Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KARTU INDONESIA PINTAR”


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG PENDIDIKAN

LOGO

Disusun Oleh:

NAMA : NAZIVA ULYAHAVIYA

NIM : 6111211083

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kartu Indonesia Pintar.
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pendidikan”. Tanpa pertolongan-Nya, penulis
belum tentu sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan kerjasama yang dari semua pihak yang telah
membantu dalam terselesainya makalah ini sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dahly Sukmapryandika Ar, Drs., M.Si selaku dosen Sosiologi
Pemerintahan yang telah memberikan tugas, petunjuk, dan bimbingan kepada
penulis sehingga penulistermotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya.
2. Teman-teman kelas 2 C
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan paper ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Terima kasih.

Tempat, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Program Kartu Indonesia Pintar ...................................................
2.2 Pendistribusian Kartu Indonesia Pintar ........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberdayaan masyarakat menurut United Nations Development Program
(UNDP) diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan
indikator komposit dari tiga indikator sektor pembangunan: pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. IPM Indonesia tahun 2010 berada pada peringkat 108,
sementara tahun 2011 turun ke peringkat 124. Fakta ini menunjukkan makin
merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia.
Kesejahteraan masyarakat menurut United Nations Development Program
(UNDP) diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan
indikator komposit dari tiga indikator sektor pembangunan: pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. IPM Indonesia tahun 2010 berada pada peringkat 108,
sementara tahun 2011 turun ke peringkat 124. Fakta ini menunjukkan makin
merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia.
Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sesungguhnya merupakan sebuah
realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak serta
merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara signifikan, tentu
menimbulkan tanda tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang sebenarnya
sedang ingin dicapai. Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga terus berupaya
keras melakukan peningkatan kualitas pada sektor pendidikan, banyak pihak di
negara ini justru menempatkan pendidikan sebagai suatu komoditas yang
memiliki nilai jual yang tinggi. Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak
mengejar pendidikan dari sisi kuantitas, tentu menimbulkan berbagai macam
konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor kualitas pendidikan.
Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal pada buruknya
kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menghadapi krisis, sistem
pendidikan memerlukan bantuan dari semua sektor kehidupan domestik dan pada
beberapa kasus, juga memerlukan sumber-sumber di
luar batas nasional. Pendidikan memerlukan dana, namun anggaran pendidikan
sulit bertambah.
Presiden Republik Indonesia melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
2014 telah menginstruksikan kepada Menteri, Kepala Lembaga Negara, dan
Kepala Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Program Keluarga Produktif
melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program Indonesia
Sehat (PIS) dan Program Indonesia Pintar (PIP). Pencapaian tujuan tersebut
diperlukan langkah- langkah proaktif lembaga dan institusi terkait sesuai dengan
tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan
terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program untuk
mencapai tujuan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya melaksanakan Program Indonesia Pintar dengan tujuan untuk
meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai dengan 21 tahun untuk
mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah,
dan mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out).
PIP diharapkan mampu menjamin peserta didik dapat melanjutkan
pendidikan sampai tamat pendidikan menengah, dan menarik siswa putus
sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan agar kembali mendapatkan layanan
pendidikan. PIP bukan hanya bagi peserta didik di sekolah formal, namun juga
berlaku bagi peserta didik di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), atau
satuan pendidikan nonformal lainnya, sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Hingga saat ini, disparitas partisipasi sekolah antar kelompok masyarakat
masih cukup tinggi. Angka Partisipasi Kasar (APK) keluarga yang mampu
secara ekonomi secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan APK keluarga
tidak mampu. Salah satu alasannya adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya
langsung maupun tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik. Biaya
langsung peserta didik antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis,
sementara biaya tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik antara lain
biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain- lain. Tingginya biaya
pendidikan tersebut menyebabkan tingginya angka tidak melanjutkan sekolah
dan tingginya angka putus sekolah, sehingga berpengaruh terhadap APK.
Dengan besarnya sasaran PIP yang mencapai 20,3 juta anak/siswa usia
sekolah baik di sekolah/lembaga pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (17,9 juta anak/siswa) maupun Kementerian Agama (2,4 juta
anak/siswa), diharapkan akan dapat mengatasi rendahnya APK sekaligus sebagai
salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang lebih baik

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu: Bagaimana sistem pemberdayaan masyarakat
dibidang pendidikan dengan kebijakan Kartu Indonesia Pintar yang ditetapkan
oleh pemerintah.

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu: Untuk mengetahui sistem pemberdayaan masyarakat dibidang
pendidikan dengan kebijakan Kartu Indonesia Pintar yang ditetapkan oleh
pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan


semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetauannya, nilai serta
sikapnya dan ketrampilannya. (Munib, 2010). Pendidikan merupakan serangkaian
usaha untuk mencapai kemajuan bangsa. Kemajuan bangsa akan dapat terwujud
secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka
mencapai cita-cita bangsa. Oleh karena itu, maka pendidikan akan diarahkan
kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara
pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta aspek lahiriah dan
aspek rohaniah manusia. Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai
usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan
merupakan kebutuhan dasar dalam pembangunan bangsa. Melalui pendidikan
kehidupan bangsa menjadi lebih baik.
Begitu pentingnya pendidikan dalam memajukan suatu bangsa, namun
dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas bukan merupakan hal yang
mudah, terdapat berbagai permasalahan yang mampu menghambat pendidikan.
Keadaan pendidikan di Indonesia yang masih memperihatinkan, mulai dari mutu
pendiikan yang masih rendah yang dibuktikan oleh banyaknya guru yang
mengajar bukan pada bidangnya serta tingkat kejujuran peserta didik yang masih
rendah, kemudian fasilitas untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang
kurang memadai, hingga pemerataan pendidikan yang didasari oleh alasan
ekonomi. Banyak anak yang tak dapat mengenyam pendidikan karena biaya yang
sangat tinggi. Kemiskinan masih menjadi salah satu alasan rendahnya tingkat
pendidikan di Indonesia.
Berbagai upaya sudah banyak dilakukan pemerintah untuk memutus mata
rantai kemiskinan yang mengancam anak-anak. Dengan mengeluarkan berbagai
programprogram, diantaranya Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan
Langsung Tunai (BLT). Pada PKH, rumah tangga miskin diberi uang tunai sama
dengan program BLT, kemudian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga
disempurnakan dengan dikeluarkannya Bantuan Siswa Miskin (BSM) dengan
pendidikan yang memadai diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan
yang terjadi pada orang tua dan keluarganya sehingga tidak berlanjut ke anak-
anak generasi berikutnya.

2.1 Program Kartu Indonesia Pintar


1. Kartu Indonesia Pintar
Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan pemberian bantuan tunai
penddikan kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu,
yang merupakan bagian dari penyempurnaan Program Bantuan Siswa Miskin
(BSM). Program bantuan pendidikan melalui Perogram Indonesia Pintar ditandai
dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada siswa/anak usia sekolah
yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Kartu Indonesia Pintar yang selanjutnya disebut KIP adalah “kartu yang diberikan
kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga pemegang Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS) dengan maksud untuk menjamin seluruh anak usia sekolah dapat
menempuh pendidikan sampai lulus ke jenjang pendidikan menengah” Penerima
manfaat progam indonesia pintar pada kementrian pendidikan dan kebudayaan
meliputi siswa Sekolah Dasar (SD) siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
hingga warga belajar atau peserta yang berada di Kelompok Belajar (paket
A/B/C)” (Permendikbud No.12 Tahun 2015).

2.1 Pendistribusian Kartu Indonesia Pintar


Berdasarkan Petunjuk Teknis PIP, manfaat bantuan Program Indonesia
Pintar digunakan untuk keperluan pendukung biaya pendidikan siswa yang
meliputi:
1) Pembelian buku dan alat tulis;
2) Pembelian pakaian/seragam dan perlengkapan sekolah;
3) Pembayaran transportasi ke madrasah/sekolah; dan
4) Keperluan lain yang berkaitan dengan pembelajaran siswa di madrasah.
Pihak madrasah ikut mengawasi penggunaan manfaat Program
Indonesia Pintar sesuai peruntukannya.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1022
Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) PIP Siswa madrasah atau sekolah
yang menjadi sasaran Program Indonesia Pintar dan memenuhi kriteria yang telah
ditentukan akan diberikan dana bantuan pendidikan dengan rincian sebagai
berikut :
a). Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah : Rp.225.000,-/semester atau
Rp. 450.000,-/tahun.
b). Sekolah Menengah Pertamah atau Madrasah Tsanawiyah : Rp. 375.000,-
/semester atau Rp. 750.000,-/tahun.
c). Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah : Rp. 500.000,- /semester
atau Rp. 1.000.000,- /tahun.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan, banyak siswa di beberapa daerah di

Tanah Air masih belum menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) karena masalah

administrasi. Dari 17,9 juta penerima KIP yang ditargetkan pada 2016,

pemerintah telah mampu mendistribusikan sebanyak 17,4 juta kartu. Namun,

permasalahannya adalah dari jumlah 17,4 juta tersebut, sekitar 10 hingga 20

persen siswa belum menerima KIP mereka. pihak Kemendikbud mempertanyakan

kinerja dua vendor yang bertanggung jawab dalam distribusi KIP, yaitu PT. Satria

Antaran Prima dan PT. Dexter Expressindo. Dalam perjanjian kontrak antara

Kemendikbud dan vendor penyedia layanan pengiriman tersebut disebutkan

bahwa KIP harus dikirimkan ke alamat penerima di seluruh Indonesia. Namun,

semua kartu itu hanya dikirim ke kantor camat dan kelurahan.

Dalam hal ini masyarakat juga mendukung pemerintah terhadap

pemanfaatan KIP hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari

(2020), yaitu masyarakat telah menggunakan dana KIP sesuai prosedur, yakni

untuk membiayai iuran sekolah, transportasi sekolah, membeli pakaian dan


perlengkapan sekolah seperti tas dan sepatu sekolah, untuk membiaya biaya

tambahan praktik pembelajaran seperti ujian kompetensi dan latihan ujian, untuk

membiayai les atau bimbingan belajar. Kecenderungan tindakan masyarakat juga

positif atau mendukung karena dana KIP yang diberikan tepat sasaran atau dalam

hal ini benar diberikan kepada masyarakat yang lemah secara ekonomi.

Dengan adanya Kartu Indonesia Pintar ini artinya Indonesia telah

memfasilitasi pemberdayaan masyarakat terutama dibidang pendidikan hal ini

sejalan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang di kemukakan oleh Subejo

dan Narimo (2012: 32), proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang

disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal yang dimiliki oleh colective

action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan

kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial.


BAB III
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa:
Berbagai upaya sudah banyak dilakukan pemerintah untuk memutus mata
rantai kemiskinan yang mengancam anak-anak. Dengan mengeluarkan berbagai
programprogram, diantaranya Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan
Langsung Tunai (BLT). Pada PKH, rumah tangga miskin diberi uang tunai sama
dengan program BLT, kemudian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga
disempurnakan dengan dikeluarkannya Bantuan Siswa Miskin (BSM) dengan
pendidikan yang memadai diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan
yang terjadi pada orang tua dan keluarganya sehingga tidak berlanjut ke anak-
anak generasi berikutnya. Dalam bidang pendidikan sendiri telah diterapkan
Program Indonesia Pintar salah satunya dengan Kartu Indonesia Pintar.
Dengan adanya Kartu Indonesia Pintar ini diharapkan masyarakat Indonesia
yang khususnya benar-benar membutuhkan dan bersungguh-sungguh didalm
dunia pendidikan dapat mengenyam pendidikan dengan selayaknya sehingga
Indonesia dapat mencetak SDM yang berkualitas terutama dibidang pendidikan.

5.2 SARAN
Adapun saran mengenai permasalahan yang telah dipaparkan diatas yaitu :
Dalam hal pendistribusian Kartu Indonesia Pintar pemerintah perlu mensiasati
lagi agar penyebarannya merata dan tepat sasaran. Selanjutnya penulis tentunya
masih menyadari jika makalah yang dibuat masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki makalah tentunya denga
berpedoman pada sumber yang valid.
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad. 2010. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sari, Desita., Yanzi, Hermi., Nurmalisa, Yunisca. (2020). Evaluasi Pemanfaatan
Progam Indonesia Pintar di SMK Cokroaminoto Mandak. Journal. Student
UNY. Volume V. (Diakses pada 24 Januari 2017).
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program
Indonesia Sehat.
Peraturan Bersama Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah dan Dirjend
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Nomor:
08/D/PP/2016 , Nomor : 04/C/PM/2016).
Permendikbud No.12 Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai