negosas
8
perkara hukum d atas perstwa poltk harus djadkan wahana
ntrospeks sekalgus koreks untuk melhat sejujurnya apa yang
terjad antara kekuasaan poltk dan kekuasaan hukum. Dalam katan
n, hukum harus relevan dan berphak pada kepentngan rasa keadlan
sosal masyarakat. Hukum harus menjad pengayom sesama warga
masyarakat tanpa membeda-bedakan dengan menegakkan keadlan
untuk semua (equality before the law). Profesonal hukum juga mest
otonom, bebas dan mandr menjalankan profes tanpa tekanan untuk
merekayasa pencapaan keadlan hukum.
Asas keadlan n harus berjalan memenuh persyaratan moral
bukan datur oleh poltk. Karena pada hakkatnya, poltk datur oleh
kekuasaan sedangkan kekuasaan datur oleh uang. Memnjam stlah
Habermas, manusa akan kehlangan daya krtsnya karena terbua
oleh mater-mater yang bersfat semu, yatu uang. Yang lebh parah
lag, poltk Indonesa yang selama n terbangun justru ddomnas
skap-skap tradsonal berupa rasa ewuh pakewuh, dan dalam stuas
tertentu karakter memitnah, menjelek-jelekkan keburukan orang lain
yang belum tentu buruk, dan salng mengumbar rahasa kawan-lawan
yang tentunya menjadkan keadlan hukum semu, karena adanya
tebang plh perkara yang dtangan berdalh skala prortas.
Hukum memang membutuhkan kekuasaan karena tdak mungkn
ada hukum tanpa adanya suatu bentuk penguasa, tetap hukum tdak
bsa dbarkan dtunggang oleh kekuasaan. Secara hakk hukum
harus past dan adl agar hukum berfungs sebagamana mestnya.
Suatu hukum yang tdak past dan tdak mau adl menunjukkan hukum
yang buruk sehngga mudah drekayasa untuk kepentngan tertentu
sekalgus member peluang kepada profesonal hukum guna menafsr
atau menjerat perkara hukum sesua selera subjektf.
Masyarakat telah melhat melalu tontonan hukum yang merusak
moraltas sehngga berkembang perseps tdak ada lag keadlan d
pengadlan karena tdak adanya kepastan dan kesamaan hukum. Satu
persatu perstwa tersebut sepert putusan hakm terhadap Mnah yang
ddakwa mencur 3 buah kakao dengan ganjaran  bulan 5 har penjara,
Basar dan Koll karena mencur semangka harus mendekam dalam LP
Kelas A Kota Kedr, juga kasus Mansh atas sangkaan mencur 4
klogram kapuk randu, termasuk delk prahara Prta Mulyasar yang
menghpnots masyarakat untuk membela.
Asas kesamaan d hadapan hukum menuntut adanya keadlan
hukum, sehngga perkara yang sama atau sejens harus dputus sama
(similia similibus). Fakta hukuman terhadap Amr Mahmud, sopr d
BNN hanya karena sebuah pl ekstas yang dkena hukuman 4 tahun
oleh Pengadlan Neger Jakarta Barat, sedangkan jaksa Ester dan Dara
9
yang telah menggelapkan 343 butr ekstas hanya dvons  tahun
semakn menguatkan ketdakpersamaan hukum tu sendr. Untuk
tulah profesonal hukum juga harus memlk kualtas dr beruapa
skap kemanusaan, keadlan, kepatutan, dan kejujuran.
Rchard Qunney melalu Crtque of Legal Order (973)
menggambarkan bahwa hukum cenderung dbuat untuk menampung
kengnan elte yang menguasa negara darpada untuk kepentngan
masyarakat. Akbatnya, muncul pertentangan antara dealtas teor
hukum dan postvtas hukum sehngga penegakan hukum justru
mendatangkan malapetaka dalam kehdupan sosal karena moraltas
sudah terkalahkan oleh kekuasaan. Dengan menyadar hal n,
dbutuhkan komtmen bersama untuk mengawal hukum agar tdak
menghna rasa keadlan masyarakat atau adanya poltsas hukum.
Dalam memaham hubungan antara hukum dan kekuasaan, perlu
dtumbuhkan adanya demokratsas dalam pelahran suatu produk
hukum agar fungs ekspresf hukum tu dapat berjalan mengawal
terwujudnya produk hukum yang berkeadlan dan berperkemanusaan
yang beradab. Pada ss lan, penyadaran melalu pendampngan yang
kontnu terhadap masyarakat mengena hukum harus dperluas ke
semua lapsan agar mampu mengawal kepastan hukum dan mencegah
terjadnya manuver kekuasaan dalam mencdera kedaulatan hukum.
Inlah yang harus dlakukan agar fungs hukum benar-benar berjalan
dengan past dan adl, d sampng memang harus dkembangkan pula
nternalsas etka.

20
Krisis Hukum di Negara Hukum

P
ara pelaku hukum tentu tdak sempat membayangkan akan
terjadnya lngkaran setan korps korups d neger n yang
bermula dar pernyataan mantan Kepala Badan Reserse dan
Krmnal (Bareskrm) Mabes Polr, Komsars Jenderal Susno Duadj
tentang maia pajak. Oleh karena tidak sempat membayangkan, tentu
juga belum bsa memperkrakan babak akhr prahara hukum yang
menelanjang kebobrokan nsttus penegak hukum yang ada, sehngga
agenda reformas hukum tdak jelas arahnya.
Perode kedua pemerntahan Presden Suslo bambang Yudhoyono
belakangan n seolah menjad perode cuc gudang pemerntahan dalam
bdang hukum. Mash segar dalam ngatan bagamana kasus Ccak
versus Buaya yang merepresentaskan permanan kekuasaan antara
KPK dan kepolsan bersama aparat penegak hukum lannya. Semakn
kuat pembenarannya setelah barang bukt rekaman percakapan antara
Deput Penndakan Koms Pemberantasan Korups (KPK) Ade
Rahardja dan Ar Mulad hlang atau memang semula dada-adakan.
Belum tuntas, kasus Bank Century sampa saat n seolah menjad
senjata barter poltk kekuasaan untuk. Kasus yang sempat memasung

2
knerja Wakl Presden, Boedono, dan telah mengorbankan Menter
Keuangan, Sr Mulyan untuk hjrah mennggalkan Indonesa n tada
jelas penuntasannya.
Sebaga negara hukum keadlan harus d tegakkan dar neger
n. Jangan sampa hukum hanya berlaku pada rakyat kecl sementara
para pemegang kekuasaan domnan neger n kebal hukum. Yang
lebh parah, para koruptor yang pernah mengemuka untuk dber
hukuman mat, justru mendapatkan pengampunan berupa gras dan
rems d har kemerdekaan ke-5. Setdaknya 34 koruptor mendapat
rems termasuk d dalamnya besan Presden SBY, yang mendapatkan
rems tga bulan. Bahkan, sebelas d antaranya langsung menghrup
udara bebas. Sebuah kebjakan yang dnla banyak phak sangat
kontroversal d tengah usaha memberantas dan memberkan efek jera
kepada koruptor yang telah merugkan negara.
Kn korps korups telah terbongkar d semua nstans penegak
hukum melalu nuran pengakuan sang Jenderal bntang tga tersebut,
sehngga lngkaran setan yang awalnya gelap medapatkan cahaya
penndakan. Korps Kepolsan telah mengambl tndakan terhadap
Kompol Arafat, AKP Sr Sumantr, bahkan mencopot Brgjend Edmond
Ilyas dar poss Kapolda. Korps Kejaksaan Agung juga telah mencopot
Cyrus Snaga sebaga Assten Pdana Khusus Kejaksaan Tngg Jawa
Tengah, yang seharusnya juga dapat djerat dengan ancaman pdana.
Namun, lambannya pengusutan mencptakan kecurgaan baru bag
masyarakat bahwa hukum tdak lag sebaga alat untuk memberkan
keadlan (dispensing justice).
Temuan-temuan tentang persekongkolan korups secara seklas
menunjukkan pengaruh-pengaruh korups yang mencptakan kejahatan
terorganisir dan munculnya kekuasaan tipe maia yang menerobos
strata masyarakat. Korups juga merupakan kejahatan krmnal luar
basa (extraordinary crime). Bahkan, Unted Natons Conventon
Agaisnt Corruption (UNCAC) mengklasiikasikan korupsi sebagai
kejahatan hak asas manusa (human rights crime) dan kejahatan
kemanusaan (crime against humanity). Karena tu, cara-cara yang
luar basa patut dterapkan kepada koruptor.
Namun, lngkaran setan korups yang demkan jelas masf terjad
jelas akan menmbulkan pertanyaan, mengapa bsa terjad? Bagamana
mengatasnya untuk memulhkan kepercayaan publk? Dan mengapa
ada pengampunan?
Marc Galanter lebh jauh telah menyatakan bahwa profes hukum
memang cenderung mementngkan bsns darpada penegakan keadlan.
Hal n akan memlk kesamaan pandangan dengan Habermas yang
mengemukakan adanya manusa yang akan hlang daya krtsnya oleh
22
buaan fatamorgana kekayaan.
Implkas serus dar keterbuaan aparat penegak hukum terhadap
kekayaan atau bsns adalah konds reformas penegakan hukum
terutama pemberantasan korups kehlangan arah. Imparsaltas,
ntegrtas, dan akuntabltas pejabat penegak hukum tersandera oleh
kekuatan uang yang menjelma menjad kekuatan besar dan menekan.
Intervens demkan pada akhrnya meruntuhkan kepastan dan
keadlan tu sendr.
Perstwa terbongkarnya kekuatan uang dalam proses hukum
secara gamblang terlhat dar rekaman Anggodo Wdjojo dengan
berbaga petngg nsttus penegak hukum yang dperdengarkan dalam
perjalanan sdang perkara Chandra M Hamzah-Bbt Samad Ranto
d Mahkamah Konsttus. Anggodo begtu leluasa mengatur perkara
melalu sejumlah pejabat d kejaksaan dan kepolsan., bahkan setelah
rekaman dputar ternyata Mabes Polr tdak juga menetapkan Anggodo
sebaga tersangka sampa akhrnya KPK yang menetapkannya. Tdak
hanya tu, masyarakat juga pernah menyakskan bagamana jaksa Urp
Tr Gunawan dtangkap KPK ketka melakukan transaks perkara
dengan Artalyta Suryan.
Kuat lemahnya kekuatan uang untuk menguasa seseorang
setdaknya sangat dpengaruh dar dua stuas, yatu lngkungan batn
ndvdu yang erat katannya dengan hat nuran, serta lngkungan
sosal yang berhubungan dengan pengawasan optmal.
Dalam suasana semangat tngg untuk menegakkan supremas
hukum (the cry for supremacy of law), Profesor Satjpto Rahardjo
selalu mengampanyekan agar penegak hukum tdak menjad tawanan
undang-undang. Dalam hal n, kredo dekonstruks hukum tersebut
mengsyaratkan bahwa hukum bukan sekadar peraturan tetap
adanya perlaku terbuka untuk melakukan plhan-plhan determnas
berkehendak memberkan keadlan kepada masyarakat.
Analss demkan sangat berkatan denga hat nuran manusa
karena pada hakkatnya semua manusa dber nla dasar alamah
tentang keadlan. Hat nuran menyngkap dengan terang dmens
ets dalam hubungan hdup manusa. Hat nuran mengungkapkan
penghayatan tentang bak dan buruk berkatan dengan tngkah laku
yang konkret untuk dlakukan atau dtnggalkan. Dengan demkan,
otonom manusa dalam mengatur serta mengarahkan hdupnya
dhayat dalam keputusan hat nurannya.
Ksah keberanan penegak hukum yang dlandas moraltas dan
hati nurani dapat dilihat dari perjalanan Socrates, ilsuf eudaimonia
dan guru kebajkan. Keberanan Socrates semestnya sudah dfaham
para penegak hukum Indonesa ketka a mempertaruhkan nyawanya
23
dem kewbawaan hukum. Mengedepankan hat nuran juga pernah
dtorehkan oleh hakm-hakm terbak Indonesa sepert hakm agung
Bsmar Sregar, hakm agung Ad Andojo Soetjpto, dan Benyamn
Mangkudlaga yang masng-masng lebh memlh keadlan hat
nuran darpada tersekat pada undang-undang. Kemampuan menguj
batas kemampuan undang-undang (testing the limit of law) yang
membutuhkan keberanan dan aspek transendental sprtual nlah
yang mempengaruh keadlan hukum.
Sementara tu, hat nuran akan selalu tergoda dengan duna luar
karena kekuatan man seseorang juga akan mengalam konds pasang
surut. Untuk tulah pengawasan fungsonal yang bersfat horsontal
dan vertkal harus dtngkatkan. Ketka pengawasan nternal yang
cenderung mengedepankan soldartas korps dan cenderung membentuk
persekongkolan telah danggap tdak efektf menjaga penegakan
hukum dalam arah yang sebenarnya, maka mendesak pengawasan
masyarakat sebaga bagan dar sstem pengawasan lembaga-lembaga
penegak hukum menjad suatu kenscayaan.
Pada ss lan, penyadaran melalu pendampngan yang kontnu
terhadap masyarakat mengena hukum harus dperluas ke semua lapsan
agar mampu mengawal kepastan hukum dan mencegah terjadnya
manuver kekuasaan dalam kedaulatan hukum atau munculnya
persekongkolan-persekongkolan baru yang mencdera arah reformas
hukum tu sendr agar hukum benar-benar tegak d negara hukum.

24
2
HUKUM DAN POLITIK KEBIJAKAN

Menagih Amanat Konstitusi

P
resden sudah slh bergant sampa empat kal sejak Soeharto
lengser 2 tahun lalu. Setap pemerntahan tentu mengaku sudah
membuat kebjakan dan program pengentasan masyarakat
pedesaan dan perkotaan dar kemsknan dengan alokas anggaran
trlunan rupah. Namun angka kemsknan ternyata tdak mampu
terbendung untuk turun secara berart sehngga berbaga program
menjad tdak efektf. Dengan demkan, amanat konsttus tentang
kewajban negara atas orang mskn dan anak telantar seolah hanya
sapan jempol.
D dalam pembukaan UUD 945 jelas mengamanatkan pentngnya
kesejahteraan umum sekalgus terwujudnya kecerdasan bangsa yang
menyeluruh sebaga bagan dar tujuan berdrnya negara Indonesa.
Amanat demkan semakn dpertegas dalam batang tubuh UUD

25
945 dan perlu ddorong dengan aturan hukum yang jelas dalam
lngkup pelaksanaannya. Dalam stuas sepert tu, RUU Fakr Mskn
yang kemudan dsulkan berubah nama menjad RUU Percepatan
Pengentasan Kemknan merupakan sebuah keharusan untuk dapat
menjawab permasalahan mengapa kebjakan serta program yang
selama n berjalan mengalam kemandulan.
DPR-RI telah menetapkan Program Legslas Nasonal (Prolegnas)
tahun 200-204 pada Masa Persdangan I lalu. Selama kurun waku
lma tahun ke depan telah dtetapkan target pembahasan 247 RUU,
dtambah dengan 5 kategor RUU kumulatf terbuka. Dar Prolegnas
tu, sebanyak 58 RUU dtambah 5 kategor RUU kumulatf terbuka
dtetapkan sebaga RUU prortas tahun 200. Dan RUU Fakr Mskn
tengah menjad salah satu RUU prortas yang harus dselesakan oleh
Koms VII DPR.
Program dan kebjakan pengentasan kemsknan yang djalankan
pemerntah pusat maupun pemerntah daerah selama n seolah berjalan
tanpa perencanaan yang matang untuk jangka waktu yang panjang. Hal
demkan dapat terlhat dar pelaksanaan program yang hanya bersfat
bantuan sosal, sehngga terkesan bag-bag dana segar sehngga
mengalam kemandulan pengentasan masalah utama kemsknan.
Kenyataan tersebut setdaknya dfaham dar dua paradgma yang
berjalan.
Pertama, adanya poltsas kewajban menjad penctraan
kedermawanan oleh pemerntah.Penctraan kedermawanan
tersebut sebagamana dengan memberkan dana tuna yang seolah
menggambarkan kepedulan sosal pemerntah, padahal mestnya
adalah tanggung jawab negara atas rakyatnya. Bantuan model n
semacam Bantuan Langsung Tuna (BLT), Program Keluarga Harapan
(PKH), dan bantuan kelompok usaha bersama (KUBE) dengan tajuk
utama sebaga perlndungan sosal yang dtujukan pada keluarga
atau komuntas mskn. Fenomena BLT telah menjadkan dana yang
ddapatkan hanya menjad pemuas konsums sekalgus menyuburkan
konsumersme serta ketergantungan masyarakat mskn. .
Kedua, penctraan angkta statstk lebh dkedepankan darpada
data kemsknan faktual d tengah masyarakat. Pengalaman karut
marutnya program dan kebjakan, maupun persoalan-persoalan lannya
yang menjad parameter kemsknan selalu ddasarkan pada kurangnya
koordnas atas data kemsknan. Mest daku bahwa data kemsknan
yang menjad dasar bag ntervens program penanggulangan
kemsknan hngga saat n belum terseda secara komprehensf
sesua dengan kebutuhan. Satu-satunya lembaga pemerntah yang
bertanggungjawab terhadap kesedaan data adalah Badan Pusat
2
Statstk (BPS). Walaupun BPS cukup banyak memperoleh krtk
sehubungan data yang semrawut.
Berdasarakan data BPS, persentase penduduk mskn d Indonesa
pada 2008 (5,42 persen) menurun sektar 2 persen dbandngkan
persentase pada 99 (7,47 persen). Jka dlhat dar jumlah absolut,
penduduk mskn justru menngkat dar 34,0 juta (99) menjad
34,9 (2008). faktanya, perkembangan kemsknan masyarakat justru
terjad samap d depan stana dengan maraknya anak jalanan dan fakr
mskn d bawah kolong jembatan.
Pemerntah telah mengeluarkan serangkaan kebjakan
pengentasan kemsknan lan melalu berbaga kebjakan, sepert BOS,
Askeskn dan Jamkesmas, yang tentu membutuhkan alokas anggaran
yang besar. Untuk tahun 2009 msalnya, Anggaran kesejahteraan atau
pengentasan kemsknan secara agregat d dalam APBN mencapa
sektar Rp  trlun. Meskpun demkan, masalah kemsknan sampa
saat n terus-menerus menjad masalah yang tak berkesudahan.
Hal demkan karena penyebab kemsknan selalu ddasarkan
pada jawaban makro yang tunggal, padahal penyebab kemsknan
memlk karakter berbeda-beda sesua dengan lngkup lokaltas yang
ada. Kesemrawutan data demkan tdak akan dapat mencermnkan
gambaran tngkat kemsknan masyarakat yang memlk keragaman
akbat wlayah negara Indonesa yang berbeda secara geolog,
organsas sosal, budaya, sumber daya alam, maupun bentuk-bentuk
ekonom yang berkembang.
Akhrnya, kemsknan dan kecerdasan bangsa Indonesa adalah
tanggung jawab bersama. Jka RUU Pengentasan Kemsknan
djadkan sebaga tonggak awal pembenahan program dan kebjakan
yang selama n danggap mandul, maka pentng drumuskan kejelasan
hukum hubungan antara pemerntah d semua level, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, serta masyarakat dalam menanggulang kemsknan
agar tdak ada pengkhanatan atas konsttus.
Menjelang usa 5 tahun Indonesa merdeka, bangsa n semakn
tersadar betapa sultnya menagh amanat konsttus bahwa fakr
mskn dan anak-anak telantar dapat dpelhara oleh negara. Untuk tu,
agar menegaskan bahwa negara memlk tanggung jawab atas rakyat
msknnya sebaga amanat UUD 945, segera dselesakannya RUU
tentang Fakr Mskn menjad UU merupakan suatu kenscayaan.

Harian Pikiran Rakyat, 14 Mei 2010

27
28
Silaturrahim Politik Century

S
etelah hampr tujuh bulan terkatung-katung, kn kasus Century
yang telah memaksa Sr Mulyan mundur dar kurs Menter
Keuangan kembal memanas. Pasalnya, melalu slaturrahm
poltk para petngg Parta Golkar bersama mantan ketua umumnya,
Jusuf Kalla, kasus yang danggap merugkan negara Rp ,7 trlun
dpertanyakan penuntasannya.
Ketdaktegasan para penegak hukum, bak kepolsan, kejaksaan,
bahkan KPK menndaklanjut rekomendas DPR tentang adanya
pelanggaran hukum, pelanggaran perbankan, pelanggaran pencucan
uang, dan pelanggaran lannya memang layak dpertanyakan. Terlebh
para penegak hukum tu telah terlalu dn menyatakan kurang adanya
bukt padahal dugaan permulaan telah dlaporkan melalu nvestgas
BPK dan juga para pengusul angket dalam tm 9.
Slaturrahm poltk dalam nuansa lebaran kranya sangat tepat
menjad momentum penyadaran kasus yang telah menyedot energ
bangsa tersebut. Dengan bersih hati, ikiran, lisan, dan perbuatan di
bulan Ramadhan sebelumnya, semangat tanpa tendens negatf dapat

29
dkedepankan dalam mengawal kembal kasus Century agar tdak
mat sur.
Sapapun dapat memaham kekuatan slaturrahm poltk yang
sempat dlakukan oleh tm 9 pengusul awal angket Century. Tm
yang ddomnas anak-anak muda DPR tu punya peran yang kukuh.
Slaturrahm poltk sengaja dlakukan untuk mendobrak nuran
“kebenaran” anggota DPR yang lan dengan adanya dukungan para
tokoh bangsa dan elemen masyarakat ant-korups. Dengan kata lan,
dplomas yang dlakukan melalu tatap muka dengan pendekatan
emosonal serta pskologs penuh penghargaan terhadap phak yang
dtemu pada akhrnya member dua keberhaslan.
Pertama, pembubuhan tandatangan dukungan lebh dar 500
anggota DPR menjad bukt awal keberhaslan slaturrahm sehngga
mengantarkan terbentuknya Panta Khusus (Pansus) Bank Century.
Kedua, legtmas “kebenaran” yang dperoleh melalu keterangan
saks beserta data-datanya, secara pskopoltk telah bersentuhan
dengan ekspektas publk dan lag-lag terkuatkan oleh dplomas
slaturrahm. Hasl akhrnya terungkap bahwa mayortas anggota DPR
menyetuju adanya pelanggaran hukum dan pelanggaran lan sehngga
perlu dlanjutkan dalam ranahnya masng-masng.
Masuk akal dan normal jka dalam sdang parpurna dukungan
terhadap kesmpulan Pansus mengena adanya ndkas pelanggaran
hukum justru lebh besar dar kekuatan yang dperkrakan publk.
Dbukanya kran slaturrahm poltk merupakan salah satu pertanda
yang esensal untuk mengawal demokras. Logs jka masng-masng
phak menawarkan klausul kebenaran berdasarkan kepentngannya,
tetap momentum, tata cara, dan proses tulah yang menandakan
santun atau tdaknya slaturrahm.
Dar pengalaman carut marutnya kasus Century yang tdak jelas
penuntasannya, mengndkaskan adanya proses tukar gulng perkara
hukum yang mengancam penegakan demokras. Hal demkan terlhat
dar menurunnya krtssme anggota DPR setelah kasus Century
berhasl melengserkan Sr Mulyan dar kurs menter.
Indonesa jelas memlk potens otentk untuk menjad negara
demokras teladan. Namun konstruks demokras “jad-jadan” justru
mampu mempengaruh bergesernya kedaulatan hukum yang mestnya
menjad panglma. Dalam poltk jelas cara-cara nakal menjad sah
dan man akal merupakan suatu kenscayaan. Tentu saja, benar atau
tak benar bsa kabur kendat dalam wlayah hukum mengharuskan
nla kepastan.
Denny Indrayana sebaga Staf Ahl Presden sekalgus anggota
Satuan Tugas (Satgas) Antimaia hukum sempat menyatakan bahwa
30
ada upaya negosas perkara hukum antar petngg poltk menjelang
perhelatan sdang parpurna pembahasan kasus Century. Iron demkan
membangun memor kolektf publk bahwa supremas dan kedaulatan
hukum memang bsa “dselngkuh” oleh kekuasaan poltk. Hal n
menguatkan pendapat Marc Galanter kalau pemegang kuasa domnan
lebh cenderung mementngkan kekuasaan dan bsns atau mater
darpada penegakan hukum.
Wllam J Chamblss dalam On the Take; From Petty Crooks to
Presidents (978) dan Rchard Qunney melalu Crtque of Legal
Order (973) menggambarkan bahwa hukum cenderung dbuat untuk
menampung kengnan elte yang menguasa negara darpada untuk
kepentngan masyarakat. Akbatnya, muncul pertentangan antara
dealtas teor hukum dan postvtas hukum sehngga penegakan
hukum justru mendatangkan malapetaka.
Dengan kekuatan uang hukum dapat dpengaruh, dengan kekuatan
kekuasaan hukum juga dapat drekayasa. Oleh karena tu, dbutuhkan
komtmen berasama untuk mengawas agar tdak ada rekayasa poltk
dalam mengungkap kebenaran kendat dsadar kebenaran memlk
relatvtas. Dan hal demkan dapat kembal dbangktkan melalu
silaturrahim politik yang dilandasi kejernihan dan hati dan ikiran
untuk kesejahteraan rakyat.

Harian Suara Merdeka, 17 September 2010

3
32
Negosiasi Hukum dan Politik

P
ernyataan Staf Khusus Presden Denny Indrayana bahwa ada
parta poltk yang mencoba menegosaskan hukum sungguh
menjad dentum ancaman serus atas kedaulatan hukum tu
sendr. Jka memang benar apa yang dsampakan tersebut, sangat
dsayangkan hukum harus tergrng dalam penympangan kekuasaan
yang tergolong poltcal corrupton, yatu penggunaan kekuasaan untuk
keuntungan prbad dan keuntungan golongan elte tertentu. Maklum
karena sesama penyelenggara negara memlk “kartu rahasa” yang
sap djadkan amuns masng-masng.
Lob-lob yang dlancarkan parta penguasa dan pernyataan sosok
yang juga anggota Satuan Tugas (Satgas) Antimaia hukum ini jelas
akan mempersult kprah lembaga penegak hukum untuk mengubah
ctra hukum yang selama n telah turun derajat tdak sebaga alat
untuk memberkan keadlan (dspensng justce). Bahkan semakn
menguatkan memor kolektf publk sebagamana Marc Galanter
menulskan profes hukum lebh mementngkan bsns darpada

33
penegakan keadlan.
Dalam hukum, terdapat dua fungs utama yang oleh Bernard
Arief Sidharta dalam “Releksi tentang Struktur Ilmu Hukum” disebut
dengan fungs ekspresf dan fungs nstrumental. Pertama, hukum
mengungkapkan pandangan hdup, nla-nla budaya, dan nla-
nla keadlan. Hukum selalu tertanam d dalam suatu struktur sosal
tertentu karena manusa adalah makhluk sosal yang secara kodratnya
selalu mencar orang lan untuk salng bernteraks dan butuh adanya
suatu nilai agar tidak terjadi konlik. Kedua, secara instrumental
hukum menjad sarana untuk mencptakan dan memelhara ketertban,
stabltas, dan predktabltas, melestarkan nla-nla budaya
dan mewujudkan keadlan, sarana penddkan untuk pengadaban
masyarakat sekalgus mengesahkan perubahan masyarakat. Dengan
demkan, hukum berfungs memanusakan penggunaan kekuasaan
dalam masyarakat agar yang kuat tdak sewenang-wenang melakukan
penndasan terhadap yang lemah atau tdak salng memangsa.
Dar kedua fungs tu, kranya fakta adanya upaya negosas perkara
hukum d atas perstwa poltk harus djadkan wahana ntrospeks
untuk melhat sejujurnya apa yang terjad antara kekuasaan poltk
dan kekuasaan hukum. Dalam katan n, hukum harus relevan dan
berphak pada kepentngan rasa keadlan sosal masyarakat. Hukum
harus menjad pengayom sesama warga masyarakat tanpa membeda-
bedakan dengan menegakkan keadlan untuk semua (equalty before
the law).
Asas keadlan n harus berjalan memenuh persyaratan moral
bukan datur oleh poltk. Karena pada hakkatnya, poltk datur oleh
kekuasaan sedangkan kekuasaan datur oleh uang. Memnjam stlah
Habermas, manusa akan kehlangan daya krtsnya karena terbua
oleh mater-mater yang bersfat semu, yatu uang. Dengan demkan,
profes hukum yang merupakan profes terhormat dan luhur (oficium
nobile) harus menjunjung tngg etka profes untuk mengabd pada
sesama sebaga dealsmenya.
Hukum memang membutuhkan kekuasaan, tetap hukum tdak
bsa dbarkan dtunggang oleh kekuasaan. Secara hakk hukum
harus past dan adl agar hukum berfungs sebagamana mestnya.
Suatu hukum yang tdak past dan tdak mau adl menunjukkan hukum
yang buruk sehngga mudah drekayasa untuk kepentngan tertentu
sekalgus member peluang kepada profesonal hukum guna menafsr
atau menjerat perkara hukum sesua selera subjektf.
Masyarakat telah melhat tontonan hukum yang merusak moraltas
sehngga berkembang perseps tdak ada lag keadlan d pengadlan
karena tdak adanya kepastan dan kesamaan hukum. Bahkan profes
34
luhur dan terhormat n dcemar pelaku profes hukum sendr, sepert
putusan hakm terhadap Mnah yang ddakwa mencur tga buah
kakao dengan ganjaran  bulan 5 har penjara, Basar dan Koll karena
mencur semangka harus mendekam dalam LP Kelas A Kota Kedr,
juga kasus Mansh atas sangkaan mencur 4 klogram kapuk randu.
Asas kesamaan d hadapan hukum yang menuntut adanya keadlan
hukum justru djungkrbalkkan. Pada akhrnya perkara hukum
terhadap Amr Mahmud, hanya karena pl ekstas dkena hukuman
empat tahun oleh Pengadlan Neger Jakarta Barat, sedangkan jaksa
Ester dan Dara yang menggelapkan 343 butr ekstas hanya dvons 
tahun.
Dalam memaham hubungan antara hukum dan kekuasaan, perlu
dtumbuhkan adanya demokratsas dalam pelahran suatu produk
hukum agar fungs ekspresf hukum tu dapat berjalan mengawal
terwujudnya produk hukum yang berkeadlan dan berperkemanusaan
yang beradab. Pada ss lan, penyadaran melalu pendampngan yang
kontnu terhadap masyarakat mengena hukum harus dperluas ke
semua lapsan agar mampu mengawal kepastan hukum dan mencegah
terjadnya manuver kekuasaan dalam kedaulatan hukum.
D snlah pentngnya moraltas bag profes hukum dengan
menjunjung kode etk. Kode etk pentng bag profes hukum karena
profes hukum merupakan suatu moral communty (masyarakat
moral) yang memlk cta-cta dan nla-nla bersama. Dan benar atau
tdaknya upaya negosas hukum pada akhrnya dapat tercegah oleh
profes hukum yang menjaga kedaulatan hukum tu sendr.

Harian Pikiran Rakyat, 4 Maret 2010

35
3
Keterbukaan Informasi vs Rahasia Negara

S
aat masyarakat berhak mendapatkan jamnan memperoleh
nformas melalu lahrnya Undang-Undang Keterbukaan
Informas Publk (KIP), RUU Rahasa Negara menjad ancaman
untuk menegaskan pelaksanaannya. Bangsa n sudah begtu sabar
menunggu pengesahan UU yang semula dalam draft bernama RUU
Kebebasan Memperoleh Informas Publk (KMIP) dar perode 999-
2004 sampa 2004-2009, namun harapan besar yang telah terbangun
mest bersap runtuh jka RUU Rahasa Negara jad dsahkan sebaga
UU yang kemungknan besar akan berlawanan.
Akan dterapkannya UU No 4/2008 n pada 200, d satu ss,
berawal dar keprhatnan masyarakat luas terhadap pengawasan
penggunaan dana APBN. Badan Pemerksa Keuangan (BPK) yang
menjad wast untuk mengaudt anggaran terkesan kalah garang
dbandng Koms Pemberantasan Korups (KPK). Hal n semakn
mendapatkan bukt melalu adanya kenyataan tentang semakn
memburuknya kemampuan pengelolaan anggaran daerah yang terlhat
dar sedktnya Laporan Keuangan Pemerntah Daerah (LKPD) yang

37
mendapatkan opn wajar tanpa pengecualan (WTP) dar Badan
Pemerksa Keuangan (BPK). Tahun 2009 hanya delapan daerah dar
4 LKPD yang dlaporkan. Padahal, pada 2004 berjumlah 2 buah,
2005 menjad 7 daerah, dan sejak 200 kurang dar 0 daerah (MI,
4/8).
D ss lan, UU n dharapkan dapat mendorong terwujudnya
reformas brokras (open government) melalu pemberan pelayanan
yang bak, karena selama n sstem dan kultur brokras dbuat
untuk lambat. Seolah menjad warsan budaya turun temurun, gema
reformas brokras setdaknya sudah ddengungkan sejak turunnya
mantan Presden Soeharto namun belum juga berhasl mengubah
kultur knerja pegawa. Secara gamblang, pemerntah dan DPR RI telah
mengeluarkan UU Nomor 28/999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersh dan Bebas dar Korups, Kolus, dan Nepotsme (KKN)
yang kemudan djelaskan dalam Keputusan Menter Pemberdayaan
Aparatur Negara No. 5/2008 tentang pedoman reformas brokras.
Ada tga sektor yang menjad acuan reformas brokras, yatu
ketatalaksanaan, kelembagaan, dan sumber daya manusa.
Munculnya UU No. 25/2009 tentang Standardsas Pelayanan
Publk merupakan langkah awal untuk terwujudnya pelayanan prma
dar aparatur negrata terhadap masyarakat, namun perlu dlengkap
dengan UU lan berupa prnsp-prnsp keetkaan dalam layanan publk
maupun keterbukaan akses yang tertampung dalam UU KIP karena
terkat audt dan akuntabltas pelayanan. Dalam admnstras publk,
brokrat sebaga aparatur negara dtuntut untuk profesonal sehngga
dperlukan adanya Standar Operasonal Prosedur (SOP) untuk
mengukur keprofesonaltasan. Tentu n membutuhkan kedsplnan
sekalgus gaj yang bermbang sehngga audt knerja yang ddukung
oleh legaltas keterbukaan nformas memlk kontrbus yang besar,
terlebh dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 200,
salah satu perhatan pemerntahan SBY adalah reformas brokras dan
hukum serta demokras d Indonesa. Pemerntah menganggarkan Rp
8, trlun rupah dalam bentuk penngkatan gaj PNS dan TNI.
Legaltas formal tersebut mash belum cukup menngkatkan
knerja serta belum menjadkan pelayanan publk menjad prma
yatu pelayanan yang mencakup aspek keadlan, kesembangan,
transparans, dan akuntabltas. Untuk tu Menter Pemberdayaan
Aparatur Negara menggagas lahrnya UU tentang etka knerja PNS,
karena pelayanan publk yang tdak prma akan memlk mplkas
negatf. Pertama, masyarakat merasa jenuh sehngga menurunkan
partspas pengawasan terhadap brokras. Kedua, tumbuh suburnya
praktk pungutan lar untuk mempercepat pelayanan. Ketga, ada
38
kesempatan menambah jumlah pegawa dengan dalh sedktnya
pegawa sebaga penyebab pelayanan publk menjad lambat sehngga
terjad jual bel kekuasaan.
Pengaruh tersebut tentu dapat dbaca oleh brokrat yang melacurkan
dealsme demokras untuk keuntungan sesaat. D benak kalangan n,
keterbukaan nformas justru akan menjadkan pola “kontrak poltk”
menjad tertutup dan terancam karena pelayanan yang dberkan akan
daudt phak ketga sebaga subjek yang mendapatkan pelayanan.
Bahkan kebjakan-kebjakan yang dalam kurun waktu tertentu dapat
dpesan oleh kelompok khusus, cukup nyata dapat dawas publk.
Maka dmunculkanlah gagasan adanya Rancangan Undang-Undang
Rahasa Negara yang nantnya dapat berfungs sebaga pelndung
kepentngannya.
In adalah khtar pemkran yang cenderung dpaka untuk merah
pragmatsme kepentngan tertentu. Pada dasarnya snkronsas antara
kebebasan nformas dan kerahasaan Negara sudah datur dalam 0
pasal d Ktab Undang-Undang Hukum Pdana (KUHP) dan satu
bab khusus dalam UU KIP. Persoalannya adalah sstem pengawasan
yang mengakomodas hak-hak publk atas nformas tanpa melupakan
perahasaan nformas negara.
Pengalaman hampr sepuluh tahun sudah masyarakat memlk
koms ndependen yang fokus pada bdang nformas. Pertama untuk
urusan pers maka dbentuk Dewan Pers melalu UU No 40/999 tentang
pers, dan untuk urusan penyaran dbentuk KPI (Koms Penyaran
Indonesa) melalu UU No 32/2002 tentang penyaran. Keduanya
berfungs untuk menjalankan fungs-fungs Negara sebaga bagan
pemerntahan tetap memlk ndependens dar tekanan manapun.
Namun kenyataannya kedua lembaga n tdak memlk kapastas
tngg dalam menentukan kebjakan d bdangnya.
UU KIP memandatkan dbentuknya Kms Informas (KI) sebaga
lembaga ndependen yang berfungs membuat semua peraturan tekns
tentang mplementas UU KIP. Dengan peraturan n akan memaksa
badan-badan publk untuk melayan kebutuhan nformas masyarakat.
KI juga memegang peranan dalam sengketa nformas antara pemnta
nformas dengan badan publk yang salah satunya merasa drugkan.
Koms berjumlah tujuh orang yang telah dtetapkan oleh DPR (2/5)
nlah yang akan menjad determnan bag pelaksanaan UU KIP.
Oleh karena tu, upaya pemberantasan korups dan penyalahgunaan
kekuasaan untuk menjamn nla-nla luhur demokras, harus dhadap
dengan cara yang baru. Salah satunya yang telah lama dgulrkan adalah
menerapkan rekam jejak masa lalu atau asas pembuktan terbalk, bak
tentang harta kekayaan maupun latar belakang menetapkan kebjakan
39
tertentu. Maka keterbukaan nformas badan pemerntah dan badan
publk yang mendapatkan dana pembayaan dar APBD dan APBN
sangat dbutuhkan sekalgus pentng untuk dawas agar tdak ada
dusta d antara kta, apalag hanya berdalh rahasa negara.

Majalah Paradigma, Edisi XVI/2010

40
Keadilan (Bukan) di Pengadilan

B
elakangan masyarakat meyakn bahwa keadlan yang
semestnya ada d pengadlan benar-benar telah hlang. Putusan
hakm yang mengganjar  bulan 5 har penjara dengan
masa percobaan 3 bulan terhadap Nenek Mnah (55), setdaknya
menjad fakta penguat. Nenek yang tnggal d Dusun Sdoarjo,
Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajbarang, Banyumas n mest
mempertanggungjawabkan tndakan sengnya memetk 3 buah kakao
d perkebunan mlk PT Rumpun Sar Antan (RSA).
Mnah tdak sendr, gara-gara mencur sebuah semangka mlk
tetangga karena kehausan, Basar dan Koll harus mendekam d sel
tahanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas A Kota Kedr sebaga
tahanan Pengadlan Neger setempat. Hal yang lebh memprhatnkan
adalah putusan perdata yang menghukum denda terhadap Prta
Mulyasar sebesar 240 juta dengan jeratan kejahatan elektronk berupa
pencemaran nama bak.
Ibu dengan dua putra n semula dpdanakan dan dmasukkan
sel setelah Kejaksaan Neger Tangerang menjeratnya dengan pasal
45 jo pasal 27 (3) UU No /2008 tentang Informas dan Transaks

4
Elektronk (UU ITE). UU yang semestnya member angn segar bag
pengguna teknolog nformas dan komunkas elektronk, sebalknya
menjad UU yang menakutkan karena mengancam kebebasan
pengaduan pelayanan publk yang dterma.
Dar snlah prahara krss kepercayaan terhadap keadlan d
pengadlan terjad karena delk pencuran dan pencemaran nama bak
hanya dmakna secara prosedural tanpa pendekatan moral hakm
menla fakta kasus masng-masng. Hukum dan moral sama-sama
berkatan dengan tngkah laku manusa agar selalu bak, namun
postvsme hukum yang murn justru tdak memberkan kepastan
hukum. Itulah sebabnya, hukuman terhadap Amr Mahmud seorang
sopr d BNN yang hanya karena  buah pl ekstas justru lebh
berat darpada jaksa Ester yang telah menjad bagan dar sndkat
pengedaran narkoba.
Hukum merupakan postvas nla moral yang berkatan dengan
kebenaran, keadlan, kesamaan derajat, kebebasan, tanggung jawab,
dan hat nuran manusa. Hukum sebaga postvas nla moral adalah
legitim karena adl bag semua orang. Tanpa moral, hukum tdak
mengkat secara nalar karena moral mengutamakan pemahaman
dan kesadaran subjek dalam mematuh hukum. Hal n sebagamana
dungkapkan K. Bertens bahwa quid leges sine moribus yang memlk
art apa gunanya undang-undang kalau tdak dserta moraltas.
Moral jelas menjad senjata ampuh yang dapat membungkam
kesewenangan hukum dan pertmbangan kepentngan lan dalam
penegakan keadlan d pengadlan. Mnah, Basar, dan Koll secara
substans hukum memang melakukan pelanggaran berupa delk
pencuran, namun secara moral mest dfaham bahwa keadlan d
tengah lalu lntas hukum modern adalah menekankan pada struktur
rasonal, prosedur, dan format. Jka hal n dtadakan, maka akan
menegaskan tulsan Harold Rothwax dalam buku Guilty- The Collapse
of the Criminal Justice System bahwa masyarakat modern tdak lag
mencar keadlan tetap mencar kemenangan dengan segala cara.
Setdaknya hal demkan dapat terbaca dalam kasus Prta yang
menjad tersangka pencemaran nama bak RS OMNI Internasonal
Hosptal Alam Sutera Tangerang. Prta dtuduh setelah menuls keluhan
pelayanan RS OMNI terhadap drnya melalu nternet. Keluhan yang
dkrm dalam email ke beberapa temannya semula merupakan ranah
prbad, tetap kemudan surat elektronk tersebut masuk dalam mailing
list sehngga menjad ranah publk. Subyektvtas muncul karena
dalam konteks tersebut, moraltas dalam pengadlan tdak membaca
adanya Prta sebaga korban yang membutuhkan keadlan.
UU ITE yang dundangkan pada 2 Aprl 2008 sebaga cyber
42
law pertama d Indonesa, merupakan bentuk perlndungan kepada
seluruh masyarakat dalam dalam rangka menjamn kepastan hukum,
khususnya berkenaan dengan maraknya kegatan berbass elektronk.
Mater yang datur dalam UU n adalah hal baru dalam sstem hukum
Indonesa, sepert penyelesaan sengketa, perlndungan data, pengakuan
transaks dan alat bukt elektronk semacam e-banking, e-commerce,
atau e-buy, dan nama doman atas Hak Kekayaan Intelektual. Dar
alasan d atas, keberadaan UU ITE dharapkan mampu memberkan
dasar hukum bag transaks elektronk. Namun karena prosedural dan
format serta delk masalah tdak djwa adanya moraltas dalam ruang
pengadlan, maka hukuman yang terkesan subjektf mest dtanggung
oleh Prta.
Secara kebetulan, kejadan yang menmpa Mnah, Basar, Koll,
dan Prta Mulyasar akan menjad gerbang sosalsas grats untuk
pembelajaran masyarakat dalam ranah hukum pdana dan perdata. Perlu
menyosalsaskan kembal tentang pentngnya pemahaman hukum
dan kesadaran hukum yang berwawasan moraltas d masyarakat
melalu dua doman pencapaan. Pertama, pengembangan atas desa
sadar hukum. Kedua, adanya penddkan hukum rakyat secara dn
agar masyarakat mampu mengawal penegakan keadlan bak secara
prosedural maupun moral.
Menurut Thomas Aqunas dalam buku On the Book of Job,
keadlan akan musnah dalam dua kemungknan, yatu karena sebuah
kebjaksanaan yang tdak bjaksana atau karena perbuatan tdak
terpuj dar seseorang yang memlk kekuasaan atas pengadlan.
Masyarakat harus melakukan check and balances agar hukum benar-
benar memlk vs moral, yatu mengutamakan kesamaan perlakuan
d hadapan hukum tanpa ada dskrmnas, sedangkan profesonal
hukum harus melakukan lompatan penafsran atas hukum postf.
Dalam kenyataan tersebut, kasus Mnah, Basar, Koll, Prta, dan
Amir Mahmud adalah konlik antara hukum dan moral sehingga
membawa konds pertarungan nla-nla keadlan yang harus djunjung
dalam pengadlan. Oleh karena tu prnsp epikea mest djunjung
sebaga suatu nterpretas terhadap hukum postf bukan menurut
naskah hukum, tetap menurut semangat keadlan moral kebatnan
pemegang kuasa pengadlan. Epkea bermaksud mempertahankan
esens hukum yang bersfat ntrnsk dan tdak tertuls, bukan dalh
pengngkaran atas hukum yang berlaku.
Masyarakat telah menyakskan betapa smpang-surnya keadaan
hukum yang tdak member kepastan keadlan terutama atas
masyarakat kelas bawah. Untuk tu para profesonal hukum harus
mengharga nla-nla kemanusaan dalam menegakkan hukum untuk
43
menegakkan keadlan (iat iustitia) dengan mengusakan kesesuaan
antara kebenaran formal dan kebenaran materal atau mengedepankan
kebajkan dan kepatutan (prudence dan equity) agar keadlan d
pengadlan tdak hlang dar kepercayaan masyarakat.

