Anda di halaman 1dari 13

TOPIK I

TUGAS KELOMPOK 4

Nama : Dwi Sri Rahmawan (2498010316)


Kiftiyah Riris Novita (2498010320)
Hanis Berlianawati (2498010417)
Fitriani Nailussa’adah (2498010492)
Topik Tugas : Topik 1 (Tugas Kelompok 4)

Mata Kuliah : Pendidikan Berkelanjutan Berbasis Konservasi dan Teknologi

Dosen : Achmad Miftachul 'Ilmi, S.Pd., M.Pd

1. Silakan pelajari materi-materi dan video penyerta pada materi tentang mengapa SDGs
penting bagi dunia pendidikan?

Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan penting


bagi dunia pendidikan karena SDGs, khususnya SDGs tujuan ke 4 yaitu pendidikan berkualitas
diharapkan agar setiap manusia mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan akses
pendidikan untuk semua. Menetapkan tujuan untuk memastikan askes pendidikan yang
berkualitas dan setara tentu akan mengatasi kesenjangan akses pendidikan antara berbagai
kelompok, seperti gender, kelompok miskin dan kelompok minoritas. SDGs tujuan ke 4 juga
menargetkan peningkatan kualitas pendidikan dengan fokus pada hasil belajar yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari, dan pengembangan keterampilan yang dibutuhkan agar
menghasilkan individu yang siap untuk menghadapai era global saat ini. SDGs tujuan ke 5
berfokus pada pemberdayaan perempuan dan pencapaian kesetaraan gender, termasuk di
dalam sistem pendidikan.

Hal ini dapat mencakup memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang setara dengan
laki-laki ke semua tingkat. SDGs dengan 17 tujuan menekankan pentingnya kerjasama
internasional dan kemitraan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk
tujuan pendidikan. Kolaborasi antara negara, lembaga internasional, sektor swasta, dan
masyarakat sipil diperlukan untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam pendidikan.
SDGs Penting menjadi factor kunci pentingnya pendidikan adalah untuk mengurangi
kesenjangan social , mendorong inklusivitas, dan memastikan kesetaraan akses bagin semua,
sumberdaya manusia yang berpendidikan menjadi modal utama pembangunan nasional
terutama untuk perkembangan ekonomi, sebuah negara maju apabila sumber daya manusia
yang menggerakkan suatu kegiatan memiliki karakter berkualitas dan memiliki kontribusi
penuh memajukan bangsa.

