Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM PENGADILAN INTERNASIONAL

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM OLEH


ICC(INTERNATIONAL CRIMINAL COURT)
TERHADAP KONSPIRASI

Oleh:
Amanda Yara Dhika 20170610221
Rikki Hendrawan 20170610239
Ruby Nur Adilla 20170610245
Muhammad abdhul R 20170610272
Imam Arif Pratama 20170610277
Michael Alexander 20170610289
Mat Zeni Saputra 20170610302
M.Nur Iskandar A 20170610449
Kelas f

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah
memberikan kemudahan dalam pembuatan makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanah Sebagai Fungsi Sosial” tepat pada
waktunya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang mana telah memberikan dukungan
moral maupun moril pada proses penulisan makalah ini.
Sebagai mahasiswa yang menghargai sebuah perubahan ke arah yang lebih
baik saya selaku penulis terbuka atas kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kepentingan kesempurnaan penulisan karya selanjutnya.

Yogyakarta, 21 November 2019

Penulis.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peristiwa runtuhnya Gedung kembar World Trade Center (WTC) di New
York Amerika Serikat pada tanggal 11 september 2001 atau yang dikenal dengan
Black Tuesday tidak hanya mengejutkan bagi Amerika sendiri, tetapi juga seluruh
dunia ikut terkejut dan mengutuk serangan yang menewaskan ribuan warga
tersebut. Hampir seluruh media massa, tidak hanya di Amerika tetapi juga dunia,
menempatkan peristiwa tersebut sebagai berita utama, mengalahkan isu-isu lokal
maupun internasional lainnya yang terjadi selama rentang waktu sekurang
kurangnya dua pekan pasca terjadinya tragedi tersebut (Hamm, 2006).
Tidak lama setelah kejadian tersebut Pemerintah Amerika mengeluarkan
pernyataan yang meyakini bahwa pelaku dari serangan ini adalah kelompok Al-
Qaida pimpinan Osama Bin Laden yang juga diyakini bersembunyi di Afganistan
(Hamm, 2006). Al-qaida adalah kelompok yang dibentuk dari relawan mujahidin
yang bergerilya melawan invasi Uni Soviet di Afghanistan pada tahun 1979.
Pasukan ini berhasil memperjuangkan kebebasan Afghanistan dari invasi Uni
Soviet.1
Sejak tragedi WTC Aksi militer Amerika terkait dengan dalih “Perang
melawan terorisme” seperti kita ketahui tidak berhenti hanya di Afganistan
(dimulai 12 oktober 2001), tetapi berlanjut sampai dengan ke Irak (tahun 2003)
dan masih berlanjut sampai saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Tragedi WTC merupakan kejahatan internasional tetapi dalam mengadili
terduga teroris Osama Bin Laden dilakukan oleh Amerika serikat sendiri, tidak
diadili oleh ICC. Bagaimana efektivitas penegakan hukum oleh ICC terhadap
kasus kejahatan internasional?
1.3 Manfaat Penulisan Makalah
1.3.1 Mengetahui efektivitas dari ICC terhadap kasus WTC.

1
Hanan Qisthina Sindi, Analisis Perilaku Kejahatan Terorisme Osama Bin Laden,
Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal. 93-98

2
1.3.2 Mengetahui bagaimana Amerika mengeksekusi terduga teroris Osama Bin
Laden .
1.3.3 Mengetahui konsep yurisdiksi ICC dan yurisdiksi universal secara umum.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kejahatan Kemanusian Dalam Kasus World Trade Center (WTC)
Tragedi 11 September 2001 telah membawa dampak serius bagi dinamika
politik global. Dunia terhenyak kala gedung World Trade Center (WTC) yang
menjadi sentral ekonomi Amerika Serikat tersebut roboh diterjang pesawat yang
disinyalir dikendalikan sekelompok teroris. Ribuan korban berjatuhan. Pasca
kejadian, Amerika Serikat menyusun skenario dengan melakukan penangkapan
terhadap orang-orang yang diduga terlibat dalam tragedi tersebut. Presiden
Amerika Serikat saat itu, George W. Bush kemudian memenjarakan mereka di
penjara Guantanamo.
Pro dan kontra bermunculan, terlebih saat Bush menginstruksikan perang dan
mengkategorikan beberapa negara “pembangkang” sebagai Axis of Evil
(International Herald Tribune: 2009). Friksi antar negara tak terelakkan. Sebagian
negara mendukung penuh kebijakan Amerika Serikat yang hendak memerangi
teroris, dan sebagian yang lain, kontra dengannya. Mereka yang kontra menuding
bahwa tragedi ini menjadi bagian dari konspirasi politik Amerika Serikat untuk
memuluskan obsesinya menghancurkan Islam dan menguasai kawasan Timur-
Tengah.
Hal penting yang perluh dikaji dalam ranah ilmiah selain mengungkap
kebenaran dari kasus wtc adalah mengkategorikan kasus tersebut sebagai kasus
pelanggaran HAM Berat atau tidak. ICC (International Criminal Court) dibentuk
berdasarkan perjanjian internasional yang tertuang di dalam Statuta Roma 1998.
ICC merupakan Pengadilan Pidana Internasional pertama yang bersifat permanen.
Lembaga ini tidak menjadi bagian dari PBB, melainkan berkedudukan sebagai
sebuah organisasi internasional yang independen.2

2
Ari Siswanto,Hukum Pidana Internasional, 2015,Andi. Yogyakarta. Hlm 339.

3
ICC memiliki 4 yurisdiksi yakni yurisdiksi personal, temporal, kriminal, dan
teritorial. Yurisdiksi personal adalah kewenangan yang dimiliki oleh ICC untuk
mengadili setiap individu yang melakukan kejahatan atau tindak pidana.
Sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 25 ayat (1) Statuta Roma, sehingga
dalam hal ini, negara bukan merupakan yurisdiksi personal dari ICC.
Yurisdiksi temporal adalah kewenangan ICC sebagaimana diatur dalam pasal
11 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan bahwa ICC hanya memiliki yurisdiksi atas
kejahatan yang dilakukan setelah mulai berlakunya Statuta ini. Menurut yurisdiksi
ini, ICC juga tidak memberlakukan asas daluwarsa (lapse of time). Yurisdiksi
kriminal adalah yurisdiksi yang dimiliki oleh ICC dalam menjalankan tugasnya
untuk mengadili kejahatan-kejahatan internasional yang termasuk atau diatur di
dalam Statuta Roma 1998. Dalam yurisdiksi kriminal ICC telah diatur dalam
Pasal 5 Statuta Roma 1998 antara lain, pertama Kejahatan kemanusiaan (Crimes
against humanity). Definsi kejahatan kemanusiaan secara tegas yang dicantumkan
dalam Pasal 7 Statuta Roma 1998 yang menyebutkan:
“Penjelasan dari bunyi pasal di atas, bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan
merupakan salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai serangan yang meluas
atau sistematis yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil, tindakan tersebut berupa pembunuhan,
permusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau
bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu
kelompok tertentu atau perkumpulannya yang didasari persamaan politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin dan alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional, penghilangan orang secara paksa, kejahatan apartheid, dan
tindakan-tindakan lain yang tidak berprikemanusiaan, dilakukan dengan
sengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap tubuh atau mental atau
kesehatan fisik.”

4
Dari definisi tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:3
a. Penyerangan langsung yang dilakukan terhadap penduduk sipil artinya
suatu perbuatan yang melibatkan banyak pihak terhadap penduduk sipil
yang dijalankan atau dibantu oleh negara atau kebijakan organisasi
untuk melakukan penyerangan sedemikian.
b. Pembasmian termasuk penganiayaan atau penyengsaraan yang
disengaja terhadap kondisi hidup, penghalangan untuk mendapat
makanan dan obat-obatan yang dilakukan untuk merusak bagian
populasi.
c. Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa berarti pemindahan
tempat secara paksa terhadap seseorang dengan jalan pengusiran atau
perbuatan paksa lainnya, dari suatu tempat di mana seseorang
diperbolehkan oleh hukum untuk tinggal, tanpa dasar-dasar yang
diizinkan oleh hukum internasional.
d. Penyiksaan berarti penyengsaraan yang disengaja untuk menimbulkan
penderitaan ataupun sakit yang amat sangat, baik terhadap fisik
maupun mental, yang dilakukan terhadap seseorang yang berada dalam
perlindungan atau yang sedang menjadi tertuduh.
e. Kehamilan secara paksa berarti pembatasan secara melawan hukum
terhadap seorang wanita untuk hamil secara paksa, dengan maksud
untuk membuat komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk
melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya.
f. Penindasan berarti penghalang-halangan secara keji terhadap hak-hak
asasi yang bertentangan dengan hukum internasional dengan alasan-
alasan yang berkaitan dengan identitas suatu kelompok atau golongan
tertentu.
g. Kejahatan apartheid berarti perbuatan tidak manusiawi sebagaimana
perbuatan yang dilakukan dalam rangka pelembagaan rezim penindasan
yang sistematis dan didominasi oleh sebuah kelompok ras atau

3
Aristo M. A. Pangaribuan, Perdebatan Menuju Mahkamah Pidana Internasional,
2013,Papas Sinar Sinanti dan Badan Penerbit FH UI, Jakarta Halaman 158

5
kelompok-kelompok ras dan dilakukan untuk melanggengkan rezim
tersebut.
h. Penghilangan orang secara paksa berarti menangkap, menahan, menculik
seseorang oleh atau dengan kewenangan, dalam rangka mendukung atau
memenuhi keinginan negara atau sebuah organisasi politik, yang
ditindaklanjuti dengan penolakan untuk mengakui adanya pelanggaran
terhadap kemerdekaan tersebut, atau menolak untuk memberikan informasi
atas nasib maupun keadaan orang tersebut, dengan niat untuk menjauhkan
mereka dari perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Statuta Roma 1998, terdapat beberapa karakteristik dalam
pengaturan kejahatan kemanusiaan antara lain, Statuta ICC memasukan sifat
meluas (widespread) atau sistematik (systematic) sebagai salah satu unsur
kejahatan terhadap kemanusiaan. Meski tidak secara tegas menyebut keterlibatan
pemerintah negara dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, terdapat kecendrungan
untuk mengaitkan unsur widespread or systematic ini dengan perlunya syarat
keterlibatan pemerintah negara dalam tindakan yang disebut kejahatan terhadap
kemanusiaan ini. ICC juga menyatakan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan
harus memenuhi unsur pengetahuan perihal serangan (knowledge of the attack).
Berdasarkan unsur ini, seorang pelaku tidak harus secara intens terlibat menjadi
bagian dari sebuah kampanye kejahatan yang sistematik atau luas. Ia bisa
dikualifikasikan melakukan kejahatan biarpun ia hanya sekedar mengetahui
bahwa apa yang ia lakukan.
Berdasarkan penjabaran diatas jika dikaitkan dengan kasus Kasus WTC yaitu4
Pada 11 September 2001, pukul 8.45 pagi, pesawat American Airlines Boeing 767
dengan 20 ribu galon bahan bakar, menabrak menara utara World Trade Center di
New York, tabrakan itu menyisakan lubang menganga dan terbakar di dekat lantai
80. Membunuh ratusan orang sekaligus dan membuat mereka yang berada di
lantai lebih tinggi terjebak (WTC terdiri dari 110 lantai).

4
Gita Laras Widyaningrum Kronologis Serangan 9/11, Runtuhnya Menara Kembar, dan
Osama Bin Laden https://nationalgeographic.grid.id/read/13935227/kronologis-serangan-
911-runtuhnya-menara-kembar-dan-osama-bin-laden?page=2 di Akses pada tanggal
19/11/2019 pada pikul 20.50

6
Saat evakuasi sedang dilakukan, tak lama kemudian -- tepatnya 18 menit
setelah tabrakan pertama -- pesawat lain kembali mengarahkan badannya menuju
World Trade Center dan menghantamnya. Membelah menara selatan di dekat
lantai 60. Kedua tabrakan tersebut menyebabkan ledakan besar. Membuat puing-
puing berjatuhan ke jalanan di bawahnya.
Ketika jutaan warga AS belum mengerti tentang apa yang terjadi di WTC,
pesawat American Airlines Flight 77 berputar mengitari Washington D.C,
sebelum akhirnya menabrak sisi barat markas besar militer Pentagon, pada 9.45
pagi. Ada sekitar 125 personel militer dan warga sipil yang terbunuh di Pentagon
akibat serangan tersebut. Sementara korban tewas dari pesawat mencapai 64
orang.
Kurang dari 15 menit setelah serangan Pentagon, horor di New York kembali
terjadi. Menara selatan WTC yang sebelumnya ditabrak pesawat, runtuh dan
tumbang ke permukaan tanah. Menciptakan awan debu raksasa. Struktur baja dari
gedung pencakar langit yang bisa menantang angin dengan kecepatan 200 mil
tersebut, pada akhirnya tidak mampu menahan panas luar biasa yang dihasilkan
oleh bahan bakar.
Pukul 10.30 pagi, menara utara menyusul kembarannya dan ikut runtuh.Hanya
enam orang di gedung WTC yang berhasil selamat dari bencana itu. Sekitar 10
ribu orang mengalami luka yang cukup para.
Sementara itu, pesawat keempat – United Airlines Flight 93 – juga dibajak, 40
menit setelah meninggalkan Bandara Internasional Newark Liberty di New Jersey,
Para penumpang mencoba melawan empat pembajak pesawat dan menyerang
kokpit dengan tabung pemadam kebakaran. Pesawat kemudian terbalik dan
melaju ke tanah dengan kecepatan 500 mil per jam -- menabrak pedesaan di
Pennsylvania Barat pada pukul 10.10 pagi. Sekitar 44 orang yang berada di dalam
pesawat tewas dalam peristiwa tersebut. Jumlah korban Sebanyak 2.996 orang
terbunuh pada serangan 9/11, termasuk 19 teroris yang membajak empat pesawat.
Di WTC, 2.763 orang tewas setelah dua pesawat menabrak menara kembar.
Jumlah ini meliputi 343 pemadam kebakaran dan paramedic, 23 polisi, dan 37
petugas yang sedang berusaha mengevakuasi para karyawan di lantai yang lebih

7
tinggi. Di Pentagon, 189 orang meninggal, termasuk 64 yang berada di American
Airlines Flight 77. Pada Flight 93 yang jatuh di Pennsylvania, 44 orang tewas.
Berdasarkan penjabaran tentang pelanggaran kemanusian oleh ICC yang jika
dikaitkan dengan kasus di WTC maka dapat dikatakan bahwa Kasus WTC (world
Trade Center) adalah kasus kejahatan terhadapa kemanusiaan, hal ini didasari dari
deskripsi kasus yang menunjukan bahwa penyerangan itu dilakukan dengan
sistematis yang tujuan utamanya adalah masyarakat sipi, dan kasus tersebut
mengakibatakan banyak korban jiwa.
2.2 Yursdiksi ICC Dan Yursdiksi Universal Saling Tumpang Tindih
Berkaitan dengan yurisdiksi atau kewenangan mengadili, maka ICC dibatasi
oleh beberapa hal:
Pertama, berdasarkan subjek hukum yang dapat diadili atau personal
jurisdiction (rationae personae), ICC hanya dapat mengadili individu.(natural
person). Pelaku kejahatan dalam yurisiksi ICC harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya secara individu (individual responsibility), termasuk pejabat
pemerintahan, komandan baik militer muapun sipil 5
Kedua, berdasarkan jenis kejahatan yang menjadi ruang lingkupnya atau
material jurisdiction (rationae materiae) maka yurisdiksi ICC adalah pada
kejahatan-kejahatan yang merupakan kejahatan paling serius (the most serious
crime) dalam pandangan masyarakat internasional yang diatur dalam Pasla 5-8
Statuta Roma 1998. Kejahatan-kejahatan dimaksud adalah sebagai berikut:6
a. The crime of genocide (kejahatan genosida).
b. Crimes against humanity (kejahatan terhadap kemanusiaan).
c. War crimes (kejahatan perang).
d. The crime of agression (kejahatan agresi).
Peristiwa yang menimpa gedung kembar World Trade Center (WTC) dapatlah
dikategorikan tindakan Crimes againts humanity (kejahatan terhadap
kemanusiaan), karena peristiwa WTC ini didalamnya terdapat pembunuhan, dan

5
Pasal 25 Stauta Roma 1998.
6
Pasal 5 Statuta Roma 1998

8
juga mengakibatkan luka serius dan juga cacat fisik bagi orang-orang yang
terkena dampak dari ledakannya. Disisi lain, peristiwa ini juga dapat
dikategorikan kejahatan terhadap kemanusiaan dikarenakan peristiwa ini
menimbulkan penderitaan yang serius terhadap mental orang-orang yang ada di
TKP pada saat itu. Bahkan yang tidak ada di TKP pun trauma terhadap kejadian
ini. Meskipun ICC mempunyai yurisdksi untuk mengadili perkara tersebut
tetappi karena Amerika menggunakan yurisdiksi universalnya maka ICC tidak
memiliki kewenangan terhadap kejahatan di WTC. yurisdiksi universal menjadi
celah kejahatan Negara adikuasa untuk menciptakan sandiwara pengadilan karena
ketika pelaku kejahatan perang diadili oleh Negara dibuatlah suatu peradilan
Ad.Hoc yang bersifat kasuistis dan memihak pada Negara pembentuk sehingga
ternodainya nilai keadilan sangat mungkin terjadi. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa data yang menunjukan bahwa eksekusi yang dilakukan Amerika
terhadap Osamah bin Laden atas dasar yurisdiksi universal terdapat banyak
konspirasi7:
1. Seorang mantan agen rahasia CIA yang tak mau disebutkan namanya
menyatakan bahwa Departemen Pertahanan AS telah menyampaikan
laporan intelijen karangan mereka sendiri untuk dijadikan pembenaran dan
sebagai alat untuk memulai perang.
2. Seorang analis politik, bernama Eric Margolis menulis, “Ahli-ahli” seperti
mereka memberikan pernyataan mewakili Gedung Putih, dan mereka
semua salah besar. AS memang berencana menyerang Irak sebagai
agendanya untuk dapat menguasai wilayah Timur Tengah dalam misi
jangka panjang dalam usahanya untuk membantu Israel dalam agenda
besarnya mambuat negara Israel yang lebih besar atau “the Greater
Israel”.

7
Rencana di balik laar dan fakta nyata tragedy 9 september 2001.
https://indocropcircles.wordpress.com/2012/11/14/911-was-an-inside-job/ diakses pada rabu, 20
november 2019 jam 10.51

9
3. Di wilayah konflik yang ada di Afghanistan, seorang pria yang kesembilan
orang anaknya tewas ketika rumahnya dibom tentara AS, mengatakan:
“Telah terjadi banyak pertempuran antara AS dan Taliban, AS mengklaim
bahwa mereka mencari Usamah bin Laden, walaupun semua orang tahu
bahwa dia tidak ada di negara ini.”
4. Pihak Pentagon sudah sejak lama mempergunakan nama bin Laden untuk
membenarkan penempatan kapal perang dan kapal selam di lepas pantai
Pakistan. Juga, menculik dan menganiaya tahanan berdasarkan kabar
burung tanpa bukti nyata, dan menguji pesawat tempur tanpa awak (drone)
seperti Predator.
5. Pihak Pentagon menggunakan drone dengan membawa serta bom pelacak
suhu badan dan meledakkannya di kawasan pemukiman penduduk yang
tidak bersenjata. Pemerintah AS menahan ribuan orang Muslim dan
mendeportasi ratusan orang Muslim. Walaupun tidak satupun dari mereka
yang terkait dengan tindak kekerasan.
6. Dua gedung WTC yang roboh pada pagi hari membuat warga New York
merasa ngeri, lalu pihak berwajib menyuruh warga untuk pulang ke rumah
agar penyelidikan yang dilakukan pihak berwajib dapat berjalan lebih
leluasa. Namun pada petang hari, satu gedung lagi telah roboh dan
anehnya, tanpa ditabrak pesawat, yaitu gedung WTC-7 atau yang dikenal
pula dengan nama Building-7. Hampir semua warga AS tak tahu kejadian
ini karena area tempat kejadian sudah sepi dari warga sipil dengan alasan
keamanan, namun beberapa televisi swasta kemudian menyiarkan saat
gedung tersebut roboh.
7. Ditambah pula oleh puluhan kesaksian warga yang mendengar langsung
secara dekat bahwa pada saat gedung roboh terdengar rentetan ledakan.
8. Hanya selang 2 hari, hampir semua beton dan runtuhan gedung tersebut
langsung dibersihkan. Pihak penyedilik dari berbagai akademisi tak boleh
memasuki area kejadian. Hanya penyelidik pemerintah yang boleh
memasuki area. Puluhan truk kontainer telah mengangkut semua runtuhan
yang dapat diselidiki sebagai barang bukti, tiba-tiba bersih. Dan menurut

10
beberapa saksi mata pengangkut dan pengemudi truk, bahan-bahan bekas
beton dan lainnya tersebut akan diekspor ke Cina untuk di daur ulang.
Padahal, hal ini justru telah melanggar undang-undang negara Amerika
Serikat sendiri, bahwa dalam proses penyelidikan, menghilangkan barang
bukti dan sejenisnya dapat dijerat hukum negara dan merupakan suatu
tindakan kriminal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Peristiwa runtuhnya Gedung kembar World Trade Center (WTC) di New
York Amerika Serikat yang menewaskan 2.763 orang tewas setelah dua pesawat
menabrak menara kembar dan dampak yang diakibatkan setelah tragedi tersebut
adalah kasus kejahatan terhadap kemanusiaan. Hal ini didasari dari deskripsi
kasus yang menunjukan bahwa penyerangan itu dilakukan dengan sistematis yang
tujuan utamanya adalah masyarakat sipi, dan kasus tersebut mengakibatakan
banyak korban jiwa.
3.1.2 Berkaitan dengan yurisdiksi atau kewenangan mengadili, maka ICC
dibatasi oleh subjek hukum berdasarkan jenis kejahatan yang menjadi ruang
lingkupnya yaitu The crime of genocide (kejahatan genosida), Crimes against
humanity (kejahatan terhadap kemanusiaan),War crimes (kejahatan perang), The
crime of agression (kejahatan agresi).
3.1.3 Meskipun ICC mempunyai yurisdksi untuk mengadili perkara tersebut
tetappi karena Amerika menggunakan yurisdiksi universalnya maka ICC tidak
memiliki kewenangan terhadap kejahatan di WTC.
3.1.4 Yurisdiksi universal menjadi celah kejahatan Negara adikuasa untuk
menciptakan sandiwara pengadilan karena ketika pelaku kejahatan perang diadili
oleh Negara dibuatlah suatu peradilan Ad.Hoc yang bersifat kasuistis dan
memihak pada Negara pembentuk sehingga ternodainya nilai keadilan sangat
mungkin terjadi.

11
3.2 Saran
Harus ada kemajuan dari yurisdiksi ICC terhadap kejahatan internasional
sehingga ICC dapat mengadili kejahatan internasional tidak hanya sebagai
complementer/ pelengkap saja

12
DAFTAR PUSTAKA
Pangaribuan, Aristo M. A. 2013 Perdebatan Menuju Mahkamah Pidana
Internasional. Jakarta:Papas Sinar Sinanti dan Badan Penerbit FH UI.
Rencana di balik laar dan fakta nyata tragedy 9 september 2001.
https://indocropcircles.wordpress.com/2012/11/14/911-was-an-inside-job/
diakses pada rabu, 20 november 2019 jam 10.5
Sindi, Hanan Qisthina. 2016. Analisis Perilaku Kejahatan Terorisme Osama Bin
Laden, Journal of International Relations. Volume 2, Nomor 4.
Siswanto,Ari. 2015. Hukum Pidana Internasional. Yogyakarta.
Widyaningrum, Gita Laras. Kronologis Serangan 9/11, Runtuhnya Menara
Kembar, dan Osama Bin Laden https://nationalgeographic.grid.id/read/
13935227/kronologis-serangan-911-runtuhnya-menara-kembar-dan
osama-bin-laden?page=2. di Akses pada tanggal 19/11/2019 pada pikul
20.50
Stauta Roma 1998

13

Anda mungkin juga menyukai