44
Hukum Yes, Politik No

H
ukum tak pernah memlh korban warga negara tertentu, karena
asas kesamaan d hadapan hukum menuntut adanya suatu
perkara yang sama harus dputus sama (similia similibus).
Untuk tulah rumusan hukum mestnya mudah dfaham masyarakat
karena keadlan terukur secara sama tanpa adanya rekayasa dalam
penafsran, dan keadlan tu ada d pengadlan.
Dmenangkannya gugatan praperadlan Anngodo Wdjojo
terhadap penghentan penuntutan kasus Bbt Samad Ranto-Chandra
M. Hamzah dengan gamblang berusaha menjelaskan asas kesamaan
dan keadlan hukum yang harus dselesakan d pengadlan tersebut.
Penegakan hukum dalam hal n juga harus dsebut sebaga
hukum yang paradoks karena mudah ternegosas dalam ranah poltk.
Persoalan hukum harus dpaksa selesa melalu jalur d luar hukum
sebagamana pesan Presden memnta penegak hukum mennjau ulang
kasus Bbt-Chandra setelah mengalam desakan masyarakat dan dar
rekomendas tm delapan (23//2009). Namun ketka hakm Nugroho
Setaj sebaga hakm tunggal mengabulkan upaya praperadlan atas
SKPP kasus Bbt-Chandra agar segera dbawa ke pengadlan, justru
mendapatkan tanggapan kontroversal bahkan tuduhan permanan
maia hukum (19/4).

45
Har-har n, khususnya setelah Pengadlan Neger (PN) Jakarta
Selatan memenangkan Anggodo, perpecahan wacana d beberapa
kalangan semakn menguat. Muncul pandangan besar tentang
kemenangan supremas hukum dan d lan phak menganggap sebaga
kemenangan konsolidasi maia hukum. Dengan pandangan yang sama
tentang rasa keadlan masyarakat, konseps bahwa keadlan hukum
ada d pengadlan pentng untuk kembal dtegakkan dengan segenap
pengawalan yang bak dar masyarakat.
Selama n masyarakat memang telah mendapatkan tontonan
prahara hukum yang mengkhanat rasa keadlan akbat runtuhnya
moraltas penegak hukum. Merebaknya kontrovers terhadap proses
hukum pasca-keputusan PN Jakarta Selatan atas kasus Bbt-Chandra
d tengah masyarakat akhr-akhr n setdaknya juga dakbatkan
oleh ketdaktahuan proses demokras atau hukum dan menngkatnya
apatsme penegakan hukum d neger n.
Kecenderungan ketdaktahuan masyarakat terhadap cara kerja
demokras dan proses hukum demkan setdaknya tercpta secara
sstemk. Penddkan yang rendah tanpa ddukung sosalsas hukum
dan demokras yang mencptakan ketdaktahuan masyarakat menjad
turun-menurun. Hal n bukan hanya akan membuat masyarakat
menjad phak tertndas oleh kekuasaan domnan, tetap juga akan
menggrng opn publk dalam pembelaan dengan pengerahan massa
yang tak jarang dwarna kekerasan.
Proses peradlan yang dalam dua janda pahlawan, Nenek Soetart
dan Nenek Roesmn d Pengadlan Neger Jakarta Tmur msalnya,
dengan dakwaan merebut tanah orang lan dan menempat rumah
negara mlk Perum Pegadaan, menjad potret sebuah paradoks
mengena buruknya brokras penegak hukum membangun ctra
keadlan yang danggap tdak mengetahu cara kerja hukum sehngga
tertndas kekuasaan domnan. Sekal lag, karena desakan masyarakat
perkara tersebut tak jelas bagamana ujung berakhrnya karena adanya
campur tangan poltk “maaf-memaafkan”.
Bsa dfaham jka paradoks keadlan yang menadakan moraltas
serngkal terjad dan hampr semuanya hanya menmpa kelompok
masyarakat kelas bawah atau yang tdak memlk kuasa. Untuk tulah
poltk akan merebut pengaruh dalam penegakan hukum sehngga
kekuatan uang dan bsns yang palng menentukan arah hukum tu
sendr.
Salah satu bahaya besar yang mengancam penegakan hukum
adalah adanya runtuhnya moraltas dalam perkara hukum yang
berjalan selama n sesama penyelenggara negara. Hukum harus
tergrng dalam penympangan kekuasaan yang tergolong political
4
corruption, yatu penggunaan kekuasaan untuk keuntungan prbad
dan keuntungan golongan tertentu.
Masyarakat telah menyakskan bagamana kasus Century yang
semakn ksruh d dalam duna poltk sehngga konteks hukum
menjad tumpang tndh karena adanya kepentngan yang tersembuny.
Dan mengejutkan, kebakan hat mantan Kepala Badan Reserse
dan Krmnal (Kabareskrm) Mabes Polr, Susno Duadj dalam
membongkar maia hukum harus ikut tergiring dalam ranah politik
sehngga “arus kuat” hukum salng bertarung d ranah publk yang
semakn membuat masyarakat apats terhadap hukum.
Kenyataan-kenyataan tersebut tentu sangat mengentalkan ctra
negara n sebaga negara kleptokratk atau negara sarang malng.
Laporan menark dar Poltcal & Economc Rsk Consultancy (PERC)
d Hongkong dan Transfarency Internasonal d Jerman, ternyata
Indonesia merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia Pasiik
yang menjad tujuan nvestas para pelaku bsns (8/3). Kenyataan n
semakn menguatkan pendapat Marc Galanter bahwa profes hukum
memang lebh mementngkan bsns atau uang darpada penegakan
keadlan. Hal n memlk kesamaan dengan Habermas yang
menyebutkan kalau daya krts manusa akan hlang oleh keterbuaan
terhadap mater-mater semu, yatu uang.
Tdak mampunya hukum memberkan keadlan publk dakbatkan
ketdakberanan aparat penegak hukum bertndak progresf. Dalam
suasana semangat tngg untuk menegakkan supremas hukum
(the cry for supremacy of law), Profesor Satjpto Rahardjo selalu
mengampanyekan agar penegak hukum tdak menjad tawanan
undang-undang. Dalam hal n, kredo dekonstruks hukum tersebut
mengsyaratkan bahwa hukum bukan sekadar peraturan tetap
adanya perlaku terbuka untuk melakukan plhan-plhan determnas
berkehendak memberkan keadlan kepada masyarakat.
Dar sn, hukum harus tetap sesua dengan prosedur hukum tetap
hakm harus mengedepankan moraltas keadlan dengan penggunaan
hak epkea yang dmlknya.Apa yang akan dgunakan publk untuk
menakar komtmen keadlan hukum bukanlah karena berdasarkan
legalsme peraturan, tetap lebh pada tndakan aks yang sesua hat
nuran.
Persoalan keadilan adalah diskusi ilsafat yang tentu susah
dtemukan persamaan pemahaman. Untuk tu, Arstoteles lebh dulu
berpendapat bahwa semua orang sudah tahu apa tu adl dan hanya
orang yang sudah tahu apa tu keadlan yang dapat belajar tentang
keadlan. Analss dengan pendekatan n akan sangat berkatan
dengan hat nuran manusa karena pada hakkatnya semua manusa
47
dber nla dasar alamah tentang keadlan.
Hat nuran menyngkap dengan terang dmens ets dalam
hubungan hdup manusa. Hat nuran mengungkapkan penghayatan
tentang bak dan buruk berkatan dengan tngkah laku yang konkret
untuk dlakukan atau dtnggalkan. Dengan demkan, otonom
manusa dalam mengatur serta mengarahkan hdupnya dhayat dalam
keputusan hat nurannya. Namun, benar atau tdaknya penegakan
hukum, harus dkembalkan d dalam jalur yang semestnya, yatu d
pengadlan bukan dengan negosas perkara atau slaturrahm poltk.
Masyarakat telah menyakskan betapa smpang-surnya keadaan
hukum yang tdak member kepastan keadlan terutama atas masyarakat
kelas bawah dan kalangan yang tdak memlk kuasa. Untuk tu para
profesonal hukum harus mengharga nla-nla kemanusaan untuk
menegakkan keadlan (iat iustitia) dengan mengedepankan kebajkan
dan kepatutan (prudence dan equity) agar keadlan d pengadlan tdak
hlang dar kepercayaan masyarakat.
Dengan demkan hukum harus dselesakan dalam ranah hukum,
bukan dengan campur tangan poltk kekuasaan, atau hukum yes,
poltk no. Dengan demkan, guna memberkan kualtas demokras
dan penegakan hukum yang bak, maka kasus Bbt-Chandra alangkah
bjaksana jka dbuktkan dalam pengadlan agar tdak ada dusta d
tengah masyarakat.

48
3
HUKUM DAN DEMOKRASI

Melawan Mahalnya Demokrasi

S
alah satu bahaya besar yang mengancam penegakan demokras
selama n ternyata adalah mahalnya baya yang dbutuhkannya.
Setdaknya keprhatnan tersebut telah menjad kecemasan
Presden SBY karena demokras yang sehat justru dwarna adanya
pengumbaran dana besar untuk berkompets d dalam pemlhan
kepala daerah secara langsung maupun pemlhan lannya d semua
jenjang.
Dampak sstemk yang dhaslkan dar proses demkan adalah
membudayanya konds-konds negatve dalam berdemokras. Moral
dan etka poltk berubah pada wujud perebutan kekuasaan dan
pembalkan modal mater yang sangat besar. Maraklah praktk korups
sekalgus adanya negosas hukum dan penyelenggaraan pemerntahan.
Sangat dsayangkan perjalanan demokras justru mengarah pada

49
penympangan kekuasaan yang tergolong political corruption, yatu
penggunaan kekuasaan untuk keuntungan prbad dan keuntungan
golongan elte tertentu. Hal demkan sepert terjad dalam perjalanan
kasus Century yang mellt lembaga kepresdenan dan para legslator
Senayan.
Bahkan bentuk terjadnya political corruption dapat menjelma
menjad ancaman kekerasan ketka kekrtsan masyarakat dalam
upaya membongkar “perselngkungan” dua kalangan elt masyarakat
tersebut terjad. Kasus pelemparan bom molotov d Kantor Redaks
Tempo (/7) dan penganayaan terhadap aktvs Indonesa Corrupton
Watch (ICW) Tama Satrya Langkun (8/7) merupakan pertanda
bahwa demokras mengalam teror sebaga efek domno mahalnya
demokras.
Saat masyarakat berhak untuk mendapatkan jamnan
memperoleh nformas telah dmula dengan berlakunya Undang-
Undang Keterbukaan Informas Publk (KIP), prahara ntmdas
demokras melalu teror-teror justru mula mengemuka karena adanya
kekhawatran modal poltk tdak bsa kembal ketka perkara hukum
menjad berkelanjutan. Setdaknya upaya pembungkaman krtssme
masyarakat dan juga pembungkaman terhadap pers jelas mencdera
kebebasan nformas yang menjad hak asas manusa setap
warganegara. Bahkan ancaman recall keanggotaan DPR terhadap
anggota parta yang krts atas patolog demokras juga menjad
ancaman.
Padahal, dalam pasal 9 Deklaras Unversal Hak Asas Manusa
(Universal Declaration of Human Rights) PBB menyebutkan bahwa
setap orang berhak untuk berpendapat dan mengeluarkan ekspresnya
serta mencar, menerma, dan menyebarkan nformas atau de gagasan.
Dengan berpedoman pada deklaras tersebut, nformas adalah mlk
masyarakat dan hal yang mampu mengawal demokras untuk tetap
hdup karena akan mencptakan klm poltk yang lebh terbuka,
egalter, dan transparan, sehngga mematkan upaya pembodohan
mssal serta pemsknan struktural sstemk.
Penuls poltk Perancs, Alexs de Tocquelle pernah menyatakan
bahwa kebebasan nformas d tengah masyarakat adalah sebaga
oksgen demokras. Pernyataan n tentu terkesan hperbols, namun
dalam kenyataan d semua rezm-rezm pemerntahan yang dktator
akan selalu berrng dengan pemenggalan kebebasan nformas.
Konsekuensnya, hak-hak masyarakat atas nformas sebaga bagan
dar plar tegaknya demokras menjad terampas dan demokras
mengalam “sesak nafas” perjalanannya.
Demokras menghaslkan kebebasan dan dengan kebebasan,
50
setap warga negara bsa mengontrol dan mengekspreskan hak
sekalgus kewajban poltknya. Namun bag rezm tran, demokras
yang menjamn kebebasan tersebut dapat danggap sebaga sesuatu
yang merusak dan menghambat tatanan yang tentram, dama, dan
sejahtera atas kekuasaan yang dpmpnnya terutama menghambat
pengembalan modal dalam kontestas demokras.
Dengan demkan, prasyarat terlembaganya poltk representas
dan partspas publk melalu pemlu dan plkada mest dlanjutkan
dengan memberkan prortas lebh terhadap nsttusonalsas
kebebasan nformas publk karena lembaga poltk sesungguhnya
hanyalah “pntu masuk” demokras. Masyarakat yang telah menjelma
budayanya dengan parameter uang harus dberkan penddkan
demokras yang bak melalu pembacaan objektf kanddat yang harus
dawal adanya akses nformas yang luas pada kanddat tersebut, bak
jejak rekam perlaku maupun pembuktan terbalk kekayaan.
Dalam pntu demokras yang dtanda dengan pemlhan langsung
kepala daerah, anggota legslatf, dan juga pemlhan presden dengan
waklnya, demokras kehlangan s rumah tangganya, berupa keadlan,
kemakmuran, dan kesejahteraan. In karena praktk yang terjad justru
sekadar rutntas rtual poltk yang mempertegas ron demokras tu
sendr, yatu penddkan berbohong secara massal.
Persoalannya, dar awal kampanye maupun proses lan menuju
kampiun demokras, masyarakat serngkal dsuguhkan dengan
ketdakterbukaan nformas tentang harta kekayaan kanddat yang
berlaga beserta dana kampanye yang dgunakan. Dan setelah kekuasaan
dperoleh dengan klam vox populi vox Dei (suara rakyat suara Tuhan),
kultur brokras tertutup mula dterapkan dengan klam yang super
ampuh untuk melegtmas berupa rahasa negara atau rahasa jabatan
publk.
Atas dasar tulah, masyarakat sebaga komponen utama demokras
harus dberkan ruang partspas untuk mengetahu, mengoreks,
dan memperbak data-data yang dsuguhkan pemerntah atau yang
menguasa kekuasaan domnan. Bla dperhatkan, kasus teror yang
telah terjad dan kemungknan besar sangat terkat dengan laporan
rekenng para petngg Polr bsa danggap sebaga bentuk pencderaan
hak partspas masyarakat dalam demokras yang berawal dar
ketertutupan akses mendapatkan nformas publk.
Agar kejadan-kejadan teror demokras tersebut tdak berulang dan
mahalnya baya demokras tdak lag marak d masa-masa mendatang,
Koms Pemberantasan Korups (KPK) dalam mengaudt harta
kekayaan pejabat atau calon pejabat harus dlaksanakan secara detal
dan tdak secara parsal. Hal demkan agar menjadkan masyarakat
5
terpuaskan dengan memperoleh nformas sebenar-benarnya dan
bukan penuh kecurgaan, bak terlbat atau terndkas korups maupun
abuse of power yang dlakukan selama berkuasa.
Dterapkannya UU Nomor 4/2008 pada 200 tentang Keterbukaan
Informas Publk n, d satu ss, berawal dar keprhatnan masyarakat
luas terhadap pengawasan penggunaan dana APBN. Badan Pemerksa
Keuangan (BPK) yang menjad wast untuk mengaudt anggaran
terkesan kurang tdak tegas. Oleh karena tu krtssme masyarakat
atas penyelenggaraan pemerntahan harus dlndung karena menjad
hak untuk mengawal perjalanan demokras.
Pada ss lan, penyadaran melalu pendampngan yang kontnu
terhadap masyarakat mengena hukum dan demokras harus dperluas
ke semua lapsan agar mampu mengawal kepastan hukum dan
mencegah terjadnya manuver kekuasaan dalam kedaulatan demokras
yang sedang berjalan d Indonesa. Termasuk upaya pengembalan
modal demokras yang mahal melalu political corruption yang
mengkhanat kedaulatan atas plhan rakyat.

Harian Koran Jakarta, 22 Oktober 2010

52
Penguatan ”Civic Education”

H
asl musyawarah antara PT Pelndo II dan ahl wars Habb
Hasan bn Muhammad Al-Hadad atau Mbah Prok d Bala
Kota DKI Jakarta pekan lalu, berkatan dengan keberadaan
makam sekalgus bangunan pendukung d kawasan termnal pet kemas
Pelabuhan Tanjung Prok, begtu menyejukkan. Mesk ada beberapa
pengalhan poss bangunan agar termnal tetap memenuh standar
nternasonal, semua phak dapat menerma dengan bjaksana.
Hal tu tecermn dar penermaan ahl wars dan masyarakat
dengan pengalhan akses jalan menuju makam, khususnya pada ss
jalan masuk termnal. Demkan pula Drektur PT Pelndo II, R.J.
Lno yang berkomtmen akan memberkan kompensas untuk kut
memberdayakan masyarakat d kawasan sektar termnal pet kemas,
Koja, Jakarta Utara.
Atas kenyataan tu, penguatan cvc educaton (penddkan
kewarganegaraan) menjadi penting agar konlik-konlik dapat
dmnmalsas bahkan dtadakan karena nla-nla kekeluargaan
akan dkedepankan. Tngkat ketegangan hubungan masyarakat yang
memlk kepentngan berbeda dapat dselesakan oleh masyarakat
tu sendr, sepert keberhaslan proses musyawarah sebaga meda
komunkas efektf penuh nla-nla luhur bangsa Indonesa.

53
Kekeluargaan adalah tema nt dar demokras pancasla yang
merupakan pemelharaan trads demokras khas bangsa Indonesa.
Pemelharaan trads demkan tdak bsa dwarskan begtu saja,
tetap harus dsosalsaskan, dajarkan, dan daktualsaskan kepada
masyarakat. Untuk tulah, penddkan kewarganegaraan mendesak
ketka kekerasan telah mewarna berbaga ln kehdupan masyarakat.
Kecenderungan kekerasan sebaga langkah menyelesakan masalah
pada masyarakat setdaknya dsebabkan dua alasan.
Pertama, merebaknya gejala dan kecenderungan ketdaktahuan
masyarakat terhadap cara kerja demokras dan proses hukum. Hal n
bukan hanya akan membuat masyarakat menjad phak tertndas oleh
kekuasaan domnan, tetap juga akan menjad aktor yang menghalalkan
segala cara karena memaham bahwa segala sesuatu harus dperoleh
dengan kekuasaan. Tentu konsekuens sosal yang harus dhadap
adalah konlik yang tiada berujung.
Dalam hal n bsa saja ksah ”Dalog Melan” dalam buku Hstory
of the Peloponnesan War yang dtuls oleh Thucyddes pada 423 SM
menjad pelajaran. Untuk meluaskan wlayah kekuasaan mperum
Athena, penduduk Melan dpaksa mlter Athena untuk memlh dua
plhan, yatu menyerahkan wlayah Melan atau sap dhanguskan.
Dengan begtu, selanjutnya manusa yang memakan manusa (homo
homn lupus) akan berkembang dan kokohlah hukum rmba d
masyarakat.
Kedua, menngkatnya apatsme hukum (law aphatsm) yang
terlhat dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat
penegak hukum. Berbaga prahara permanan uang atau kekuasaan
terhadap penegakan hukum telah menjad tontonan sehar-har. Kasus
”ccak vs buaya” yang merepresentaskan permanan kekuasaan antara
KPK dengan kepolsan, dsusul dengan gemuruh kasus Bank Century
yang akhrnya memasung knerja Menter Keuangan Sr Mulyan.
Belum tuntas, masyarakat dkejutkan dengan adanya pembongkaran
korps korups d semua nstans penegak hukum melalu pengakuan
mantan Kepala Badan Reserse dan Krmnal (Bareskrm) Mabes Polr
Komsars Jenderal Susno Duadj.
Harus dsadar bahwa hukum tdak dapat berlaku efektf manakala
aparat hukum yang terdr atas kepolsan, kejaksaan, lembaga-
lembaga lan semacam Satpol PP, bersama rakyat belum terjaln
pemahaman yang sama mengena s hukum, mengapa hukum harus
begn dan begtu. In pula yang mengharuskan adanya komunkas
hukum agar bahasa hukum lebh populer dpaham masyarakat umum,
bukan sekadar konsums mahasswa hukum atau pelaku hukum. Gegar
budaya (cultural shock) masyarakat yang berhadapan dengan hukum
54
modern justru mengakbatkan semacam hlangnya kepercayaan karena
banyaknya kekuatan d luar hukum yang memengaruh hukum.
Dalam kepentngan nlah, memperseps hukum sebaga bentuk
kehdupan sosal yang khas menjad suatu kenscayaan serng dengan
penguatan cvc educaton. Dalam proses penddkan n, sekurangnya
akan mencakup empat aspek dalam membangun masyarakat yang
tertb dan aman. Hal tersebut adalah pemahaman dasar tentang cara
kerja demokras dan hukum, pemahaman tentang konseps hukum
dan HAM, penguatan keteramplan partspatf dalam menyelesakan
konlik sosial, dan mengembangkan kesadaran budaya demokrasi
serta perdamaan.
Program cvc educaton juga pada akhrnya akan mendukung
keberadaan kampung hukum yang mengedepankan kesadaran masng-
masng warga masyarakat untuk taat hukum, yatu menjunjung hak
prbad dan orang lan dengan melaksanakan kewajban sebaga bagan
dar masyarakat bernegara. Pelaksanaan-pelaksanaan hak tdak boleh
merugikan orang lain serta konlik yang ada dapat diselesaikan dengan
nla-nla hdup kesopanan.
Sesungguhnya, kampung hukum menghendak suatu bangunan
masyarakat yang taat terhadap hukum karena tmbul pada kesadarannya
sendr (self motivating law awareness). Kesadaran hukum memang
harus dmula dar dr sendr dan akan menjelma menjad gerakan
keluarga sadar hukum hngga terwujudnya ketertban, keamanan, dan
ketenteraman d suatu kampung secara meluas. Dalam hal n, cvc
educaton memankan peran untuk dapat mengntegraskan antara
budaya kesopanan bangsa dan peta hukum nasonal.

