Anda di halaman 1dari 3

NAMA: M.

SYAFI’I FAIZAL RASYID


NIM : 201610110311191
HUKUM DAN HAM C

Pertanyaan
1. Analisis jenis kejahatan didalam film tersebut jelaskan kualifikasi suatu kejahatan
dapat digolongkon sebagai kejahatan HAM berat
2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa yang dipilih dalam menyelesaikan
sengketa tersebut jelaskan
3. Buatlah mind mapping penyelesaian sengketa ham baik melalui jalur litigasi maupun
non litigasi yang dilakukan secara nasional Indonesia maupun Internasional

Jawaban
1. Jenis kejahatan dalam film hotel Rwanda dan Sometimes in April adalah genosida.
Genosida yang terjadi di Rwanda adalah salah satu tragedy atau peristiwa
besar yang telah terjadi di dunia dan menjadi sejarah manusia. Adanya peperangan
dan perbedaan antara suku tutsi dan suku hutu dimana suku tutsi yang dianggap
menjadi pemberontak. Genosida yang terjadi di Rwanda menjadi pembantaian
tercepat dalam sejarah di dunia diamana diorganisir selama 100 hari. Ini merupakan
kisah sejarah nyata dimana di Rwanda dihuni oleh 3 suku yakni Hutu, tutsi dan Twa,
sedangkan hamper mayoritas yang menempati Rwanda adalah suku hutu.
Genosida di Rwanda menjadi peristiwa pelanggaran berat hak asasi manusia dimana
hamper 1 juta warga tewas terbunuh.
Kejadian yang terjadi di Rwanda, Afrika, memberikan gambaran buruk
terhadap masyarakat internasional yang dimana kejahatan tersebut terjadi secara
meluas dan sistematis dengan melakukan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan lainnya.
Konflik yang terjadi di Negara Rwanda dikategorikan sebagai konflik etnis.
Konflik yang terjadi antara etnis hutu dan etnis tutsi. Pada tahun 1994, konflik ini pun
memuncak ketika pembunuhan kepada Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana yang
berasal dari etnis hutu oleh kaum militan yang menentangnya terjadinya penyatuan
etnis tersebut.
Kejahatan terhadap manusia (Crimes against Humanity), Konsep CAH
pertama kali diperkenalkan di era setelah berakhirnya Perang Dunia II
Dalam pasal 6 huruf c Charter of the International Military Tribunal, tindakan CAH
dijelaskan yakni :
“Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pemindahan secara paksa dan
tindakan tidak manusiawi lainnya yang ditujukan pada masyarakat sipil, sebelum atau
selama perang, atau penindasan berdasarkan politik, ras atau agama dalam
pelaksanaan atau dalam ruang lingkup pengadilan ini, apakah perbuatan tersebut baik
yang melanggar atau tidak hukum dimana perbuatan tersebut dilakukan.”
Saat ini dapat dikatakan bahwa pengaturan terkait CAH yang paling
komprehensif terdapat pada  Statuta Roma Tahun 1998, atau statuta pendirian dari
ICC. Dalam Pasal 7 ayat (1) Statuta Roma diatur mengenai jenis-jenis perbuatan yang
termasuk dalam kualifikasi CAH, yaitu:
“Kejahatan terhadap kemanusiaan” berarti salah satu dari perbuatan berikut ini
apabila dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau sistematik yang ditujukan
kepada suatu kelompok penduduk sipil, dengan mengetahui adanya tindakan berikut
ini:
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Deportasi atau pemindahan paksa penduduk;
e. Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan melanggar
aturan-aturan dasar hukum internasional;
f. Penyiksaan;
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa,
pemaksaan sterilisasi, atau suatu bentuk kekerasan seksual lain yang cukup
berat;
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau
kolektivitas atas dasar politik, ras, nasional, etnis, budaya, agama, gender
sebagai didefinisikan dalam ayat 3, atau atas dasar lain yang secara universal
diakui sebagai tidak diizinkan berdasarkan hukum internasional, yang
berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini atau
setiap kejahatan yang berada dalam jurisdiksi Mahkamah;
i. Penghilangan paksa;
j. Kejahatan apartheid;
k. Perbuatan tak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara sengaja
menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap badan atau mental
atau kesehatan fisik.
 

2. Penyelesaian yang dilakukan dengan perdamaian atau adanya intervensi dari pihak
PBB untuk segera menyelesaikan tindakan pelanggaran ham berat yang dilakukan
oleh sebagian suku. Genosida di Rwanda berakhir pada 18 Juli 1994 ditandai
dengan kemenangan dari pihak RPF. Paska berakhirnya peristiwa genosida di
Rwanda, PBB membentuk sebuah badan peradilan ad hoc yang bertugas mengadili
seluruh pelaku tindak kejahatan HAM dan bertanggung-jawab atas peristiwa
genosida.Keputusan pembentukan badan peradilan ad hoc juga didasari oleh
permintaan khusus dari pemerintah Rwanda untuk mengadili para pelaku
genosida.
International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR) merupakan pengadilan ad
hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan Dewan Keamanan PBB merujuk pada
peristiwa yang terjadi di Rwanda tergolong kedalam tindakan genosida serta
kejahatan terhadap kemanusiaan yang termasuk kedalam juridiksi dari hukum
internasional. Dalam hal ini PBB merasa memiliki tanggung jawab atas peristiwa
tersebut, seperti yang tercantum dalam konvensi PBB tahun 1948 tentang genosida
(UN Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide),
dimana PBB berkewajiban untuk mencegah, membantu penyelesaian konflik
serta mengadili para pelaku tindak kejahatan dalam peristiwa genosida.

Anda mungkin juga menyukai