(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah IPA Pendidikan Kesetaraan yang
diampu oleh Ibu Nurhayati, M.Pd)
Oleh:
Ingka M. Djafar (433419047)
Noviana Djailani (433419029)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Pendidikan Kesetaraan....................................................................................4
2.2 Perkembangan Sasaran Program Kesetaraan..................................................9
2.3 Faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan mutu layanan
pendidikan kesetaraan ....................................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak anak yang berada di daerah terpencil dan masyarakat miskin yang
belum dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan data dari Ikhtisar Pendidikan
Nasional tahun 2008/2009 jumlah peserta didik yang belum terlayani dari
tingkat SD sampai SM sebanyak 2.362.825 orang. (Depdiknas, 2009). Apabila
dijabarkan lebih lanjut jumlah sasaran peserta pendidikan kesetaraan untuk
Program Paket A sebanyak 533.183 orang, Program Paket B sebanyak
555.596, dan Program Paket C sebanyak 1.274.046 orang. Akan tetapi karena
kemampuan pemerintah yang masih terbatas, sampai tahun 2008, kemampuan
pemerintah memberikan layanan pendidikan Program Paket A sebanyak
133.873 orang dan Program Paket B sebanyak 487.541 orang (Depdiknas,
2009b). Sesuai dengan kebijakan nasional bidang pendidikan, alokasi sumber
daya pendidikan kesetaraan banyak diberikan untuk Program Paket A dan
Program Paket B, yang sejalan dengan program penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun. Program Paket C banyak dilakukan dengan
menggunakan peran serta atau swadaya masyarakat. Melihat kondisi di atas
maka masih banyak anak-anak usia sekolah atau dewasa yang sampai saat ini
belum terlayani pendidikannya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi definisi pendidikan kesetaraan.
2. Mengetahui perkembangan masa remaja.
3. Mengetahui perkembangan masa dewasa.
4. Mengetahui perkembangan sasaran program kesetaraan
BAB II
PEMBAHASAN
3. Periode ketiga antara tahun 2005 sampai 2008. Tahun 2006 merupakan tahun
yang signifikan terhadap penerimaan masyarakat terhadap program Paket A,
Paket B, dan Paket C. Hal ini ditunjukkan dengan melonjaknya peserta ujian
Paket B dan Paket C yang berasal dari jalur formal karena tidak lulus UN.
Grafik 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 terdapat 170.658 orang (55%)
lulusan paket B berasal dari jalur Pendidikan Formal dan 90.591 orang (42%)
lulusan paket C berasal dari Jalur Pendidikan Formal. Kemudian pada tahun
2007 lulusan Paket B berasal dari formal meningkat menjadi 232.947 (60%)
orang sedangkan lulusan Paket C meningkat menjadi 126.830 orang (43%).
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak telah tampak
nyata. Didukung dengan kesempatan berupa bantuan yang diberikan
Pemerintah dengan besarnya angka subsidi hendaklah tidak menjadi sia-sia.
Pendidikan kesetaraan berhasil dalam beberapa
hal. Pertama, meningkatnya jumlah peserta didik dan
lulusan; Kedua, meluasnya keragaman karakteristik sasaran program; Ketiga,
meluasnya jang kauan akses pendidikan kesetaraan; Keempat, meningkatnya
rata-rata nilai hasil ujian nasional; Kelima, bervariasinya satuan pendidikan
program Paket A, Paket B, dan Paket C; Keenam, berkembangnya inovasi
pendidikan kesetaraan, termasuk model jemput bola dan sekolah rumah
(homeschooling) dan e-home schooling; Ketujuh meningkatnya pemahaman
masyarakat tentang pendidikan kesetaraan akibat keterlibatan berbagai pihak
(legislatif, selebriti, tokoh agama, pegiat) dalam sosialisasi pendidikan
kesetaraan. Sejak 1 Januari 2011 pendidikan kesetaraan dikelola oleh Ditjen
Pendidikan Dasar (Paket A dan Paket B) dan Ditjen Pendidikan Menengah
(Paket C) (Direktorat, 2010).
2.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam peningkatan mutu
layanan pendidikan kesetaraan
Faktor pendukung dalam peningkatan mutu layanan pendidikan kesetaraan
diantaranya terakreditasinya lembaga dan program oleh BAN-PNFI yang tidak
semua lembaga dengan mudah mendapatkan status akreditasi oleh BAN-PNFI
selain itu sarana prasarana penunjang pembelajaran yang memadai, lengkap dan
memenuhi kebutuhan belajar, serta biaya pendidikan yang terjangkau untuk
semua kalangan masyarakat, dan kualifikasi pendidikan sarjana oleh tutor
pendidikan kesetaraan. Dengan adanya faktor pendukung dalam peningkatan mutu
layanan diharapkan mencapai kepuasan baik warga belajar, tutor, maupun
masyarakat, bahwa kepuasan pelanggan dibuktikan dari penggunaan jasa terus
menerus atau menyebarluaskan rasa kepuasan kepada orang lain dengan tujuan
merekomendasikan lembaga dengan pelayanan terbaik, sebaliknya pelanggan
yang tidak puas ada kemungkinan beralih dalam penggunaan jasa dan
menginformasikan kepada orang lain terhadap lembaga dengan pelayanan yang
kurang baik (Indrawati, 2011: 27).
Faktor penghambat yang dialami dalam peningkatan mutu layanan
pendidikan kesetaraan yakni masih banyaknya masyarakat yang berfikir akan
pendidikan kesetaraan hanya untuk mendapat ijazah paket C setara SMA dengan
cara yang mudah sehingga masyarakat memandang sebelah mata pendidikan
kesetaraan, kurangnya pemberian honor yang pantas untuk tutor karena minimnya
sumber dana masukan program pendidikan kesetaraan sehingga tutor kurang
maksimal dalam memberikan pelayanan, kurang efektifnya waktu belajar peserta
didik karena banyak peserta didik yang memiliki beban pekerjaan.
Akan tetapi faktor penghambat yang dialami, adapun cara untuk
mengurangi hambatan dalam peningkatan mutu layanan yakni memberikan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai proses mendapatkan ijazah paket C setara
SMA agar masyarakat tidak persepsi negatif., pihak lembaga berusaha untuk
memberikan honor yang pantas untuk tutor, dan memberikan motivasi serta
semangat selalu kepada warga belajar akan pentingnya proses pembelajaran untuk
bekal di masa mendatang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A setara SD, Paket B setara SMP
dan Paket C setara SMA, yang ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari
masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan
putus lanjut serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan layanan
khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan
peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. (Depdiknas, 2006)
Dalam sejarah pendidikan Kesetaraan telah mengalami 3 (tiga) fase
perkembangan sesuai dengan prioritas yang hendak dicapai:
1. Periode pertama tahun 1945 hingga tahun 1990 program yang dijalankan
adalah program pemberantasan buta huruf, keaksaraan fungsional, model
pertama pemberantasan buta huruf dengan program Paket A.
2. Periode kedua tahun 1991 hingga tahun 2004. yaitu pengembangan Paket
A, dan Paket B dengan hasil ujian nasional pertama untuk Paket A dan
Paket B setara SMP; pelaksanaan ujian nasional Paket C setara SMA/ MA;
dan dicantumkannya pendidikan kesetaraan dalam Undang-undang
Sisdiknas Tahun 2003.
3. Periode ketiga antara tahun 2005 sampai 2008 diarahkan pada pendidikan
kesetaraan, dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang
berorientasi pada pencapaian standar kompetensi lulusan (SKL) dengan
tiga pendekatan yaitu: materi ajar, yang bermuatan literacy dan life skill,
pengorganisasian materi secara tematik, proses pembelajaran yang bersifat
induktif dan penilaian kompetensi.
Cara untuk mengurangi hambatan dalam peningkatan mutu layanan
yakni memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai proses
mendapatkan ijazah paket C setara SMA agar masyarakat tidak persepsi
negatif., pihak lembaga berusaha untuk memberikan honor yang pantas untuk
tutor, dan memberikan motivasi serta semangat selalu kepada warga belajar
akan pentingnya proses pembelajaran untuk bekal di masa mendatang
DAFTAR PUSTAKA