Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DEKLARASI MILLENIUM HUKUM DAN KEPENDUDUKAN

MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR

DOSEN : Dr. SATRIH HASYIM, S.H., M.H.

OLEH:

MUH. ADHITYA WIRATAMA (003402572022)

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………………………2

Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………………3

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………3


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………4

Bab II Pembahasan …………………………………………………………………………6

2.1 Perkembangan Hukum Acara Perdata pada Zaman Kolonial Belanda ………
6
2.2 Perkembangan Terkini Hukum Acara Perdata di Indonesia …………………7

Bab III Penutup ……………………………………………………………………….


10

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….


10

Daftar Pustaka ……………….…………………………………………………………….11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Millennium Development Goals (MDGs) dapat diartikan sebagai tujuan
pembangunan Millenium yang merupakan sebuah paradigma pembangunan
global yang dideklarasikan oleh anggota PBB di New York. Sebagai salah
satu negara yang ikut serta menandatangani deklarasi MDGs, Indonesia
memiliki komitmen untuk melaksanakan program pembangunan nasional.
Deklarasi Milenium dapat ditemukan dalam Konteks Tujuan Pembangunan
Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) yang diumumkan pada
Pertemuan Puncak Milenium PBB pada bulan September 2000. Berikut
adalah beberapa latar belakang yang mendasari pembentukan dan
penyusunan MDGs: Peningkatan Kerjasama Global: Pada akhir abad ke-20,
terdapat kesadaran bahwa masalah-masalah global seperti kemiskinan
ekstrem, ketidaksetaraan, dan krisis kemanusiaan memerlukan respons
global. Pemerintah dan organisasi internasional merasa perlu untuk
menyatukan upaya mereka untuk mengatasi tantangan pembangunan global.
Komitmen untuk Pembangunan Berkelanjutan: Komunitas internasional ingin
fokus pada upaya pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek-aspek
seperti peningkatan taraf hidup, perlindungan lingkungan, dan
penanggulangan ketidaksetaraan. MDGs menjadi perwujudan komitmen ini.
Perhatian Terhadap Kemiskinan Ekstrem: Salah satu fokus utama MDGs
adalah pengentasan kemiskinan ekstrem. Kesadaran terhadap
ketidaksetaraan dan kemiskinan yang merajalela di beberapa wilayah dunia
mendorong kebutuhan untuk tindakan konkret.
Upaya untuk Mengukur dan Menilai Kemajuan: Dengan merumuskan target
dan indikator kinerja yang terukur, MDGs memberikan kerangka kerja yang
jelas untuk mengukur kemajuan pembangunan. Hal ini memberikan dasar
bagi pemerintah dan organisasi untuk mengevaluasi dan meningkatkan upaya
pembangunan mereka.

3
Reformasi Struktural PBB: Pembentukan MDGs juga merupakan bagian dari
upaya reformasi struktural PBB untuk meningkatkan efektivitas dan
responsivitas organisasi terhadap tantangan global. MDGs membawa fokus
baru pada peran PBB dalam pembangunan global.
Dengan adopsi MDGs, komunitas internasional berkomitmen untuk bekerja
sama guna mencapai tujuan-tujuan tersebut dan memajukan pembangunan
berkelanjutan. MDGs menjadi titik awal bagi dialog global tentang bagaimana
meningkatkan kondisi hidup di seluruh dunia dan membuka jalan bagi
penentuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals, SDGs) yang diadopsi pada tahun 2015.
Salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium adalah "Mencapai
Pendidikan Dasar untuk Semua," yang merupakan Tujuan ke-2. Tujuan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa pada tahun 2015, anak-anak di seluruh
dunia dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Ini melibatkan upaya untuk
mengatasi hambatan-hambatan seperti ketidaksetaraan gender di pendidikan,
kurangnya aksesibilitas, dan faktor-faktor lain yang dapat menghambat
pencapaian pendidikan dasar.
Sejumlah target spesifik dan indikator kinerja diidentifikasi untuk mencapai
Tujuan ini, seperti mengurangi ketidaksetaraan gender di semua tingkat
pendidikan, memperbaiki kualitas pendidikan, dan meningkatkan aksesibilitas
terutama bagi kelompok yang rentan.

Penting untuk dicatat bahwa setelah periode Tujuan Pembangunan Milenium


berakhir pada tahun 2015, penerusnya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals, SDGs), juga mencakup tujuan pendidikan
yang lebih luas. SDG nomor 4, yang disebut "Pendidikan Berkualitas,"
menargetkan untuk memastikan akses yang setara dan inklusif terhadap
pendidikan berkualitas untuk semua hingga tahun 2030.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat ketidaksetaraan akses Pendidikan dasar antara
berbagai kelompokn masyarakat, seperti gender, wilayah geografis,
atau kelompok ekonomi?
2. Bagaimana kualitas Pendidikan dasar dapat ditingkatkan untuk
memastikan bahwa anak-anak benar – benar memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan?

1.3 Tujuan Pencapaian Pendidikan dasar

Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) terkait


dengan pencapaian pendidikan dasar dirumuskan dalam Tujuan Pembangunan
Milenium ke-2 (MDG 2). Tujuan ini spesifik mengenai pencapaian pendidikan
dasar dan memiliki fokus untuk memastikan bahwa semua anak di seluruh dunia
dapat menikmati hak mereka untuk menerima pendidikan dasar yang
berkualitas.

Tujuan ini menekankan pentingnya pendidikan dasar untuk menciptakan fondasi


yang kuat bagi pembangunan sosial dan ekonomi di masa depan. Dengan
merinci indikator seperti tingkat netto partisipasi, rasio gender, dan tingkat
kelulusan, tujuan ini menggambarkan upaya untuk mengukur dan memastikan
bahwa anak-anak memiliki akses, berpartisipasi, dan menyelesaikan pendidikan
dasar mereka tanpa diskriminasi gender.

Tujuan ini mencerminkan komitmen global untuk mengatasi ketidaksetaraan


dalam pendidikan dan memastikan bahwa pendidikan dasar menjadi hak
universal yang dapat diakses oleh semua anak, tanpa memandang jenis kelamin
atau latar belakang sosial-ekonomi mereka. Pada tahun 2015, ketika periode
Tujuan Pembangunan Milenium berakhir, masyarakat internasional
mengukuhkan komitmennya terhadap pendidikan dengan menggantinya dengan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs),
yang melibatkan tujuan pendidikan yang lebih luas dalam SDG nomor 4,
"Pendidikan Berkualitas."

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apakah terdapat ketidaksetaraan akses Pendidikan dasar antara berbagai


kelompokn masyarakat, seperti gender, wilayah geografis, atau kelompok
ekonomi?
Ketidaksetaraan akses pendidikan dasar antara berbagai kelompok
masyarakat, seperti gender, wilayah geografis, atau kelompok ekonomi, telah
menjadi tantangan yang perlu diatasi di berbagai belahan dunia. Berikut
adalah beberapa contoh ketidaksetaraan akses pendidikan dasar:
a. Ketidaksetaraan Gender:
Beberapa daerah masih mengalami ketidaksetaraan akses pendidikan
antara anak laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor seperti norma budaya,
peran gender tradisional, dan diskriminasi dapat menjadi hambatan bagi
partisipasi perempuan dalam pendidikan.
b. Ketidaksetaraan Wilayah Geografis:
Di beberapa daerah, terutama di pedesaan atau daerah terpencil, akses
terhadap pendidikan dasar dapat terbatas. Keterbatasan infrastruktur,
transportasi, dan fasilitas pendidikan dapat menjadi kendala bagi anak-
anak di daerah ini.
c. Ketidaksetaraan Ekonomi:
Keluarga dengan tingkat pendapatan rendah mungkin menghadapi
kesulitan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Beberapa anak
mungkin terpaksa bekerja untuk membantu keluarga mereka, sehingga
menghambat partisipasi mereka dalam pendidikan formal.
d. Diskriminasi Etnis atau Etnolinguistik:
Di beberapa negara, kelompok etnis atau etnolinguistik tertentu dapat
menghadapi hambatan dalam akses pendidikan dasar akibat diskriminasi
atau ketidaksetaraan dalam kebijakan pendidikan.

6
e. Ketidaksetaraan Disabilitas:
Anak-anak dengan disabilitas mungkin menghadapi tantangan khusus
dalam mengakses pendidikan dasar karena kurangnya fasilitas yang
ramah disabilitas atau kurangnya dukungan khusus.
Upaya internasional dan nasional telah dilakukan untuk mengurangi dan
mengatasi ketidaksetaraan akses pendidikan ini. Inisiatif melibatkan kebijakan
inklusif, program beasiswa, pembangunan infrastruktur pendidikan, dan
upaya untuk mengubah norma budaya yang mendukung ketidaksetaraan
gender dan sosial. Meskipun kemajuan telah dicapai, pekerjaan lebih lanjut
tetap diperlukan untuk mencapai akses pendidikan yang setara bagi semua
anak-anak.
2.2 Bagaimana kualitas Pendidikan dasar dapat ditingkatkan untuk memastikan
bahwa anak-anak benar – benar memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan?
Meningkatkan kualitas pendidikan dasar melibatkan serangkaian upaya yang
mencakup kebijakan, praktik pengajaran, infrastruktur pendidikan, serta
keterlibatan komunitas dan pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar:
a. Kurikulum yang Relevan dan Berkualitas:
Memastikan bahwa kurikulum pendidikan dasar mencakup materi yang
relevan, bersifat inklusif, dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masa kini. Menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan pekerjaan masa depan.
b. Pelatihan Guru dan Pengembangan Profesional:
Menyediakan pelatihan yang memadai dan berkelanjutan bagi guru untuk
meningkatkan keterampilan mengajar, pemahaman kurikulum, dan
keterlibatan dengan siswa. Pengembangan profesional yang baik dapat
memberikan dampak positif pada kualitas pengajaran.
c. Infrastruktur Pendidikan yang Memadai:
Memastikan tersedianya fasilitas fisik yang memadai, termasuk kelas
yang nyaman, perpustakaan, laboratorium, dan teknologi pendukung.
Infrastruktur yang baik dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
7
d. Evaluasi dan Pengukuran Kinerja:
Mengimplementasikan sistem evaluasi yang efektif untuk mengukur
pencapaian siswa dan kinerja sekolah. Data hasil evaluasi dapat
digunakan untuk membuat perbaikan dan penyesuaian dalam proses
pendidikan.
e. Pembelajaran Aktif dan Inovatif:
Menerapkan metode pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan inovatif
agar siswa terlibat secara lebih baik dalam proses pembelajaran. Ini dapat
mencakup penggunaan teknologi, proyek-proyek praktis, dan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah.
f. Peningkatan Pengawasan dan Manajemen Sekolah:
Meningkatkan kapasitas manajerial kepala sekolah dan staf administratif
untuk memastikan efisiensi operasional dan pengawasan yang ketat
terhadap kegiatan pendidikan.
g. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:
Mendorong keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak dan
membangun hubungan yang erat antara sekolah dan komunitas.
Keterlibatan orang tua dapat meningkatkan dukungan untuk proses
pendidikan.
h. Kurangi Ketidaksetaraan dalam Pendidikan:
Mengatasi ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas pendidikan dengan
memastikan bahwa semua siswa, tanpa memandang latar belakang
ekonomi, gender, atau keberagaman lainnya, mendapatkan kesempatan
yang setara.
Meningkatkan kualitas pendidikan dasar memerlukan komitmen dan
kerjasama dari pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pihak
terkait lainnya. Perbaikan ini bersifat holistik dan membutuhkan upaya
terintegrasi dari berbagai sektor untuk menciptakan sistem pendidikan yang
efektif dan inklusif.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tentang ketidaksetaraan akses pendidikan
dasar dan upaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Ketidaksetaraan Akses Pendidikan Dasar:
Terdapat ketidaksetaraan yang signifikan dalam akses pendidikan dasar
di antara berbagai kelompok masyarakat. Faktor-faktor seperti gender,
wilayah geografis, dan kelompok ekonomi dapat menjadi hambatan bagi
sejumlah anak untuk mengakses pendidikan dasar dengan setara.
b. antangan yang Dihadapi:
Beberapa tantangan utama termasuk ketidaksetaraan gender dalam
partisipasi pendidikan, ketidaksetaraan antara daerah perkotaan dan
pedesaan, serta hambatan ekonomi yang membuat sebagian anak sulit
untuk mengakses pendidikan.
c. Perlunya Tindakan Holistik:
Penyelesaian ketidaksetaraan akses pendidikan memerlukan pendekatan
yang holistik, melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan. Hal
ini termasuk upaya untuk mengatasi norma budaya yang mendukung
ketidaksetaraan dan kebijakan yang mendukung akses pendidikan yang
setara.
d. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar:
Penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar agar anak-anak
tidak hanya dapat mengakses pendidikan, tetapi juga benar-benar
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Langkah-

9
langkah seperti kurikulum yang relevan, pelatihan guru, dan infrastruktur
yang memadai menjadi kunci dalam upaya ini.
d. Partisipasi dan Keterlibatan Komunitas:
Keterlibatan orang tua dan komunitas lokal dianggap penting dalam
mendukung dan meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Kolaborasi
antara sekolah, orang tua, dan komunitas dapat menciptakan lingkungan
belajar yang lebih baik.
e. Peran Pemerintah dan Pihak Terkait:
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan pihak terkait lainnya memiliki peran
krusial dalam merancang dan melaksanakan kebijakan yang mendukung
inklusivitas dan kualitas pendidikan. Investasi dan komitmen sumber daya
juga diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
f. Pentingnya Kesetaraan dalam Pendidikan:
Kesetaraan dalam akses dan kualitas pendidikan dasar adalah prinsip
dasar yang harus ditekankan. Semua anak memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan yang setara, berkualitas, dan relevan tanpa
diskriminasi.
Dengan mengatasi ketidaksetaraan akses dan meningkatkan kualitas
pendidikan dasar, masyarakat dapat bergerak menuju sistem pendidikan yang
lebih adil dan inklusif, memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan
yang setara untuk berkembang dan mencapai potensinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Milenium

Syamsuddin, Evaluasi Peningkatan MDG’s Pada Tahun 2015 di Kota Serang


(Serang Banten, 2015 )

https://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Milenium_Perserikatan_Bangsa-Bangsa

https://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/10/Deklarasi-Milenium-
Perserikatan-Bangsa-Bangsa.pdf

https://www.ohchr.org/en/instruments-mechanisms/instruments/united-nations-
millennium-declaration

11

Anda mungkin juga menyukai