Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PROJECT SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

ASPEIN (Aspirasi Pendidikan Indonesia)

Tugas Kelompok

- Wildan Fahmi Mubarok (19200025)


- Blasius Febrianus (19200155)
- Farrel Arya Maulana (19200188)
- M. Jihad Alfaridzi (19200324)
- Febby Ariyanti Herdiana (19200954)
- Verti Bunga Ina Syahara (19200902)

PRODI SISTEM INFORMASI S1

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah–Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Pengantar Basis Data”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen di
program studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Informatika pada Universitas Bina Sarana
Informatika. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
selaku dosen pembimbing.

Penulis pun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3. Solusi Pengembangan................................................................................5
1.4. Visi dan Misi Program...............................................................................6
1.5. Manfaat Program........................................................................................6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7


2.1. Sistem Informasi........................................................................................7
2.2. Pengertian Website.....................................................................................8

2.3. Tahapan SDLC (Software Development Life Cycle)..................................9

BAB 3. TAHAPAN PELAKSANAAN......................................................................12


3.1. Tahap Penggunaan dan Tampilan Mock Up............................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Belum meratanya sistem pendidikan di Indonesia khususnya di beberapa daerah


sehingga sumber daya manusianya masih jauh terbelakang. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Siswoyo, 2018).
Pendidikan berperan penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam
mempertahankan evolusi ekonomi dan pembangunan sosial suatu negara (Lindsjö, 2018).
Hal ini mengisyaratkan pentingnya pendidikan yang bermutu. Saat ini, mutu pendidikan
di Indonesia mengacu pada delapan standar nasional pendidikan (SNP). Kualitas satuan
pendidikan dapat dikatakan bagus atau tinggi apabila dapat mencapai atau melebihi SNP
(Raharjo, 2013). Upaya pencapaian SNP membutuhkan peranbesar pemerintah daerah
yang di era desentralisasi sekarang memiliki kewenangan untuk mengelola pendidikan di
daerahnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal (Fatkhuri,2019). Dengan demikian,
pemerintah daerah diharapkan dapat berkontribusi besar dalam memajukan pendidikan
nasional. Esensi tujuan pendidikan yaitu menumbuhkembangkan kemampuan,
keterampilan, dan karakter anak agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan bangsa yang
demokratis (Ndofirepi,2012). Lebih dari itu, pendidikan diharapkan dapat membekali
kemampuan individu untuk mengenali potensi dalam dirinya dan mengembangkan
kreativitasnya. Artinya, definisi mutu pendidikan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dan harapan peserta didik (Wani &Mehraj, 2014). Keberhasilannya diukur
dari dua aspek, yaitu pencapaian kognitif siswa, dan pemilikan nilai-nilai atau karakter,
perkembangan kreativitas dan juga emosional siswa (Sayed &Ahmed, 2015). Terdapat
beragam pendekatan untuk mengukur mutu pendidikan. Biltagy (2015) berpandangan
bahwa pendidikan dapat diukur dengan melihat hubungan input dan output. Namun,
beberapa ahli menegaskan pentingnya memperhatikan komponen proses (Gupta

1
&Gupta, 2013;

2
Herawan, 2011; Sayed & Ahmed,2011). Hal ini mengisyaratkan bahwa input, proses, dan
output merupakan komponen penting yang saling berhubungan danmemengaruhi mutu
pendidikan. Input meliputi semua sumber daya dan perangkat lunak yang dibutuhkan
oleh suatu proses agar bisa berjalan. Proses merupakan serangkaian tindakan atau operasi
yang mengarah pada pembelajaran, pelatihan, pendidikan, dan aktivitas keilmuan yang
dijalankan di sekolah. Output merupakan hasil dari proses yang telah dijalankan (Wani
&Mehraj, 2014; Widodo, 2019). Konsekuensi pandangan tersebut yaitu jika pendidikan
menginginkan proses yang bermutu, pendidikan perlu memenuhi input yang dibutuhkan
proses. Proses pendidikan yang bermutu akan menghasilkan output yang diinginkan.
Dengan demikian, input merupakan salah satu komponen mendasar yang dibutuhkan
untuk mewujudkan pendidikan bermutu. Input tersebut di antaranya tenaga pendidik,
peserta didik, sarana pembelajaran, kurikulum dan lingkungan sekitar (Kurniawan, 2016).
Contohnya yaitu jika kondisi gedung sekolahdan tenaga pendidik memadai baik dari
jumlah maupun kualitasnya, proses belajar mengajarakan berjalan efektif (Spruit &
Adriana, 2015). Namun, banyak negara masih mengalami permasalahan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa negara berkembang misalnya Afrika Selatan,
Afrika Timur, India, dan Maroko masih memiliki masalah terkait guru, fasilitas belajar,
biaya pendidikan, kurikulum,lokasi sekolah yang terpencil, dan daya tampungsiswa yang
terlalu besar (Ben Haman, 2020;Kariyana & Sonn, 2014; Lindsjö, 2018; Thapa& Sarkar,
2019). Pemerintah Afrika Selatan melaporkan bahwa mutu pendidikan di tujuh puluh
hingga delapan puluh persen sekolah diprovinsi Eastern Cape masih buruk meskipun
mutu pembelajaran mengalami peningkatan(Bantwini, 2019). Hal serupa juga
ditemukandi beberapa negara maju. Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu
pendidikan menengah menghadapi masalah pendanaan yang tidak memadai dan tidak
merata (Pouncey, Ennis,Woolley, & Connell, 2013).
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama dan
Permasalahannya Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2021 mutu
pendidikan masih menghadapi masalah berkaitan dengan kualitas guru, inovasi
pembelajaran, dan sumber daya pendukungnya (Miller & Lee, 2014).
Mutu pendidikan diharapkan dapat berkualitas, akan tetapi fenomena yang dialami
saat ini pendidikan masih belum mampu menunjang kualitas pendidikan. Meskipun usaha

3
dalam memperbaikan pendidikan sudah mulai meningkat dengan dibangunnya sekolah-
sekolah untuk menunjang pendidikan. Demikian juga banyak orang berprofesi sebagai
tenaga pengajar.
Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia,
sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrument yang digunakan bukan
saja untuk membebaskan manusia dan keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan
dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua
orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh
manusia produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses
dan mobilitas sosial dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.
Banyak sekali faktor yang membuat pendidikan semakin menurun yaitu
kemampuan literasi, mengutip hasil program penilaian belajar Internasional atau
Programme For International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh
Organizationfor Economic Co- operation (OECD) kordinator nasional JPPI Ubaid
Matraji mengatakan kemmpuan literasi indonesia terus merosot. Bahkan PISA yang
dirilis tahun 2019 tidak lebih baik dari tahun 2015, sejak 2012 skor kita merosot terus
dan paling parah pada 2019, secara peringkat untuk kemampuan membaca siswa
Indonesia berada di peringkat 75 dari 80 negara atau urutan ke enam dari bawah,
Indonesia hanya berada di atas Kosovo, Filipina, Lebanon, dan Maroko. Kita bahkan
masih berada di bawah Macedonia dan Georgia jika dibandingkan dengan negara
sesama Asia Tenggara, indonesia berada dibawah Thailand dan Singapura. Terpapar
Radikalisme, Permasalahan kedua, berdasarkan catatan JPPI, adalah adanya bahan
ajar ataupun soal yang diduga terpapar radikalisme. Bahkan, mengutip dari penelitian
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada 2019, sebanyak 59 persen guru muslim
mendukung negara Islam. Menurut JPPI, ini indikasi bahwa pemerintah belum sekuat
tenaga mencegah radikalisme belum tampak keseriusan pemerintah untuk
menghadang radikalisme dan mengarusutamakan moderasi di sekolah. Pelan tapi pasti,
virus intoleransi dan radikalisme mewabah di institusi pendidikan.
Menghapus Dirjen PAUD, JPPI juga mengkritik kebijakan Peraturan Presiden
Nomor 82 Tahun 2019 Tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
menghapus Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat. Ini, kata Ubaid, bukti bahwa
pemerintah hanya mengutamakan pendidikan formal dan menganaktirikan pendidikan
4
nonformal, Ubaid menjelaskan selama ini banyak kaum rentan dan marginal yang
mengakses pendidikan nonformal. Maka, dengan dihapuskannya Dirjen PAUD Dikmas
ini, keberlangsungan pendidikan rakyat kecil atau kelompok marginal terancam, dan jauh
dari cita-cita lifelong learning yang menjadi arus utama dalam target-target SDGs
(Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), khususnya tujuan keempat tentang kualitas
pendidikan.
KIP tak tepat sasaran, terakhir, Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang menjadi
program unggulan Presiden Joko Widodo. JPPI menilai KIP ini bagus dan dibutuhkan
masyarakat. Sayangnya, banyak kejadian KIP tidak tepat sasaran. Berdasarkan catatan
JPPI selama 2019 ada 303 pengaduan masyarakat terkait program KIP. Tercatat kasus
yang paling banyak diadukan adalah ketidaktahuan cara mendapatkan KIP sebanyak 79
aduan disusul distribusi yang tidak merata sebanyak 61, data KIP tidak transparan dan
mudah diakses 55 aduan, keterlambatan pencairan 43 aduan, KIP tidak tepat sasaran
sebanyak 30, pengusulan data siswa miskin tidak terbuka 20 aduan, dan tidak ada
keterlibatan publik 16 aduan harusnya pemerintah belajar dari tahun-tahun sebelumnya
untuk mempermudah akses dan transparansi pengelolaan KIP ini, supaya masyarakat bisa
terlibat, transparan, dan tepat sasaran.
Dari fakta di atas, pendidikan Indonesia yang sudah sekian lama berjalan masih
terlihat kurang menampakkan hasil yang memuaskan. Rendahnya mutu pendidikan
tersebut salah satunya disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang efektif. Pada
hakikatnya pembelajaran di sekolah harus dilakukan secara efektif agar dapat
menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga tercipta pembelajaran yang efektif.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif guru harus melaksanakan pembelajaran
yang bermakna sehingga siswa tidak bosan. Dengan demikian pembelajaran efektif yang
diterapkan disekolah diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka dari itu kami membuat suatu lembaga
ASPEIN yang memperhatikan pendidikan indonesia dari mulai pemerintahan, lembaga
instansi pendidikan dan masyarakat.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Belum adanya wadah untuk menampung aspirasi masyarakat dalam dunia pendidikan
2. Belum ada jebatan penghubung yang langsung terhubung anatra masyarakat dengan
pemerintah secara langsung
3. Mencari titik masalah dari program pemrintah yang tidak merata di terima oleh
masyarakat, contohnya yaitu:
- KIP tidak tepat sasaran. (yang seharusnya menjadi solusi bagi orang-orang
yang membutuhkan namun malah jatuh kepada orang-orang yang tidak
memerlukan KIP tersebut).
- Tidak meratanya sarana prasarana pendidikan.
- Persediaan buku pelajaran di perpustakaan yang kurang memadai
- Bangunan yang tidak layak di tempati
- Sarana olahraga yang tidak memadai
4. Adanya indikasi penyalahgunaan dana pendidikan oleh instansi atau individu
(penyalahgunaan jabatan)
5. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendapat masyarakat atau instansi terkait
Pendidikan.

1.3 Solusi Pengembangan


ASPEIN akan menjadi solusi bagi pendidikan Indonesia dimana kami memiliki
akses pendidikan, pemerintah dan media liput. Agar aspirasi baik masyarakat atau
instansi dapat didengar oleh pemerintah atau pihak yang membuat kebijakan terhadap
pendidikan, kami mengembangkan aplikasi mobile website sebagai sarana untuk
mempermudah masyarakat berargumen, menyapaikan keluh kesah yang terjadi di
lampangan terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam hal pendidikan. Demi
meningkatkan kualitas pendidikan indonesia kami terus mempelajari peningkatan dan
penurunan mutu pendidikan dan mencari solusi agar masalah dapat terselesaikan dengan
cepat.

6
1.4 Visi dan Misi Program
- VISI
Terwujudnya masyarakat sipil yang kuat dan mampu memperjuangkan hak-haknya
atas pendidikan dan kebijakan publik yang mendukung akses pendidikan 12 tahun
yang berkualitas dan berkeadilan.
- MISI
Melakukan advokasi kebijakan pemerintah dalam mendukung pencapaian pendidikan
yang inklusif dan berkeadilan. Meningkatkan peran masyarakat sipil dalam proses
pengambilan keputusan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan 12 tahun yang
berkualitas. Mengembangkan kajian dan penelitian untuk memperkuat advokasi
kebijakan pendidikan berbasis data. Membangun sinergi jaringan pendidikan, baik di
tingkat lokal, nasional, dan internasional. Memberdayakan kelompok-kelompok
marginal untuk mendapatkan hak pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan
kapasitas tenaga pendidik.

1.5 Manfaat Program


1. Masyarakat memiliki wadah untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan
2. Menyampaikan aspirasi masyarakat dan lembaga instansi melalui Website ASPEIN
3. Menjadi jembatan antara pemerintah baik masyarakat maupun instansi lembaga
Pendidikan
4. Membantu masalah pendidikan atas adanya indikasi dana pendidikan yang tidak sesuai.
5. Meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih berkualitas

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem informasi
Sistem informasi adalah sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi
informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan
dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir, 2015).
Ladjamudin (2017), Sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia
yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu
mengendalikan organisasi.
Menurut sadiman (2016), media pembelajaran merupakan salah satu alat
bantukomunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan suatu materi yang
disampaikan komunikator atau guru kepada siswa untuk dapat memberikan rangsangan yang
sama dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran adalah satu cara menunjang keefektivan suatu proses
pembelajaran. Salah satu media pembelajaran menarik yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah rendahnya pemahaman siswa,cara berpikir siswa yakni pengembangan
media berbasis mobile learning (M-Learning).
Menurut Tamimuddin (2010), Mobile learning juga merupakan pembelajaran
yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi, arahan dan aplikasi yang berkaitan
dengan pembelajaran kapanpun dan dimanapun. Kehadiran mobile learning ditujukan
sebagai pelengkap pembelajaran serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari materi yang kurang dikuasai. Pengembangan media pembelajaran berbasis
mobile learning memungkinkan siswa untuk dapat belajar mandiri dan membuat proses
pembelajaran semakin menarik. Dan semakin menarik ini mobile learning dibuat
berbentuk aplikasi. Pengembangan suatu media tidak akan berhasil jika isi materi yang di
muat tidak efektif dan kurang bisa dimengerti maka dari itu perlu adanya teknik di dalam
penyusunan materi sehingga dapat membantu siswa dalam memahami isi materi. Teknik
tersebut yakni teknik mnemonic verbal. Teknik mnemonic verbal digunakan dapat
memudahkan siswa dalam memahami dan menghapal nama-nama ilmiah yang terdapat
dalam materi biologi. Hal ini dikarenakan Teknik mnemonic verbal merupakan suatu

8
teknik untuk mempermudah mengingat sesuatu dengan mengambil huruf depan dari kata-
kata ilmiah yang tersedia kemudian dijadikan suatu kalimat sehingga mudah di ingat siswa.
Yang dimana daya ingat menentukan hasil belajar siswa.
Sarana dan prasarana pendidikan nampaknya masih menjadi permasalahan umum di
dunia pendidikan di berbagai negara. Hasil studi di Afrika Selatan menunjukkan bahwa
masih banyak fasilitas pembelajaran yang belum memenuhi standar seperti toilet yang tidak
berfungsi dengan baik, meja yang rusak, maupun laboratorium yang tidak lengkap. Kondisi
ini berpengaruh pada proses dan hasil pembelajaransiswa (Kariyana & Sonn, 2014).
Hasil penelitian (Lindsjö, 2018) juga menemukan bahwa sekolah-sekolah di desa di
Tanzia kekurangan listrik. Akibatnya, pengajaran dalam matapelajaran tertentu serta
peralatan yang bisa digunakan di sekolah menjadi terbatas. Hal senada terjadi di sebagian
besar sekolah menengah di beberapa negara Afrika Barat. Infrastruktur dan fasilitas seperti
perpustakaan,laboratorium, buku teks belum memandai (Matthew, 2013).
Fasilitas pendidikan merupakan salah satudari beberapa faktor yang memengaruhi
belajar siswa (Glewwe, Hanushek, Humpage, & Ravina,2011). Siswa akan memiliki
pengalaman belajar yang lebih optimal jika fasilitas belajarnya memadai seperti ketersediaan
ruang kelas yang nyaman, dan ketersediaan pendukung pembelajaran seperti komputer dan
laboratorium (Spruit & Adriana, 2015). Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan pada
fasilitas sekolah yang belum memadai. Terkait hal ini, hasil riset menyarankan bahwa
pemerintah perlu mengidentifikasi fasilitas apa yang perlu diprioritaskan jika dananya
terbatas (Figueroa,Lim, & Lee, 2016)
2.2 WebSite
Website merupakan sebuah media informasi yang ada di internet. Website tidak
hanya dapat digunakan untuk penyebaran infomasi saja melainkan bisa digunakan untuk
membuat toko online. Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya
terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada di dalam World
Wide Web (WWW) di Internet. Sebuah halaman web adalah dokumen yang ditulis dalam
format HTML (Hyper Text Markup Language) yang hampir selalu bisa diakses melalui
HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan
kepada para pemakai melalui web browser. Semua publikasi dari website-website tersebut
dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar.

9
Halaman-halaman dari website akan bisa diakses melalui sebuah URL yang biasa
disebut Homepage. URL ini mengatur halaman-halaman situs untuk menjadi sebuah hirarki,
meskipun, hyperlink-hyperlink yang ada di halaman tersebut mengatur para pembaca dan
memberitahu mereka susunan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.
Beberapa website membutuhkan subskripsi (data masukan) agar para user bisa mengakses
sebagian atau keseluruhan isi website tersebut (Javacreativity, 2018)
2.3 Tahapan SDLC (Software Development Life Cycle)
2.3.1 Planning
Perencanaan berasal dari kata rencana,yang artinya rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan
beberapa komponen penting , yakni tujuan (apa yang ingin dicapai), kegiatan
(tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan) dan waktu (kapan bilamana
kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apapun yang direncanakan tentu saja
merupakan tindakan-tindakan dimasa depan (untuk masa depan). Dengan
demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa
depan. (Abe,2017)
Perencanaan dalam arti seluas-luasnya merupakan suatu proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efektif dan efisien. (Tjokroamidjojo Syafalevi,2018)
Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua
asapek , yaitu formulasi perencanaan dan pelaksanaannya. Perencanaan dapat
digunakan untuk mengontrol dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat
rencana itu adalah sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. (Listyangsih,2016).

2.3.2 Analisis
Komaruddin (2016) Pengertian analisis adalah kegiatan berpikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal
tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing
dalam satu keseluruhanyang terpadu dan terstruktur. Menurut Harahap dalam
(Azwar, 2019) Pengertian analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu
unit menjadi unit terkecil secara terperinci dan jelas.

1
2.3.3 Desain
Tahap Desain adalah penetapan pembenahan, dan pengembangan sistem
tahap ini meliputi presentasi awal,desain konseptual, desain basis data dan
sistem, desain detail input/output Sistem Informasi. Dalam sistem desain fungsi
desain dan operasi dijelaskan secara rinci, termasuk tata letak layar, aturan
bisnis, diagram proses dan dokumentasi lainnya. (Dwanoko, 2016)
2.3.4 Implementasi
Tahap ini meliputi menjalankan /implementasi program dan uji coba/evaluasi
sistem, bertujuan untuk mengetahui hasil dari kebutuhan fungsional sistem yang
disusun dicocokan dengan hasil implementasi dalam bentuk Rangcang Bangun
Sistem Informasi. (Dwanoko, 2016)
2.3.5 Maintenance
Maintenance atau tahap pemeliharaan sistem merupakan proses pemeliharaan
sistem selama penggunaan agar tetap mampu beroperasi secara benar.
(Inggi et al., 2018)
2.3.6 Metode
Menurut (Händel, 1972) Konsep SDLC mendasari model pengembangan
perangkat lunak lainnya. Model pengembangan perangkat lunak tersebut antara
lain waterfall, prototype, iterative, spiral, rapid application development (RAD)
dan lainnya. Contohnya adalah sebagai berikut :
- Model Waterfall
Model waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang paling
sering digunakan. Model pengembangan ini bersifat linear dari tahap awal
pengembangan system yaitu tahap perencanaan sampai tahap akhir
pengembangan system yaitu tahap pemeliharaan. Tahapan berikutnya tidak
akan dilaksanakan sebelum tahapan sebelumnya selesai dilaksanakan dan
tidak bisa kembali atau mengulang ke tahap sebelumnya.
- Model Prototyping
Model prototyping merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi
tertentu mengenai kebutuhan-kebutuhan informasi pengguna secara cepat.
Berfokus pada penyajian dari aspek-aspek perangkat lunak tersebut yang aka

1
nampak bagi pelanggan atau pemakai. Prototipe tersebut akan dievaluasi oleh
pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembangan
perangkat lunak.

1
BAB 3

TAHAP PELAKSANAAN

3.1 Tahap-Tahap Penguunaan Aplikasi Mobile ASPEIN


a. Ada 3 tampilan pada saat mebuka aplikasi dari ketiga slide awal tersebut
memberitahu pemakai aplikasi tentang semua fitur yang ada di aplikasi.

b. Selanjutnya tampilan login, diberi opsi untuk melakukan login, opsi pertama
menggunakan alamat email dan opsi kedua menggunakan no telepon.

1
c. Selanjutnya akan muncul tampilan pengisian alamat email atau no telepon

d. Beberapa tampilan home, disini tampilan update status orang dan komentar tentang
pendidikan

komentar

1
1
e. Selanjutnya tampilan diskusi

hasil diskusi
(sekolah online
membuat malas)

1
f. Selanjutnya tampilan contact disini tampilan untuk mengajukan problem yang
di hadapi oleh instansi pendidikan atau masyarakat.

g. Selanjutnya tampilan News, pada tampilan ini tampil berita dan trending berita

1
h. Selanjutnya tampilan account disini kita bisa memposting pengaduan dan histori
pengaduan kita

i. Tampilan setting account dan ketika kita ingin mengedit accout kita klik aaccout
dan akan tampil tampilan disampingnya

1
j. Ketika logout dari aplikasi maka akan pindah ke tampilan login

1
DAFTAR PUSTAKA

lindsjö, K. (2018). Contextualizing the quality of primary education in urban and rural
settings:The case of Iringa Region, Tanzania. Norsk Geografisk Tidsskrift, 72(4), 234–247.
https://doi.org/10.1080/00291951.2018.1492962

Komaruddin, (2016). Ensilopedia Manajemen, Edisi ke 5, Jakarta, Bumi Aksara.

Miller, L.J., & Lee, J.S. (2014). Policy Barriers to School Improvement/ : What ’ s Real and
What ’s Imagined/ ? Center on Reinventing Public Education, 14 p. Retrieved from
http://crpe.org/publications/policy-barriers-school-improvement-whats-real-and-whats-
imagined

Abe, (2017). Introducing philosophy for children topromote open-mindedness. Africa Education
https://diog.org/10.4018/ijksr.201379479387392

Kadir, Abdul. 2015. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Ladjamudin bin, Al Bahra. 2017. Analsis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Raharjo, S.B. (2013). Evaluasi trend kualitas pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian
DanEvaluasi Pendidikan, 16(2), 511–532. https://doi.org/10.21831/pep.v16i2.11

Fatkhuri, F. (2019). Desentralisasi pendidikan di Indonesia/ : Korupsi dan problem


politikkekuasaan. KEMUDI/ : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 3(2), 278–297.
https://doi.org/10.31629/kemudi.v3i2.874

Azwar, (2019). Analisis Kualitas Layanan Sistem Manajemen Apartur Responsif Terpadu
Menggunakan Metode Servqual. Universitas Muhammadiyah Riau.

Ndofirepi, A.P. (2012). Quality education in Africa: Introducing philosophy for children
topromote open-mindedness. Africa Education Review, 9(sup1), S26–S40.
https://doi.org/10.1080/18146627.2012.755242

Wani, I., & Mehraj, H. (2014). Total Quality Management in Education/ : An


Analysis.International Journal of Humanities and Social Science Invention, 3(6), 71–78.

1
Sayed, Y., & Ahmed, R. (2011). Education quality in post-apartheid South African
policy:Balancing equity, diversity, rights and participation. Comparative Education, 47(1),
103–118. https://doi.org/10.1080/03050068.2011.541680

Sayed, Y., & Ahmed, R. (2015). Education quality, and teaching and learning in the post-
2015education agenda. International Journal of Educational Development, 40, 330–
338.https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2014.11.005

Herawan, E. (2011). Pengendalian mutu pendidikan: konsep dan aplikasi. Jurnal


AdministrasiPendidikan, 13(1). https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jap.v13i1.6384

Widodo, H. (2019). Revitalisasi Sekolah Berbasis Budaya Mutu. Administrasi Pendidikan,


26(1),57–71. Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs

Spuit, M. R., & Adriana, T. (2015). Quantifying Education Quality in Secondary


Schools.International Journal of Knowledge Society Research, 6(1), 55–86.
https://doi.org/10.4018/ijksr.2015010104

Kurniawan, R.Y. (2016). Identifikasi permasalahan pendidikan di indonesia untuk


meningkatkanmutu dan profesionalisme guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
(KONASPI) VIIITahun, 1415–1420

Sadiman, A. S. 2016. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tamimuddin, M. 2010. Mengenal Mobile Learning (M-Learning). (online) tersedia di


https://mtamim.files.wordpress.com/2008/12/mlearn_tamim.pdf. Diakses 3 Januari 2018.

Kariyana, I. & Sonn, R. A. (2014). School-oriented issues affecting the quality of education:
Aqualitative study for academic improvement. Journal of Social Sciences, 41(3), 313–
323.https://doi.org/10.1080/09718923.2014.11893366

Matthew, I.A. (2013). Provision of secondary education in Nigeria: Challenges and way
forward.Journal of African Studies and Development, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.5897/JASD11.058

2
Listyangsih, (2016). Scheduling – Theory, Algorithms, and System. Prentica Hall, Englewood
Cliffs.

Glewwe, P., Hanushek, E., Humpage, S., & Ravina, R. (2011). School resources and
educationaloutcomes in developing countries: A Review of the Literature from 1990 to
2010. NBERWorking Paper No. 17554.

Figueroa, L.L., Lim, S., & Lee, J. (2016). Investigating the relationship between school
facilitiesand academic achievements through geographically weighted regression. Annals
of GIS,22(4), 273–285. https://doi.org/10.1080/19475683.2016.1231717

JavaCreatifity. (2017). Panduan Cerdas Membangun Website Super Keren. Elek Media
Komputindo. Jakarta.

Siswoyo, (2018). Aqualitative study for academic improvement. Journal of Social Sciences,
41(3), 313–323.https://doi.org/10.1080/09729364982986

Dwanoko, Y. S. (2016). Implementasi Software Development Life Cycle ( SDLC ) Dalam


Penerapan Pembangunan Aplikasi Perangkat. Jurnal Teknologi Informasi, 7(2), 83–94.

Händel, K. (1972). Alkoholwirkung in der Resorptionsphase. Therapie Der Gegenwart, 111(5),


756-757 passim.

Inggi, R., Sugiantoro, B., & Prayudi, Y. (2018). Penerapan System Development Life Cycle (
Sdlc ) Dalam ( Sdlc ) Dalam Mengembangkan. SemanTIK, 4(2), 193–200.
https://doi.org/10.5281/zenodo.2528444

Anda mungkin juga menyukai