Salah satu hal untuk mencapai Pendidikan yang berkualitas salah satu targetnya adalah
terkait literasi dan numerasi universal. Literasi yang bisa kita pelajari adalah salah satunya
literasi budaya. Ada enam jenis literasi; literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains,
literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan. Literasi budaya adalah
pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia
sebagai identitas bangsa. Identitas Bangsa Indonesia saat ini adalah warisan sekaligus masuk
dalam 7 kejaiban dunia yaitu Candi Borobudur.
Salah satu Pendidikan yang baik adalah tidak melupakan Sejarah. Menurut (Suhardi Marli,
2011) Sejarah dan Pendidikan Sejarah adalah suatu disiplin ilmu yang setara dengan disiplin
ilmu yang lain. Pelajaran ini berusaha untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan pendidikan
nasional yang di dalamnya terkandung aspek-aspek kognitif dan afektif yang mampu
mengembangkan kecakapan, kreativitas, mandiri serta bertanggung jawab. Pendidikan sejarah
membentuk dan membangun berpikir kronologis pengembangan nilai-nilai nasionalisme,
patriotisme, dan toleransi, baik lokal maupun nasional. Pengembangan kemampuan berpikir
secara kronologis dalam pendidikan sejarah dibangun mulai dari lingkungan terdekat yaitu
keluarga. Berikut beberapa alasan mengapa SDGs penting bagi dunia pendidikan:
a. Memastikan pendidikan berkualitas dan inklusif: SDGs tujuan ke 4 berfokus pada
memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas yang setara dan mendukung kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua. Ini berarti pendidikan harus dapat diakses oleh semua
orang, terlepas dari latar belakang, gender, atau kemampuan mereka. Pendidikan yang
berkualitas juga harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga negara global yang bertanggung jawab.
b. Menumbuhkan warga negara global yang bertanggung jawab: SDGs menekankan
pentingnya kerjasama internasional untuk mencapai tujuan bersama. Pendidikan dapat
memainkan peran penting dalam menumbuhkan warga negara global yang bertanggung
jawab yang memahami pentingnya kerjasama dan memiliki komitmen untuk keadilan dan
kesetaraan. Siswa dapat belajar tentang budaya dan perspektif yang berbeda,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan empati, dan menjadi agen perubahan
dalam masyarakat mereka.
c. Menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan masa depan: Dunia kerja sedang berubah
dengan cepat, dan pendidikan perlu beradaptasi agar dapat mempersiapkan siswa untuk
pekerjaan masa depan. SDGs dapat menjadi panduan untuk mengembangkan kurikulum
dan program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21, seperti keterampilan
berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
d. Menanggulangi tantangan global: Banyak tantangan global yang menjadi tujuan oleh
SDGs, seperti kemiskinan, kelaparan, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan, memiliki
dampak langsung pada pendidikan. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam kemiskinan
lebih mungkin putus sekolah. Perubahan iklim dapat merusak infrastruktur sekolah dan
mengganggu akses pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam membekali siswa
dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan
ini dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
e. Mempromosikan pembangunan berkelanjutan: Pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan (Education for Sustainable Development, ESD) merupakan pendekatan
holistik terhadap pendidikan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam
semua aspek kurikulum dan kehidupan sekolah. ESD membantu siswa memahami
keterkaitan antara lingkungan, ekonomi, dan masyarakat, dan mengembangkan keterampilan
yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab tentang masa
depan mereka.

2. Berikan penjelasan bagaimana pendapat para ahli mengenai pengertian SDGs?

Pendapat para ahli mengenai pengertian SDGS (Sustainable Development Goals) secara
umum sepakat bahwa SDGs adalah agenda pembangunan global yang komprehensif dan
aspiratif yang bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang di
planet ini. Arah pembangunan global saat ini merupakan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) yang memberikan wacana baru mengenai pentingnya melestarikan
lingkungan alam demi masa depan, generasi yang akan datang.Namun, mereka juga memiliki
penekanan dan perspektif yang berbeda-beda tentang arti dan pentingnya SDGs:
a. Jeffrey Sachs, ekonom dari Columbia University: SDGs adalah "cetak biru untuk
kemanusiaan abad ke-21". Dia menekankan cakupan luas dari 17 tujuan SDGS yang
melampaui masalah lingkungan murni dan mencakup isu-isu ekonomi, sosial, dan tata
kelola global.
b. Ban Ki-moon, mantan Sekretaris Jenderal PBB: SDGs adalah "janji kepada orang-orang
paling rentan di dunia". Dia menekankan fokus SDGs pada keadilan dan inklusivitas,
memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam upaya pembangunan berkelanjutan.

c. Budimanta menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang


mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa
mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati
dan memanfaatkannya.

d. Akademisi dan Aktivis Lingkungan, menjelaskan bahwa, Para ahli lingkungan dan aktivis
sering menekankan pentingnya tujuan-tujuan yang berfokus pada perlindungan
lingkungan, termasuk perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Mereka
memandang SDGs sebagai sarana untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat
terkait dengan pengelolaan sumber daya alam.

e. Pakar Pendidikan, menjelaskan bahwa, Pakar pendidikan melihat SDG 4 sebagai fondasi
penting untuk pembangunan berkelanjutan. Mereka menyoroti peran pendidikan dalam
menciptakan masyarakat yang sadar akan isu-isu global, mampu mengatasi tantangan
kompleks, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.

f. Breuer Anita, Menjelaskan bahwa SDGs merupakan agenda 2030 harus diperlakukan
sebagai keseluruhan yang tak terpisahkan, artinya proses implementasi harus
mempertimbangkan interaksi antara tujuan, sasaran, dan indikatornya. Pada tahun 2015,
negara-negara anggota PBB mengadopsi Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan, yang menetapkan rencana 15 tahun untuk mencapai 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan 169 sub-target pada tahun 2030. Pada
dasarnya, SDGs dan targetnya merupakan seruan universal untuk mengakhiri kemiskinan,
melindungi planet ini dan meningkatkan kehidupan dan mata pencaharian semua orang,
di mana saja.
Pandangan para ahli ini mencerminkan pemahaman bahwa SDGs adalah suatu upaya untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan di seluruh dunia, dengan memperhatikan
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan dan memasukkan perspektif global, SDGs diharapkan dapat mengarah pada
perubahan positif yang signifikan di berbagai bidang. Pendidikan tidak hanya berperan
menciptakan generasi muda sebagai agent of change yang membawa perubahan, namun
generasi muda harus bisa menjadi agent of producer yang mampu menciptakan perubahan
yang nyata. Program yang dilaksanakan untuk mengimplementasikan SDGs di bidang
pendidikan adalah memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas setara, mendukung
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua, mempromosikan pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan.

3. Berikan penjelasan kelompok anda tentang apa urgensi SDGs untuk dunia pendidikan
SDGs memberikan panduan untuk mencapai akses dan kesetaraan pendidikan yang
berkualitas bagi semua. Melalui SDGs, upaya untuk meningkatkan akses pendidikan,
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memastikan inklusif pendidikan menjadi prioritas
global. Oleh karena itu, urgensi SDGs untuk dunia pendidikan terletak pada perannya sebagai
kerangka kerja yang komprehensif dan komitmen global untuk mencapai pembangunan
pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif. leh karena itu, pendidikan menjadi faktor kunci
yang memainkan peran penting dalam mengurangi kesenjangan sosial, mendorong
inklusivitas, dan memastikan kesetaraan akses bagi semua
Dalam rangka mencapai SDGs, pendidikan harus menjadi prioritas utama, termasuk akses
pendidikan yang inklusif dan berkualitas, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan
untuk mempersiapkan generasi mendatang dalam menghadapi tantangan global. Sustainable
Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan adalah 17 tujuan dengan
169 capaian yang terukur dan yang telah ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Agenda ini dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia dalam mengatasi
kemaslahatan manusia dan planet bumi, seperti masalah kemiskinan, kesenjangan, dan
perubahan iklim dalam bentuk aksi nyata.
Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi
PBB sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Sekaligus merupakan
kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium di markas besar PBB pada
tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015. Konsep Tujuan Berkelanjutan lahir pada
Konfernsi Pembangunan Berkelanjutan PBB, pada 2012 dengan menetapkan rangkaian target
yang bisa diaplikasikan secara universal serta dapat diukur dalam menyeimbangkan tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan: lingkungan, sosial dan ekonomi. Dengan melihat
beberapa permasalahan tersebut maka pentingkan penerapan SDGs untuk meujutkan target
Bersama menjadi Pendidikan lebih berkualitas lagi.
Menurut (Abd. Qadir Muslim dkk, 2021) Untuk mendukung pendidikan berkualitas di
semua negara tentu diperlukan sebuah kebijakan pendidikan. Beberapa negara seperti Jepang,
Finlandia, Cina, dan Indonesia telah menunjukan adanya kebijakan pendidikan yang
diterbitkan untuk mendukung SDGs pendidikan berkualitas. Jepang membuktikan kebijakan
yang mendukung SDGs dengan diberlakukannya pendidikan gratis dari pendidikan anak usia
dini hingga pendidikan tinggi, lalu Jepang juga melakukan upaya untuk meningkatkan
pendidikan kebutuhan khusus. Di Finlandia, SDGs telah menjadi salah satu dari tujuh topik
yang ditekankan dalam kurikulum inti untuk pendidikan dasar. Kebijakan pendidikan di China
adalah berupaya mengarahkan fungsi pendidikan menuju sumber daya masyarakat dan
individu, dan menumbuhkan kualitas pendidikan kewarganegaraan.
Menurut (Alifah, 2021) mengemukakan bahwa kualitas pendidikan masih menjadi bahan
diskusi serius di beberapa waktu belakangan ini. Hal ini terjadi dikarenakan mutu atau kualitas
pendidikan akan amat sangat berpengaruh kepada kualitas atau mutu lulusan dari hasil
pendidikannya. Rendahnya pendidikan bermutu menyebabkan pula kepada kecilnya harapan
untuk bisa mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh sebab itu,
pendidikan yang bermutu dijadikan permulaan yang menjadi fokus utama dari semua pihak
yang terlibat termasuk juga Masyarakat.

Di Indonesia kebijakannya untuk peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan,


peningkatan kualitas pendidik dan sarana pendukung pendidikan, peningkatan layanan
pendidikan, dan memperkuat dan mengembangkan pendidikan karakter. Bahwa pendidikan
adalah jalan untuk memerangi ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Target tujuan dari SDGs 4
dan 5 menuntut kesetaraan akses terhadap pendidikan dan menempatkan kesempatan belajar
sepanjang hidup untuk semua. Hal ini mengisyaratkan yakni bukan hanya memastikan bahwa
semua anak memiliki akses ke pendidikan, tetapi juga memberikan akses yang setara bagi
anak-anak dengan kebutuhan khusus, anak perempuan, kelompok minoritas, dan kelompok
rentan lainnya. Kita perlu meresapi urgensi untuk mengubah pendidikan kita menjadi alat
pemberdayaan, yang bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi juga mengubah pola pikir
dan perilaku.
Hal itu sama dengan mendukung guru-guru sebagai agen perubahan dan memastikan
bahwa siswa memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang mendukung pembelajaran
yang berkelanjutan. Dalam menghadapi tantangan masa depan, seperti perubahan iklim dan
perubahan sosial yang kompleks, pendidikan tidak boleh hanya mengikuti perkembangan,
tetapi harus memimpin revolusi. Pendidikan adalah kunci untuk memecahkan hampir semua
masalah global yang dihadapi dunia saat ini, dari kemiskinan hingga ketidaksetaraan, dari
perubahan iklim hingga perdamaian dan keadilan. Mencapai SDGs membutuhkan perubahan
radikal dalam cara kita memahami, merancang, dan memberdayakan pendidikan.

Referensi

Armida & Endah. 2018. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia: Konsep,


Target dan Strategi Implementasi. Bandung: Unpad Press.Cerin, Pontus. (2006).
Bringing economic opportunity into line with environmental influence: A discussion on
the Coase theorem and the Porter and van der Linde hypothesis. Ecological Economics,
56(2), 209–225. Google Scholar

Aji, et al. 2022. KEBERMANFAAT ADANYA SUSTAINABLE DEVELOPMENT


GOALS (SDGS). JOSR: Journal of Social Research, 1(6), 507512

Alifah, S. (2021). Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Indonesia Untuk Mengejar Ketertinggalan


Dari Negara Lain. CERMIN: Jurnal Penelitian, 5(1), 113.

Breuer, Anita dkk. 2022. Governing the Interlinkages between the SDGs: Approaches,
Opportunities and Challenges. London: Routledge.

Leksono, B.B. (2017). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri
Karangreja Kabupaten Purbalingga.[tesis]. Jawa Tengah (ID): Universitas Agama Islam
Negeri Purwokerto

Marli, S. (2020). Sejarah dan pendidikan sejarah. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 9(2).
Muslim, A. Q., Suci, I. G. S., & Pratama, M. R. (2021). Analisis Kebijakan Pendidikan Di
Jepang, Finlandia, China Dan Indonesia Dalam Mendukung Sustainable Development
Goals. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 170-186.

Nugroho, D. A., Khasanah, D. N., Pangestuti, I. A. I., & Kholili, M. R. I. (2021). Problematika
pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA: A systematic literature review
(SLR). TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 5(1), 87-96.

Safitri, A. O., Yunianti, V. D., & Rostika, D. (2022). Upaya peningkatan pendidikan berkualitas
di Indonesia: Analisis pencapaian sustainable development goals (SDGs). Jurnal
Basicedu, 6(4), 7096-7106.

Safitri, A. 2022. Upaya Peningkatan Pendidikan Berkualitas di Indonesia: Analisis


Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Jurnal Basicedu 6(4), 7096 – 7106

Yanuar, et al. 2022. Corporate Strategy in Achieve the Objectives of Sustainable


Development (SDGs). ENDLESS: International Journal of Future Studies. 5(3), 106 113

https://www.bappenas.go.id dirujuk pada hari senin tanggal 25 september 2023 Pukul 11.09
WIB

Pertemuan ke 2

Setiap kelompok membawa 1 permasalahan bimbingan dan konseling yang ada kaitannya
dengan SDGs, dan mengapa memilih masalah tersebut.

Dalam sebuat artikel mengenai “Pendidikan bagi Pelosok Negeri: Membuka Jendela Harapan dan
Masa Depan Cerah” oleh Ayu Imtyas Rusdiansyah. Terdapat beberapa permasalahan Pendidikan
yaitu

1. Diantaranya kurangnya fasilitas dan sarana pendidikan, budaya dan tradisi lokal.
Dalam bimbingan dan konseling ketika dihadapkan dengan sarana prasarana tidak mendukung
dengan baik sebagai contoh tempat untuk konseling individu digabung sama ruangan guru BK
maka konseling tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal, karena dikhawatirkan asas
kerahasiaannya tidak bisa simpan dengan baik kemudian konseli juga tidak bisa leluasa untuk
menceritakan masalahnya. Dengan hal tersebut maka bisa mengakibatkan tujuan konseling
individu tidak tercapai secara baik dan membuat siswa cenderung tidak nyaman. Membuat
Pendidikan berkualitas tidaklah mudah terkadang fasilitas dan sarana sekolah juga kurang
mendukung. Untuk itu pemerintah juga perlu meninjau lebih jauh terkait pelaksanaan bimbingan
konseling di sekolah.

Aspek budaya dan tradisi lokal juga perlu dipertimbangkan dalam menyediakan pendidikan
bagi pelosok negeri. Pendekatan pendidikan yang responsif terhadap budaya dan kearifan lokal
dapat membantu meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Salah satu
tujuan SDGs adalah Pendidikan berkualitas, untuk menjamin meningkatnya kualitas pendidikan
maka perlu kerjasama dengan komunitas dengan melibatkan komunitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan program pendidikan akan menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan di pelosok negeri. Pendidikan bagi pelosok negeri adalah tugas
bersama yang memerlukan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak terkait. Komunitas yang
bisa menggerakan dari pihak sekolah, stokeholder dan yang lainnya.

Bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan pendidikan yang kualitas perlu memahami
akan budaya dan tradisi lokal di daerah tertentu. Bimbingkan dan Konseling juga bisa mempelajari
cara bersosialisasi yang baik dengan melihat budaya dan tradisi di daerah tersebut kemudian bisa
memahami karakter serta perilaku orang.

Mengambil permasalahan tersebut karena fasilitas, sarana dan budaya menjadi hal perlu
segera di perbaiki kualitas pendidikannya. Dibuktikan dengan penelitian dari yang (Akbar
Nugroho dkk, 2021) mengelasakan bahwa belum tersedianya fasilitas layanan secara optimal di
sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA. Problematika lain diungkapkan oleh
(Leksono, 2017) di SMA Karangreja Kab. Purbalingga yaitu terdapat Guru BK bukan lulusan dari
program studi Bimbingan dan Konseling, kurangnya kerjasama antara Guru BK dan Guru
Matapelajaran, kurangnya fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan layanan serta tidak
tersedianya jam tatap muka untuk Guru BK.
2. Keterbatasan tenaga pendidik dan guru yang berkualitas
Dalam bimbingan dan konseling dengan keterbatasan tenaga pendidik atau guru ini sangat
mempengaruhi kualitas belajar, kualitas dalam pembelajaran murid yang ada dipelosok negeri ini,
dengan keterbatasan ini, murid akan menjadi malas untuk belajar, padahal jika tenaga pendidik
dan guru itu banyak, murid akan bisa berkembang dan mengembangkan dirinya dengan baik,
apalagi dengan model kurikulum merdeka, jika murid dipelosok negeri ini keterbatasan guru dan
tenaga pendidik, sudah pasti model pembelajaran akan menurun, dan tidak bisa mengikuti zaman
dengan baik.
Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu kemajuan suatu negara di masa
depan. Guru adalah orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan,
menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi
berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada seluruh peserta didik. Secara umum, tugas
guru adalah mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan keterampilan dalam masing-
masing bidang pelajaran. Selain itu guru juga mempunyai tanggung jawab dalam mendidik siswa
agar mempunyai sikap dan tingkah laku baik, entah itu ketika berada di lingkungan sekolah
ataupun masyarakat.
Tugas guru yaitu membimbing anak didik dalam masa perkembangannya untuk menjadi orang
yang dewasa. Dewasa dalam konteks ini adalah orang yang mempunyai keimanan, keilmuan yang
mapan, dan berakhlak mulia. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru tentu ada saja
hambatan atau permasalahan yang akan dihadapi. Permasalahan pendidikan yang terjadi di
indonesia adalah masalah kurangnya sarana prasarana pendidikan terutama didaerah-daerah
terpencil. Hal ini menimbulkan kesenjangan dalam mutu pendidikan. Banyak sekali peserta didik
yang tidak bisa menikmati fasilitas sarana dan prasarana yang sama dengan peserta didik yang ada
di kota.
Faktor-faktor yang berpengaruh minimya tenaga pendidikan antara lain adalah isu
keterbatasan dan pemerataan sarana dan prasarana (sekolah, peralatan, buku dan guru). Selain
kondisi sarana dan prasarana masyarakat di daerah Kepulauan, faktor geografis dan transportasi
juga merupakan salah satu permasalahan dalam rangka peningkatan pendidikan. serta kelangkaan
sarana transportasi, jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh sehingga membuat alasan guru
kurang aktif dan proses belajar mengajar, rendahnya tingkat ketenagaan pendidikan Adanya
kompetisi dalam memasuki pasar kerja tersebut merupakan salah satu pemicu munculnya konflik
antara pendatang (migran) dengan bukan pendatang (non migran).

Referensi

Budiman. (2017). Faktor yang mempengaruhi minimnya tenaga pendidik di sekolah dasar 56
kelurahan soop distrik kepulauan kota sorong. Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas
Muhammadiyah Sorong, Indonesia

Nugroho, D. A., Khasanah, D. N., Pangestuti, I. A. I., & Kholili, M. R. I. (2021). Problematika
pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA: A systematic literature review
(SLR). TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 5(1), 87-96.

Leksono, B.B. (2017). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Atas Negeri
Karangreja Kabupaten Purbalingga.[tesis]. Jawa Tengah (ID): Universitas Agama Islam
Negeri Purwokerto

Sy. Rizani Nurfasha. (2018). Kreativitas Guru Di Tengah Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Sekolah. Riau: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai