Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PPKN

Rabu, 26 Agustus 2020

Nama : Agil Kurniawan


Kelas : XI TP 2
No : 03
1. Pengertian pelanggaran HAM
Pengertian Pelanggaran HAM dalam Undang-Undang No.39 tahun 1999
telah dijelaskan bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu
setiap perbuatan seseorang atau kelompok termasuk aparat Negara baik
disengaja maupun tidak disengaja ataupun kelalaian yang secara hukum
melawan ,mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin undang-undang ini dan
tidak bisa mendapat atau dikhawatirkan tidak akan bisa memperoleh
penyelesaian hukum secara adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.

2. Macam macam pelanggaran HAM


Macam macam Pelanggaran HAM
Jenis-jenis pengertian Pelanggaran HAM berat menurut Undang-
Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat
diklasifiasikan menjadi dua. Yaitu:

1. Genosida
Kejahatan genosida, adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk memusnahkan atau menghancurkan sebagian atau seluruh
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara
sebagai berikut:

 Membunuh anggota-anggota dari suatu kelompok;


 Mengakibatkan penderitaan fisik dan juga mental yang berat
terhadap para anggota kelompok;
 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang dapat
mengakibatkan kemusnahan secara fisik;
 Memaksakan tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran di
dalam suatu kelompok; atau
 Memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok
tertentu.
2. Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan, adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang terencana atau meluas yang diketahui bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:

 Pembunuhan;
 Pemusnahan;
 Perbudakan;
 Pengusiran atau pemindahan penduduk asli secara paksa;
 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan secara fisik
atau tidak secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan
pokok hukum internasional;
 Penyiksaan;
 Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk
lain dari kekerasan seksual;
 Penganiayaan terhadap suatu kelompok atau perkumpulan tertentu
yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
 Penghilangan orang secara paksa; atau
 Kejahatan apartheid.

3. Kasus Pelanggaran HAM


Contoh Pelanggaran Ham di Indonesia
1. Rezim Soeharo di masa Orde Baru
Indonesia memiliki sejarah kelam dalam pelanggaran HAM di masa Orde
Baru. Selama 32 tahun dibawah rezim pemerintahan Alm.mantan Presiden
Soeharto telah terjadi banyak sekali pelanggaran HAM di Indonesia. Para
aktivis politik, pemimpin oposisi, jurnalis dan tokoh-tokoh yang
menghambat pemerintahan Alm.Soeharto telah mengalami pelanggaran
HAM seperi pemberontakan, penyiksaan, penculikan bahkan pembantaian.

2. Kontroversi G30S/PKI
Perkara tentang peristiwa G30S bagi KKR bakal menjadi kasus
kontroversial. Dilema dapat muncul dengan terlibatnya KKR untuk
memangani kasus-kasus pembersihan para aktivis PKI. Peneliti LIPI Asvi
Marwan Adam menyaksikan, bahwa pembantaian sebelum 1 Oktober 1965
yang memakan banyak korban adalah dari pihak Islam, karena pelakunya
sama-sama warga sipil, lebih mudah rekonsiliasi begitu Soeharto pada 1
Oktober 1965 berhasil menguasai keadaan, sore harinya keluarlah
pengumuman yang bernama Peperalda Jaya yang isinya bahwa melarang
semua surat kabar diterbitkan kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita
Yudha.

Dengan begitu, seluruh informasi yang ada dikuasai oleh tentara. Berita yang
diterbitkan oleh kedua koran itu kemudian direkayasa untuk menyalahkan
PKI sebagai dalang G30S yang didukung Gerwani sebagai simbol kebejatan
moral. Informasi tersebut kemudian diserap oleh surat kabar lain yang baru
boleh terbit lima hari berikutnya yaitu 6 Oktober 1965. Percobaan kudeta
pada 1 Oktober, kemudian diikuti peristiwa pembantaian massal di
Indonesia.

Banyak sumber yang memberitakan tentang jumlah korban pembantaian


pada 1965/1966 itu tidak mudah diketahui secara persis jumlahnya. Peran
media militer, koran Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha, juga sangat
krusial.

Media inilah yang semula menyebarkan berita sadis tentang Gerwani yang
menyiksa sampai menyilet kemaluan para Jenderal. Padahal, menurut Cribb,
berdasarkan hasil visum, seperti diungkap oleh Ben Anderson (1987) para
jenazah  jendral itu hanya mengalami luka tembak dan memar terkena popor
senjata atau terbentur dinding sumur.

Berita tentang kekejaman itu memicu kemarahan khalayak. Oleh karena itu,
Asvi mengingatkan bahwa peristiwa pembantaian massal pada 1965/1966
perlu dipisahkan antara konflik antar masyarakat dengan kejahatan yang
dilakukan negara. Pertikaian dalam masyarakat, meski memakan banyak
korban namun bisa diselesaikan.

Sebuah sarasehan Generasi Muda Indonesia yang diadakan di Univesitas


Leuwen Belgia 23 September tahun 2000 dengan tema ”Mawas Diri
Peristiwa 1965: Sebuah Tinjauan Ulang Sejarah”, secara tegas
menyimpulkan supaya dalam memandang peristiwa G30S harus dibedakan
antara peristiwa 1 Oktober dan setelahnya, yaitu berupa pembantaian massal
dalam sejarah modern Indonesia, bahkan mungkin dunia, sampai hari ini.

Peritiwa inilah, titik pertemuan itu, merupakan kenyataan yang pernah


disaksikan banyak orang dan masih menjadi memori kolektif sebagian
mereka yang menjadi saksi hidup.

3. Kasus Pelanggaran HAM di Maluku


Konflik kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang masih
menjadi ingatan yang mengerikan meskipun sudah terjadi beberapa tahun
yang lalu; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100%
aman dan relatif stabil, sementara di kawasan Maluku Tengah yaitu Ambon,
Saparua, Haruku, Seram dan Buru.

Penyusup masuk ke wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan dan


juga pembakaran rumah, hal tersebut timbul karena komunikasi sosial
masyarakat tidak berjalan dengan baik, sehingga rasa tidak percaya dan
perasaan saling curiga antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan
oleh pihak ketiga yang menginginkan konflik terus terjadi.

Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir saat itu tidak ada pihak
yang menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang sedang terjadi
sehingga masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri
pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai