Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PELANGGARAN DAN PROSES PERADILAN HAM


INTERNASIONAL”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Yang Diampu oleh Umi Salamah M.PD.I
Disusun oleh :

Ahmad Rofikul Makrus (2018.77.01.1205)


M. Naufal Ulil Abshor (2018.77.01.1228)
Silvia Ningtyas (2018.77.01.1231)

Disusun Oleh :

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY AL


HIKAM MALANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MARET 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Setiap Individu pasti mempunyai kepentingan tersendiri,dan mempunyai
kepentingan bersama.Manusia, memperjuangkan suatu tujuan tertentu, berkumpul
dan mempersatukan diri. Keanekaragaman pada hakikatnya merupakan suatu
kelebihan yang dimiliki umat manusia. Perbedaan itu bisa berupa apa saja. Baik
perbedaan jenis kelamin,perbedaan umur, tempat tinggal, warna kulit, bahasa
ataupun budaya.Masing masing perbedaan tersebut memiliki keunikan dan
kelebihan masing-masing. Namun justru perbedaan inilah yang menjadi bibit
perselisihan. pada umunya,perselisihan kerap kali terjadi pada dua kelompok yang
memiliki perbedaan. Banyak sekali perbedaan yang menjadi cikal bakal
perselisihan ataupun permusuhan besar-besaran, tetapi dalam banyak kasus,
perbedaan etnis atau budayamerupakan salah satu yang paling sering menjadi
sorotan. Perbedaan ini seringmenjadi awal pertikaian yang sangat sulit untuk
dihentikan bahkan hingga turun temurun.
Perselisihan antar etnis atau budaya ternyata mampu berkembang menjadi
suatu tindakan agresif yang membuat pelakunya bertindak diluar batas bahkan
dikategorikan kriminal berat. Kategori criminal tertinggi dari perselisihan macam
ini adalah pembantaian besar-besaran terhadap suatu etnis tertentu. Pembantaian
ini tak urung yang menyebabkan jatuhnya banyak korban dan kerugian materil
maupun immateril. Pembantaian semacam ini biasa juga dikenal dengan istilah
Genosida atau pembantaian massal
Dewasa ini telinga kita tidak asing lagi mendengar kata genosida atau
pembantaian masal, secara umum genosida ini disimpulkan sebagai kejahatan
yang paling kejam, atau biasanya disebut sebagaia extra ordinary Crime. Genosida
adalah suatu kejahatan terkemuka Internasional yang mana salah satu dari
tindakannya dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan
atau sebagian, suatu kelompok nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti
pembunuhan kelompok atau etnis. Pada dasarnya genosida adalah suatu produk
dari pemerintahan yang dipegang oleh seorang penguasa dalam suatu
negara.Kebanyakan genosida terjadi dibawah naungan pemerintahan yang diktator
dan otoriter, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan juga bisa terjadi pada
pemerintahan yang demokratis.
Tulisan ini akan membahas salah satu genosida yang telah dilakukan oleh
Nazi, Kasus pembantai ras besar-besaran atau yang kita kenal dengan genosida
terhadap Yahudi oleh Nasional Sosialisme atau yang biasa kita kenal dengan
Nazi, yang pada saat itu dipimpin oleh Adolf Hitler, bukanlah suatu yang asing
kita dengar. Hitler sering dikatakan sebagai penjahat kemanusian terbesar
sepanjang sejarah, yang menyebabkan jutaan jiwa melayang. Hitler dikabarkan
mati bunuh diri, dan bersamaan dengan kematian Hitler, Nazi juga ikut “mati”.
Dikarenakan Hitlerlah yang menjadi dalang dari peristiwa tersebut.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusi 96 (I)
tertanggal 11 Desember 1946 menyatakan genosida adalah merupakan kejahatan
menurut hukum internasional, bertentangan dengan jiwa dan tujuan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, dan dikutuk oleh dunia yang beradab. 1 Pada awalnya kejahatan
genosida yang dilakukan Nazi dalam kepemimpinan Hitler berawal setelah Perang
Dunia I. Keputusan untuk membunuh mereka yang cacat mental dan cacat fisik
diambil oleh Hitler, dan diakomodasi oleh para ahli kesehatan dan psikiater. Hal
ini adalah awal mula yang mengantarkan kepada ‘Final Solution of Jewish
Question’, yang pada dasarnya merupakan kebencian pribadi Hitler terhadap
bangsa Yahudi.2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian genosida?
2. Apakah hubungan kejahatan genosida dengan HAM ?
3. Seperti apakah Kasus Nazi ?
4. Bagaimanakah ketentuan hukum yang berlaku untuk kejahatan genosida
yang dilakukan Nazi dalam hukum internasional?

1
N,n, “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, 2001,
hlm 781
2
Michael Burleigh, Ethics and Extermination (Reflections on Nazi Genocide), Cambridge
University Press, 1997, hlm 113-129
BAB II

A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Genosida

Genosida sebagai istilah, secara resmi belum terdapat dalam kosakata


Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, setidaknya sampai Tahun
1990. Hal ini berarti istilah genosida (genocide) dapat dikatakan tergolong baru,
belum lagi makna yang terkandung di dalamnya belum banyak awam yang
memahaminya. Oleh karena itu kehadiran buku berbahasa Indonesia mengenai
seluk-beluk genosida menjadi penting untuk menambah wawasan kita semua,
Genosida dalam ilmu sosiologi termasuk sebagai bagian pola hubungan
antar kelompok. Kontak antar dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi
(perpaduan budaya), dominasi (satu ras menguasai ras yang lain),
paternalism(dominasi ras pendatang), atau integrasi (pengakuan perbedaan).
Genosida secara umum didefinisikan sebagai sebuah pembantaian besar besaran
secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok denganmaksud
memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan
oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun 1944 dalam
bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serika. Kata
inidiambil dari bahasa Yunani γένος genos (ras, bangsa atau rakyat) dan bahasa
Latincaedere (pembunuhan). Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran
HAM berat yang beradadalam yurisdiksi International Criminal Court.
Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan,kejahatan
perang, dan kejahatan Agresi.
Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, genosida ialah “Perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota
kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan
kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah
kelahiran dsb. Secara yuridis, genosida didefinisikan sebagai suatu tindakan
dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, rasa, etnis, atau agama. Definisi ini tertuang dalam Konvensi
tentang Pencegahan dan Penghukuman terhadap Kejahatan Genosida (Convention
on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide), Tahun 1948, yang
kemudian diabsorbsi oleh Statuta ICC, dan juga kemudian dimasukkan dalam
Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Kelompok bangsa dimaksudkan sekumpulan individu-individu yang
memiliki identitas berbeda, yang identitasnya ditetapkan melalui suatu tanah air
bersama dari bangsa atau asal usul bangsa. Kelompok ras berarti sekumpulan
individu-individu yang identitasnya ditetapkan melalui sifat-sifat atau ciri-ciri
fisik secara turun-temurun. Kelompok etnis merujuk pada kumpulan individu -
individu yang memiliki satu bahasa bersama, serta tradisi atau kebudayaan yang
turun-temurun serta satu warisan bersama. Sedangkan kelompok agama adalah
sekumpulan individu yang identitasnya ditetapkan melalui keyakinan-keyakinan
agama, ajaran-ajaran, ibadah-ibadah atau ritual-ritual bersama.
Selanjutnya menurut ketiga produk hukum tersebut, kejahatan genosida
termasuk didalamnya :
a) Membunuh anggota kelompok tersebut;

b) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental berat terhadap anggota


kelompok;

c) Menciptakan keadaan kehidupan yang bertujuan mengakibatkan kelompok


tersebut musnah secara fisik baik seluruh atau sebagainya;

d) Memaksakan cara-cara yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam


kelompok tersebut; atau

e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke


kelompok lain.

Membunuh anggota-anggota kelompok, termasuk pembunuhan langsung


dan tindakan-tindakan yang menyebabkan kematian. Dalam elemen-elemen
kejahatan genosida (yang dihasilkan oleh Komisi Persiapan Mahkamah Pidana
Internasional) menyebutkan bahwa istilah “membunuh” dalam poin (a) tersebut di
atas, adalah istilah yang dapat digunakan secara bergantian dengan istilah
“menyebabkan kematian”.
Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental berat terhadap anggota
kelompok, termasuk menyebabkan trauma atas anggota-anggota kelompok
melalui penyiksaan, perkosaan dan kekerasan seksual yang meluas, pemaksaan
penggunaan obat-obat dan multilasi.
Selanjutnya, pengertian “dengan sengaja menciptakan keadaan kehidupan
yang bertujuan mengakibatkan kelompok tersebut musnah secara fisik baik
seluruh atau sebagiannya”, termasuk dengan sengaja menghilangkan
sumbersumber yang digunakan untuk kelangsungan hidup seperti air bersih,
makanan, pakaian, tempat perlindungan atau perawatan medis. Penghilangan
sumbersumber kelangsungan hidup dapat dilakukan melalui pengambilan hasil
panen, pemblokiran bahan makanan, penahanan didalam kamp-kamp, atau
pemindahan atau pengusiran secara paksa. Sedangkan pencegahan kelahiran
termasuk sterilisasi diluar kemauan, pengguguran secara paksa, larangan kawin,
dan pemisahan pria dan wanita dalam jangka waktu lama yang dimaksudkan
untuk mencegah kawin-mawin/ perkembangbiakan kelompok. Pemindahan secara
paksa terhadap anak-anak, dapat dilakukan melalui paksaan secara langsung atau
melalui rasa takut adanya kekerasan, paksaan, penangkapan, tekanan psikologi
atau metode-metode paksaan lainnya.
Kejahatan genosida berbeda dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Perbedaannya adalah, pertama korban kejahatan genosida ditetapkan sebagai
bagian dari satu keempat jenis kelompok (bangsa, etnis, ras atau agama),
sedangkan para korban “kejahatan terhadap kemanusiaan” adalah biasanya warga
negara, dan penduduk sipil. Kedua, disatu pihak, genosida mensyaratkan “maksud
untuk menghancurkan, keseluruhan atau sebagian” satu dari keempat jenis
kejahatan tersebut di atas, sedangkan di lain pihak, tidak ada syarat untuk
kejahatan terhadap kemanusiaan.
Keharusan mengadili pelaku kejahatan perang (termasuk genosida) yang
dilakukan selama Perang Dunia II, oleh karena kejahatan tersebut yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan bertentangan dengan persyaratan - persyaratan
mendasar dari ketentuan hukum perang.3 Kejahatan tersebut merupakan kejahatan
terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap etnis Yahudi di negara-negara
dibawah kekuasaan negara poros (yang membantai lebih dari 9 juta kaum
Yahudi).4 Juga, selain melanggar ketentuan tentang hukum dan kebiasaan perang
di darat, kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, juga merupakan
pelanggaran berat (frave breaches) sebagaimana yang diatur dalam Konvensi
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977.5
2. Hubungan Kejahatan Genosida Dengan HAM
Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada
dalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya
ialah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.
Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok;
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota
kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan
kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah
kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam
kelompok ke kelompok lain.
Ada pula istilah genosida budaya yang berarti pembunuhan peradaban
dengan melarang penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau suku, mengubah
atau menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol
peradabannya.
3. Kasus NAZI
A. Peristiwa Holocaust

3
Timothy L. H. McCormack & Gerry Simpson (Ed), The Law of War Crimes, National & International
Approaches, Kluwer Law International, The Hangue, 1997, hlom. 14.
4
Peter I. Rose, They and W, Ricial And Ethnic Relations In The United States, Fifth Edition, The McGraw-Hill
Companies Inc., New York. 1997, hlm. 159.
5
Maria-Cloaude Roberge, “Jurisdiction of the Ad Hoc Tribunal for the Former Yugoslavia And Rwanda Over
Crimes Against Hunanity And Genocide”, dalam International Review of the Red Cross, Nomor 321,
November-Desember, 1997, hlm. 651.
Holocaust, berasal dari bahasa Yunani holókaustos: hólos, "seluruh" dan
kaustos, "terbakar", dikenal pula sebagai Shoah bahasa Ibrani: HaShoah,
"bencana"; bahasa Yiddi:, Churben atau Hurban, dari bahasa Ibrani
"penghancuran", Istilah Holocaust berasal dari kata Yunani; holokauston, yang
berarti binatang kurban (olos) yang dipersembahkan kepada tuhan dengan cara
dibakar (kaustos).[ adalah genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi
Eropa selama Perang Dunia II, suatu program pembunuhan sistematis yang
didukung oleh negara Jerman Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung
di seluruh wilayah yang dikuasai oleh Nazi. 6 Dari sembilan juta Yahudi yang
tinggal di Eropa sebelum Holocaust, sekitar dua pertiganya tewas Secara khusus,
lebih dari satu juta anak Yahudi tewas dalam Holocaust, serta kira-kira dua juta
wanita Yahudi dan tiga juta pria Yahudi.
Beberapa pakar berpendapat bahwa definisi Holocaust harus meliputi pula
genosida Nazi terhadap jutaan orang dalam kelompok lain selain Yahudi, di
antaranya orang Rom, komunis, tawanan perang Soviet, warga Polandia dan
Soviet, homoseksual, orang cacat, Saksi Yehuwa dan musuh politik dan
keagamaan lainnya, yang menjadi korban terlepas apakah mereka berasal dari
etnis Jerman atau bukan Ini adalah definisi yang paling umum digunakan sejak
akhir Perang Dunia II hingga tahun 1960-an.7 Jika menggunakan definisi ini,
maka jumlah keseluruhan korban Holocaust adalah 11 hingga 17 juta jiwa.
Penyiksaan dan genosida dilakukan dalam beberapa tahap. Sejumlah
hukum untuk menghapuskan keberadaan orang Yahudi dari masyarakat sipil,
yang paling terkenal adalah Hukum Nuremberg, diberlakukan di Jerman Nazi
bertahun-tahun sebelum dimulainya Perang Dunia II. Kamp konsentrasi didirikan
yang di dalamnya para tahanan diharuskan melakukan kerja paksa hingga mereka
mati akibat kelelahan atau penyakit. Ketika Jerman menaklukan wilayah baru di
Eropa Timur, satuan khusus yang disebut Einsatzgruppen membantai musuh-
musuh politik melalui penembakan massal. Nazi memerintahkan orang Yahudi

6
Niewyk, Donald L. The Columbia Guide to the Holocaust, Columbia University Press, 2000,
hlm.45
7
iewyk, Donald L. and Nicosia, Francis R. The Columbia Guide to the Holocaust, Columbia
University Press, 2000, hlm. 45–5
dan Rom untuk dikurung di ghetto sebelum dipindahkan dengan kereta barang ke
kamp pemusnahan. Di sana, jika mereka selamat dalam perjalanan, sebagian besar
dari mereka secara sistematis dibunuh di dalam kamar gas.
Setiap bagian dari birokrasi Jerman Nazi terlibat dalam logistik yang
berujung pada genosida, mengubah Reich Ketiga menjadi apa yang oleh para
pakar Holocaust disebut sebagai "negara genosida".8 Ada perbedaan pendapat
mengenai berapa banyak yang diketahui oleh penduduk sipil Jerman mengenai
konspirasi pemerintah terhadap orang Yahudi. Sebagian besar sejarawan
mengklaim bahwa penduduk sipil tidak mengetahui kekejaman yang dilakukan
pemerintah, khususnya yang terjadi di kamp konsentrasi, yang terletak di luar
Jerman di Eropa yang diduduki Nazi. Akan tetapi, sejarawan Robert Gellately
mengklaim bahwa pemerintah secara terbuka mengumumkan konspirasi melalui
media, dan bahwa warga sipil mengetahui setiap aspeknya kecuali penggunaan
kamar gas. Bukti sejarah signifikan menunjukkan gagasan bahwa sebagian besar
korban Holocaust, sebelum dikirim ke kamp konsentrasi, tidak mengetahui nasib
yang menanti mereka, atau tidak mempercayainya. Mereka meyakini bahwa
mereka akan diberikan tempat tinggal baru.9
Ternyata keyakinan mereka salah, mereka di bantai dengan sekala besar –
besaran belum lagi pada bulan Desember 1939, Nazi memperkenalkan metode
baru pembunuhan massal dengan menggunakan gas. Nazi melengkapi van gas
eksperimental dengan tabung gas dan sebuah kompartemen bagasi tertutup, yang
digunakan untuk membunuh pasien perawatan mental sanatorium di Pomerania,
Prusia Timur, dan wilayah Polandia yang diduduki Jerman sebagai bagian dari
operasi yang disebut dengan Aksi T4. Di kamp konsentrasi Sachsenhausen,
sebuah van besar yang mampu memuat hingga 100 orang digunakan dari bulan
November 1941. Van ini juga diperkenalkan di kamp pemusnahan Chełmno pada
bulan Desember 1941, dan 15 van lainnya dioperasikan oleh Einsatzgruppen di
wilayah Soviet yang diduduki Jerman. Van-van ini dioperasikan di bawah
pengawasan dari Kantor Keamanan Utama Reich dan digunakan untuk
8
Berenbaum, Michael. "The World Must Know", United States Holocaust Museum, 2006, p. 103
9
Leni Yahil, Ina Friedman, Haya Galai, The Holocaust: the fate of European Jewry, 1932-1945,
Oxford University Press, 1991, p. 257;
membunuh sekitar 500.000 nyawa, terutama orang-orang Yahudi, orang Rom, dan
lain-lain. Penggunaan van-van ini dipantau secara berhati-hati, dan setelah satu
bulan pengamatan, sebuah laporan menyatakan bahwa "sembilan puluh tujuh ribu
nyawa telah dihabisi dengan menggunakan van tanpa menimbulkan kerusakan
pada mesin".
Kebutuhan akan teknik pembunuhan massal baru ini juga diungkapkan
oleh Hans Frank, Gubernur Pemerintah Umum, yang menyatakan bahwa
kebanyakan orang tidak bisa dengan hanya ditembak. "Kita harus mengambil
langkah-langkah, merancang beberapa cara untuk memusnahkan mereka."
Masalah tersebut menyebabkan SS melakukan eksperimen pembunuhan dalam
skala besar dengan menggunakan gas beracun.
B. Kebijakan Euthunasia
Keputusan untuk membunuh yang sakit mental dan cacat fisik diambil
oleh Hitler dalam rangka membersihkan geldak perang.. Banyak profesional
kesehatan dan psikiater mengakomodasikan dirinya untuk kebijakan yang
beberapa tahun kemudian menjadi komponen dari 'Solusi Akhir dari Pertanyaan
Yahudi. Sistem ini dinamakan ‘euthunasia’. Mereka dibunuh karena dianggap
tidak lagi produktif.
Ada dua poin tentang ‘euthanasia’ yang dianggap krusial. Pertama, itu
adalah gejala bagaimana penerimaan Yahudi-Kristen atau nilai-nilai kemanusiaan
yang tidak berjalan, dengan kepedulian kolektivitas sempit atau lebih luas, seperti
kelas, rekonomi, ras atau bangsa, merebut penghormatan terhadap hak dan nilai
individu. Kedua, pendapat bahwa dalam keadaan perang darurat, di mana yang
sehat membuat pengorbanan besar.
Namun dilain sisi, beberapa dapat melihat keuntungan dan kebaikan
mengenai kebijakan euthanasia ini. Karena dianggap biaya perawatan mereka
yang sakit dan tidak lagi produktif menelan biaya yang cukup banyak. Kemudian
bentuk akhir dari kebijakan ‘euthunasia’ ini adalah protes dari masyarakat. Salah
satu contohnya adalah yang dilayangkan Bishop August Clemens Graf von Galen
di Lambertikirche in Munster pada 3 Agustus 1941.
4. Analisis Mengenai Genosida (Pemusnahan suatu Golongan Bangsa
dengan Sengaja)
Pemusnahan bangsa dengan sengaja (genosida) dinyatakan sebagai
kejahatan berdasarkan hukum internasional oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tahun 1946. Pada tahun 1948 hal ini dikuatkan dengan
disetujuinya Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan
Genosida.10
Instrument-Instrument Universal
- Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan
Genosida, pasal I, II, III

Pasal 1
Para Negara Peserta menguatkan bahwa genosida, apakah dilakukan pada
waktu damai atau pada waktu perang, merupakan kejahatan menurut hukum
internasional, di mana mereka berusaha untuk mencegah dan menghukumnya.
Pasal 2
Dalam Konvensi ini, genosida berarti setiap dari perbuatan-perbuatan
berikut, yang dilakukan dengan tujuan merusak begitu saja, dalam keseluruhan
ataupun sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, rasial atau agama ini.
(a) Membunuh para anggota kelompok;
(b) Menyebabkan luka-luka pada tubuh atau mental para anggota kelompok;
(c) Dengan sengaja menimbulkan pada kelompok itu kondisi hidup yang
menyebabkan kerusakan fisiknya dalam keseluruhan ataupun sebagian;
(d) Mengenakan upaya-upaya yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran di
dalam kelompok itu;
(e) Dengan paksa mengalihkan anak-anak dari kelompok itu ke kelompok yang
lain.
Pasal 3
Perbuatan-perbuatan berikut ini dapat dihukum:
(a) Genosida;

10
N,n, “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2001, hlm 190
(b) Persekongkolan untuk melakukan genosida;
(c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukan genosida;
(d) Mencoba melakukan genosida
(e) Keterlibatan dalam genosida
- Konvensi tentang Tidak Dapat Diterapkannya Pembatasan Undang-
undang pada Kejahatan Perang dan Kejahatan melawan Kemanusian
Pasal I
Tidak ada pembatasan statuta dapat berlaku pada kejahatan-kejahatan
berikut, dengan mengabaikan saat pelaksaan mereka:
Kejahatan-kejahatan kemanusiaan apakah dilakukan dalam waktu perang
atau dalam waktu damai seperti yang didefinisikan dalam Piagam tribunal Militer
Internasinal, Musemberg, 8 Agustus 1945 dan dikuatkan dengan resolusi-resolusi
Majelis Umum Perserikatan bangsa-Bangsa, 3 (I) 13 Februari 1946 dan 95 (I) 11
Desember 1946 pengusiran dengan serangan bersenjata, atau pendudukan dan
perbuatan-perbuatan tidak manusiawi, yang diakibatkan dari kebijakan apartheid,
dan kejahatan genosida, seperti yang diddefinisikan dalam Konvensi 1948 tentang
Pencegahan dan Penghukuman terhadap Kejahatan Genosida, sekalipun
perbuatan-perbuatan tersebut tidak merupakan pelanggaran terhadap hukum
domestik dari Negara tempatt kejahatan-kejahatan itu dilakukan.11

BAB III
11
N,n, “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2001, hlm 781-787
D. KESIMPULAN
Setelah melakukan pembahasan dalam bab sebelumnya. Saya dapat
menyimpulkan mengenai genosida, yang menurut Undang-Undang no. 26 tahun
2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah “Perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh
anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang
menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan
tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok memindahkan secara paksa anak-
anak dalam kelompok ke kelompok lain.
Sedang kan hubungannya dengan Hak Asasi Manusia yaitu Genosida
merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi
International Criminal Court. Genosida biasa disebut sebagai Extra Ordinary
Crime. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan,
kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.
Berdasar kan pemaparan pada bab sebelumnya, bahwa genosida yang
dilakukan Nazi termasuk kejahatan dan masuk dalam ranah pembahasan hukum
internasional menurut Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
1946. Dan segala bentuk kejahatan genosida telah dibahas dalam instrument hak-
hak asasi manusia.
Dalam pembahasan makalah ini, Nazi tidak saja melakukan genosida
terhadap Yahudi seperti yang telah sering kita dengar, namun semua ini berawal
dari kebijakan ‘euthunasia’ terhadap mereka yang tidak lagi produktif, cacat fisik
ataupun mental. Kebijakan ini banyak dikecam oleh masyarakat namun tidak
sedikit yang setuju dengan kebijakan yang dikeluarkan Hitler yang pada akhirnya
mengantarkan kepada pemberantasan kaum – kaum yang lain khususnya
kaumYahudi dalam kamp-kamp Holocaust.
Dalam pembahasan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) yang telah
tertuang pada hukum internasional, manusia memiliki hak untuk hidup, hak
mendapatkan kebebasan dan terbebas dari perasaan terancam. Nazi telah
melanggar hampir seluruh pasal dalam instrumen internasional HAM. Nazi telah
merenggut jutaan jiwa manusia, dengan menggunakan kekuasaannya sehingga
menimbulkan suatu kejahatan yang luar biasa, yaitu berupa bembantaian secara
besar – besaran terhadap kaum – kaum yang tidak lagi produktif, cacat fisik
ataupun mental, dan juga kaum yahudi.
Meskipun secara politik dan ekonomi Jerman mengalami kemajuan pesat
dan manusia berhak dicabut hak hidupnya dalam keadaan tertentu. Namun yang
dilakukan Nazi tentang menghilangkan sebagian kelompok manusia termasuk
dalam kejahatan genosida yang patut dihukum. Pemerintah juga telah diatur untuk
tidak sewenang-wenang menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghilangkan
nyawa orang banyak. Nilai kemanusiaan dalam kasus Nazi sudah tidak ada lagi
demi menjalankan kepentingan ekonomi Jerman.
Meskipun kasus Nazi ini telah berlalu puluhan tahun namun hukum
internasional tetap mengusutnya demi keadilan. Terbukti seorang penjaga kamp
Nazi bernama Demjanjuk yang di deportasi dari Amerika Serikat untuk diadili di
Jerman mengenai kasus tersebut. Meski tersangka kasus ini sudah tinggal
sebagian dan telah tua bahkan sakit-sakitan namun mereka tetap penting untuk
diadili.
E. SARAN
Tindak pidana GENOSIDA ini bukan masalah yang biasa ,tindakan ini
merupakan tidakan yang menyimpang dan tidak manusiawi .Sebaiknya para
penegak hukum khususnya dalam peradilan Internasional ,harus lebih tegas untuk
menangani kasus Genosida yang terjadi di dunia ini.

DAFTAR PUSTAKA
Nan. n “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor
Indonesia, Yogyakarta 2001
Michael Burleigh, “Ethics and Extermination (Reflections on Nazi Genocide)”,
Cambridge University Press, 1997
Kusumaatmadja, “Pengantar Hukum Internasional”, Alumni, Bandung, 2003
Timothy L. H. McCormack & Gerry Simpson (Ed), The Law of War Crimes,
National & International Approaches, Kluwer Law International, The
Hangue, 1997, hlom. 14.
Peter I. Rose, They and W, Ricial And Ethnic Relations In The United States, Fifth
Edition, The McGraw-Hill Companies Inc., New York. 1997,
Maria-Cloaude Roberge, “Jurisdiction of the Ad Hoc Tribunal for the Former
Yugoslavia And Rwanda Over Crimes Against Hunanity And Genocide”,
dalam International Review of the Red Cross, Nomor 321, November-
Desember, 1997

Anda mungkin juga menyukai