Harian Pikiran Rakyat, 19 April 2010

55
5
Teror terhadap Demokrasi

S
aat masyarakat berhak mendapatkan jamnan memperoleh
nformas telah dmula dengan berlakunya Undang-Undang
Keterbukaan Informas Publk (KIP), prahara ntmdas
demokras melalu teror-teror justru mula mengemuka.
Setdaknya dua kasus telah menjad pembenar, yatu kasus
pelemparan bom molotov d Kantor Redaks Tempo (/7) dan
penganayaan terhadap aktvs Indonesa Corrupton Watch (ICW)
Tama Satrya Langkun (8/7). Kasus yang terjad secara berurutan dan
berdekatan waktu tu dduga terkat dengan pembertaan rekenng para
perwra Polr yang dmuat majalah berta mngguan (MBM) Tempo
eds 28 Jun – 4 Jul 200.
Penuls poltk Perancs, Alexs de Tocquelle pernah menyebut
bahwa kebebasan nformas d tengah masyarakat adalah sebaga
oksgen demokras. Pernyataan n jad sangat hperbols, namun dalam
kenyataan d semua rezm-rezm pemerntahan yang dktator akan
berrng dengan pemenggalan kebebasan nformas. Konsekuensnya,
hak-hak masyarakat atas nformas sebaga bagan dar plar tegaknya
demokras menjad terampas dan demokras mengalam “sesak nafas”
perjalanannya.

57
Demokras menghaslkan kebebasan dan dengan kebebasan,
setap warga negara bsa mengontrol dan mengekspreskan hak
sekalgus kewajban poltknya. Namun bag rezm tran, demokras
yang menjamn kebebasan tersebut dapat danggap sebaga sesuatu
yang merusak dan menghambat tatanan yang tentram, dama, dan
sejahtera.
Untuk tulah sangat dmaklum jka muncul upaya check and
balances dalam pemerntahan oleh masyarakat, maka ancaman teror
serngkal muncul sebagamana terjad pada Redaks Tempo dan aktvs
ICW, Tama Satrya Langkun. Hal demkan karena akbat yang bsa
dmunculkan atas krtssme masyarakat adalah keksruhan demokras
tu sendr. Atau dalam bahasa dalang bumi gonjang-ganjing, langit
kelap-kelap (neger mengalam huru-hara dan langt tampak gelap
gulta).
Thomas Fredman, kolumns luar neger untuk The New York
Times, dalam bukunya The Lexus and the Olive Tree membedakan tga
macam demokratsas, yatu teknolog, nformas, dan keuangan. D
balk ketganya tu adalah revolus teknolog berupa penngkatan luar
basa kapastas masyarakat mengakses dan mendapatkan nformas.
Dengan demkan, prasyarat terlembaganya poltk representas
dan partspas publk melalu pemlu dan plkada mest dlanjutkan
dengan memberkan prortas lebh terhadap nsttusonalsas
kebebasan nformas publk karena lembaga poltk sesungguhnya
hanyalah “pntu masuk” demokras.
Dalam pntu demokras yang dtanda dengan pemlhan langsung
kepala daerah, anggota legslatf, dan juga pemlhan presden dengan
waklnya, demokras kehlangan s rumah tangganya, berupa keadlan,
kemakmuran, dan kesejahteraan. In karena praktk yang terjad justru
sekadar rutntas rtual poltk yang mempertegas ron demokras tu
sendr, yatu penddkan berbohong secara mssal.
Persoalannya, dar awal kampanye menuju kampiun demokras
masyarakat dsuguhkan dengan ketdakterbukaan nformas berupa
harta kekayaan kanddat yang berlaga beserta dana kampanye yang
dgunakan. Dan setelah kekuasaan dperoleh dengan klam vox populi
vox Dei (suara rakyat suara Tuhan) kultur brokras tertutup mula
dterapkan dengan klam yang super ampuh untuk melegtmas berupa
rahasa negara.
Atas dasar tulah, masyarakat sebaga komponen utama demokras
harus dberkan ruang partspas untuk mengetahu, mengoreks, dan
memperbak data yang dsuguhkan pemerntah. Bla dperhatkan,
kasus teror yang telah terjad dan kemungknan besar sangat terkat
dengan laporan rekenng para petngg Polr bsa danggap sebaga
58
bentuk pencderaan hak partspas masyarakat dalam demokras yang
berawal dar ketertutupan akses mendapatkan nformas publk.
Hal demkan agar tdak berulang dalam upaya mengetahu
harta kekayaan pejabat atau calon pejabat sehngga pemerksaan
harta kekayaan oleh Koms Pemberantasan Korups (KPK) harus
dlaksanakan tdak secara parsal sehngga masyarakat memperoleh
nformas sebenarnya, bak terlbat atau terndkas korups maupun
abuse of power yang dlakukan selama berkuasa.
Dterapkannya UU Nomor 4/2008 pada 200 tentang Keterbukaan
Informas Publk n, d satu ss, berawal dar keprhatnan masyarakat
luas terhadap pengawasan penggunaan dana APBN. Badan Pemerksa
Keuangan (BPK) yang menjad wast untuk mengaudt anggaran
terkesan kurang tdak tegas. Oleh karena tu krtssme masyarakat
atas penyelenggaraan pemerntahan harus dlndung karena menjad
hak untuk mengawal perjalanan demokras.

Harian Suara Merdeka, 15 Juli 2010

59
0
Anas dan Desentralisasi Demokrat

A
nas Urbanngrum dengan resm akan memmpn Parta
Demokrat (PD) perode 200-205 setelah memenang
“pertandngan persahabatan” merebutkan jabatan ketua umum
d Bandung semalam. Setelah melewat proses votng yang cukup
panjang, Anas Urbanngrum menang dengan 280, sementara Marzuk
Ale dengan 248 suara.
Pertanyaan yang menyusul kemudan adalah apakah Anas
akan merealsaskan gagasan yang dsampakan dalam deklaras
pencalonannya d Hotel Sultan, Jakarta (5/4) berupa konsep
desentralsas parta. Pertanyaan selanjutnya apakah sesungguhnya
makna d balk konsep yang dtawarkan mantan ketua umum HMI
tu?.
Dengan memaham model poltk penctraan yang selama n
kental dlakukan PD, Anas sangat terkesan ngn menjadkan partanya
sebaga parta yang benar-benar parta atau bukan d bawah bayang-
bayang yang lan. Tdak dapat dngkar bahwa PD mampu menjad
parta yang besar karena sosok sentral SBY. Dengan mengandalkan
dukungan kharsma tradsonal yang penuh rekayasa penctraan,
setdaknya PD merah kemenangan dalam Pemlu 2009.


Sebalknya fakta demkan tentu akan mempersult langkah PD ke
depan jka terus bergantung pada sosok sentral, karena model-model
kharsma dalam perpoltkan nasonal telah terbukt mengalam masa
kerontokan. Sebaga konsekuens tersebut sebagamana yang dhadap
parta poltk d luar PD, sepert Parta Kebangktan Bangsa (PKB)
dengan sosok Gusdur dan Parta Amanat Nasonal (PAN) dengan
Amen Ras.
Jka PD tetap hanya mengandalkan kharsma tradsonalnya, selan
menympan potens kemenangan, pada saat lan jelas akan membuat
jalan d tempat, bahkan bsa jad dtnggalkan konsttuennya. Sementara
penddkan poltk serta pengalaman berdemokras masyarakat
berangsur-angsur mengalam pencerdasan serng terbukanya arus
nformas massa. Ketdaktertarkan masyarakat juga dapat muncul
dar boomerang pemerntahan SBY tu sendr yang dalam perode
kedua kabnetnya justru terllt banyak kasus hukum.
Mash segar dalam ngatan bagamana kasus Ccak vs Buaya yang
merepresentaskan permanan kekuasaan antara KPK dan kepolsan,
sehngga SBY harus bertndak dengan membentuk tm delapan.
Belum tuntas, gemuruh kasus Bank Century memasung knerja
Wakl Presden, Boedono, dan Menter Keuangan, Sr Mulyan.
Kasus n bahkan menyebabkan ekspektas dukungan publk terhadap
pemerntahan SBY menurun sehngga orang-orang d sektar stana
harus kut-kutan membendung arus, sebagamana dlakukan staf
khusus kepresdenan.
Kasus-kasus hukum d awal pemerntahan perode kedua tersebut
jelas memlk dampak sstemk terhadap penctraan dan kepercayaan
masyarakat terhadap SBY sebaga sosok sentral PD. Kharsma
sebaga suatu hasl perseps masyarakat dan atrbut-atrbut yang
dpengaruh oleh kemampuan aktual serta prlaku dalam konteks
stuas kepemmpnan untuk pemenuhan kebutuhan ndvdu maupun
kolektf, jelas akan mengalam dstors dengan perseps masyarakat
tentang ketdakmampuan SBY membangun ctra pemerntahan yang
bersh sepert yang dkampanyekan.
Oleh karena tu, tawaran desentralsas parta yang telah
dmunculkan dalam deklaras pencalonannya bukan hanya membuka
paradgma baru kepartaan, tetap juga akan mampu melahrkan
pemmpn-pemmpn daerah dar stock kepemmpnan parta
yang benar-benar mengert nasb masyarakat daerahnya sendr.
Kenyataan semacam tu tentu tdak sult karena pemmpn parta d
daerah masng-masng memlk hak otonom untuk berbuat sekalgus
mengambl kebjakan menyangkut masa depan partanya d daerah
yang dpmpn.
2
Penghargaan atas proses kadersas yang terstruktur pada akhrnya
akan berjalan karena masng-masng DPC maupun DPD dpaksa
menyapkan kader-kader yang loyal. Terlebh selama n proses
kadersas terkesan dtadakan oleh banyak parta poltk karena
pragmatsme mendulang suara justru dengan merekrut arts dan tokoh
dekat d tengah jalan. Persoalan desentralsas parta demkan dapat
memberkan jawaban bahwa PD menjad lahan untuk mencptakan
pembbtan kader (learning center) yang bak guna tercpta sosok-
sosok calon negarawan yang memlk etka poltk.
Sungguh mengerkan ketka sstem kadersas dkesampngkan
oleh parta poltk karena adanya kepentngan kekuasaan dan jarngan
klan, sehngga stock calon negarawan justru ters oleh orang-orang
yang berikir pragmatis dan lebih mengedepankan kepentingan
kekuasaan darpada proses pemberdayaan kader dan aktualsas d
masyarakat. Kenyataan demkan terlhat dar sejumlah parta poltk
yang cenderung menjagokan para arts untuk menjad calon pemmpn
daerah, sepert Jula Peres untuk calon wakl Bupat Pactan dan Vena
Melnda sebaga calon Bupat Bltar.
Inlah yang harus segera dbenah oleh semua parta poltk, dan
Anas Urbanngrum hadr dengan menawarkan dagangan desentralsas
parta poltk. Munculnya Anas sebaga representas kalangan
muda dalam PD harus mampu berperan dalam proses transformas
masyarakat terutama menyangkut potens generas muda secara
keseluruhan. Demokras bukanlah sekadar persoalan kemenangan
suara mayortas, tetap ada substans masalah yang harus dperhatkan
berupa kesadaran untuk mencptakan kehdupan yang lebh bak dan
penyapan sosok negarawan untuk menjaga keberlangsungan bangsa
Indonesa yang maju dan beradab.

Harian Pikiran Rakyat, 31 Mei 2010

3
4
Learning Center Partai Politik

S
atu hal yang mash menark dar hasl Musyawarah Nasonal
Parta Golkar setelah menetapkan Aburzal Bakr sebaga
ketua umum adalah perlunya memperhatkan konteks kader
dan kadersas dalam sebuah parta poltk. Aburzal atau Ical adalah
polts senor d Golkar yang telah menyshkan kader senor lan,
Surya Paloh. Namun pembahasan bukan pada rvaltas dua faks
tersebut, sebab munculnya kader muda Yuddy Chrsnand tulah seg
menarknya.
Pon yang lebh menark untuk dperhatkan adalah betapa
rvaltas tu bermplkas pada kaburnya penghargaan atas proses
kadersas yang selama n berjalan. Hal demkan dapat dlhat dar
susunan kepengurusan yang setdaknya sengaja mengesampngkan
barsan muda parta karena kebetulan banyak yang bernaung dalam
kubu Surya Paloh dan Yuddy Chrisnandi. Konlik-konlik yang selama
n terselubung akhrnya menysakan kekecewaan berkatan dengan
masuknya phak-phak selama n justru menjad “predator” parta.
Melhat kenyataan tu, masuk akal dan normal jka banyak phak
mempredkskan bahwa akan muncul gelombang perpndahan kader-
kader Parta Golkar ke parta lannya yang memlk akar genealogs
yang sama dengan Parta Golkar, sebutlah Parta Hat Nuran Rakyat

5
(Hanura) dan Parta Gerakan Indonesa Raya (Gerndra). Ada
keterpaksaan yang dhadap para kader sehngga membuat keputusan
yang berada dalam konds sult untuk beralh ke parta lan sebab
merasa proses karr poltknya akan “mat sur”. Untuk tulah serngkal
muncul pernyataan bahwa loyaltas kepada sesuatu akan berakhr
begtu penndasan sstemk telah drasakan.
Itulah persoalan yang menark sekalgus mersaukan bahwa parta
poltk belum sepenuhnya menjad lahan pembbtan kader (learning
center) untuk tercptanya sosok-sosok calon negarawan yang memlk
etka poltk yang mapan. Sungguh mengerkan ketka sstem
kadersas tu dkesampngkan oleh adanya kepentngan kekuasaan dan
jarngan klan, sehngga stok calon negarawan justru ters oleh orang-
orang yang berikir pragmatis karena belajar dari proses kepartaian
yang lebh mengedepankan kepentngan kekuasaan darpada proses
pemberdayaan kader dan aktualsasnya d masyarakat.
Pengalaman menunjukkan, parta-parta poltk kurang mampu
memunculkan kader-kader terbaknya untuk menjad pemmpn
daerah dalam Plkada. Dengan berbaga kendala dan kekurangan
dalam sstem kadersas yang ada, maka muncullah term koals untuk
menjad kosmetk kepemmpnan daerah. Hal tu sejauhmana hanya
melahrkan hubungan polts mengatur bsns dan pelaku bsns
mengatur polts. Jelas karena semuanya terkat dengan modal poltk
besar yang dbutuhkan.
Inlah yang harus segera dbenah oleh semua parta poltk.
Waktunya setap parta fokus pada peran transformas masyarakat
terutama menyangkut potens generas muda. Lahrnya UU No.
Kepemudaan sudah semestnya menjad momentum bag parta poltk
untuk menyusun kurkulum pengkaderan yang bak. Demokras
bukanlah sekadar persoalan kemenangan suara mayortas, tetap ada
substans masalah yang harus dperhatkan berupa kesadaran untuk
mencptakan kehdupan yang lebh bak.
Masyarakat secara kultural sudah mempunya nla-nla postf
dalam demokras yang dwujudkan dalam trads musyawarah dan
rembug desa. Namun adanya cara pandang bahwa demokras adalah
“bebas dar” atau freedom from justru merusak khasanah budaya
masyarakat yang ets menjad masyarakat yang berkengnan untuk
bebas. Untuk tulah cara-cara “nakal” serngkal terjad dalam proses
poltk berdemokras karena merasa boleh melakukan apapun dalam
kadah demokras tu sendr.
Oleh karena tu peran dan fungs keberadaan parta poltk
sebagamana d atur dalam UU No. 2/2008 tentang komtmen
kekuasaan dan pelayanan masyarakat atau perkehdupan rakyat

banyak perlu segera dbangktkan kembal. Tuntutan tu adalah
melakukan modiikasi sistem perekrutan dan pengkaderan hingga
terfokus pada tercptanya sosok-sosok negarawan masa depan
untuk tercapanya kehdupan berbangsa dan bernegara yang lebh
bak. Bukan pelanggengan stgma neger kleptokratk karena justru
mengkader generas-generas calon penyamun.
Learnng center dalam parta poltk nantnya dapat dwujudkan
sebaga think-thank untuk menjad pusat stud-stud kajan dan
pembelajaran kader terutama kalangan muda sesua dengan keahlan
khusus dan kultur ntelektual yang dmlk. Orentas n secara
sederhana bsa dmula dengan kut andl dalam upaya pemberantasan
buta aksara dan buta demokras. Keduanya tentu sangat terkat dengan
cta-cta yatu mencerdaskan kehdupan bangsa dan berupaya untuk
memakmurkan seluruh rakyat bukan golongan.
Kaum muda merupakan asset terbesar bag keberlangsungan
bangsa, sekalgus secara pragmats menjad denyut nad parta poltk.
Setdaknya proposs demkan dapat dfaham karena pemuda memlk
tga peran vtal, yatu sebaga agen perubahan sosal (agent of social
change), sebaga pewars masa depan (beneiciaries), dan korban
utama perubahan sosal (major victim). Peran-peran tersebut tdak
akan memlk makna jka parta poltk justru mengesampngkan dan
tdak memlk perhatan yang serus dalam upaya memberdayakan.
Perkembangan budaya masyarakat memaksa untuk terwujudnya
reformas brokras (open government) karena yang selama n berjalan
muncul kesemrawutan sekalgus kelambanan dalam pelayanan publk.
Ironsnya, hal demkan seakan sengaja dcptakan oleh kultur brokras
masa lalu. Untuk tulah kultur harus dputus mata rantanya melalu
pengkaderan generas muda dalam melahrkan budaya brokras yang
demokrats sekalgus terbuka melalu penngkatan pelayanan publk
yang bak.
Ada mplkas mendasar dar sstem semacam n. Pertama,
masyarakat merasa jenuh sehngga menurunkan partspas pengawasan
terhadap brokras. Kedua, tumbuh suburnya praktk pungutan lar
untuk mempercepat pelayanan. Ketga, ada kesempatan menambah
jumlah pegawa dengan dalh sedktnya jumlah pegawa sebaga
penyebab pelayanan publk menjad lambat, sehngga terjadlah tukar-
menukar kekuasaan.
Munculnya UU No. 25/2009 tentang Standardsas Pelayanan
Publk merupakan langkah awal yang bak, namun perlu dlengkap
dengan UU lan berupa prnsp-prnsp keetkaan dalam layanan publk
maupun keterbukaan akses yang tertampung dalam UU KIP tersebut.
Dalam admnstras publk, brokrat sebaga aparatur negara dtuntut
7
untuk profesonal sehngga dperlukan adanya Standar Operasonal
Prosedur (SOP) untuk mengukur keprofesonaltasan. Tentu n
membutuhkan kedsplnan sekalgus gaj yang bermbang sehngga
audt knerja yang ddukung oleh legaltas keterbukaan nformas
memlk kontrbus yang besar.
Langkah terwujudnya learnng center n mendesak agar
pembacaan masyarakat terhadap parta poltk compatible dengan
masalah-masalah kebangsaan dan kenegaraan yang kan kompleks,
bukan sekadar untuk merah kekuasaan. Karena tu, perlu segera
dlakukan set up ulang terhadap unsur-unsur yang terkat dengan
proses perekrutan dan tahap kadersas parta poltk. Hal demkan
agar dsadar bahwa demokras adalah kebebasan untuk (freedom for)
membangun kehdupan yang bak dan memperbak tata pengelolaan
negara untuk kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

8
4
HUKUM DAN KEARIFAN LINGKUNGAN

Meneguhkan Hak Veto Lingkungan

D
 tengah stuas banyaknya kerusakan yang terjad pada berbaga
infrastruktur isik kota, termasuk di dalamnya hunian yang tak
terurus, vandalsme jalanan, dan alh fungs hutan konservas
menjad lahan pertambangan memunculkan gagasan adanya hak veto
lngkungan, sebagamana dkumandangkan oleh mantan Menter
Negara Lngkungan Hdup, Eml Salm. Sebuah hak untuk dapat
membatalkan rencana kebjakan yang mengancam keberlanjutan
lngkungan karena pemerntah selama n telah terjebak dalam model
penanganan responsf sehngga belum mampu memberlakukan
moratorum pengrusakan.
Dalam masa kampanye yang telah dakhr dengan pemlhan
pasangan presden dan wakl presden pada 8 Jul kemarn, tga pasangan
calon presden (Capres) dan calon wakl presden (Cawapres) mash

9
selalu mengatkan programnya pada wacana ekonom kerakyatan dan
jebakan neo-lberalsme. Perang jargon dan wacana ekonom lebh
mendomnas darpada menggambarkan program-program konkret
untuk mengatasi penurunan kualitas isik lingkungan yang akan
mempengaruh kualtas hdup masyarakat. Dferensas program dar
masng-masng kompettor tdak tampak jelas dalam debat capres
maupun debat cawapres kemarn.
Aliran berikir ekonomi kerakyatan yang termaktub dalam pasal 33
UUD 945 menyatakan bahwa perekonoman nasonal dselenggarakan
berdasarkan demokras ekonom d mana produks dkerjakan semua
masyarakat, untuk masyarakat, dan d bawah pmpnan kepemlkan
anggota masyarakat sebaga pencapaan kemakmuran bag semua
masyarakat, bukan sekelompok masyarakat tertentu. Pada perspektf
n, pasal 33 (4) lebh tegas mengaku wawasan lngkungan sebaga
salah satu dasar dar demokras ekonom, selan prnsp kebersamaan,
eisiensi berkeadilan, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, sektor ekonomi
yang bertendensi pada penurunan kualitas isik lingkungan justru
berimplikasi pada kondisi kesehatan mental dan isik yang juga buruk
(Saegert dan Evans, 2003).
Bla benar berpegang teguh pada gars ekonom kerakyatan,
respon terhadap Lumpur Lapndo msalnya, akan mengarahkan
mainstream paradgma modernsas yang menguras ketersedaan
sumber daya alam menjad pembangunan berwawasan lngkungan
(ecodevelopment). Gagasan mengena ecodevelopment dcetuskan
pertama kal oleh Maurce Strong pada konperens PBB mengena
lngkungan tahun 972. D Indonesa, paradgma tu mnmal secara
eksplst datur dalam Pasal 28 Bab XA UUD 945 yang mengatur
tentang HAM bahwa setap orang berhak hdup sejahtera lahr dan
batn, bertempat tnggal dan mendapatkan lngkungan hdup yang
bak dan sehat.
Sebagamana pendapat DK Halm dalam bukunya Psikologi
Lingkungan Perkotaan (2008), kemsknan bukan hanya sebuah
su nyata yang perlu mendapatkan perhatan sosal, tetap juga
masalah konsentras ruang kota yang menjaga pskologs masyarakat
serta pelestaran lngkungan yang berkelanjutan. Dalam konseps
pembangunan sumber energ mssal, selama n nuklr selalu
dkampanyekan sebaga salah satu alternatf pemasok krss energ
lstrk d Indonesa. Terlebh untuk mencukup kebutuhan lstrk
suatu negara berpenduduk besar dengan daratan yang terbatas sepert
Indonesa, PLTN seolah menjad prmadona. Namun gagalnya
megaproyek PLTN d Semenanjung Mura cukup menjelaskan bahwa
plhan kebjakan pengembangan nuklr untuk energ tdak sesua
70
dengan wilayah geograis unggulan Indonesia sehingga banyak
pertentangan.
Hampr sama dengan su poltk pembangunan sebagamana
lngkaran temats Peter L Berger dalam Pyramids of sacriice, Paulo
Frere melalu bukunya Pedagogy of the Oppressed (972) melukskan
adanya “kebudayaan kemelaratan” atau “kebudayaan bsu’ dalam
lngkungan soso-budaya yang dkuasa oleh golongan elte yang
menndas. Penndasan sstemk tu berlangsung pada lembaga-lembaga
penddkan sebaga sarana dan alat melestarkan kebudayaan tersebut,
yang umumnya dengan kampanye keunggulan. Dalam langkah
demkan, Badan Tenaga Nuklr Nasonal (BATAN) msalnya, telah
memprovokas masyarakat Jepara dan sektarnya dengan tdak sekadar
mengadakan dskus tetap semakn massf dengan mengedarkan buku
grats berjudul PLTN Manfaat dan Potensi Bahayanya pada beberapa
sekolah d jalur Panta Utara Jawa (Pantura).
Namun veto plhan kebjakan energ massal berwawasan
lngkungan dapat mengoreks kebjakan pembangunan PLTN. Bsa
dfaham bahwa wlayah Indonesa terdr dar berbu-rbu pulau yang
memlk banyak selat, sehngga arus laut mengalam percepatan
saat melewat selat-selat tersebut. D sampng tu wlayah Indonesa
merupakan tempat pertemuan arus laut duna yang dakbatkan oleh
pasang surut ar laut yang domnan d Samudra Hnda akbat gerak
Bulan Mengellng Bum, dan pasang surut ar laut yang domnan
di Samudra Pasiik akibat kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi
Bum. Semestnya respon kebjakan energ tersebut mempunya
relevans yang cukup prakts dengan hasl Konferens Kelautan
Duna (World Ocean Conference) d Manado pada -5 Me 2009,
yang sudah mempersapkan skenaro pengelolaan kelautan serta
keanekaragaman hayat secara lntas sektoral.
Kajan mendalam mentkberatkan pada pengoptmalan sumber
energ alternatf terbarukan dar laut, sepert energ gelombang, energ
yang tmbul akbat perbedaan suhu antara permukaan ar dan dasar
laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC), energ yang muncul
akbat perbedaan tngg permukaan ar yang dsebabkan oleh pasang
surut, serta energ yang dtmbulkan oleh arus laut. Dar sejumlah
sumber energ alternatf tersebut, Indonesa memlk prospek bagus
pada pengembangan energ arus laut. Meskpun Indonesa memlk
kecocokan dalam pengembangan OTEC, tetap belum ddukung
adanya peneltan yang bak. Maklum, pola pengembangan pemenuhan
energ lstrk sudah darahkan pada pembangunan PLTN. Padahal,
Jepang telah mampu membuat nstalas OTEC berkapastas 40.000
watt, sedangkan Amerka Serkat sendr lebh unggul mencapa
7
50.000 watt.
Untuk menyadarkan pentngnya su lngkungan dengan mendesak
terwujudnya hak veto lngkungan bukanlah persoalan mudah. Karena
semenjak krss ekonom global meletus, pemerntah sepertnya latah
meluncurkan dana stmulus senla Rp 73,3 trlun. Dengan keserusan
tersebut maka su ekonom akhrnya menegaskan su-su lannya.
Dalam waktu jelang hasl Plpres, mash ada harapan untuk membuka
dervas kebjakan ekonom yang berwawasan lngkungan, bukan saja
berkatan antara keuntungan dengan pertumbuhan ekonom, melankan
juga antara perlndungan lngkungan hdup dengan pemerataan
kemakmuran. Persoalannya penegakan konsttus d Indonesa yang
carut marut dan dserta tdak adanya membahasakan su lngkungan
secara eksplst, jelas mengancam perlndungan bum, ar, dan
kekayaan alam yang terkandung d dalamnya untuk dpergunakan
bag kemakmuran rakyat dengan berwawasan lngkungan.
Stuas sepert tu dapat dsnkronkan melalu Rencana Kerja
Pemerntah 200 yang kn tengah dbahas oleh Pemerntah dan
DPR sebaga pedomana penyusunan RAPBN tahun 200. Skema
perlndungan lngkungan bsa dlakukan dengan pengalhan utang untuk
konservas alam, maka tentu sangat mudah jka hak veto lngkungan
bsa dwujudkan guna menjad kontrol kebjakan pembangunan secara
keseluruhan.

Harian Suara Merdeka, 25 Juli 2009

72
Jangan Melupakan Echo-Terorisme

erang terhadap terorsme (war on terror) telah berkumandang

P hampr sewndu sejak “traged  September” djadkan


genderang awal melahrkannya. Semua negara latah mengkut
tanpa melhat serus dmens perang d dalamnya, yang secara
tdak langsung membenarkan adanya hubungan konsep teolog dan
tndak kekerasan. Tak urung, berbaga forum lmah dgelar untuk
menandaskan bahwa tdak ada terorsme berbass agama. Belakangan,
ketakutan terhadap tndak kekerasan terors juga dmbang adanya
ketakutan terhadap ancaman lngkungan sepert El Nno dan La
Lna, Dpole Mode, dan Madden Julan Osclaton (MJO), serta tga
fenomena alam regonal sepert srkulas Muson Asa-Australa, daerah
pertemuan angn antartrops, dan naknya suhu muka laut.
Ancaman bahaya El Nno yang berkepanjangan semakn
jelas dan mengkhawatrkan. Suhu udara yang memanas berakbat
pada kekerngan d sejumlah wlayah Indonesa sehngga semakn
memperparah masyarakat karena tmbulnya krss ar bersh.
Ancaman gangguan klm berupa kekerngan tdak bsa dabakan,
karena pengaruhnya salng berkatan. Para petan jelas akan menjad
kalangan yang palng merasakan dampak bauruk, karena akbat
kekerngan menyebabkan supal ar berkurang, sawah akan mengerng,

73
panen gagal dan akhrnya ketahanan pangan nasonal runtuh. Trauma
dampak negatf anomal klm El Nno tersebut jelas akan memaksa
Indonesa mengmpor beras dalam jumlah besar dan menggagalkan
program swasembada beras.
Isu pemanasan global (global warming) muncul akbat degradasa
hutan dan lahan hjau yang cukup tngg semakn mengancam luas
daratan pulau-pulau d Indonesa. Kenyataan tersebut tentu akan
berpengaruh pada wlayah tertoral dan wlayah kedaulatan Indonesa
dalam kehdupan Internasonal. Sebagamana dtunjukkan dalam masa
kampanye Plpres kemarn, tga pasangan calon presden (Capres) dan
calon wakl presden (Cawapres) selalu mengatkan programnya pada
wacana ekonom kerakyatan dan jebakan neo-lberalsme. Padahal
jka konssten terhadap gars ekonom kerakyatan maka wacana
pelestaran lngkungan mest kut dtawarkan guna mengkampanyekan
pembangunan berwawasan lngkungan yang dapat mendukung
pelestaran alam, bak daratan maupun kelautan.
Dengan demkan, perusak lngkungan juga sama possnya
dengan seorang terors karena memberkan dampak kerusakan dan
kerugan yang tak terbantahkan lag bahkan bsa sangat mengerkan.
Banjr besar yang pernah menggenang Jakarta dan daerah lan d
hampr seluruh wlayah Indonesa, setdaknya menjad percontohan
dampak yang lebh besar darpada pengeboman d Hotel JW Marrott
(5/8/03) dan bom d depan Kedubes Australa (9/9/04), bahkan terkn
terhadap Hotel The Rtz Carlton bersamaan dengan terulangnya JW
Marrott (7/07).
Kerugan yang dtmbulkan dengan meledaknya bom d beberapa
tempat dalam kurun waktu tertentu, jelas hanya menmpa secara lokal
dan orang yang berada d tempat kejadan. Berbeda dengan krss
lngkungan yang dtmbulkan para perusak alam. Banjr yang merendam
Jakarta setdaknya melumpuhkan send-send perekonoman secara
luas, mula dar terganggunya jadwal penerbangan, terputusnya jalur
arter kota sehngga melumpuhkan transportas masyarakat, kerusakan
kendaraan, belum lag rumah beserta harta bendanya. Tak hanya tu,
bencana banjr juga memberkan beban pskolog yang teramat luas
dalam batas-batas tertentu. Dengan demkan dapat dfaham bahwa
merusak lngkungan hdup jauh lebh bersfat destruktf dan menjad
ancaman sangat serus darpada seorang terors yang dentk dengan
bom.
Saat n, kenyataan rusaknya kawasan pessr dan kelautan yang
dakbatkan mnmnya perhatan beserta kurang adanya koordnas
pengawasan dalam pemberdayaan khusunya d Panta Utara Jawa
semakn mempercepat proses penyemptan Pulau Jawa. Hal n sepert
74
dkemukakan Sr Puryono Karto Soedarmo, Kepala Dnas Kehutanan
Provns Jateng, dalam desertas berjudul ’’Pelestaran Kawasan Hutan
Mangrove Berbass Masyarakat d Panta Utara Provns Jateng’’
bahwa sektar 9,95 persen kawasan hutan mangrove d panta utara
Jawa Tengah juga mengalam pengrusakan, bak dalam status rusak
sedang maupun berat. Hal tu dsebabkan adanya alh fungs lahan
untuk tambak, permukman, ndustr, pengembangan parwsata yang
tdak berbass konservas, serta adanya penebangan lar.
Kenyataan serupa juga terjad dengan rusaknya kawasan pessr
Panta Utara Jawa bagan barat sehngga menjad bukt kalahnya
teknolog manusa mengatas keganasan alam. Hal tersebut dapat
dfaham karena bangunan penahan gelombang laksana benteng yang
bernla puluhan mlar d Panta Dadap, Indramayu, mula hancur
tergerus derasnya ombak laut. Bahkan sepanjang Crebon sampa
Bekasi kerusakan konstruksi infrastruktur isik seperti pemecah
gelombang (breakwater), penahan gelombang, dan sejensnya yang
menelan dana ratusan mlar, semuanya terjad hanya dalam htungan
waktu karena sejatnya alam mest dlawan dengan kearfan lngkungan
yang bak bukan “kesombongan” teknolog.
Sepert dtunjukkan kasus-kasus bencana yang terjad selama
n, benar-benar tak ada anggapan bahwa merusak lngkungan lebh
kejam darpada terorsme. Dar sn ada dua hal yang perlu dcatat.
Pertama, sementara masalah-masalah terorsme yang telah terjad dan
dpublkaskan secara masal d berbaga meda, masyarakat nyars
tdak mau ketnggalan untuk berpartspas karena dlanda ketakutan
pskologs. Pemahaman yang dmlk akhrnya menerapkan kecurgaan
kepada orang-orang yang berpenamplan asng ala pesantren, sepert
berjenggot, gams, celana d atas mata kak, dan denttas semu
lannya.
Kedua, bencana sebaga akbat krss lngkungan danggap
gejala umum yang sudah menjad takdr tanpa mempedulkan akar
masalahnya. D sn kta perlu menlk model-model pendekatan dan
etka terhadap lngkungan. Sepert dtuls J. Bard Callcott dalam
Agama, Filsafat, dan Lingkungan Hidup (2003), d antara pendekatan
yang memlk pengaruh palng besar yatu antroposentrisme, terkat
dengan pencptaan manusa sebaga penguasa d bum yang berhak
mengeksplotas alam dem kepentngannya.
Daku atau tdak, jangankan menjad meda ntrospeks, sekadar
mawas dr saja hampr tdak dlakukan oleh masyarakat. Tdak
sebagamana kasus terorsme. Banyak phak menyepakat bahwa
tata ruang kota yang amburadul, berkurangnya wlayah resapan
ar, dan pembuangan sampah ke sunga, menjad penyebab utama
75
banjr d Jakarta. Dan sekarang, kumulas dar ketdakpedulan
terhadap lngkungan telah menjadkan kekacauan musm yang terjad
belakangan n. Setdaknya telah lama dpeertegas oleh Peter L Berger
dalam buku Pyramids of Sacriice (974) yang merumuskan bahwa
modernsas selalu menuntut “baya-baya manusaw” yang menekan
berupa pendertaan ketdakadlan. Dan perubahan musm tu telah
merampas rasa keamanan terhadap kualtas kesehatan masyarakat.
D neger yang mash dalam lltan krss multdmens, sangat
dbutuhkan kerjasama antara pemerntah dan masyarakat sebagamana
gerakan antterorsme. Terlebh mest dperjelas adanya gagasan
mengena ecodevelopment yang secara eksplst datur dalam Pasal 28
Bab XA UUD 945 yang mengatur tentang bahwa setap orang berhak
hdup sejahtera lahr dan batn, bertempat tnggal dan mendapatkan
lngkungan hdup yang bak dan sehat. Tentu krss lngkungan
akan mudah teratas jka pelaku perusakan lngkungan dan akbat
kerusakannya, dsamakan dengan aks terorsme karena keduanya
salng mengancam kehdupan manusa.

Harian Pikiran Rakyat, 13 Agustus 2009

7
Meneguhkan Paradigma Ekoterorisme

ermintaan Presiden agar memberangus maia lingkungan

P terutama bdang kehutanan perlu mendapatkan dukungan dar


semua kalangan. Bahkan pentng menganggap kalau pelaku
pengrusakan lngkungan sama halnya seorang terors yang mest
dbasm melalu Detasemen Khusus.
Sebagamana terors yang menyebarkan ketakutan, perusak
lngkungan juga sama possnya dengan seorang terors karena
memberkan dampak kerusakan dan kerugan yang tak terbantahkan
lag sangat mengerkan. Banjr besar yang pernah menggenang Jakarta
dan daerah lan d hampr seluruh wlayah Indonesa, setdaknya
menjad percontohan dampak yang lebh besar darpada pengeboman
d Hotel JW Marrott (5/8/03) dan bom d depan Kedubes Australa
(9/9/04), bahkan terkn terhadap Hotel The Rtz Carlton bersamaan
dengan terulangnya JW Marrott (7/07).
Ketka upaya penegakan hukum lngkungan mula kelhatan
mengendor, penguatan bass perlawanan harus dkembangkan ke
semua lapsan masyarakat. Bag kalangan agamawan, pengrusakan
lngkungan harus ddekat dengan pemaknaan ulang teolog beragama
yang berbass lngkungan. Hal n karena masyarakat Indonesa mash

77
menganggap kalangan agamawan sebaga poss pemmpn strategs
dalam menykap segala kenyataan sosal dan lngkungan.
Selama n manusa selalu menganggap bahwa alam dcptakan
untuk dkuasa, sehngga manusa memlk pandangan kewenangan
untuk berbuat apa saja terhadap lngkungan. Sebagamana saat n,
pengrusakan lngkungan yang terjad sudah mengalam ttk kulmnas
yang mengkhawatrkan. Permanan kekuatan serta kekuasaan
menggrng pelaku merasakan konds yang aman karena hukuman
yang dberkan terblang sangat rngan. Padahal, dapat dblang bahwa
akbat yang dtmbulkan dar tndak pengrusakan lngkungan jauh
lebh besar darpada tndak terorsme, bahkan berdampak sstemk dan
kompleks.
Sebagamana Felx Guattar dalam The Three Ecologies
(2000) menyatakan bahwa terdapat tga teror lngkungan yang
salng berkatan, yatu kerusakan ekolog lngkungan (environment
ecology) berupa kerusakan lingkungan isik dan habitat di dalamnya,
kerusakan ekolog mental (mental ecology) berupa kerusakan mental
yang membangun psks manusa, serta kerusakan ekolog sosal
(social ecology) berupa kehancuran kesatuan sosal yang membangun
sebuah lngkungan sosal.
Kerugan yang dtmbulkan dengan meledaknya bom d
beberapa tempat, jelas hanya menmpa secara lokal dan orang yang
berada d tempat kejadan. Berbeda dengan krss lngkungan yang
dtmbulkan para perusak alam. Banjr yang merendam Jakarta
setdaknya melumpuhkan send-send perekonoman secara luas,
mula dar terganggunya jadwal penerbangan, terputusnya jalur arter
kota sehngga melumpuhkan transportas masyarakat, kerusakan
kendaraan, belum lag rumah beserta harta bendanya. Tak hanya tu,
bencana banjr juga memberkan beban pskolog yang teramat luas.
Sepert dtunjukkan kasus-kasus bencana yang terjad selama n,
benar-benar tak ada anggapan bahwa merusak lngkungan lebh kejam
darpada terorsme, padahal telah menghancurkan mental sekalgus
kesatuan sosal masyarakat. Dar sn ada hal yang perlu dcatat.
Bencana sebaga akbat krss lngkungan danggap gejala umum yang
sudah menjad takdr Tuhan tanpa mempedulkan akar masalahnya.
D sn kta perlu menlk model-model pendekatan dan etka
terhadap lngkungan. Sepert dtuls J. Bard Callcott dalam Agama,
Flsafat, dan Lngkungan Hdup (2003), d antara pendekatan yang
memlk pengaruh palng besar yatu antroposentrsme, terkat
dengan pencptaan manusa sebaga penguasa d bum yang berhak
mengeksplotas alam dem kepentngannya.
Ekoterorsme pada akhrnya harus mampu menjad paradgma
78
bersama sebagai releksi dari kian memburuknya hubungan manusia
dengan alam. Hal n karena telah berkembang etka antroposentrsme
(anthropocentrcal ethcs) terlebh dahulu dalam penafsran-penafsran
dcptakannya manusa d bum. Sebuah pandangan tentang etka
yang mendewakan hasrat manusa atas alam. Akbatnya, beragam
kerusakan ekosstem yang dsebabkan hpereksploras sumber daya
alam, hiperkomodiikasi mesin produksi, dan hiperkonsumsi produk
untuk memenuh selera konsumtf semakn tak terkendal.
Salle McFague, teolog ekofemns Amerka Serkat telah
mengungkapkan kegagalan teolog dalam menanggap krss
lngkungan. McFague menggambarkan fase-fase pergeseran agenda
teolog abad 20 yang dkategorsaskan dalam era pengenalan terhadap
Tuhan yang berlangsung hngga 90-an. Kategorsas selanjutnya
mengarah pada kemunculan teolog pembebasan pada 970-an yang
kemudan berkembang menawarkan pembebasan duna dalam aspek
penyelamatan cptaan-cptaan Tuhan. Untuk tulah, pengrusakan
lngkungan harus masuk dalam agenda teolog dan perlawanannya
dsebut sebaga ekoterorsme terhadap teolog tu sendr.
Dar pandangan tersebut, lngkungan tdak boleh mengalam
pendertaan atau eksplotas yang tak terkendal sebagamana masa
perbudakan atau krss perempuan dalam sejarah. Terlebh selama
n berkemban perseps bahwa lngkungan adalah seorang bu atau
perempuan yang layak deksplotas karena domnannya budaya
patrark.
D tengah stuas banyaknya kerusakan, maka gagasan adanya
hak veto lngkungan oleh kalangan agamawan layak dmunculkan
d tengah keputusan poltk kekuasaan. Sebuah hak untuk dapat
membatalkan rencana kebjakan yang mengancam keberlanjutan
lngkungan karena pemerntah selama n telah terjebak dalam model
penanganan responsf sehngga belum mampu memberlakukan
moratorum pengrusakan.
Tentu krss lngkungan akan mudah teratas jka pelaku perusakan
lngkungan dan akbat kerusakannya, dsamakan dengan aks
terorsme karena keduanya salng mengancam kehdupan manusa.
Terlebh kalangan teolog atau agamawan juga harus berperan
mengkampanyekan paradgma baru ekoteolog yang mengharga
eksstens lngkungan untuk berrngan mengkampanyekan bahwa
perusak lngkungan sama halnya derajatnya dengan seorang terors
yang harus dhukum sama.

www.kabarkeadilan.com, 26 Mei 2010

79
80
Hakim Hijau dan Supremasi Lingkungan

U
paya Kementeran Negara Lngkungan Hdup yang terus
melanjutkan program mencetak hakm-hakm spesals
lingkungan bersertiikat layak mendapatkan dukungan.
Terlebh selama n hukuman bag pelaku perusakan lngkungan mash
dnla rngan padahal dampak kerusakan lngkungan lebh besar
darpada kerusakan akbat terorsme. Untuk tulah gagasan melahrkan
“Hakm Hjau” menjad gerakan deal untuk meneguhkan supremas
lngkungan yang selama n terdskrmnaskan dalam ranah hukum.
Tema terorisme yang identik dengan konlik pada dasarnya telah
terkalahkan dengan su lngkungan. Setdaknya n dtanda dar
pemberan nobel perdamaan tahun 2007, yang dberkan pada Mantan
wakl presden Amerka Serkat, Albert Gore dan Intergovermental
Panel on Clmate Change (IPCC) atas usahanya menyebarluaskan
pengetahuan mengena perubahan klm yang dsebabkan perbuatan
manusa dan usaha-usaha untuk mengatasnya, bukan karena upaya
berjasa mendamaikan daerah konlik tertentu. Dan berturut-turut
dadakannya Konferens Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklm
atau Unted Natons Framework Conventon on Clmate Change
2007, Konferens Perubahan Iklm (Conference of the Parties, COP)
d Poznan, Polanda pada 2008, dan dlanjutkan konferens perubahan

8
klm d Copenhagen, Denmark, 2009 kemarn.
Sebagamana terors yang menyebarkan ketakutan, perusak
lngkungan juga sama possnya dengan seorang terors karena
memberkan dampak kerusakan dan kerugan yang tak terbantahkan
lag sangat mengerkan. Krss ar yang membayang kawasan Cmah
Selatan, Mohammad Toha-Dayeuhkolot, dan Majalaya, sungguh
menjad keprhatnan d saat bersamaan justru terjad banjr d wlayah
lannya. Rusaknya hutan dan sumber mata ar yang dperparah dengan
penggunaan ar tanah yang melewat batas kewajaran menjad ancaman
menurunnya kualtas ar tanah yang meluas karena pengawalan
terhadap UU No 7/2004 tentang Sumber Daya Ar dan PP No 43/2008
tentang Ar Tanah yang mengalam beberapa perubahan, terutama
menyangkut perznan dan retrbus sangat lemah.
Belum lag alh fungs lahan perbuktan telah menjad salah satu
sebab longsornya bukt d d Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasr Jambu,
Cwdey, Kabupaten Bandung Cwdey. Fakta-fakta tersebut setdaknya
menjad percontohan dampak yang lebh besar darpada pengeboman
d Hotel JW Marrott (5/8/03) dan bom d depan Kedubes Australa
(9/9/04), bahkan terhadap Hotel The Rtz Carlton bersamaan dengan
terulangnya JW Marrott (7/07/09). Kerugan yang dtmbulkan
dengan meledaknya bom d beberapa tempat dalam kurun waktu
tertentu, jelas hanya menmpa secara lokal dan orang yang berada d
tempat kejadan, namun bencana lngkungan justru memlk dampak
sstemk terhadap semua bdang kehdupan sosal masyarakat.
Banjr yang merendam Bandung, Temanggung, Tuban, dan Jakarta
kemarn (/3) setdaknya melumpuhkan send-send perekonoman
secara luas, mula rusaknya lahan pertanan, terputusnya jalur arter kota
sehngga melumpuhkan transportas masyarakat, kerusakan kendaraan,
belum lag rumah beserta harta bendanya. Tak hanya tu, bencana banjr
juga memberkan beban pskolog yang teramat luas dalam batas-batas
tertentu. Dengan demkan dapat dfaham bahwa merusak lngkungan
hdup jauh lebh bersfat destruktf dan menjad ancaman sangat serus
darpada seorang terors yang dentk dengan bom.
Saat n, kenyataan rusaknya kawasan pessr dan kelautan yang
dakbatkan mnmnya perhatan beserta kurang adanya koordnas
pengawasan dalam pemberdayaan masyarakat khususnya d Panta
Utara Jawa semakn mempercepat proses penyemptan Pulau Jawa.
Hal tu setdaknya dperparah dengan adanya alh fungs lahan
mangrove dan hutan bakau menjad areal tambak, permukman,
ndustr, pengembangan parwsata yang tdak berbass konservas,
serta adanya penebangan lar sehngga banyak kawasan yang hlang
akbat meluasnya areal abras. Hal n terjad karena penegakkan
82
hukum lngkungan belum dlakukan meskpun perangkat hukumnya
sudah memada, sebagamana data Indonesa Corrupton Watch
tentang penegakan hukum terkat penebangan lar ternyata dar 205
putusan hakm kurun waktu 2005-2008 yang mendapat bebas murn
37 perkara, hukuman kurang  tahun 44 perkara, antara  tahun lebh
4 putusan, ssanya 0 putusan sektar 2 tahun penjara. D sn tnggal
kemauan pemerntah dalam menerapkan hukum dan pemberan sanks
yang tegas sesua hukum yang berlaku.
Kenyataan serupa juga terjad dengan rusaknya kawasan Pulau
Kalmantan yang selama n dkenal sebaga salah satu potens besar
pertambangan guna mendukung kebjakan nvestas dalam dan luar neger.
Kebjakan pengelolaan sumber daya alam tdak mengndahkan kadah
dan prnsp-prnsp lngkungan, HAM dan keadlan. Haslnya hanya
dnkmat oleh sekelompok dan segelntr orang namun dampak negatfnya
drasakan oleh hampr seluruh rakyat d Kalmantan. Penggerusan sumber
daya alam tu terjad secara legal maupun llegal, aktvtasnya terus
berlangsung tanpa ada kontrol yang bak dar pemerntah.
Setelah dberlakukannya UU Nomor 32/2004 tentang pemerntahan
daerah (Pemda), percepatan eksplotas sumber daya alam telah
menjad tren pembangunan yang akhrnya mennggalkan prnsp-
prnsp keselamatan lngkungan karena target pendapatan anggaran
yang tngg. Hal n dapat dlhat pada rencana penermaan dvden dar
BUMN dalam RAPBN 200 yang akan dtngkatkan dar 2, trllun
rupah pada 2009 menjad 28,5-29 trllun rupah untuk tahun 200,
dmana sektor pertambangan yang menonjolkan eksplotas lngkungan
tetap menjad prmadona dalam mendongkrak pendapatan tersebut.
Sepert dtunjukkan kasus-kasus bencana yang terjad selama
n, benar-benar tak ada anggapan bahwa merusak lngkungan lebh
kejam darpada terorsme. Dar sn ada dua hal yang perlu dcatat.
Pertama, sementara masalah-masalah terorsme yang telah terjad dan
dpublkaskan secara masal d berbaga meda, masyarakat nyars
tdak mau ketnggalan untuk berpartspas karena dlanda ketakutan.
Pemahaman yang dmlk akhrnya menerapkan kecurgaan kepada
orang-orang yang berpenamplan asng ala pesantren, sepert
berjenggot, gams, celana d atas mata kak, dan denttas semu
lannya.
Kedua, bencana sebaga akbat krss lngkungan danggap gejala
umum yang sudah menjad takdr tanpa mempedulkan akar masalahnya,
sebagamana bencana Lumpur lapndo yang berujung pada klam
bencana alam. D sn kta perlu menlk model-model pendekatan
dan etka terhadap lngkungan. Sepert dtuls J. Bard Callcott dalam
Agama, Filsafat, dan Lingkungan Hidup (2003), d antara pendekatan
83
yang memlk pengaruh palng besar yatu antroposentrisme, terkat
dengan pencptaan manusa sebaga penguasa d bum yang berhak
mengeksplotas alam dem kepentngannya.
Banyak phak menyepakat bahwa tata ruang kota yang
amburadul, berkurangnya wlayah resapan ar, pembuangan sampah
ke sunga, serta hlangnya lahan hjau sebaga penyerap karbon,
menjad penyebab utama rusaknya kualtas lngkungan. Dan sekarang,
akumulas dar ketdakpedulan terhadap lngkungan telah menjadkan
kekacauan musm yang terjad belakangan n. Setdaknya telah lama
dpertegas oleh Peter L Berger dalam buku Pyramids of Sacriice
(974) yang merumuskan bahwa modernsas selalu menuntut “baya-
baya manusaw” yang menekan berupa pendertaan ketdakadlan.
Dan perubahan musm tu telah merampas rasa keamanan terhadap
kualtas kesehatan masyarakat.
Skenaro pembangunan sumber daya alam Indonesa yang
termaktub dalam pasal 33 UUD 945 menyatakan bahwa pembangunan
semuanya dselenggarakan berdasarkan demokras ekonom dmana
produks dkerjakan semua masyarakat, untuk masyarakat, dan d
bawah pmpnan kepemlkan anggota masyarakat sebaga pencapaan
kemakmuran bag semua masyarakat, bukan sekelompok masyarakat
tertentu. Pada perspektf n, pasal 33 (4) lebh tegas mengaku wawasan
lngkungan sebaga salah satu dasar dar demokras ekonom.
Dar ss kepentngan tersebut, dalam rapat parpurna DPR pada 8
September 2009, UU Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup
(UU PPLH) sebaga penggant UU Nomor 23 tentang Pengelolaan
Lngkungan Hdup telah dsahkan. Beberapa perubahan substansal
yang damanatkan UU baru n adalah adanya kewajban pemerntah
menyusun rencana perlndungan dan pengelolaan lngkungan, zn
pemanfaatan lngkungan, kajan lngkungan hdup strategs, ketentuan
tentang eco-regon, daya dukung lngkungan, daya tanpung lngkungan,
serta kewenangan penahanan.
Namun, UU yang secara substansal sangat menjunjung tngg
supremas lngkungan n belum dperkuat adanya kelembagaan
pelaksanaan atau aparat penegak hukum berbass lngkungan. Untuk
tulah sangat perlu mendorong adanya hakm-hakm hjau untuk
menjawab tantangan lngkungan yang makn besar karena tantangan
masa depan adalah krss lngkungan tu sendr.

Kementerian Lingkungan Hidup –


Media Indonesia, Mei 2010

84
Pudarnya Pesona PLTN

Ketegangan wacana dan aks menyangkut pembangunan Pembangkt


Lstrk Tenaga Nuklr (PLTN) d Semenanjung Mura, Kabupaten
Jepara telah menemu ujung pangkalnya. Kelanjutan pembahasan
proyek “mercu suar” pengadaan energ lstrk nasonal tersebut
akan dgulrkan kembal pada 208. Tercatat pada Rencana Umum
Ketenagalstrkan Nasonal (RUTN) Departemen Energ Sumber
Daya Mneral (ESDM) yang pernah drls pada 2008, PLTN tdak
lag masuk dalam program prortas.
Selama n, nuklr selalu dkampanyekan sebaga salah satu
alternatf pemasok krss energ lstrk d Indonesa. Terlebh untuk
mencukup kebutuhan lstrk suatu negara berpenduduk besar dengan
daratan yang terbatas sepert Indonesa, dperlukan suatu sumber
energ yang ramah lngkungan dan berntenstas tngg sepert PLTN.
Namun gagalnya megaproyek PLTN d Semenanjung Mura cukup
menjelaskan tngkat ketegangan yang dhadap pemerntah dengan
masyarakat lokal dan pemerhat lngkungan.
Persoalan ketegangan tersebut bsa dlhat dar aks penolakan
yang terakhr terjad d Jepara melalu bentangan spanduk sepanjang
500 meter bers tanda tangan penolakan PLTN, d Desa Balong,

85
Kecamatan Kembang dan pengrman surat penolakan dar masyarakat
seberat hampr 40 kg. Bahkan kalangan agamawan yang dmotor NU
Kabupaten Jepara telah menggelar halaqoh iqih lingkungan yang
menghaslkan fatwa haram atas pembangunan PLTN d Jepara pada
September 2007 sebagai releksi bencana energi atas Kebocoran di
pusat nuklr Chernobyl, Un Sovet, 2 Aprl 98. Bsa dkatakan,
aks penolakan bukan hanya su spekulatf karena sejauh n selalu
berrngan dengan aks kampanye yang dlakukan oleh pemerntah,
bahkan terkesan konfrontatf.
Dalam langkah “pemaksaan” promos keunggulan nuklr sebaga
energ alternatf, Badan Tenaga Nuklr Nasonal (BATAN) telah
memprovokas masyarakat Jepara dan sektarnya dengan memasuk
ranah penddkan formal. Dalam hal n, program kampanye
tdak sekadar mengadakan dskus tetap semakn massf dengan
mengedarkan buku tentang nuklr berjudul “PLTN Manfaat dan
Potens Bahayanya” pada beberapa sekolah d Kabupaten Kudus,
Pat, dan Jepara, secara grats (Kompas,/4). Hal Dengan program n,
tak lan karena Kementeran Negara Rset dan Teknolog berupaya
menggrng para guru beserta murd mula tngkat SD, SMP, hngga
SMA untuk kut mengkampanyekan PLTN.
Melhat masa sebelumnya, kampanye pemanfaatan nuklr juga
telah memasuk kampung-kampung d Kabupaten Jepara. Tentu bukan
tanpa sebab jka Bappeda Jepara bekerjasama dengan Kementeran
Rstek, LIPI, BPPT, dan BATAN mendeklaraskan terbangunnya
Kampung Teknolog, d Desa Suwawal Tmur, Paks Aj, Jepara
(25/08/08). Menarknya adalah smpat dan dukungan dar banyak
phak begtu besar terhadap langkah n seolah membenarkan begtu
besarnya manfaat nuklr untuk kesejahteraan masyarakat. Setdaknya
anggapan tu dbenarkan melalu aplkas teknk nuklr berupa gauging
dan lodging dperankan dalam bdang hdrolog yang dapat membantu
menemukan sumber ar tanah dalam d wlayah Suwawal. Namun juga
sangat dmungknkan deklaras Kampung Teknolog tdak drancang
secara matang sehngga tdak berkesnambungan.

Upaya Pengesampingan
Hampr sama dengan su poltk pembangunan, sebagamana
lngkaran temats Peter L Berger dalam bukunya Pyramids of
sacriice (974), terdapat baya-baya manusaw yang pada akhrnya
menjadikan masyarakat sebagai korban isik demi kemajuan dalam
pemaksaan berdrnya PLTN. Untuk kepentngan pembangunan PLTN
yang berkatan dengan klam kemajuan atas teknolog nasonal, mest
dperhtungkan bentuk palng mengerkan. Cara pandang sepert n
8
semakn membuat banyak solus pembangunan dengan kemungknan
resko terkecl dengan adanya kenyataan bahwa Pulau Jawa dan wlayah
Indonesa secara keseluruhan telah menjelma menjad “Supermarket
Bencana”.
Semestnya respon tersebut mempunya relevans yang cukup
prakts dengan hasl Konferens Kelautan Duna (World Ocean
Conference) yang berlangsung d Manado pada -5 Me 2009,
tak kurang sektar 4 menter kelautan dar berbaga negara sudah
mempersapkan skenaro pengelolaan kelautan dan perkanan serta
keanekaragaman hayat yang berkelanjutan secara lntas sektoral.
Sementara 0 pakar kelautan dar dalam dan luar neger menjad
pembcara dalam smposum tentang lmu pengetahuan dan teknolog
yang tentunya tdak hanya semacam permanan ntelektual saja.
Kajan mendalam mentkberatkan pada pengoptmalan sumber
energ alternatf terbarukan dar laut sepert energ gelombang, energ
yang tmbul akbat perbedaan suhu antara permukaan ar dan dasar
laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC), energ yang muncul
akbat perbedaan tngg permukaan ar yang dsebabkan oleh pasang
surut, serta energ yang dtmbulkan oleh arus laut. Dar sejumlah
sumber energ alternatf tersebut, Indonesa memlk prospek bagus
pada pengembangan energ arus laut.
Analsa tersebut dapat dfaham karena wlayah Indonesa terdr
dar berbu-rbu pulau yang memlk banyak selat, sehngga arus laut
mengalam percepatan saat melewat selat-selat tersebut. D sampng
tu wlayah Indonesa merupakan tempat pertemuan arus laut duna
yang dakbatkan oleh pasang surut ar laut yang domnan d Samudra
Hnda akbat gerak Bulan Mengellng Bum, dan pasang surut ar
laut yang dominan di Samudra Pasiik akibat kecondongan orbit Bulan
saat mengellng Bum.
OTEC bukan suatu teknolog yang baru karena pada 88, Jacques
Arsene d’Arsonval, seorang isikawan asal Perancis mengajukan
usulan untuk membuat pembangkt yang mengubah suhu ar laut
menjad energ lstrk. Usaha n dlanjutkan oleh George Claude yang
berhasl membangun reaktor OTEC pertama pada 930.
Pada 974, Natural Energy Laboratory of Hawa asal Amerka
Serkat membangun reaktor OTEC terbesar d duna yang berada d
panta Koha, Hawa. Dan secara berlanjut, negara-negara lan segera
membangun hal yang sama, sepert Inda, Jepang, dan Perancs.
Pembangkt lstrk dengan sstem OTEC memang membutuhkan
persyaratan khusus, namun tu hanya terkat dengan konds alam.
Setdaknya sebuah nstalas OTEC membutuhkan lngkungan laut
yang memlk perbedaan suhu antara suhu permukaan dengan
87
suhu kedalaman mnmum 20 derajat celcus tap 00 meter. Dan
tentunya, hal demkan bukan suatu masalah bag lautan trops sepert
Indonesa.
Meskpun Indonesa memlk kecocokan dalam pengembangan
OTEC, tetap belum ddukung adanya peneltan yang bak. Maklum,
pola pengembangan pemenuhan energ lstrk sudah darahkan pada
pembangunan PLTN. Padahal, Jepang telah mampu membuat nstalas
OTEC berkapastas 40.000 watt, sedangkan Amerka Serkat sendr
lebh unggul mencapa 50.000 watt.
Selan sebaga pembangkt tenaga lstrk, OTEC dapat juga
djadkan sebaga proses membuat ar tawar dar hasl kondensas uap
ar laut, penghasl sstem pendngn ruangan bag bangunan d atas
laut, sekalgus mengekstras mneral berharga. Selan tu, hal yang
pentng dar pemanfaatan OTEC adalah tdak adanya lmbah yang
merusak lngkungan laut.
Laut yang berperan vtal sebaga penyerap karbon sekalgus
penghasl energ yang murah serta ramah lngkungan mest
mendapatkan perhatan kembal dar semua phak, dan tu bsa
dmula dar daerah-daerah pessr d seluruh Indonesa, termasuk
Jepara. Maka menjad pentng untuk mengenalkan teknolog kelautan
guna mengmbang memudarnya pamor PLTN d masyarakat. Bsa
jad, pembekuan pembangunan PLTN menjad momentum untuk
menjadkan laut sebaga smbol kejayaan bangsa.

88
5
HUKUM DAN ISU SOSIAL

Mengukuhkan Kembali Desa Hukum

Hubungan antara masyarakat desa dan penyadaran hukum menyimpan


teka-teki yang menarik.

Secara struktural tampak bahwa hubungan tersebut tdak memlk


kejelasan sebaga formulas format yang baku. Sebalknya secara
kultural ternyata telah menjad kegatan rutn kendat terhent pada
orentas hukum agama, adat-stadat dan budaya. Namun maraknya
perkara hukum yang menmpa masyarakat kecl pedesaan serta adanya
pelaku-pelaku terorsme yang berasal dar wlayah Jawa Tengah cukup
member makna perlunya desa hukum.
Hukum dapat berlaku efektf tentu dpengaruh hubungan
harmons antara aparat hukum yang terdr dar kepolsan, kejaksaan,
Kementeran Hukum dan HAM, serta lembaga-lembaga lan bersama

89
rakyat. Hubungan harmons n dharapkan mampu menumbuhkan
pemahaman yang sama mengena s hukum dan mengapa hukum harus
begn dan begtu. In mengharuskan adanya komunkas hukum agar
bahasa hukum lebh populer dan bukan sekadar konsums mahasswa
hukum atau pelaku hukum karena hanya akan menmbulkan cultural
shock d tengah masyarakat.
Keterkejutan pskologs masyarakat pedesaan yang berhadapan
dengan hukum modern serng mengakbatkan semacam hlangnya
rtus perdamaan ketka terjad persengketaan. Padahal banyak
kekuatan d luar hukum berdasarkan pendekatan trads dan nla-
nla kolektf. Dalam kepentngan nlah, memakna hukum sebaga
sesuatu yang bukan masnal dan mekansts tetap merupakan bentuk
kehdupan sosal yang khas (a pecular form of socal lfe) menjad
sebuah kenscayaan. Artnya, menjalankan hukum sangat dpengaruh
habtat sosal dan budaya tempat berada.
Namun dterma atau tdak, bangsa Indonesa termasuk golongan
bangsa yang menggunakan sstem hukum Eropa kontnental atau cvl
law, yaitu suatu bangunan doktrin hukum yang sangat artiisial dan
terpsah dar apa yang terjad d masyarakat. Dengan demkan, laju
budaya dan hukum modern d Indonesa danggap tmpang.
Malima
Masyarakat Indonesa yang mayortas berada d desa cenderung
memaham hukum dar format rumusan apa yang tdak boleh dlakukan
dan apa yang harus dlakukan. Rumusan n dentk dengan falsafah
“malma” yang terdr dar malng (mencur), maten (membunuh),
mendem (mabuk mnuman keras), madon (zna atau prosttus), dan
madat (mengonsums Narkoba). Persoalan yang lebh dalam d sn
adalah soal hak asas warga negara dalam mendapatkan perlndungan
dan pembelaan hukum yang belum menjad bagan dar proses
penyadaran hukum serta persamaan d hadapan hukum yang ternyata
sult terpenuh.
Karena tu, perstwa hukum atas Mnah yang mencur tga buah
kakao harus sabar menerma hukuman satu bulan 5 har penjara
dengan masa percobaan tga bulan, Basar dan Koll yang hanya
mengambl semangka seharga Rp 5000 harus mendekam dalam LP
Kelas A Kedr, dan Mansh beserta tga kerabatnya harus menjalan
persdangan d PN Batang hanya karena sangkaan pencuran 4 kg
kapuk, akan menjad fenomena hukum yang selalu terulang karena
ketadaan pembnaan hukum d masyarakat, terutama yang berada d
kampung.
Akses keadlan (access to justce) merupakan sesuatu yang
pentng. Terhambatnya hak-hak keadlan masyarakat lebh banyak
90
dsebabkan ketadaan akses keadlan yang berphak pada masyarakat
kampung dan mskn. Berdasarkan amandemen kedua UUD 945 d
dalam Pasal 28 bagan I ayat 4 menyatakan, perlndungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan hak asas manusa adalah tanggung jawab
negara, terutama pemerntah.
Stud Bernard L Tanya (Beban Budaya Lokal Menghadap Regulas
Negara, 2000) memberkan certa sejajar antara ketdakpahaman proses
hukum dengan akses keadlan. Masyarakat mest belajar memaham
hukum nasonalnya sendr yang telah mencptakan ketakutan
pskologs setelah munculnya kasus-kasus masyarakat kelas bawah
yang menurut pemahaman masyarakat desa adalah kasus sepele dan
tdak pantas dproses dalam ranah pengadlan.
Dengan stuas n, perlu memegang kembal falsafah Romaw
berupa Jurs praecepta sunt haec: Honesta vvere, alterum nonlaedra,
suum cuque trbuere (peraturan dasar hukum adalah hdup sopan,
tdak merugkan orang lan, memberkan kepada setap orang apa
yang menjad haknya). Program penguatan kampong atau desa hukum
dapat berpjak dar falsafah tersebut yang mengedepankan kesadaran
masng-masng warga masyarakat. Pelaksanaan hak tdak boleh
merugikan orang lain serta konlik yang ada dapat diselesaikan dengan
nla-nla hdup kesopanan.
Sesungguhnya desa atau kampung hukum menghendak suatu
bangunan masyarakat yang taat terhadap hukum berdasar pada
kesadarannya sendr (self motivating law awareness). Kesadaran
hukum harus dmula dar dr sendr dan menjad gerakan keluarga
sadar hukum hngga terwujudnya ketertban, keamanan, dan
ketentraman d suatu kampong atau desa. Dalam hal n, kesadaran akan
denttas kemanusaan mula dpertajam untuk dntegraskan dengan
masalah hukum pdana, hukum perdata, hukum ketenagakerjaan,
hukum perkawnan, hukum pertanahan, hukum lngkungan, dan
hukum-hukum lannya. Masyarakat sadar hukum dalam desa hukum
harus dgerakkan kembal sebaga program yang berkesnambungan
dengan koreks moral terhadap penegakan keadlan dan mencegah
tndakan teror d masyarakat.

Harian Solopos, 30 Maret 2010

9
92
Membenahi Kelemahan Intelijen

K
ekerasan slh bergant mewarna pembertaan d masyarakat.
Setelah kasus prahara penggusuran Makam Habb Hasan bn
Muhammad Al-Haddad atau Mbah Prok d kawasan Tanjung
Prok, (4/4), hadr kerusuhan pekerja galangan kapal PT Drydocks
World Graha d Batam. Kekerasan seolah menyebar sebagamana
terjad d Mojokerto (Jawa Tmur), Sbolga (Sumatera Utara), dan
Konawe Selatan (Sulawes Tenggara), yang dpcu perkara Pemlhan
Kepala Daerah (Plkada).
Fakta-fakta tersebut menunjukkan adanya boomerang ketka
lembaga nteljen hanya berpusat pada ancaman makro berupa
terorsme. Secara lebh ekstrem, koordnas antar lembaga nteljen
tdak terjad untuk mendeteks, mengantspas, dan melakukan cegah
dn terhadap hal-hal yang berpotens menmbulkan ganggaun dan
ancaman keamanan. Untuk tulah mendesak terwujudnya Undang-
Undang yang mengatur tentang reformas badan nteljen guna
tercapanya mekansme koordnas yang snergs dan terpadu.
Setelah terkatung-katung hampr lma tahun ketka RUU Inteljen
vers Kelompok Kerja Indonesa untuk Reformas Inteljen Negara
berhasl drumuskan, kn RUU Inteljen masuk dalam prortas
pembahasan legslas 200. Proses pembahasan RRU Inteljen

93
memang terseok-seok, setdaknya tersngkrkan oleh tema-tema yang
sejens dengan adanya RUU Kebebasan Memperoleh Informas Publk
(KMIP) yang telah dsahkan menjad UU No 4/2008 dengan beralh
nama menjad UU tentang Keterbukaan Informas Publk (KIP), dan
RUU Rahasa Negara yang sementara dendapkan setelah melewat
perdebatan publc yang panjang.
Pada tataran emprs kenegaraan, tentu tdak dapat dbantah bahwa
negara yang kuat selalu ddukung dengan adanya lembaga nteljen
yang kuat pula. Pendek kata, negara yang menguasa nformas atas
perstwa-perstwa pentng yang mengancam stabltas masyarakat
lokal maupun nternasonal, akan menjad negara yang dsegan
sekalgus mencptakan perasaan lebh aman d dalamnya.
Amerka Serkat melalu FBI (Federal Bureau of Investigation)
dan CIA (Central Intellgence Agency) nyars selalu kut andl dalam
setap kejadan d berbaga belahan bum. Inggrs dengan keberadaan
M yang dtakut telah melahrkan sosok detektf James Boond
yang melegenda dalam dunia perilman. Demikian juga Israel melalui
badan nteljen Mossad telah menebar ketakutan ancaman d berbaga
negara. Belum lag KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti)
nama badan nteljen Un Sovet yang tak kalah menyeramkan dengan
tndakan-tndakan sabotase yang dlakukannya.
Kekuatan-kekuatan lembaga nteljen tersebut jelas ddukung
adanya aturan yang jelas, sangat berbeda jka dbandngkan Indonesa
dengan Badan Inteljen Negara (BIN) yang dalam hrark ketatanegaraan
sangat tngg karena d bawah Presden langsung, justru hanya datur
oleh regulas setngkat Keputusan Presden. Perlu belajar pada negara
lan yang telah mampu membentuk lembaga nteljen yang kuat
namun tetap menjaga prnsp negara demokras yang menjamn hak
asas manusa dan keterbukaan akses publk.
Setelah terjad serangan terors  September 200 terhadap
gedung menara kembar World Trade Center New York, dsusullah
dengan drumuskannya UU Reformas Inteljen dan Pencegahan
Terorsme (Intelligence Reform and Terrorism Prevention Act). UU n
dtandatangan Presden George Walker Bush pada 7 Desember 2004
yang mengamanatkan terbentuknya Drector of Natonal Intellgence
(DNI). Lembaga tersebut bertugas untuk memberkan nformas
nteljen yang akurat dan objektf kepada Presden, Kepala dar Badan
Inteljen Departemen, dan Kongres. Keberadaan DNI juga mengatur
tugas pokok dan fungs dar 7 dnas nteljen yang ada agar memlk
snergtas sekalgus salng mengs nformas.
Dar sudut demkan, tampak jelas bahwa badan nteljen
d Indonesa mash sangat lemah, terlebh karena terbatasnya
94
kewenangan untuk menangkap, memerksa, dan menahan orang yang
dcurga merencanakan tndakan mengancam keamanan. Hal tersebut
dperparah dengan tdak adanya snkronsas koordnas sesama
lembaga nteljen. Maklum, lembaga nteljen terkesan tdak memlk
mekansme pengawasan dan bsa menyusup ke mana saja sehngga
menjad sarang kepentngan kelompok tertentu.
Kasus “memata-mata” terhadap F-PDI Perjuangan dan F-PKS
dalam nvestgas kasus beras mpor pada 200 jelas mempertegas
pentngnya reformas dan penataan lembaga ntelejen negara. Hal
tersebut juga sangat jelas terlhat ketka Presden dengan dalh
mendasarkan data nteljen mengatkan upaya pembunuhan terhadapnya
atas lawan-lawan poltk yang tdak menghendak kesuksesan pemlu
legslatve maupun pemlhan presden. Kasus-kasus demkan jelas
mencdera penguatan pelembagaan demokras. Dan tanpa adanya
regulas yang jelas, maka lembaga nteljen hanya berfungs untuk
mengamankan kebjakan penguasa.
Kesemrawutan lembaga nteljen nasonal juga bsa dfaham
dar keberadaan yang berserakan tanpa adanya pusat koordnas atau
keharusan pertanggungjawabannya. Selan Badan Intelejen Negara
(BIN), ada juga Badan Intelejen Strategs (BAIS) yang dmlk oleh
Mabes TNI, atau juga Intelejen Keamanan (Intelkam) Mabes Polr, dan
juga Intel Kejaksaan, Intel Imgras, Intel Bea Cuka, serta Lembaga
Sand Negara. Dar lembaga-lembaga ntelejen tersebut, sampa saat
n jelas tdak ada gars koordnas yang jelas. Hal n tentu sangat
menyultkan deteks dn ancaman atas eksstens negara, bak dar
dalam maupun luar.
Untuk tu, kepentngan penataan sekalgus mereformas lembaga
nteljen negara harus dpaham sebaga penguatan prnsp-prnsp
negara demokras. Prnsp tersebut adalah setap lembaga memlk
peran dan fungs yang jelas dan tegas sekalgus menjunjung tngg
hak asas manusa serta keterbukaan nformas publk. Hal demkan
menuntut adanya kebebasan dar kepentngan poltk kekuasaan dalam
menjaga ndependens lembaga nteljen menghadrkan nformas yang
akurat dan objektf untuk kepentngan eksstens nasonal.

95
9
Delik Prahara Pemenjaraan Artalyta

K
eguncangan poltk pemenjaraan d Indonesa telah terjad.
Artalyta Suryan alas Ayn, ternyata bsa menkmat fasltas
mewah d Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu Jakarta
Tmur. Penghakman publk pun mula mengarah agar terjad perbakan
dalam sstem pemenjaraan yang selama n danggap tertutup menjad
terbuka.
Menter Hukum dan HAM Patrals Akbar akhrnya turun tangan
lewat nspeks mendadak (sdak) d beberapa rutan dan lembaga
pemasyarakatan (LP). Langkahnya tu kemudan dkut oleh personel
Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Maia Hukum.
Satgas Antimaia Hukum, sebutan lain untuk satuan tugas itu,
sudah memperoleh banyak nformas bahwa ada ”stana” d dalam
penjara yang dduga mengarah pada permanan uang antara narapdana
dan oknum petugas rutan dan LP. Maka, secara seklas pembuktan
akumulas nformas tupun terjad bahwa d balk ketertutupan
tersmpan rahasa besar adanya fasltas khusus bag narapdana yang
dstmewakan sebagamana d Rutan Pondok Bambu.
Ada beberapa aspek realtas ketdakadlan d seputar ramanya
pembertaan meda tentang dugaan kastansas narapdana oleh

97
petugas rutan dan LP. Pertama, kasus ramanya pembertaan Rutan
Pondok Bambu yang telah domnan merebut perhatan publk, pada
saat yang sama justru menunjukkan adanya sstem penganggaran dan
kebjakan turun-temurun yang tdak memedulkan realtas buruknya
keadaan isik dan keadaan sosial penjara.
Tanpa dsadar, keterbukaan akses duna luar masuk ke dalam
penjara pada akhrnya akan membenarkan bahwa keadaan over
capacty dan mnmnya anggaran untuk baya hdup narapdana harus
dperbak.
Kedua, kasus ramanya pembertaan yang cenderung mengarahkan
pada satu kesmpulan bahwa fasltas tertentu dapat dnkmat oleh
sekelumt narapdana atau tahanan, akan mengarahkan pada perlunya
rumusan standar bangunan yang layak secara kemanusaan terhadap
penghunnya. Realtas tu selalu sangat multdmensonal karena
lingkungan isik yang buruk jelas akan memengaruhi tingkat kesehatan
mental seseorang.
Artnya, jka fasltas buruk yang selama n bertahan d penjara
dan dkontraskan adanya ruangan ”hotel”, tentu phak LP atau rutan
berupaya menghadrkan ss-ss lan untuk membantu narapdana atau
tahanan keluar dar keadaan ketertekanan dan kehdupan yang lebh
sehat. Dar snlah delk prahara kepentngan berman.
Kta saat n melhat betapa banyak perbedaan antara dealta dan
realta yang berlangsung dalam bangunan sstem pemenjaraan. Kasus
tertembaknya spr penjara yang dsusul dengan kaburnya narapdana
dar LP Sukamskn, Bandung, Mnggu, Desember 2009, mengagetkan
banyak kalangan. Kenyataan n pada akhrnya menjad contoh bahwa
hampr d semua LP dan rutan d Indonesa, tekanan lngkungan bak
isik maupun sosial menjadi hal yang sangat memengaruhi napi dan
tahanan untuk kabur. Pada ss lan sstem pengamanan tdak berjalan
maksmal karena terkendala anggaran dan prosedur.
Hal n sebagamana stud Jencks dan Mayer, The Socal
Consequences of Growng Up n A Poor Neghborhood (990) yang
menjelaskan bahwa terdapat korelas yang erat antara krmnaltas
dan lingkungan isik yang buruk karena menyangkut penurunan
tngkat kesehatan mental bahwa tdak ada kebermaknaan hdup yang
drasakan. Ketdakbermaknaan tersebut msalnya dungkapkan oleh
Menkumham bahwa nap dan tahanan bagakan kan sepat yang
dpaksa menghun ruangan sempt, jangankan tdur, untuk berbarng
juga susah.
Dalam kebenngan pkran dan nuran, setap manusa terlahrkan
dalam keadaan yang suc. Keterbatasan bernteraks dengan lngkungan
sosial dan lingkungan isik yang kiranya memiliki peran menjadikan
98
adanya perubahan potens menjad buruk. Hal demkan menjad
salah satu cr terpentng peradaban agama-agama dalam memberkan
perhatannya terhadap penghargaan hak-hak asas manusa, melalu
penngkatan kualtas dr manusa berupa trads keagamaan.
Berdasarkan ilsafat Pancasila dan karakteristik masyarakat
Indonesa yang berketuhanan, sangat dmungknkan moblsas rtual
keberagamaan d dalam LP dan rutan adalah representas pembuman
aspek kemanusan yang adl dan beradab sebagamana dalam UU
Nomor 2 Tahun 995 tentang Lembaga Pemasyarakatan. Suatu
perubahan orentas poltk pemenjaraan dar sstem hukuman berubah
menjad sstem pemasyarakatan bernuansa pembnaan.
Karena tu, kn berkembang sstem pembnaan narapdana
dengan orentas yang berbass d masyarakat (communty-based
correctons). hal tu sekalgus menjad plhan yang efektf dalam sstem
pemasyarakatan dan tentunya dapat ddukung dengan terjalnnya
skema kerja sama sekalgus lahrnya legal formal mengena sstem
pemsyarakatan Indonesa (spasndo) yang membutuhkan hubungan
mutualsme antara narapdana, petugas, dan masyarakat. Hal n guna
mengmbang muatan morals dan agamas serta keteramplan hdup
bag narapdana karena cetak bru kelahran sstem pemasyarakatan, 27
Aprl94, adalah mencerdasakan kehdupan bangsa serta menyebarkan
perdamaan sosal dan lngkungan dalam de pengayoman.
Sntess antara kebermaknaan hdup bag narapdana dengan
poltk pemenjaraan demkan memlk persamaan langkah atas
lebh dulunya para narapdana dan tahanan bsa kulah sebagamana
LP Kelas  Cpnang Jakarta yang telah membuka Fakultas Hukum,
bekerja sama dengan Unverstas Bung Karno.
Bahkan setdaknya hampr semua LP telah memlk sekolah
pembnaan. Sekolah n terselenggara hasl kerjasama antara Drektorat
Jenderal Pemasyarakatan Depkumham dan Drektorat Jenderal
Penddkan Luar Sekolah Depdknas, yang dsebut dengan program
kegatan belajar mengajar (PKBM) bag narapdana. Namun proses
yang tanpa pengawasan masyarakat karena pola ketertutupan poltk
pemenjaraan menjadkan program tersebut jalan d tempat.
Pdana penjara dmaksudkan agar pelaku tndak krmnaltas
pdana menyadar kesalahan dan memperbak dr agar kembal
menjad manusa yang bak. D snlah terjad kesesuaan antara
model pembnaan poltk pemenjaraan nasonal dan konsep tobat.
Karena tobat merupakan satu-satunya cara bag manusa untuk
membershkan dr dar berbaga bentuk kesalahan dan dosa secara
teolog. Tobat dalam pandangan Islam msalnya, berart rujuí atau
kembal pada perbuatan-perbuatan yang bak atau lebh bak. Dalam
99
sstem pemasyarakatan berart mampu bernteraks kembal dengan
masyarakat setelah melaksanakan tuntutan keadlan.
Jka dlhat dar dar sudut n, sangat rons kenyataan nteraks
sosal yang terbangun d masyarakat cenderung memberkan stgma
negatf terhadap bekas narapdana atau tahanan. Ketadaan dukungan
sosal pada akhrnya mencptakan stress-full yang membuat terasngnya
bekas narapdana untuk mengubah dr, yang justru akan bermplkas
negatf dalam melakukan tndakan krmnal agresf.
Tndakan agresf n dapat dpengaruh dua faktor domnan, yatu
karena nalur alamah mencar kebermaknaan dr atas orang lan
yang tdak dtemukan dan faktor stuasonal yang mendukung adanya
penguatan (renforcement) atas tndakan agresf tersebut. Sehngga
serng dtemukan narapdana yang langganan keluar masuk penjara.
Mengacu pada landasan tersebut, memasukkan nternalsas
kebermaknaan narapdana d tengah lngkungan sosalnya menjad
tugas berat nstans Kementeran Hukum dan HAM melalu Drektorat
Pemasyarakatan. Perlu dpkrkan bagamana menghlangkan suasana
ketertekanan dengan dmbang adanya proses pembnaan yang
terntegralstk antara keteramplan dan nuansa keagamaan.
Palng tdak, realta îkestmewaanî yang terjad d Rutan Pondok
Bambu adalah bagan dar upaya menghlangkan ketertekanan hdup
narapdana secara sosal kendat belum ddukung formula yang tepat
sehngga danggap sebaga penympangan.

Harian Suara Merdeka, 14 Januari 2010

00
Imperialisasi Atas Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesa dalam proses kelahrannya merupakan bahasa


yang terbuka dan terlahr melalu proses kreatf. Secara aklamas bahasa
tersebut berasal dar bahasa Melayu yang telah berproses melalu
nteraks global d zaman kemajuan pelayaran abad pertengahan.
Setdaknya dapat dsebut bahwa bahasa Indonesa adalah bahasa yang
sengaja dlahrkan dar proses kreatf masyarakatnya.
Fakta demkan dapat dfaham dar tulsan Alfred Russel Wallace
dalam Malay Archipelago dan Jan Huyghen van Lnschoten dalam
Itinerario bahwa Malaka yang berada d semenanjung Sumatera
merupakan kawasan berkumpulnya nelayan dar berbaga negara.
Untuk tu, bahasa yang berkembang adalah hasl adops kata-kata dar
segala bahasa.
Pelahran denttas baru tu setdaknya berawal dar cara berbcara
masyarakat Malaka yang sangat elegan dan ndah sehngga terkenal
dalam proses komunkas d seluruh wlayah Hnda Belanda. Dalam
novel Pramoedya Ananta Toer berjudul Anak Semua Bangsa, bahasa
Indonesa adalah suatu varan bahasa Melayu yang mskn kata
sehngga terpaksa mengmpor kata-kata baru untuk berkembang.
Proses nlah yang menjadkan bahasa Indonesa selalu hdup melalu
pencptaan dalam proses penyerapan dar bahasa daerah dan bahasa
asng.
Penegasan tersebut ddukung adanya realtas kemajemukan suku
yang ada d Indonesa. Sebaga msal, bahasa Sunda dengan komuntas
Sunda, bahasa Melayu dengan komuntas d Sumatera, bahasa Jawa
dengan komuntas Jawa, bahasa Wotu untuk melukskan komuntas
Toraja, bahasa Alor menggambarkan komuntas Ambon, bahasa
Bulanga untuk mencermnkan komuntas Gorontalo, bahasa Sasak
untuk mewakl komuntas Bal dan Flores, serta ratusan bahasa-bahasa
lannya. Hal nlah yang memancng tuntutan agar bahasa dbawa pada
konteks ntegralstk.
Ironsnya, keterbukaan bahasa Indonesa yang daku oleh para
pakar kebahasaan pada masa lalu, justru kn mengalam perubahan
makna. Kepungan bahasa-bahasa dar berbaga negara dan daerah
lokal Indonesa dmakna sebaga proses mperalsas bahasa. Padahal
dalam prosesnya, bahasa Indonesa lahr melalu banyaknya mpor
kata-kata baru.
Hal demkan akan semakn jelas dengan menyebutkan jumlah kata
serapan yang telah dsusun oleh Pusat Pembnaan dan Pengembangan
0
Bahasa, yatu Belanda sebanyak 3.280 kata, Inggrs sebanyak .0
kata, Arab sebanyak .495 kata, Sankerta sebanyak 77 kata, Tonghoa
sebanyak 290 kata, Portugs sebanyak 3 kata, Taml sebanyak 83
kata, Pars sebanyak 3 kata, dan Hnd sebanyak 7 kata.
Globalsas merupakan momentum untuk pengembangan bahasa
Indonesa sebaga bahasa yang terbuka dan adaptf terhadap bahasa
lan, bukan sebaga kekalahan bahasa Indonesa dalam nteraks sosal.
Proses kreatf untuk melanjutkan gerakan mpor kata mestnya bukan
dartkan sebaga proses pembusukan terhadap bahasa Indonesa
sebaga bagan dar jat dr bangsa. Hal tu sangat tdak masuk akal,
tak lan karena mengandung cacat kenyataan berupa pengngkaran
terhadap proses kelahran bahasa Indonesa sebaga denttas bahasa
baru
Tetap tulah kenyataan pengngkaran bahasa Indonesa sebaga
bahasa yang terbuka karena terpengaruh oleh kesadaran tdak
kreatfnya penentu kebjakan kebahasaan. Kn, ketka usa kelahran
bahasa Indonesa sejak dkrarkan sebaga bahasa persatuan sudah
mencapai 81 tahun, releksi kreativitas justru terpasung dengan
“menuduh” bahasa asng sebaga vrus atas saktnya bahasa Indonesa.
Dan parahnya, penentu kebjakan kebahasaan yang dperankan oleh
Pusat Bahasa hanya menghadrkan solus pragmats berupa lahrnya
UU kebahasaan, yang dgabung dengan aturan penggunaan bendera,
lambang negara, dan lagu kebangsaan.
Lahrnya UU Nomor 24 tahun 2009 tentang penggunaan bendera,
bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan yang dsahkan pada
9 Jul 2009 n secara konsep memlk tga tujuan pokok, yatu
memperkuat persatuan, menjaga kehormatan untuk menunjukkan
kedaulatan negara, dan mencptakan ketertban serta standardsas
penggunaan bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan.
Namun konsttusonalsas bahasa Indonesa n tdak konssten dengan
hampanya aturan mengena larangan serta pdana atas penyelewengan
bahasa. Sehngga keberadaan UU dengan 9 Bab dan 74 pasal n tdak
member langkah prakts pada pengembangan bahasa Indonesa.
Kesan terbengkalanya bahasa Indonesa pada dasarnya bermula
dar proses penddkan yang ada. Selama n pengembangan kebahasaan
selalu dtmpakan pada lembaga penddkan yang mengajarkan
tentang tata bahasa. Dan memang dar lembaga nlah bahasa
Indonesa mengalam kemunduran karena proses pembelajaran yang
dperkenalkan terbatas pada ejaan yang dbakukan. Ejaan baku yang
telah dsempurnakan dan dresmkan penggunaannya pada  Agustus
972 terkesan stagnan bahkan konservatf sehngga pelajaran bahasa
Indonesa menjad momok bag peserta ddk yang pada akhrnya
02
menjemukan dan dtnggalkan.
Untuk tu, penyakt memudarnya kebanggaan serta kesetaan
berbahasa Indonesa terletak pada hlangnya pedoman berbahasa yang
bak. Pusat Bahasa sebaga nstans yang berwenang pada kebjakan
kebahasaan seolah mat sur dan belum mampu menghadrkan
terobosan atas konservatfnya ejaan baku. Inlah yang kemudan
menyebabkan kalangan pelajar sebaga generas muda pelanjut dan
penutur langsung, memlh untuk mengesampngkan bahasa Indonesa
karena tdak adanya teladan dan berkembangnya perseps bahwa ejaan
bahasa Indonesa yang bak justru terkesan kaku dan rigid.
Kekacauan tutur bahasa yang dwujudkan melalu mpor bahasa
asng oleh masyarakat penutur pada masa sekarang, bsa danggap
sebaga bentuk kreatvtas hak partspas masyarakat dalam proses
serapan. Kesempatan demkan agar tdak menjadkan bahasa Indonesa
yang semula sebaga bahasa terbuka menjad tertutup sehngga
dperoleh kekayaan kata-kata baru. Untuk tulah Pusat Bahasa sebaga
pemegang kebjakan kebahasaan mest melahrkan standar kreatvtas
bahasa melalu panduan serapan untuk memperkaya kata-kata baru
dalam bahasa Indonesa.

Harian Republika, 2 November 2010

03
04
Jihad Untuk Pendidikan Gratis

S
alah satu bahaya besar yang mengancam dalam penyelenggaraan
penddkan nasonal adalah masuknya hukum dagang
nternasonal. Sangat dsayangkan penddkan harus tergrng
dalam penympangan yang tergolong political corruption, yatu
penggunaan kekuasaan untuk keuntungan tertentu berpola
komersalsas. Hal demkan jelas terlhat karena dalam pasal 3
amandemen UUD 945 menyatakan bahwa setap warga negara
berhak mendapatkan penddkan, namun kenyataannya penddkan
hanya bsa dnkmat orang bermodal.
Amanademen keempat UUD 945 pasal 3 ayat 4 semakn
menguatkan bahwa penddkan murah harus dlakukan pemerntah
dengan adanya penegasan prortas anggaran penddkan sekurang-
kurangnya 20 persen dar APBN dan APBD. Penegasan n juga
dperkuat kembal dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sstem
Penddkan Nasonal (Ssdknas).
Secara kultural dan nsttusonal, amanat penddkan murah
bahkan grats telah muncul dalam kehdupan berbangsa jauh sebelum
masa kemerdekaan. Penddkan zaman kolonal yang tdak adl dengan
berbaga pemlahan dan hanya bsa dkut kalangan prbum tertentu

05
telah memunculkan nsttus penddkan grats sebaga perlawanan,
sepert nsttus pesantren dan madrasah yang sampa kn mash tetap
berjalan dengan pasang surutnya perkembangan.
Ketdakadlan pelayanan penddkan masa kolonal tersebut lahr
melalu kategorsas dalam tga varan, yatu sekolah dasar yang
khusus dperuntukkan bag masyarakat Eropa, sekolah dasar umum
dan spesal untuk kaum bangsawan prbum pada status tertentu,
dan sekolah rakyat yang dapat dplh oleh antara dua kalangan,
Eropa dan prbum. Kategorsas demkan untuk tetap menjaga
keterbelakangan bangsa Indonesa d bawah superortas bangsa lan,
sekalgus mencptakan kesenjangan yang terlalu jauh antara kalangan
bangsawan dengan rakyat jelata.
Kesadaran pentngnya penddkan murah dan persamaan hak
untuk memperoleh penddkan bag setap warga negara setdaknya
yang mempengaruh munculnya salah satu dasar pembentukan Negara
Indonesa berupa mencerdaskan kehdupan bangsa dan memajukan
kesejahteraan umum yang tercantum dalam pembukaan UUD 945.
Berbaga landasan yang ada dalam perjalanan negara berbangsa
ternyata belum mampu mengokohkan relas keadlan memperoleh
penddkan yang murah atau moraltas dalam konsentras mencptakan
penddkan dasar grats dan dtanggung negara. Padahal langkah
tersebut adalah tugas pokok penyelenggara negara yang harus
melndung, memenuh, serta memajukan kesejahteraan rakyat melalu
penddkan yang bak dan terjangkau untuk semua.
Ketegasan konsttus dalam upaya menyejahterakan secara khusus
kemudan djabarkan dalam rumusan pasal 34 ayat  UUD 945 bahwa
fakr mskn dan anak-anak telantar dpelhara oleh negara. Namun
menjelang usa 5 tahun Indonesa merdeka, bangsa n semakn
tersadar betapa sultnya menagh amanat konsttus tersebut. Presden
pun sudah slh bergant, dan setap pemerntahan tentu mengaku
sudah membuat kebjakan dan program pengentasan kemsknan
untuk mendukung penddkan dengan alokas anggaran trlunan
rupah. Namun angka putus sekolah atau anak-anak yang tdak dapat
merasakan penddkan dengan bak tdak mampu terbendung untuk
turun secara berart sehngga berbaga program menjad tdak efektf.
D mana-mana termasuk d depan stana negara maupun d sektar
“stana” perwaklan rakyat, ada tanda-tanda kemsknan betapa
pun dnyatakan perekonoman tumbuh dengan bak. Hal demkan
menjadkan akses penddkan sebaga hal yang sangat mahal.
Pembangunan sebaga emanspas kebudayaan semakn jelas sosoknya
sebaga penndas kalangan lemah. Sebagamana lngkaran temats
Peter L. Berger dalam Pyramids of Sacriice (974), terdapat baya-
0
baya manusaw yang pada akhrnya menjadkan masyarakat sebaga
korban isik demi kemajuan dalam pemaksaan pembangunan.
Pengorbanan atas masyarakat lemah yang terwakl oleh kaum
fakr mskn terlhat dar paradgma lberalsas ekonom yang
menggantungkan pertumbuhan ekonom nasonal kepada tngkat
konsums masyarakat yang setngg-tnggnya. Bahkan pemerntah
pun membus rakyatnya dengan bayang majnas pendapatan yang
lebih tinggi di masa depan daripada saat ini. Aliran berikir demikian
dsokong kebjakan penngkatan utang yang pada pamtnya Sr
Mulyan sebaga Menter Keuangan mennggalkan warsan utang
sebanyak .588 trlun.
Utang yang selalu bertambah tersebut ternyata tdak memlk
korelas postf terhadap penyedaan penddkan murah, apalag grats.
Betapa tdak, mahalnya baya pendaftaran dan baya belajar, telah
memformalkan dskrmnas untuk memperoleh penddkan yang
bermutu. Jka selama n alasan yang dgunakan adalah penddkan
bermutu tu harus mahal, maka alasan tersebut hanya berlaku d
Indonesa. Hal demkan karena d negara-negara maju sepert
Jerman, Perancs, Belanda, dan d negara berkembang lannya, baya
penddkannya sangat rendah bahkan dgratskan. Tap mengapa d
Indonesa tdak?
Sangat mudah dfaham bahwa penddkan nasonal sudah telanjur
masuk dalam era “ndustralsas dan komersalsas” dalam hukum
dagang nternasonal. Tentu ada phak-phak yang berkepentngan dan
menkmat dengan menggunakan dalh anggaran pemerntah yang
tdak cukup, alasan dana besar untuk menjad Sekolah Berstandar
Internasonal (SBI), atau juga perlu penngkatan fasltas. Alasan n
umum dsampakan kalangan petngg sekolah, kampus, bahkan phak
kementeran yang ddukung pakar penddkan yang pro penddkan
mahal sebaga bentuk dskrmnas baru neokolonal.
Dalam Islam, pembayaan penddkan dar setap tngkatan
sepenuhnya menjad tanggung jawab negara. Sebagamana dungkapkan
Abdurrahman al-Malk dalam ktab As-Siyasah Al-Iqtishadiyah Al-
Mutsla (93), negara berkewajban menjamn kebutuhan pokok
masyarakat terkat penddkan, kesehatan, dan keamanan. Hal
demkan mengacu pada pesan Nab Muhammad SAW yang dperkuat
oleh jma’ para Sahabat bahwa mam adalah bagakan penggembala
dan dalah yang bertanggung jawab atas gembalaannya.
Perhatan yang besar atas penddkan grats atau murah dalam
Islam n dwujudkan dengan dbangunnya berbaga perguruan tngg
yang juga dlengkap dengan berbaga sarana dan prasarananya. Setap
perguruan tngg akan dlengkap dengan keberadaan audtorum,
07
asrama mahasswa, juga perumahan dosen dan ulama. Selan tu,
perguruan terdapat pula taman rekreas, kamar mand, dapur, dan
ruang makan bersama. Sebaga contoh, perguruan tngg terbesar masa
Islam adalah Madrasah Nzhamyah dan Madrasah Al-Mustanshryah
d Baghdad yang ddrkan khalfah Al-Mustanshr, Madrasah Al-
Nuryah d Damaskus, serta Madrasah An-Nashryah dan Al-Azhar
d Karo.
Struktur bangunan yang ada tersebut jelas jelas akan memlk
kesamaan dengan keberadaan pesantren sebaga nsttus perlawanan
kaum muslm terhadap dskrmnas penddkan atau wujud jhad
penddkan. Jhad pada dasarnya mengandung dua muatan makna.
Pertama, secara bahasa adalah kesultan (masyaqah) sebagamana
dalam ktab Fathul Bari Syarh Shakhih Bukhari dan Naylul Awthar.
Kedua, jhad dalam konteks hukum adalah mengerahkan segenap
potens untuk kebakan, msalnya dengan bantuan mater, pendapat,
penyedaan logstk serta model-model perlawanan terhadap hawa
nafsu, eksplotas ekonom, dskrmnas penddkan, dan penjajahan
poltk. Dengan demkan, memperjuangkan penddkan murah atau
grats adalah bagan dar jhad agar tada lag dskrmnas sosal yang
membedakan kelas masyarakat.

08
Mangrove Center dan Perda Pesisir

J
ka memang mash mengngnkan Pulau Jawa tdak semakn
menyempt karena abras dan naknya permukaan ar laut
sebaga pengaruh pemanasan global, maka mewujudkan kembal
kesembangan vegetas kawasan pessr mendesak untuk dlakukan.
Manusia boleh saja membangun infrastruktur isik seperti pemecah
gelombang (breakwater), penahan gelombang, dan sejensnya yang
menelan dana ratusan mlar, bahkan trlunan rupah, tetap semuanya
hanya dalam htungan waktu karena sejatnya alam mest dlawan
dengan kearfan lngkungan yang bak.
Saat n, kenyataan rusaknya kawasan pessr khusunya Panta
Utara Jawa bagan barat jelas menjad bukt kalahnya teknolog
manusa mengatas keganasan alam. Hal n dapat dlhat dar bangunan
penahan gelombang laksana benteng yang bernla puluhan mlar
d Panta Dadap, Indramayu, mula hancur. Kenyataan serupa juga
melanda d sepanjang Pantura Barat dar Crebon sampa Bekas yang
bahkan kerusakan konstruksnya terjad setap tahun. Dan tentu baya
untuk memperbaknya kembal menghabskan dana mlaran. Untuk
tulah gagasan membentuk “Mangrove Center” oleh Yan Mulyantoro,
Kepala Dnas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indramayu perlu

09
mendapatkan dukungan.
Sebagamana d Jawa Barat, sektar 9,95 persen kawasan hutan
mangrove d panta utara Jawa Tengah juga mengalam pengrusakan,
bak dalam status rusak sedang maupun berat. Hal tu dsebabkan
adanya alh fungs lahan untuk tambak, pemukman, ndustr,
pengembangan parwsata yang tdak berbass konservas, serta
adanya penebangan lar, sebagamana dkemukakan Sr Puryono Karto
Soedarmo, Kepala Dnas Kehutanan Provns Jateng, dalam desertas
berjudul ’’Pelestaran Kawasan Hutan Mangrove Berbass Masyarakat
d Panta Utara Provns Jateng’’
Vegetas pessr berupa mangrove dalam aspek bolognya
merupakan tempat berpjahnya udang, kan, dan keptng. Adapun
untuk aspek kmawnya mampu menyerap polutan. Untuk tu, jka
hutannya gundul maka polutan dar udara maupun daerah hulu tdak
bsa lag dnetralsr karena ketadaan fungs hutan yang menghaslkan
oksgen dan CO2 serta menyerap polutan-polutan lan. Dalam upaya
mewujudkan kelestaran hutan mangrove harus dsusun grand design
rencana pelestaran atau tata ruang pessr yang memperjelas zonas
pessr dan kelautan, yatu zona nt, konservas, penyangga, serta
pemanfaatan.
Rencana pelestaran n perlu ddukung adanya peraturan daerah
tentang pessr, karena setelah dberlakukannya UU Nomor 32 tahun
2004 tentang pemerntahan daerah justru mempercepat eksplotas
sumber daya alam dan lngkungan secara besar-besaran yang akhrnya
mennggalkan prnsp-prnsp keselamatan lngkungan. Perubahan
besar yang telah dbawa oleh UU tersebut adalah bahwa sekarang
wlayah daerah provns terdr dar wlayah daratan dan wlayah
lautan sejauh dua belas ml laut dukur dar gars panta ke arah laut
lepas ke arah peraran kepulauan dar yang semula hanya daratan.
Sedangkan kewenangan daerah kabupaten atau kota d wlayah laut
adalah sejauh sepertga dar wlayah laut provns (pasal 8 ayat 4).
Hal ini jelas akan berdampak pada kerusakan lingkungan bio-isik
dan memberkan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan
masyarakat yang telanjur menggantungkan pemanfaatan sumber daya
alam berbass bahar jka tdak dmbang adanya Perda tentang pessr
dan kelautan.
Msalnya pengembangan sebuah panta, tdak bsa dgunakan
sebaga lahan pembangunan hotel dan bungalow karena masyarakat
justru kehlangan khasanah dan ruang publk. Daerah panta harus
dperuntukkan bag rekreas panta, taman, dan hutan panta, bak
sebaga cagar alam maupun hutan wsata. Mengacu pada UU Nomor
23 tahun 997 tentang pengelolaan lngkungan hdup, perlu djaga
0
adanya kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hdup, termasuk manusa dan perlakunya, yang memengaruh
kelangsungan perkehdupan dan kesejahteeraan manusa serta
makhluk hdup lannya.
Sudah ada 0 daerah d Indonesa yang telah melaksanakan
kebjakan dan program pengelolaan daerah pessr dengan membuat
Perda tentang pessr sesua dengan karakterstknya masng-masng,
sepert Sulawes Utara, Sulawes Tenggara, Gorontalo, Kabupaten
Mnahasa, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Warngn tmur,
Kabupaten Maros, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Konawe, dan
Kabupaten Btung (Kompas, 27/2/07). Bahkan Menter Kelautan dan
Perkanan, Freddy Number, menargetkan bahwa Perda pengelolaan
wlayah pessr pada akhrnya dapat dberlakukan d 5 Provns dan
42 kabupaten atau kota pessr sebaga lokas penjabaran marine
coastal resources management.
Dalam katan dengan perwujudan good governanve, perwujudan
konsep open government yang mengaku public right to participate
dalam pembentukan kebjakan publk, masyarakat perlu mengawas
dan kut andl dalam kendal kebjakan dalam Perda pessr tersebut.
Perlu adanya snkronsas sstem perencanaan, pemanfaatan
sumberdaya pessr, serta pengendalan pemberan jn. Selan tu,
perlu pula adanya kejelasan tentang konservas, mtgas bencana,
jamnan lngkungan, dan upaya pemberdayaan masyarakat pessr.
Sepert dketahu bahwa semenjak dberlangsungkannya Konferens
Kelautan Duna (World Ocean Conference) d Manado pada -5 Me
2009, Indonesa yang merupakan negara kepulauan dengan bentangan
pessr yang panjang dan luas mest sudah mempersapkan skenaro
pengelolaan kelautan dan perkanan serta keanekaragaman hayat
yang berkelanjutan secara lntas sektoral. Selan tu, perkembangan
kepedulan terhadap lngkungan dpengaruh oleh kampanye Albert
Gore bersama Intergovermental Panel on Clmate Change (IPCC)
yang menyebarluaskan pengetahuan mengena perubahan klm akbat
perbuatan manusa. D satu ss, ada yang menyatakan fokus terhadap
kehutanan, ada juga yang cenderung fokus pada kelautan. Melalu pola
demkan, Indonesa harus mampu berperan sebaga pemmpn dalam
dua ss sekalgus karena lngkungan alam yang mencakup hutan dan
laut.
Sejalan dengan rangkaan penataan wlayah pessr dan kehutanan,
pengembangan hutan mangrove merupakan salah satu ops terbak
dalam memadukan dua peran sekalgus. Terlebh pemerntah Indonesa
Amerka Serkat telah mengalhkan utang luar neger dar Amerka
Serkat untuk konservas alam (dept for nature) sebesar 70 juta euro atau

lebh dar 70 mlar. Sebelum persoalan lan d balk skema pengalhan
utang terjad, mest dantspas adanya persoalan kelembagaan yang
tdak efektf agar ke depannya tdak terdapat tndak “akal-akalan”
menyangkut potens yang dmlk hutan d daratan maupun d pessr
dan pulau kecl d tengah lautan. Pemaknaan n bsa dperkuat dengan
kejelasan tga klausul, yatu tentang pengelolaan kawasan, pengaturan
usaha pertambangan atau penambangan, dan status kawasan.
Secara sederhana yang dperlukan adalah kepastan adanya
delk kesadaran untuk mengembangkan potens serta menjaga aset
yang ada agar tetap mlk daerah atasnama masyarakat. Semakn
terkksnya wlayah pessr Panta Utara Jawa karena abras jelas akan
menghlangkan aset masyarakat dan daerah. Karena tu, mangrove
center dan Perda tentang pessr mendesak untuk dwujudkan.

Harian Rakyat Merdeka, 15 Oktober 2009

2
3
BIODATA PENULIS

Muh. Khamdan, S.Pd.I


Lahir di Jepara, 25 Pebruari 1985.

Riwayat Pendidikan: sedang belajar di Pascasarjana


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Agama
dan Perdamaain. Menyelesaikan S1 di Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN
Kudus Jawa Tengah. Pernah nyantri di Pondok Pesantren
Salafy Al Muna Mayong Jepara dan PP Tahidhul Qur’an Al
Husna, Mayong Jepara.
Organisasi: Selama kuliah pernah menjabat Pemimpin Redaksi dan
Pimpinan Umum Majalah Paradigma, juga menjadi Dewan Perwakilan
Mahasiswa (Senat Mahasiswa), sekaligus Sekretaris Dewan Kota
Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Jawa Tengah. Selain itu,
dalam banom NU bergabung dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
serta presidium Forum Komunikasi Lintas Akademik dan Pesantren (For-
KLAP) Jepara.
Pekerjaan: Pernah menjadi pengajar pada beberapa sekolah dari tingkat
TK sampai menengah atas di kota kelahiran, fungsional Widyaiswara pada
BPSDM Kementerian Hukum dan HAM (2009-sekarang), sekaligus peneliti di
Paradigma Institute.
Karya Tulis: Dari Paradigma Mu’amalah Menuju Paradigma Iqtishadiyah;
Makna Ekonomi Untuk Aksi Bagi Kalangan Pesantren (karya tulis Balitbang
Depag, 2008), Releksi Pemikiran Jaringan Islam Emansipatoris: Studi
Terhadap Pendidikan Islam Emansipatoris dan Implikasinya Dalam
Pemberdayaan Keberagamaan Masyarakat (Skripsi STAIN Kudus, 2007),
Pendidikan Islam Untuk Praksis Pembebasan: Transmisi Teologi Progresif Ke
Dalam Dunia Pendidikan (riset STAIN Kudus, 2007), Jihad Melawan Korupsi,
Mengurai ”Perselingkuhan” Agama, Agamawan, dan Tradisi Kekuasaan
(ACIS-Ditpertais Depag, 2007), Reposisi dan Reinterpretasi Pendidikan
Islam dalam Frustasi Keberagamaan (Lemlit UIN Jakarta, 2007), Pendidikan
(Islam) Emansipatoris: Pendidikan Alternatif Untuk Transformasi Masyarakat
(ACIS-Ditpertais, 2006), Menggugah Multikulturalisme di Era Posmodernisme
(PPSDM UIN Jakarta-Ditpertais, 2005), Retorika Neokonservatisme Undang-
Undang Guru dan Dosen: Telaah Sosiologis Terhadap Profesionalisme Guru
Agama Islam (STAIN Kudus, 2006), dan penelitian tentang Pesantren di
Lembaga Pemasyarakatan (Sebuah Model Pendidikan Pesantren Dalam
Upaya Menanggulangi Kekerasan di Lembaga Pemasyarakatan) pada
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kementerian Agama RI tahun 2010.
Tulisannya sering dimuat pada Harian Pikiran Rakyat, Republika, Suara
Merdeka, Rakyat Merdeka, Solopos, dan berbagai majalah serta jurnal
ilmiah.
Contact Person: 081326193918, email: sadam_mh25285@yahoo.com

4

Anda mungkin juga menyukai